PROPOSAL
MOH.DUR SULE
201801114
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL
MOH.DUR SULE
201801114
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Prodi Ners
STIKes Widya Nusantara Palu
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
A. Tinjauan Teori 7
B. Kerangka Konsep 26
C. Hipotesis 26
A. Desain Penelitian 27
B. Tempat Dan Waktu Penelitian 27
C. Populasi Dan Sampel 27
D. Variabel Penelitian 29
E. Definisi Operasional 30
F. Instrumen Penelitian 31
iv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ginjal stadium akhir juga dikenal sebagai gagal ginjal kronik
adalah penyakit yang disebabkan oleh kerusakan fungsi ginjal di mana
tubuh kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia. Penyakit
gagal ginjal tersebut biasanya menyerang setiap individu yang bertambah
usia, tetapi tidak menutup kemungkinan individu usia muda juga terserang
penyakit ini akibat dari perubahan gaya hidup yang tidak sehat.
Penatalaksanaan bagi pasien penyakit ginjal kronik stadium akhir adalah
hemodialisis.1
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2018
menyebutkan jumlah pertumbuhan penderita penyakit ginjal kronik telah
mengalami peningkatan 50% dari tahun sebelumnya. Lebih dari 2 juta orang
diperkirakan membutuhkan hemodialisis dan terus meningkat setiap
tahunnya. Kemudian di tahun (2015) menyatakan bahwa prevalensi
penyakit ginjal kronik mencapai 10% dari total populasi, Diperkirakan 1,5
juta pasien yang menjalani cuci darah (hemodialisis) dan jumlah ini terus
meningkat sebesar 8% setiap tahunnya.2
Berdasarkan Studi Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018) dipastikan
bahwa prevalensi penyakit ginjal kronik di indonesia adalah 499.800 jiwa
dalam (2%), di mana Maluku menempati prevalensi kejadian penyakit ginjal
kronis tertinggi dengan jumlah 4.351 jiwa (0,47%). Menurut hasil survei
tahun 2019 oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Indonesia
merupakan negara dengan kejadian penyakit ginjal kronik yang tinggi
diperkirakan mencapai 12,5% atau sekitar 25% dari total penduduk jutaan
orang Indonesia menderita gangguan fungsi ginjal.3
Berdasarkan Kementerian Kesehatan, kejadian penyakit ginjal kronik
telah mencapai 0,5% di tahun 2018 dan terus meningkat setiap tahunnya.
1
2
kronik adalah efikasi diri yang dapat memberikan keyakinan bahwa pasien
tersebut akan berhasil dalam perawatan diri selama mereka mematuhi terapi
yang mendukung status kesehatannya. Individu dengan tingkat efikasi diri
yang baik akan lebih responsif terhadap perawatan diri dan pengobatan.
Sebaliknya jika efikasi diri rendah dapat mempengaruhi kualitas hidup
mereka, karena beranggapan bahwa perawatan diri merupakan tujuan yang
sangat sulit untuk dicapai. Dengan demikian, tujuan utama dari efikasi diri
yaitu untuk mencapai taraf kesejatraan hidup pasien yang sesuai dalam
menjalani suatu terapi pengobatan. Sehingga efikasi diri dapat
mengoptimalkan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis.10
Menurut penelitian oleh Masoudrayyani (2018) tentang efikasi diri
dan kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis menunjukkan
bahwa pasien yang menerima hemodialisis, tetapi tidak memiliki efikasi diri
yang cukup baik akan lebih cenderung memiliki kualitas hidup yang cukup
buruk. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara
kualitas hidup pasien dengan efikasi diri, atau sebaliknya pasien dengan
efikasi diri tinggi memiliki kualitas hidup yang lebih baik.11
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Welly dan Hidayatul Rahmi
(2020) tentang self efficacy dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik, yang menjalani hemodialisis menunjukkan bahwa dari 33
responsden, dengan self efficacy baik memiliki kualitas hidup yang baik
yaitu 56,5% lebih tinggi dari pada responden dengan self efficacy baik
dengan kualitas hidup buruk yaitu 45,4%. Hasil uji chi-square didapatkan
nilai p=0,000 (p<0,05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara self
efficacy dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis. Kemudian penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Hakim
(2018) dari hasil uji chi-square di peroleh nilai p-value =0,001 dengan
artian terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD
Dr.Moewardi, r (nilai koefisien korelasi) dengan hitung = 0,765 yang berarti
memiliki korelasi tinggi yang dapat disimpulkan pasien gagal ginjal kronik
5
yang memiliki self efficacy tinggi memiliki kualitas hidup yang baik,
sebaliknya pasien dengan self efficacy rendah memiliki kualitas hidup yang
buruk.12
Hasil wawancara peneliti terkait pengumpulan data awal pada 10
pasien hemodialisis, 7 pasien mengatakan bahwa aktivitas sehari-hari
mereka masih didukung oleh keluarga mereka, mereka merasa cemas,
memiliki harga diri rendah, merasa hidup tidak berarti, stres, tidak rutin
melaksanakan ibadah, tidak bisa mencari nafkah, mereka tidak dapat
berkumpul dengan keluarga seperti biasanya, serta berinteraksi di
lingkungan masyarakat. Sedangkan 3 pasien lainnya mengatakan tidak lagi
merasa cemas dan stres, hal ini dikarenakan sudah menjalani cuci darah
setiap 3-4 tahun sekali, dan pasien hemodialisis sudah berusia lanjut ke atas
mudah menerima keadaan yang dialami karena telah masuk pada fase
penerimaan dari kondisi yang mereka jalani.
Maka dari masalah yang telah diuraikan di atas peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Efikasi Diri dengan
Kualitas Hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu”.
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara efikasi
diri dengan kualitas hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RSUD Undata palu.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi efikasi diri pasien hemodialisis Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
a. Usia
Semakin lama usia menandakan semakin baik kualitas hidup,
karena semakin dewasa seseorang terutama secara psikologis
semakin siap menghadapi penyakitnya. Tidak seperti orang dewasa
yang menuntut tanggung jawab sosial seseorang dengan penyakit
kronis pada saat itu menyebabkan stress karena dapat membatasi
produktivitas mereka. Usia dikelompokkan berdasarkan pada
kalangan umur usia menengah antara (40-50tahun) dan untuk usia
lanjut yaitu (diatas 60 tahun).
b. Jenis kelamin
Laki laki lebih rentan terhadap kualitas hidup yang rendah
dibandingkan wanita, ini karena wanita lebih dewasa secara
emosional dalam hal tekanan/kasus. Menurut Theodora dkk,(2017)
persentase pria dengan gagal ginjal kronik akibat hemodialisis lebih
tinggi dari pada wanita karena lebih banyak pria yang memiliki
kebiasaan merokok dan resikonya tujuh kali lebih besar dari pada
12
orang yang tidak merokok. Hal ini karena pada wanita terdapat
hormone yang dapat mencegah penyerapan estrogen yang
berfungsi untuk keseimbangan kadar kalsium sehingga mampu
mencegah penyerapan oksalat yang mengakibatkan batu ginjal
sebagai penyebab dari gagal ginjal kronik.
c. Income (status ekonomi)
Seseorang dengan pemasukan yang rendah lebih berpotensi
mempunyai mutu hidup yang lebih rendah bila dibanding dengan
orang yang berpendapatan besar.
d. Kemampuan Berpikir
Kemampuan berpikir seseorang mempengaruhi tahap
perkembangan emosi. Di mana seseorang yang memiliki
pengetahuan yang lebih tinggi akan dapat mengingat dan
menganalisis peristiwa yang pernah dialami sehingga kesimpulan
yang dibuat lebih jelas dan akurat.18
3. Dimensi Kualitas Hidup
atau aspek dari tiap piramid membentuk papilari belini. Setiap duktus
atau saluran papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis
ginjal membentuk cawan yang disebut kaliaks minor. Kemudian
bersatu membentuk cekungan pelvis ginjal, dan Merupakan reservoir
utama sistem pengumpulan urine.20
2. Fisiologi Ginjal
dari 95% air, urea, asam urat, ammonia, garam mineral (NaCl), dan
zat berlebihan (obat-obatan, vitamin, dan zat lainnya.
d. Meningkatkan keseimbangan asam dan basa yang stabil dalam
tubuh manusia.21
Sampai beban kerja ginjal berlebihan pada akhirnya harus diambil oleh
glomerulus yang sehat, kondisi ini dapat menyebabkan nekrosis
menjadi kaku bahkan sklerosis. Zat-zat beracun menumpuk dan
perubahan potensial akan menyebabkan kematian seluruh organ vital
di ginjal.23
4. Manifestasi Klinis
a. Tes Kreatinin
Dikenal dengan tes serum kreatinin bertujuan untuk
mengetahui kadar kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah zat sisa
hasil pemecahan otot, produksi kreatinin di pengaruhi massa otot,
dan berat badan, kemudian pengeluaran harian juga di pengaruhi
oleh diet rendah protein misalnya daging merah.
b. Tes Glomerulo Filtration Rate (GFR)
21
E. Konsep Hemodialisis
1. Definisi
F. Kerangka Konsep
Kualitas Hidup
Efikasi Diri
Pasien Penyakit Ginjal
Kronik
G. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di unit ruang hemodialisa RSUD
Undata Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan di
unit hemodialisa RSUD Undata karena ruang hemodialisa merupakan
bangsal khusus perawatan pasien yang menjalankan tindakan
hemodialisis.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan april 2022.
1. Populasi
27
28
D. Variabel Penelitian
E. Definisi Operasional
H. Analisa data
P : Persentase
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ialah analisis untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terkait yang diduga berhubungan atau
berkorelasi. Analisis bivariate dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup pada pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Undata
Palu. Adapun uji yang digunakan dalam pada penelitian ini adalah uji
chi square, dimana Nilai signifikansi 0,05 dan tingkat kepercayaan
95%. Ambang signifikan 5% atau 0,05 artinya peneliti mengambil
resiko salah dalam mengambil keputusan dengan menolak hipotesis
yang benar sebanyak 5%. Benar saat mengambil keputusan minimal
95% (tingkat kepercayaan). Dikatakan ada hubungan, jika p-value
<0,05 sedangkan jika p-value> 0,05 tidak ada hubungan.Adapun
rumus uji chi-square sebagai berikut:
n
X 2= ∑ 2
(Oi−E )
i−1 i
Ei
Keterangan:
X2 : Distribusi chi-square
Oi : Nilai observasi (pengamatan) ke-i
Ei : Nilai ekspektasi ke-i
Uji chi-square merupakan uji non parametris yang paling banyak
digunakan. Namun perlu diketahui syarat-syarat dari uji ini adalah
frekuensi atau responden yang digunakan besar, berikut ini
35
Identifikasi Masalah
Ujian Proposal
Informed Consent
Menjelaskan untuk Meminta Persetujuan Responden
Pengumpulan Data
Dengan Menggunakan Data Primer dan Data Sekunder
5. Utami N, Anisa, Wati NL. “Efikasi Diri Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisis di Ruang Hemodialisa RSAU Dr. M.
Salamun.” J Kesehat Aeromedika [Internet]. 2017;III(1):56–61. Available
from: https://jurnal.poltekestniau.ac.id/jka/article/view/75/62
10. Karimah N, Hartanti RD. Gambaran Self Efficacy dan Kualitas Hidup pada
Pasien yang Menjalani Hemodialisa. Keperawatan dan Pendidik profesi
Ners. 2021;258–65.
11. Lenggogeni DP, Malini H, Fatmadona R, Roza ES. Gambaran Efikasi Diri
Pasien yang Menjalani Hemodialisis. J Ilm Univ Batanghari Jambi.
2021;21(1):434.
12. Welly W, Rahmi H. Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. J Keperawatan Abdurrab.
2021;5(1):38–44.
13. Hidayat DR. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling.
Naufal ZA, editor. Bogor: Ghalia Indonesa; 2015. 188 p.
15. Rahardjo W. Konstribusi Hardiness dan self efficacy terhadap stress kerja
(study pada perawat RSUP DR.Soeradji Tirtonegoro Klaten).Keperawatan.
2018. ;2.
16. Suciono W. Berfikir Kritis Tinjauan Kemandirian Belajar Dan Efikasi Diri.
Kodri, editor. Jawa Barat; 2021. 130 p.
25. Krisbyanto, R., Donsu, J.D.T & Mendri , N K. Gambaran Kepatuhan Diet
pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Di Unit Hemodialis Rsud Penembahan
Senopati Bantul. Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 2019;
27. Smeltzer, S & B. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2 Edisi
8.Jakarta : EGC. 2018.
35. Findasari. Hubungan Efikasi Diri dengan Stres Pasien Gagal Ginjal Kronik
(GGK) yang Menjalani Hemodialisa di Poli Hemodialisa Rumah Sakit
Daerah DR. Soebandi Jember. Skripsi Fak Keperawatan Univ Jember.
2019;1–100.