Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.

id
Volume 16, No 2, Desember 2020, Hal. 101-111 P-ISSN 1858-0696
DOI: 10.26753/jikk.v16i2.482 E-ISSN 2598-9855

PENERAPAN MODEL ADAPTASI ROY PADA ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS

Cahyu Septiwi1*, Wahyu Rizal Setiaji2


1
STIKES Muhammadiyah Gombong
2
RSU PKU Muhammadiyah Wonosobo
*e-mail: cahyuseptiwi@stikesmuhgombong.ac.id

Abstract

Keywords: Penggunaan teori model keperawatan sebagai framework dalam penelitian


Asuhan sangat penting untuk meningkatkan pengembangan pengetahuan dan
keperawatan, praktik asuhan keperawatan berbasis teori. Model Adaptasi Roy telah
Model Adaptasi
digunakan dalam berbagai penelitian keperawatan untuk meningkatkan
Roy, Penyakit
ginjal kronis pemahaman perawat dalam rangka meningkatkan kualitas asuhan yang
diberikan kepada pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan
gambaran penerapan Model Adaptasi Roy sebagai framework dalam
proses asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit ginjal kronis
untuk membantu klien beradaptasi dengan masalah yang timbul karena
penyakitnya. Metode yang digunakan adalah studi kasus pada klien dengan
penyakit ginjal kronis dengan melakukan wawancara, observasi, dan
dokumentasi medis dari rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
model asuhan keperawatan yang dikembangkan berdasarkan Model
Adaptasi Roy dapat mengkaji kebutuhan pasien dengan penyakit ginjal
kronis dengan pendekatan individual yang holistik, dan memberikan
kesempatan kepada klien untuk meningkatkan keterampilan dalam
mengatasi masalah dan beradaptasi dengan penyakitnya. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah Model Adaptasi Roy sangat efektif digunakan sebagai
framework dalam asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit ginjal
kronis.

PENDAHULUAN penelitian tersebut, PGK disebabkan oleh


beberapa penyakit seperti nefropati
Penyakit Ginjal Kronik atau PGK
diabetikum (52%), hipertensi (24%),
merupakan penyakit tidak menular yang
kelainan ginjal bawaan (6%), asam urat
bersifat kronis dimana fungsi ginjal
(1%), penyakit lupus (1%) dan lain-lain.
terganggu sehingga tubuh gagal untuk
Data Indonesian Renal Registry
mempertahankan metabolisme dan
menunjukkan bahwa pasien PGK yang
keseimbangan cairan dan elektrolit [1].
menjalani hemodialisis sejumlah 77 ribu
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018,
pasien, dan diperkirakan lebih dari 20 ribu
prevalensi PGK di Indonesia sebesar 3,8
pasien lainnya di seluruh Indonesia yang
persen atau naik sebesar 1,8 persen
belum mendapatkan akses pengobatan [2].
dibandingkan dengan 2013. Dari hasil

101
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

Sebagai penyakit kronis yang harus Menurut Roy, lingkungan adalah


melakukan terapi pengganti ginjal seumur semua kondisi, keadaan, dan stimulus yang
hidupnya, PGK memberi dampak dalam berasal dari dalam maupun luar yang dapat
seluruh aspek kehidupan, tidak hanya mempengaruhi perkembangan dan perilaku
pasien tapi juga keluarga, masyarakat dan individu dan kelompok. Tugas seseorang
mempengaruhi perekonomian negara. adalah mendisain lingkungan untuk
Individu yang mengalami PGK akan meningkatkan kemampuan adaptasi atau
menurun produktivitasnya, dapat meminimalkan resiko yang akan terjadi
mengalami disabilitas, dan meningkatkan pada saat terjadi perubahan. Definisi sehat
beban bagi keluarga dan keuangan negara. menurut Roy adalah suatu integritas atau
Pasien PGK yang menjalani prosedur keutuhan manusia meliputi integritas
hemodialisis memerlukan biaya sebesar 3,1 fisiologis, psikologis dan sosial,
triliun rupiah dan menempati urutan kedua kemampuan untuk mempertahankan diri,
penyakit dengan biaya tertinggi pada BPJS tumbuh, berkembang dan beradaptasi
Kesehatan setelah penyakit jantung [3]. secara terus menerus. Asuhan keperawatan
Model Adaptasi Roy merupakan teori yang diberikan bertujuan untuk
model keperawatan yang menganggap memaksimalkan respon adaptif melalui
bahwa individu, keluarga, dan masyarakat empat mode adaptasi, dan
adalah suatu sistem adaptif yang meminimalkankan respon maladaptif
memunculkan perilaku sebagai respon individu dalam kondisi sehat maupun sakit
terhadap rangsangan yang berasal dari [5].
lingkungannya [4]. Ketidakmampuan Roy mengidentifikasi tiga jenis
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan rangsangan dari lingkungan yang
internal dan eksternal akan menyebabkan mempengaruhi individu, yaitu stimulus
klien membutuhkan pelayanan kesehatan. fokal, kontekstual, dan residual. Stimulus
Tujuan keperawatan adalah membantu fokal adalah rangsangan yang langsung
klien beradaptasi dan meningkatkan berhadapan dengan seseorang dan
kesehatannya dengan cara membentuk menimbulkan efek segera. Stimulus
perilaku adaptif sehingga klien dapat kontekstual adalah semua rangsangan lain
beradaptasi dengan perubahan status yang berkontribusi langsung kepada
kesehatannya setelah menderita PGK seseorang atau faktor presipitasi. Stimulus
seumur hidupnya. Dalam konsep model ini residual adalah faktor yang tidak diketahui
terdapat empat komponen paradigma yang mungkin mempengaruhi seseorang
keperawatan yang terdiri dari manusia, atau faktor predisposisi berupa sikap,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan keyakinan dan pemahaman individu yang
saling mempengaruhi satu sama lain. dapat mempengaruhi terjadinya keadaan
Manusia adalah fokus utama penerima tidak sehat. Stimulus ini berkembang sesuai
asuhan keperawatan, baik itu individu, pengalaman yang lalu dan menjadi proses
keluarga, maupun masyarakat dan belajar untuk mentoleransinya. Stimulus
merupakan mahluk biopsikososial yang lingkungan berhubungan dengan proses
selalu berinteraksi dengan lingkungan koping, dimana individu menggunakan dua
kehidupannya secara terus menerus. proses koping yang disebut regulator dan
Manusia harus beradaptasi terhadap kognator. Koping regulator merujuk pada
perubahan lingkungan dalam memenuhi mekanisme koping yang melibatkan fungsi
empat mode adaptasi (fisiologis, konsep anatomi dan fisiologis dari tubuh yang
diri, fungsi peran dan interdependensi) meliputi saluran saraf, kimia, dan endokrin
dengan menggunakan koping yang efektif yang memproses rangsangan secara
untuk mencapai suatu keseimbangan [5]. otomatis. Koping kognator mencakup
kognitif-emosional yaitu proses persepsi

102
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

dan informasi, pembelajaran, penilaian, dan mengeluh sesak nafas, mual, muntah, dan
emosi [6][7][8]. bengkak pada ke-2 kakinya, dan didiagnosa
Dalam pengelolaan pasien PGK, PGK serta harus menjalani terapi
kepatuhan terhadap jadual terapi hemodialisis 2x/minggu. Berikut ini adalah
hemodialisis, manajemen diet dan penerapan proses keperawatan berdasarkan
pembatasan cairan, serta manajemen Model Adaptasi Roy :
psikososial sangatlah penting. a. Kelebihan volume cairan
Ketidakpatuhan terhadap manajemen PGK Perubahan status kesehatan akibat
ini dapat menyebabkan kematian karena penurunan fungsi ginjal merupakan
penumpukan racun sisa metabolisme di stimulus fokal yang menyebabkan
dalam tubuh, penumpukan cairan di paru, timbulnya masalah kelebihan volume
anemia, serta stress dan depresi cairan pada Tn. A. Pasien mempunyai
berkepanjangan yang dapat mempengaruhi perilaku inefektif pada mode fisiologis
kualitas hidup pasien. Untuk itu peran berupa edema, perubahan volume dan
tenaga kesehatan sangat penting dalam karakteristik urin, sesak nafas, dan
rangka membantu menyiapkan pasien PGK peningkatan tekanan darah 160/100 mmHg.
beradaptasi dengan status kesehatannya, Pada mode konsep diri klien menunjukkan
salah satunya dengan mengaplikasikan perilaku maladaptif berupa gangguan body
Model Adaptasi Roy dalam asuhan image terkait dengan adanya perubahan
keperawatan pada pasien PGK. Tujuan dari fisik akibat adanya edema. Sedangkan
penelitian ini adalah memberikan gambaran perilaku maladaptif pada mode fungsi peran
penerapan Model Adaptasi Roy sebagai ditunjukkan dengan kecemasan terhadap
framework dalam proses asuhan kondisi saat ini yang menyebabkan klien
keperawatan pada pasien dengan penyakit tidak dapat menyelesaikan kuliahnya.
ginjal kronis untuk membantu klien Penurunan fungsi ginjal diketahui dari hasil
beradaptasi dengan masalah yang timbul pemeriksaan CCT yaitu 0,89 ml/menit
karena penyakitnya. (normal 82-140) dan kesimpulan
pemeriksaan USG ginjal yang
menunjukkan adanya chronic parenchimal
METODE PENELITIAN
renal disease bilateral dengan GFR < 15 %.
Metode yang digunakan adalah Hal ini menyebabkan penurunan
studi kasus pada pasien PGK melalui kemampuan ginjal untuk melakukan proses
wawancara, observasi, dan dokumentasi filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi sehingga
tidak dapat mempertahankan
medis dari rumah sakit. Asuhan
keseimbangan cairan tubuh, yang
keperawatan yang diberikan pada pasien dimanifestasikan dengan penurunan jumlah
tersebut mengikuti proses keperawatan output dan karakteristik urin dan akumulasi
dalam Model Adaptasi Roy yang meliputi 6 cairan di dalam tubuh [9];[10].
proses yang meliputi pengkajian perilaku Klien mengalami perubahan
(mode fisiologis, konsep diri, fungsi peran, karakteristik urin menjadi keruh karena
dan interdependensi), pengkajian stimulus, banyak mengandung leukosit, eritrosit,
silinder dan sel epitel. Adanya proteinuri
menentukan diagnosa keperawatan,
(protein +2) dan hematuri (darah +3)
menentukan tujuan, intervensi, dan menunjukkan adanya kebocoran protein
evaluasi. yang dapat menyebabkan hipoalbuminemia
(kadar albumin 2,13 g/dL (normal 3,4 -
4,8). Hipoalbuminemia akan menyebabkan
HASIL DAN PEMBAHASAN penurunan tekanan osmotik plasma yang
Tn. A, usia 24 tahun, mahasiswa memungkinkan terjadinya perpindahan
semester akhir di sebuah Universitas swasta cairan intravaskuler ke intersisial.

103
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

Penurunan volume intravaskuler akan akan menyebabkan dehidrasi dan


menurunkan aliran darah ke ginjal, menurunkan suplai darah ke ginjal yang
sehingga mengaktivasi apparatus juxta dapat mengakibatkan kerusakan pada
glomerular untuk memproduksi renin. jaringan dan organ ginjal. Berbagai produk
Renin akan menstimulasi konversi suplemen yang beredar diduga
angiotensinogen menjadi angiotensin I mengandung satu atau lebih bahan yang
yang kemudian berkonversi menjadi dapat menimbulkan risiko penyakit ginjal
angiotensin II oleh enzim pengubah kronik pada pengonsumsinya. Minuman
angiotensin dari paru-paru. Angiotensin II suplemen mengandung multivitamin,
akan merangsang produksi aldosteron dari kafein, taurin, mineral, dan glukosa, dan
korteks adrenal yang akan meningkatkan taurin masih diragukan keamanannya
reabsorpsi sodium dalam ginjal sehingga apalagi jika dikonsumsi setiap hari.
menambah edema dan meningkatkan Intervensi keperawatan menurut Roy
tekanan darah [11]. bertujuan untuk membantu individu
Edema pulmo akibat penurunan fungsi meningkatkan kemampuan adaptasi
ginjal Tn. A mengakibatkan proses melalui pengaturan mekanisme regulator
kompensasi fisiologis tidak berjalan dan kognator, sehingga individu mampu
optimal, sehingga menyebabkan perilaku beradaptasi terhadap perubahan pada
inefektif yaitu sesak nafas, RR 30 kebutuhan fisiologi, konsep diri, fungsi
kali/menit, dan hipoksemia ringan peran dan interdependensi [12];[13].
berdasarkan hasil pemeriksaan AGD yang Intervensi untuk mengatasi masalah
menunjukkan penurunan pO2 69.9 mmHg ( kelebihan volume cairan pada Tn. A
normal 75-100) dan SaO2 92.1% (normal melalui aktivitas regulator adalah dengan
95-98). manajemen oksigenasi, manajemen cairan,
Penulis tidak memisahkan masalah dan manajemen terapi pengganti ginjal,
oksigenasi menjadi masalah tersendiri, sedangkan melalui aktivitas kognator
karena masalah dalam pertukaran gas adalah dengan manajemen edukasi pada
akibat edema pulmo terintegrasi dengan klien dan keluarga.
masalah kelebihan volume cairan. Stimulus Manajemen oksigenasi perlu
fokal pada kedua masalah tersebut adalah dilakukan pada Tn. A, karena oksigen
sama, yaitu penurunan fungsi ginjal yang merupakan salah satu komponen gas dan
menyebabkan gangguan keseimbangan unsur penting dalam proses metabolisme
cairan termasuk keseimbangan cairan di untuk mempertahankan kelangsungan
paru yang menyebabkan edema pulmo. hidup seluruh sel tubuh. Peningkatan
Dengan demikian intervensi keperawatan aktivitas regulator dilakukan dengan
untuk kedua masalah tersebut juga saling pemberian terapi oksigen 3 liter/menit
terintegrasi, karena bila aktivitas regulator melalui nasal kanul. Nasal kanul
dan kognator dapat meningkatkan merupakan suatu alat sederhana yang dapat
kemampuan adaptasi klien terhadap memberikan O2 kontinu dengan aliran 1–6
masalah kelebihan volume cairan, maka l/mnt, mudah dipasang, klien bebas makan,
mode oksigenasi juga akan menunjukkan bergerak, berbicara, dan klien lebih merasa
perilaku yang adaptif karena edema pulmo nyaman. Pemberian O2 dengan aliran 3
telah teratasi. liter/menit diharapkan dapat meningkatkan
Riwayat intake cairan Tn. A yang adaptasi tubuh terhadap kondisi hipoksemia
kurang dari 2 liter perhari dan kebiasaan yang dialami klien, ditandai dengan
mengkonsumsi minuman suplemen secara peningkatan PaO2 >90 mmHg dan SaO2
berlebihan merupakan stimulus kontekstual >90%, penurunan beban kerja jantung dan
yang mengakibatkan terjadinya paru-paru yang ditunjukkan dengan tanda-
hipovolemia dan penurunan fungsi ginjal tanda vital dan nilai analisa gas darah dalam
secara progresif. Kekurangan cairan tubuh batas normal.

104
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

Manajemen cairan yang dilakukan akibat pembatasan cairan. Pengaturan


pada klien meliputi pembatasan intake interval dan suhu air minum efektif untuk
cairan, terapi obat dan manajemen edukasi. menurunkan sensasi haus pada pasien
Program pembatasan cairan dilakukan hemodialisis. Hal ini disebabkan karena air
untuk meningkatkan aktivitas regulator dingin dapat menstimuli cold reseptor di
dalam upaya untuk mengurangi beban kerja mukosa mulut sehingga lebih efektif dalam
ginjal dan mengurangi akumulasi cairan menurunkan sensasi haus. Mengunyah
yang ada di dalam tubuh. Program permen karet yang mengandung xylitol
pembatasan cairan dikomunikasikan lebih efektif dalam manajemen haus karena
kepada klien dan keluarga agar intake permen xylitol dapat menstimulasi
cairan adekuat tetap dipertahankan untuk produksi saliva sehingga mulut tidak kering
mencegah dehidrasi yang dapat dan rasa haus menjadi berkurang.
memperburuk kondisi klien. Intake cairan Intervensi lain yang dapat dilakukan adalah
yang dihitung berdasarkan jumlah output dengan menggunakan larutan baking soda
urin perhari ditambah dengan IWL (sodium bikarbonat) sebagai obat kumur.
(Insensible Water Loss) yang dihitung Larutan obat kumur baking soda efektif
dengan rumus 15 cc per kilogram berat untuk mengurangi rasa haus karena dapat
badan per jam. Monitoring terhadap meningkatkan produksi saliva dan
balance cairan dilakukan dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri di mulut.
mencatat semua intake dan output cairan Larutan ini harganya murah dan dapat
dalam 24 jam, perubahan derajat edema dan dibuat sendiri oleh klien dengan cara
suara ronchi di paru, menimbang berat mencampur 1 sendok teh (5 ml) baking
badan tiap hari dengan alat dan waktu yang soda ke dalam 240 ml air matang, kemudian
sama, dan tanda-tanda vital yang digunakan untuk berkumur selama 10 detik
menunjukkan adanya perubahan minimal 4 kali sehari [14];[15];[16].
keseimbangan cairan tubuh. Dengan intervensi-intervensi tersebut
Manajemen rasa haus dilakukan diharapkan klien dapat meningkatkan
dengan pengaturan interval air minum kemampuan adaptasinya dalam mengelola
sesuai dengan kebutuhan klien tanpa rasa haus yang dialami oleh klien sebagai
mengganggu program pembatasan cairan. akibat dari program pembatasan cairan.
Perawat bersama klien mengidentifikasi Diharapkan klien dapat menunjukkan
periode waktu aktif klien yang perilaku adaptif dalam manajemen rasa
membutuhkan alokasi jumlah air minum haus dan manajemen cairan seperti
yang lebih banyak daripada waktu lainnya. penurunan edema, balance cairan yang
Periode pagi sampai siang hari merupakan seimbang, berat badan yang stabil, dan
saat dimana intake cairan lebih banyak tanda-tanda vital yang stabil. Perilaku
karena adanya 2 kali waktu makan dan adaptif tersebut diharapkan akan tetap
minum obat oral, sehingga 50% dari jumlah dipertahankan pada saat klien pulang dari
total asupan cairan pada waktu ini. Sore rumah sakit.
hari dengan 1 kali waktu makan dan minum Manajemen terapi sebagai intervensi
obat oral dialokasikan 25%-33% dari kolaborasi dalam meningkatkan aktivitas
jumlah total asupan cairan, dan sisanya regulator adalah dengan pemberian lasix
diberikan pada malam hari sampai injeksi 1x40 mg melalui intravena untuk
keesokan paginya karena sebagian besar meningkatkan diuresis dan mengurangi
waktu malam digunakan untuk tidur edema. kemudian pemberian Clonidin
sehingga tidak banyak membutuhkan tablet 1x0.15 mg yang bekerja melalui saraf
asupan cairan [1]. pusat untuk menurunkan tekanan darah
Pemberian kepingan es batu dan melalui stimulasi mediasi α-adrenergik
pengaturan suhu air minum dapat pusat diotak. Intervensi ini diharapkan
membantu klien mengurangi sensasi haus dapat meningkatkan perilaku adaptif yang

105
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

ditunjukkan dengan penurunan edema dan klien dapat menunjukkan perilaku adaptif
tekanan darah. Pemberian obat seperti penurunan kadar ureum dan
antihipertensi yang lain adalah Valsartan kreatinin, berkurangnya akumulasi cairan
tablet 1x80 mg yang merupakan jenis obat tubuh, berkurangnya edema pulmo, dan
ARB (Angiotensin Receptor Blocker). Hasil kestabilan tanda-tanda vital.
penelitian Shiga Mikroalbuminuria Intervensi keperawatan untuk
Reduction Trial (SMART) yang mengukur meningkatkan adaptasi klien melalui
efek ARB pada pasien hipertensi dengan aktivitas kognator adalah dengan
mikroalbuminuria terbukti menurunkan manajemen edukasi pada klien dan
tekanan darah dan albuminuria. Lasix keluarga. Intervensi tersebut diharapkan
injeksi 1x40 mg IV diberikan untuk dapat memunculkan perilaku adaptif yang
mengurangi penimbunan cairan dan ditunjukkan dengan adanya kesadaran diri
natrium. klien tentang pentingnya manajemen cairan
Manajemen terapi pengganti ginjal dan kepatuhan dalam menjalani program
sangat penting untuk meningkatkan pembatasan intake cairan sehari-hari. Klien
adaptasi klien, karena hemodialisis dan keluarga dapat meningkatkan
merupakan terapi yang harus dijalani oleh kemampuannya dalam memonitor
klien untuk menggantikan fungsi ginjal keseimbangan cairannya melalui
yang sudah mengalami kerusakan. pencatatan intake dan output harian
Hemodialisis merupakan terapi pengganti sehingga dapat menghitung kebutuhan
ginjal dengan menggunakan selaput cairan harian secara mandiri. Klien
membran semi permeabel (dialiser), yang diajarkan untuk dapat meningkatkan
berfungsi seperti nefron sehingga dapat kemampuannya dalam mengidentifikasi
mengeluarkan produk sisa metabolisme dan faktor rasa haus yang dapat menghambat
mengoreksi gangguan keseimbangan cairan keberhasilan program pembatasan cairan.
dan elektrolit pada pasien gagal ginjal. Manajemen rasa haus dapat dilakukan oleh
Klien diindikasikan untuk menjalani klien melalui beberapa intervensi seperti
hemodialisis rutin berdasarkan hasil pengaturan interval air minum, mengulum
Konsensus Dialisis Pernefri yang kepingan es batu, pengaturan suhu air
menyebutkan bahwa indikasi dilakukan minum, menghisap permen karet yang
tindakan dialisis adalah pasien gagal ginjal mengandung xilytol, berkumur dengan air
dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) biasa, dan penggunaan larutan sodium
<15 mL. Pada LFG <5 mL/menit, fungsi bikarbonat sebagai obat kumur.
ekskresi ginjal sudah minimal sehingga
mengakibatkan akumulasi zat toksik dalam Masalah kelebihan volume cairan pada
darah dan komplikasi yang membahayakan Tn. A memberikan efek terhadap mode
bila tidak dilakukan tindakan dialisis adaptif yang lain yaitu konsep diri dan
segera. fungsi peran. Kondisi fisik seperti edema,
Tn. A menjalani hemodialisis rutin sesak nafas mengakibatkan keterbatasan
dengan durasi 5 jam dan frekuensi 2 kali klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-
seminggu. Hal tersebut sesuai dengan hari sehingga memerlukan bantuan perawat
Konsensus Dialisis Pernefri yang dan keluarga. Sedangkan secara psikologis,
menyatakan bahwa adekuasi hemodialisis kondisi edema membuat klien merasa
dapat dicapai dengan jumlah dosis cemas dan mengalami gangguan body
hemodialisis 10-15 jam perminggu. Klien image, serta gangguan fungsi peran sebagai
juga diadaptasikan dengan rencana mahasiswa yang tertunda kelulusannya
pemasangan double lumen untuk karena kondisi saat ini membuat klien tidak
memudahkan proses dialisis. Terapi dapat mengikuti praktik lapangan dan
hemodialisis merupakan intervensi untuk menyelesaikan skripsi. Keadaan klien saat
meningkatkan aktivitas regulator sehingga ini sangat mempengaruhi integritas dalam

106
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

dirinya, sehingga membutuhkan intervensi adalah dengan cara pengaturan pola hidup
yang tepat dan dukungan keluarga yang sehat, diet yang seimbang, dan nutrisi yang
adekuat untuk meningkatkan kembali baik [5]. Dalam keadaan normal, ginjal
integritas diri klien. mengeluarkan sampah metabolisme
(seperti urea, kreatinin, dan asam urat)
Intervensi keperawatan untuk melalui urin. Penurunan fungsi ginjal pada
meningkatkan perilaku adaptif klien CKD menyebabkan tubulus renalis tidak
dilakukan dengan melakukan pendekatan dapat berfungsi optimal sehingga terjadi
dan komunikasi terapeutik dengan penimbunan sampah metabolisme di dalam
mendengarkan keluhan klien dan darah yang menyebabkan mual, muntah,
berdiskusi untuk menemukan mekanisme sakit kepala, letargi, dan anoreksia.
koping yang adaptif. Penjelasan tentang Peningkatan ureum dan kreatinin
mekanisme kelebihan cairan dan akibat penurunan fungsi ginjal pada Tn. A
penanganannya, menunjukkan aspek positif memunculkan perilaku inefektif pada mode
dari penampilan dan bukti penurunan fisiologi nutrisi yang dimanifestasikan
edema dan menjelaskan gejala edema akan dengan keluhan nausea, vomitus, dan
hilang setelah pengobatan, melibatkan klien anoreksia yang ditunjang dengan hasil
dalam setiap intervensi yang dilakukan, pemeriksaan laboratorium Hb 5,4 g/dl
melibatkan keluarga, teman, dosen klien (normal 13-16), albumin 2,13 g/dl (normal
untuk memberikan dukungan, akan 3.4-4.8), protein total 4,0 g/dl (normal 6,4-
meningkatkan adaptasi klien pada semua 8,7), ureum darah 249 mg/dl (normal <50),
mode adaptif. Modifikasi lingkungan juga dan kreatinin darah 16.1 mg/dl (normal 0.8-
merupakan bagian dari intervensi 1.3). Penurunan protein total dan albumin
keperawatan untuk meningkatkan adaptasi (hipoalbuminemia) terjadi akibat
klien. Ruang perawatan yang nyaman, kehilangan protein melalui urin akibat dari
menyediakan minuman di meja sesuai peningkatan permeabilitas ginjal terhadap
dengan jumlah yang diperbolehkan, protein. Hal tersebut dapat menyebabkan
sehingga pengontrolan intake cairan lebih intake nutrisi menjadi tidak adekuat
mudah dan klien dapat melakukan sehingga menimbulkan masalah gangguan
pengaturan interval minum sesuai dengan nutrisi. Pasien CKD akan mengalami
kebutuhan. anemia yang terjadi akibat adanya defek
eritropoesis, memendeknya umur eritrosit,
Hasil evaluasi kondisi klien terhadap
dan defisiensi nutrisi seperti zat besi, asam
masalah kelebihan cairan ini menunjukkan
folat dan vitamin B12. Defek eritropoesis
bahwa klien telah mempunyai kemampuan
terjadi karena menurunnya produksi
koping yang efektif meski belum optimal
eritropoetin akibat kerusakan ginjal,
terhadap cairan dan elektrolit dan
perubahan afinitas hemoglobin tehadap
oksigenasi, ditunjukkan dengan perilaku
oksigen, dan adanya toksin uremik dalam
adaptif seperti edema berkurang, sesak
darah yang menghambat respon eritrosit
nafas berkurang, balance cairan belum
terhadap eritropoesis. Nilai Hb yang
tercapai sepenuhnya.
direkomendasikan oleh National Kidney
Foundation’s Kidney Disease Outcomes
b. Resiko tinggi perubahan nutrisi :
Quality Initiative adalah 11-12g/dL.
kurang dari kebutuhan tubuh
(Penurunan kadar Hb dan albumin pada
Menurut Roy, tubuh manusia memiliki
pasien hemodialisis menyebabkan
kemampuan adaptif pada mode nutrisi
penurunan level oksigen dan sediaan energi
melalui adanya proses metabolisme,
dalam tubuh, yang mengakibatkan
dimana nutrisi akan meningkatkan
terjadinya kelemahan dalam melakukan
kesehatan seseorang dan mencegah
rutinitas harian, penurunan kesehatan
seseorang jatuh pada kondisi sakit. Perilaku
psikologis dan sosial [1].
adaptif yang diperlukan untuk mencapainya

107
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

Intervensi untuk mengatasi masalah Klien mendapatkan terapi vitamin yang


resiko kurang nutrisi pada Tn. A melalui mengandung Fe, asam folat dan B12 yang
aktivitas regulator adalah dengan penting untuk proses pembentukan
manajemen diet untuk memenuhi eritrosit. Pemberian vitamin B diberikan
kebutuhan nutrisi adekuat, meningkatkan dengan dosis sesuai kebutuhan tubuh klien.
Hb, dan mengatasi asidosis metabolik. Makanan kaya kalium harus dihindari,
Intervensi keperawatan yang lain untuk karena hiperkalemia (tingginya kadar
meningkatkan adaptasi klien adalah melalui kalium dalam darah) sangat berbahaya
aktivitas kognator dengan manajemen karena meningkatkan resiko terjadinya
edukasi pada klien dan keluarga, serta gangguan irama jantung dan cardiac arrest.
modifikasi lingkungan. Manajemen diet Kadar fosfat dalam darah dikendalikan
tinggi kalori dan rendah protein pada pasien dengan membatasi asupan makanan kaya
PGK bertujuan untuk mengurangi beban fosfat (misalnya produk olahan susu, hati,
kerja ginjal dengan mengurangi ekskresi polong, kacang-kacangan dan minuman
sampah metabolisme protein. ringan). Dapat diberikan obat-obatan yang
bisa mengikat fosfat, seperti kalsium
Manajemen nutrisi pada pasien karbonat, kalsium asetat dan alumunium
dialisis adalah untuk mencegah defisiensi hidroksida. Pemberian makanan yang telah
gizi, menjaga keseimbangan cairan dan diawetkan seperti cornet, buahan dalam
elektrolit serta menjaga agar akumulasi kaleng/sayur dalam kaleng, keju dan susu
produk sisa metabolisme tidak berlebihan. yang diawetkan akan berpotensi
Tinggi badan pasien 158 cm dan berat memperberat penyakit ginjal. Begitu pula
badan 55 kg. Diit yang diberikan pada Tn. pemberian makanan yang mengandung
AC adalah diit ginjal lunak 1700 kalori, soda atau penyedap Mono Sodium
rendah garam dan protein 0.8 gr/kgbb/hari. Glutamat juga memperberat dan
Manajemen anemia dilakukan dengan menurunkan fungsi ginjal. Buah-buahan
memantau hitung sel darah merah dan segar terutama pisang berpotensi
kadar hematokrit sesuai indikasi untuk menurunkan fungsi ginjal karena
mengetahui tingkat keparahan anemia, mengandung Natrium atau Calcium tinggi
memberikan medikasi sesuai resep, dan dapat merubah keseimbangan asam –
mencakup suplemen besi dan asam folat, basa dalam darah. Kalaupun hendak
Epogen dan multivitamin, karena sel darah dikonsumsi, buah buahan tersebut harus
merah membutuhkan besi, asam folat dan disetup hingga matang, buah dapat
vitamin untuk memproduksinya, sedangkan dikonsumsi tetapi air setup harus dibuang.
Epogen menstimulasi sumsum tulang untuk Sayuran kalau hendak dimakan mentah,
memproduksi sel darah merah, dipotong tipis tipis, kemudian dibilas
menghindari mengambil specimen darah beberapa kali untuk menghilangkan garam
yang tidak perlu karena anemia dapat mineralnya. Sayur yang dimasak seperti
dicetuskan oleh pengambilan sejumlah sayur bayam, atau sayur asem, boleh
specimen, menginstruksikan pasien dikonsumsi sayurnya, tetapi air kuahnya
bagaimana mencegah perdarahan dengan dilarang untuk dikonsumsi [11].
menghindari olahraga yang berat, dan
anjurkan pamakaian sikat gigi yang lembut Modifikasi lingkungan untuk
sehingga tidak memperburuk anemia, meningkatkan adaptasi klien terhadap
memberikan terapi komponen darah sesuai kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan
indikasi. Untuk penderita CKD target cara melibatkan klien dan keluarga untuk
pencapaian Hb adalah 11-12 g/dl, sehingga menjaga kebersihan di ruang perawatan.
harus dipantau nilai haemoglobin dan Hal ini penting karena lingkungan yang
hematokritnya [1]. kotor dan bau akan menambah nausea,
vomitus, dan anoreksia yang dialami klien.

108
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

Makanan yang disediakan di meja adalah gangguan body image dan reaksi berduka
makanan yang diberikan oleh ahli gizi. terhadap penyakit kronik yang dideritanya.
Pasien juga tidak memakan makanan dari Setiap orang menggunakan mekanisme
luar rumah sakit, sehingga zat gizi yang koping yang berbeda dan memerlukan
masuk dapat terpantau dengan baik dan dukungan psikologis selama proses
tidak mempengaruhi dietnya. Hambatan berduka. Pada awalnya pasien merasa
yang ditemui di rumah sakit adalah denial (menolak) kenyataan bahwa dia
pemberian makanan kadang diberikan menderita PGK dan harus menjalani
tanpa penjelasan yang rinci sehingga klien hemodialisis seumur hidupnya. Proses
dan keluarga terkadang mengalami anger tidak ditampilkan dalam perilaku.
kebingungan. Oleh karena itu dalam pengelolaan pasien
gagal ginjal, terapi farmakologis dan
c. Kecemasan nonfarmakologis termasuk modifikasi gaya
Ansietas merupakan diagnosa hidup, pengelolaan stres dan kecemasan
keperawatan yang muncul pada model merupakan langkah awal yang harus
konsep diri. Mode konsep diri didominasi dilakukan. Dukungan keluarga akan
oleh rasa cemas sebagai perilaku inefektif, mempengaruhi kesehatan secara fisik dan
yang distimulasi oleh kurangnya psikologis, dimana dukungan keluarga
pengetahuan tentang penyakit dan tersebut dapat diberikan melalui dukungan
perawatannya. Mode fungsi peran emosional, informasi atau nasihat,
didominasi oleh perilaku tidak efektif dukungan dalam masalah finansial,
berupa gangguan peran diri sebagai dukungan untuk mengurangi tingkat
mahasiswa yang distimulasi oleh kondisi depresi dan ketakutan terhadap kematian
pasien yang harus dirawat di rumah sakit. serta pembatasan asupan cairan. Dukungan
Sedangkan perilaku inefektif pada mode keluarga juga dapat mempengaruhi
interdependensi ditunjukkan dengan kepuasan seseorang terhadap status
kecemasan akan biaya perawatan dan kesehatannya yang berhubungan dengan
hemodialisis yang harus ditanggung oleh tingkat kecemasan, persepsi mengenai efek
orang tuanya. Kegagalan fungsi organ pada dari penyakit atau tindakan pengobatan [1].
pasien PGK mengakibatkan perubahan Intervensi keperawatan untuk
fisik berupa ketidakmampuan melakukan meningkatkan aktivitas regulator dan
aktivitas seperti sediakala dan kognator klien adalah dengan membangun
ketergantungan terhadap orang lain akibat komunikasi dan hubungan saling percaya,
keterbatasan dan kelemahan fisik. sering berdiskusi dengan klien dan
Ketergantungan pasien terhadap mesin keluarga, mendorong klien dan keluarga
hemodialisis seumur hidup, perubahan untuk mengungkapkan perasaannya,
peran, kehilangan pekerjaan dan mendengarkan dengan penuh perhatian,
pendapatan merupakan stressor yang dapat memberikan informasi terkait dengan
menimbulkan gangguan konsep diri pada penatalaksanaan penyakitnya dan prosedur
pasien PGK. pengajuan jaminan jamkesda, melibatkan
Dampak sosial dari PGK yang keluarga untuk memberikan dukungan
dialami oleh pasien dapat dihubungkan moral, dan menawarkan bila klien ingin
dengan aspek fisik dan psikologis, sehingga berkonsultasi dengan rohaniawan atau
memerlukan proses adaptasi secara psikiater jika diperlukan.
bertahap. Ketegangan peran berupa Modifikasi lingkungan untuk
perubahan peran sehat sakit akibat meningkatkan adapatasi klien adalah
kegagalan fungsi ginjal dan perubahan dengan menempatkan klien satu ruangan
bentuk dan penampilan fisik merupakan dengan pasien yang mengalami masalah
stimulus yang dapat menyebabkan pasien yang sama, yaitu PGK dengan
berperilaku maladaptif. Pasien mengalami hemodialisis. Dengan demikian diharapkan

109
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

klien dapat memahami bahwa tidak hanya SIMPULAN DAN SARAN


dirinya yang mengalami PGK, klien dapat
Dalam upaya mempersiapkan
berbagi pengalaman dengan pasien lain.
asuhan keperawatan yang berkualitas untuk
Saat menjalani jadual hemodialisis,
pasien PGK, perawat harus memilih model
sebelumnya penulis telah
yang tepat, efektif dan efisien. Model
mengkomunikasikasikan masalah
Adaptasi Roy dapat diterapkan pada asuhan
kecemasan yang dihadapi klien kepada
keperawatan pasien PGK, karena
perawat unit hemodialisis, sehingga klien
memenuhi semua aspek kebutuhan pasien
ditempatkan di samping pasien yang sebaya
secara komprehensif meliputi kebutuhan
dan memiliki semangat hidup yang tinggi,
fisiologis, konsep diri, adaptasi dan
sehingga diharapkan klien dapat
interdependensi. Penggunaan Model
termotivasi dan tumbuh semangatnya.
Adaptasi Roy sebagai upaya untuk
Keluarga, teman kuliah, dan dosen yang
meningkatkan kapasitas adaptif pasien
berkunjung dilibatkan untuk memberikan
untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
support mental kepada klien.
terus berubah, membentuk keterampilan
Perawat mendampingi dan untuk mengaktifkan mekanisme pertahanan
melibatkan support sistem keluarga dalam yang bertindak sebagai respons untuk
memberikan dukungan kepada klien dalam rangsangan. Proses keperawatan yang lebih
menghadapi fase-fase berduka. Saat awal komprehensif dalam memecahkan masalah
didiagnosa PGK dan harus dilakukan akan memungkinkan pemilihan tindakan
dialisis, klien menampilkan perilaku yang tepat, sehingga asuhan keperawatan
inefektif dengan respon menolak (tahap yang berkualitas akan dapat meningkatkan
denial) bahwa dirinya hanya sakit biasa dan respon adaptif pasien dengan PGK.
tidak memerlukan terapi dialisis. Tahap ini
berlanjut pada tahap anger yang DAFTAR PUSTAKA
ditunjukkan dengan perilaku tidak mau
dipasang double lumen. Perawat dan ibu [1] Brunner & Suddart., Keperawatan
pasien yang menunggu berusaha Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
melakukan pendekatan pada klien dengan EGC, 2013.
mendorong klien untuk mengekspresikan [2] Health Research and Development
perasaannya dan ketakutan-ketakutan yang Agency, “Basic Health Research,”
dihadapi. Perawat juga melibatkan pasien 2013.
dalam ruangan tersebut yang menderita [3] “IKCC.” .
penyakit yang sama dengan klien untuk [4] J. Fawcett, “Using the Roy
saling bertukar pengalaman. Tahap Adaptation Model to Guide
bargaining dilalui oleh klien dengan Research and / or Practice :
banyak berdiskusi dengan dokter, perawat Construction of Conceptual-
dan ibu klien. Dan pada hari ke tiga Systems of Knowledge,” vol. 9, pp.
perawatan klien akhirnya sampai pada 297–306.
tahap menerima (acceptance), klien mau [5] Tomey and Alligood, Nursing
dipasang double lumen dan bersedia Theorists and Their Work (7th ed.).
menjalani hemodialisis. Evaluasi Maryland Heights, MO: Mosby
menunjukkan bahwa perilaku adaptif klien Elsevier, 2010.
mulai terbentuk meskipun belum [6] M. Kathleen, Roy Adaptation Model
maksimal, karena proses penerimaan diri second edition. Burlington,
terhadap adanya penyakit kronik dan terapi Massachusetts: Jones & Bartlett
hemodialisis seumur hidupnya tentu Learning, 2015.
membutuhkan waktu yang tidak sebentar. [7] K. M. Jennings, “HHS Public
Access,” vol. 40, no. 4, pp. 370–383,
2018.

110
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

[8] K. D. Philips, “Sister Callista Roy: [13] F. E. Ursavaş, Ö. Karayurt, and Ö.


Adaptation Model. In Tomey and İşeri, “Nursing Approach Based on
Alligood (Eds). Nursing Theorist Roy Adaptation Model in a Patient
and their works,” 7th ed., Maryland Undergoing Breast Conserving
Heights: Mosby, 2010. Surgery for Breast Cancer,” pp. 134–
[9] B. & Suddart., Buku Ajar Medikal 140, 2014.
Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC. [14] M. S. A. S. Anis Ardiyanti, Yunie
2011. Armiyati, “PENGARUH KUMUR
[10] S. Herdman, H & Kamitsuru, DENGAN OBAT KUMUR RASA
NANDA-I Diagnosis Keperawatan MINT TERHADAP RASA HAUS
Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, PADA PASIEN PENYAKIT
Ed 11. Jakarta: EGC, 2018. GINJAL KRONIK YANG
[11] B. & Hawks, Medical Surgical MENJALANI HEMODIALIS DI
Nursing : Clinical Management for SMC RS TELOGOREJO,” J. Ilmu
Positive Outcome, 8 ed. St Louis Keperawatan dan Kebidanan, 2015.
Missouri: Elsevier Saunders, 2009. [15] N. W. Arfany et al., “MENGULUM
[12] J. Rosińczuk, A. Kołtuniuk, M. ES BATU TERHADAP
Górska, and I. Uchmanowicz, PENURUNAN RASA HAUS
“Pielęgniarstwo The Application of PADA PASIEN PENYAKIT
Callista Roy Adaptation Model in GINJAL KRONIS YANG
the Care of Patients with Multiple MENJALANI HEMODIALISIS DI
Sclerosis – Case Report RSUD Pendahuluan Jurnal
Zastosowanie modelu adaptacyjnego Keperawatan dan Kebidanan ( JIKK
Callisty Roy w opiece nad chorym ze ),” pp. 1–9, 2014.
stwardnieniem rozsianym – opis [16] Rahmawati, “PENGARUH
przypadku,” vol. 4, no. 3, pp. 121– PENGATURAN INTERVAL DAN
129, 2015. SUHU AIR MINUM,” 2008.

111

Anda mungkin juga menyukai