Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN DENGAN

KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK


YANG MENJALANI HEMODIALISIS

Yanita Isyabella Bandola1, Budi Artini2, Pandeirot M Nancye3


1,2,3
Program Study SI Keperawatan STIKes William Booth Surabaya. Jl.Cimanuk No.20 Surabaya
E-mail: yanitaisyabellabandola952@gmail.com

ABSTRAK
Kepatuhan merupakan masalah yang sering dialami pasien hemodialisis dan dapat berdampak
terhadap berbagai aspek perawatan pasien,termasuk obat-obatan dan rejimen pengobatan serta
pembatasan makanan dan cairan Diperlukan kepatuhan dalam proses penatalaksanaan hemodialisis
untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Tujuan : Menganalisis hubungan tingkat kepatuhan
pembatasan cairan dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
Metode : Desain penelitian ini adalah kuantitatif analisis korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 66 yaitu seluruh pasien penyakit gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consercutive sampling
didapatkan 32 responden.Instrumen penelitian menggunakan kusioner KDQOL-SF dan kusioner
kepatuhan pembatasan cairan. Hasil penelitian : Menunjukan kepatuhan pembatasan cairan pasien
gagal ginjal kronik terbanyak responden kategori cukup patuh 18 responden (56.2%) dan kualitas hidup
responden terbanyak kategori buruk 26 responden (81.2%). Setelah dilakukan ujistatistik Chi Square
didapatkan hasil p=0,530 yang artinya p value>0,05 menunjukan bahwa Ha ditolak. Kesimpulan : tidak
ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan pembatasan cairan dengan kualitas hidup gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis. Diskuai : upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap
pembatasan cairan perlu selalu dilakukan edukasi tentang kepatuhan pembatasan cairan serta mencari
faktor-faktor lain yang dapat berhubungan dengan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani
hemodialisis.

Kata kunci : Kepatuhan pembatasan cairan, Kualitas hidup, Gagal ginjal kronik

ABSTRACT
Adherence is a problem that is often experienced by hemodialysis patients and can have an
impact on various aspects of patient care, including drugs and treatment regimens as well as food and
fluid restrictions. Compliance is required in the hemodialysis management process to achieve a better
quality of life. Objective : To analyze the relationship between the level of compliance with fluid
restriction and the quality of life of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis.
Methods : The design of this study is a quantitative correlational analysis with a cross sectional
approach . The total population in this study was 66, namely all patients with chronic kidney failure
who underwent hemodialysis. Sampling was done by consercutive sampling and obtained 32
respondents. The research instrument used the KDQOL-SF questionnaire and the fluid restriction
compliance questionnaire. The results of the study : Showing compliance with fluid restriction in
patients with chronic kidney failure, most respondents were in the moderately obedient category, 18
respondents (56.2%) and the quality of life of the respondents in the poor category was 26 respondents
(81.2%). After the Chi Square statistical test, the results were p = 0.530, which means that p value>
0.05 indicates that Ha is rejected. Conclusion : there is no significant relationship between adherence
to fluid restriction and quality of life of chronic renal failure undergoing hemodialysis. Discussion :
Efforts to improve patient compliance with fluid restriction need to always be educated about
compliance with fluid restriction and look for other factors that can relate to the quality of life of CKD
patients undergoing hemodialysis.

Key words : Compliance with fluid restriction, Quality of life, Chronic renal failure

9
PENDAHULUAN menjalani terapi hemodialisis masih
merupakan masalah yang menarik perhatian
Hemodialisis merupakan para profesional kesehatan. Kualitas hidup
penatalaksanaan terapi pasien gagal ginjal merupakan keadaan dimana seseorang
kronis (GGK) tahap akhir untuk menjaga mendapatkan puasan atau kenikmatan
tubuh tetap sehat (Arafat et al, 2016). dalam kehidupan sehari-hari,karena
Bahaya dari penyakit GGK dapat Pembatasan asupan cairan pada pasien GGK
mengakibatkan berbagai komplikasi dapat dirasakan sebagai gangguan, karena
diantaranya hiperkalemia, hipertensi, dan dapat mengubah gaya hidup pasien,
penyakit tulang. Hemodialisis dapat sehinggah pasien sering mengabaikan
mengurangi resiko kematian tetapi tidak batasan dalam asupan cairan begitu juga
dapat mengobati total penyakit gagal ginjal yang dialami oleh pasien hemodialisis
serta tidak bisa meminimalisir hilangnya Kualitas hidup pasien gagal ginjal
kerja metabolisme yang di lakukan ginjal kronik (GGK) merupakan harapan individu
dan efek dari penyakit gagal ginjal beserta terhadap kehidupannya dibandingkan
terapinya terhadap kualitas hidup penderita dengan realita yang dihadapinya. Fluktuasi
sehingga penderita perlu patuh menjalankan kualitas hidup pasien GGK dipengaruhi oleh
terapi hemodialisis. status fisik, psikologis, hubungan sosial,
Kepatuhan adalah Suatu bentuk kemandirian, kepercayaan pribadi, dan
perilaku yang timbul akibat adanya interaksi lingkungan.Sebuah studi menunjukkan
antara petugas kesehatan dan pasien bahwa pasien hemodialisis dengan
sehingga pasien mengerti rencana dengan manajemen cairan yang baik kualitas
segala konsekwensinya dan menyetujui hidupnya lebih tinggi dari pasien GGK yang
rencana tersebut serta melaksanankannya. manajemen cairannya buruk (Isroin, 2014).
(Kemenkes RI, 2011).Kepatuhan Sudah dilakukan penelitian dari beberapa
merupakan masalah yang sering dialami orang ternyata banyak pasien yang tidak
oleh pasien hemodialisis dan dapat patuh itu penyebabnya kualitas hidupnya
berdampak terhadap berbagai aspek tidak baik. Pembatasan cairan merupakan
perawatan pasien, termasuk obat-obatan, salah satu terapi yang dapat dilakukan pasien
dan rejimen pengobatan serta pembatasan untuk mengontrol jumlah cairan yang masuk
makanan dan caira diharapkan pasien sesuai dengan jumlah cairan yang keluar
mempunyai kemauan dan kemampuan untuk sehingga masalah seperti edema dapat
mengikuti semua nasihat, aturan yang dihindari (Yuliana dan Setyanita, 2016).
ditetapkan mengikuti jadwal yang diberikan Kepatuhan pembatasan cairan merupakan
oleh petugas kesehatan, Diperlukan salah satu terapi yang dapat dilakukan pasien
kepatuhan dalam proses penatalaksanaan untuk mengontrol jumlah cairan yang masuk
hemodialisis untuk mencapai kualitas hidup sesuai dengan jumlah cairan yang
yang lebih baik.Akibat dari Ketidak patuhan keluar.Terapi pembatasan cairan yang dapat
dapat menimbulkan komplikasi kegawatan, dilakukan dengan menjumlahkan urin yang
penumpukan zat-zat berbahaya dari tubuh keluar selama 24 jam + 500 ml. Pembatasan
yang semuanya akan berdampak pada cairan dilakukan untuk mencegah berbagai
kualitas hidup pasien. komplikasi di antaranya kelebihan volume
Kualitas hidup (Quality of life) cairan dan sesak nafas. Komplikasi tersebut
merupakan konsep analisis kemampuan dapat menurunkan kualitas hidup bahkan
individu untuk mendapatkan hidup yang menyebabkan kematian, karena untuk
normal terkait dengan persepsi secara meningkatkan kualitas hidup dibutuhkan
individu mengenai tujuan, harapan, standart kepatuhan pasien. Kepatuhan pada program
dan perhatian secara spesifik terhadap kesehatan merupakan perilaku yang dapat
kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi diobservasi sehingga dapat langsung diukur
oleh nilai dan budaya pada lingkungan melalui hasil atau tujuan yang dicapai dalam
individu tersebut berada (Todaro & program pengobatan yang telah ditentukan,
Franceschi, 2019). Menurut Togotorop dapat mencegah, meminimalkan komplikasi
(2011), kualitas hidup pasien GGK yang pada pasien hemodialisis serta faktor penting

10
yang berkonstribusi untuk kelangsungan telah dianjurkan oleh perawat hemodialisis.
hidup dan kulitas hidup (Morton et al., Berdasarkan fenomena diatas saya melihat
2012). bahwa pasien gagal ginjal kronis banyak
Faktor-fakor yang mempengaruhi yang mengalami kelebihan volume cairan
kepatuhan adalah usia, jenis kelamin, diakibatkan karena ketidakpatuhannya
pengetahuan, sikap, kepercayaan, motivasi, sehingga mngakibatkan kualitas hisup tidak
dukungan social dan sistem pelayanan baikshingga banyak pasien hemodalisis
kesehatan (Syamsiah, 2011). Terjadinya yang harus menjalani hemodialisis bukan
peningkatan berat badan intradialitik akibat pada waktunya/ jadwalnya. Pada pasien
ketidak patuhan asupan cairan pasien yang hemodialisis akan mengalami peningkatan
menjalani hemodialisa berdampak pada rasa haus. Sensasi kehausan pada pasien
terjadinya penumpukan cairan secara kronis penyakit gagal ginjal kronik disebabkan
dan berisiko terhadap gangguan pada karena proses penyakit dapat mempengaruhi
kardiovaskuler dan hipertensi, serta kelenjar ludah dan menyebabkan penurunan
meningkatkan mortalitas dan morbiditas produksi saliva sehingga meningkatkan
pada pasien gagal ginjal kronik sensasi kehausan, dan berkontribusi untuk
Menurut data riset World Health asupan cairan yang berlebihan
Organization (WHO) tahun 2016 presentase (BruzdaZwiech,et al.,2018).Kondisi ini
angka penyakit gagal ginjal kronis sebesar menyebabkan pasien GGK akan melanggar
41,1% (WHO, 2016). Data Riset Kesehatan intervensi untuk pembatasan cairan.
Dasar tahun 2018 di Indonesia persentase Pembatasan asupan cairan pada GGK dapat
penyakit gagal ginjal kronik menunjukan dirasakan sebagai gangguan, karena dapat
angka 3,8%, deganprevalensi terendah 1,8% mengubah gaya hidup pasien, sehingga
dan tertinggi sebesar 6,4%, Penyakit gagal pasien sering mengabaikan batasan dalam
ginjal kronik meningkat seiring dengan asupan cairan (Riyanto, 2011). Asupan
bertambahnya usia. Persentase tertinggi cairan yang berlebihan dapat dilihat dari
terjadi pada penduduk yang berusia 65-74 kenaikan berat badan diantara waktu dialitik
tahun.Prevalensi gagal ginjal kronik lebih Intradialitic Weight Goin (IDWG).IDWG
tinggi pada laki-laki 4,17% dari pada merupakan metode visual untuk mengukur
perempuan 3,52%, gagal ginjal kronik lebih tingkat kepatuhan terhadap asupan cairan
banyak terjadi pada masyarakat perkotaan (Ramezani, T et al.2019) IDWG pada pasien
(Riskesdas, 2018), Data pasien yang hemodialisis tidak boleh lebih dari 5%
menjalani hemodialisis sebanyak 59 orang IDWG. Peningkatan IDWG dapat
dengan frekwensi hemodialisis tiga kali menyebabkan resiko kematian dan
seminggu sebanyak 8 orang, dua kali penurunan kualitas hidup (Kahraman, 2015).
seminggu sebanyak 51 orang. Dari hasil Komplikasi GGK sehubungan dengan
wawancara yang dilakukan terhadap enam overload dapat dicegah melalui pembatasan
pasien yang berada di ruang tunggu intake cairan yang efektif dan efisien.
mengenai kepatuhan dan kualitas hidup Keefektifan pembatasan jumlah cairan pada
pasien selama menjalani terapi hemodialisis. pasien GGK bergantung kepada beberapa
Data kepatuhan dari enam pasien gagal hal,
ginjal kronik yang menjalani hemodialsis,
empat pasien mengatakan bahwa sulit untuk
mengontrol minum karena sensasi haus yang
mereka alami,serta ada beberapa obat yang
harus mereka konsumsi yang membutuhkan
air untuk dapat mminum obat tersebut,
sedangkan dua pasien mengatakan bahwa
dirinya mengetahui tentang penyakitnya
yang akan selalu bergantung kepada terapi
hemodialisis untuk menyambung
kehidupannya sehingga mereka dapat
mengatur diet cairan dan makanan yang

11
antara lain pengetahuan pasien terhadap 24 pertanyaan, pemberian kusioner dilakukan
jumlah cairan yang boleh diminum. Upaya sebanyak 1 kali Hasil penelitian dilakukan analisa
untuk menciptakan pembatasan asupan cairan dengan menggunakan Uji Chi Square
melalui pemantauan intake output cairan per
harinya, sehubungan dengan intake cairan
pasien GGK bergantung pada jumlah urine 24 HASIL PENELITIAN
jam.(Pasticci et al. 2021). 1. Data Umum
Oleh Sebab itu pentingnya a) Karasteristik Responden berdasarkan
meningkatkan kepatuhan diet pembatasan Umur
cairan pada pasien penyakit ginjal kronik,
seperti perlunya melakukan edukasi untuk Tabel 1 Distibusi Frekwensi berdasarkan umur
mempertimbangkan faktor-faktor yang No Umur Frekwensi Presentae
berpengaruh seperti melibatkan keluarga 1 18-45 Tahun 8 25%
untuk dapat memantau dan mengatur diet 2 46-59 Tahun 11 34.4%
makan dan cairan pada waktu pasien dirumah. 3 >60 Tahun 13 40.6%
Sehingga capaian terhadap kepatuhan Total 32 100%
pembatasan cairan dapat dikendalikan dan
kualitas hidup pasien dengan gagal ginjal Berdasarkan tabel 1 didapatkan usia terbanyak
kronis yang menjalani hemodialisis semakin yang menjalani hemodialisis adalah usia >60
meningkat. Berdasarkan uraian tersebut tahun sebanyak 13 orang ( 40,6%).
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
kepatuahan pembatasan cairan dengan kualitas b) Karasteristik Responden berdasarkan
hidup pasien penyakit ginjal kronik yang Jenis Kelamin
menjalani hemodialisis. Tabel 2. Distibusi Frekwensi berdasarkan Jenis
Kelamin.
METODE
No Jenis Frekwensi Presentae
Kelamin
Pada penelitian ini, Peneliti
1 Laki-Laki 17 53.1%
menggunakan teknik penelitian kuantitatif
2 Perempuan 15 46.9%
analisis korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah Populasi penelitian adalah Total 32 100%
66 yaitu seluruh pasien penyakit gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis Berdasarkan tabel 2 didapatkan jenis
reguler.Pengambilan sampel dilakukan kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sejumlah
dengan menggunakan menggunakan 17 orang ( 53.1%).
consercutive sampling Variabel bebas
(independen) dalam penelitian ini adalah c) Karasteristik Responden berdasarkan
Kepatuhan pembatasan cairan, sedangkan Pendidikan
variabel terikat (dependen) adalah kualitas Tabel 3. Distibusi Frekwensi berdasarkan
hidup. Pedidikan
Instrumen penelitian yang digunakan
No Pendidikan Frekwensi Presentae
adalah kusioner kepatuhan pembatsan cairan
1 SD 2 6,2%
dan kusioner kualitas hidup yang dilakukan
2 SMP 6 18.8%
pada tanggal 14 desember 2021 sampai 3 SMA 15 46.9%
dengan 17 desember 2021. Proses 4 PT 9 28,1%
pengumpulan data penelitian dilakukan Total 32 100%
menggunakan kusioner kepatuhan pembatasan
cairan yang berjumlah 16 pertanyaan dan
kusioner kualitas hidup KDQOL-SF dengan

12
Berdasarkan tabel 3, didapatkan sebagian Berdasarkan Tabel 6, diketahui sebagian
besar responden berpendidikan SMA besar pasien gagal ginjal kronis menjalani
sebanyak 15 orang (46.9%). hemodialisis mempunyai kualitas hidup yang
buruk senbanyak 26 responden (81.2 %)
d) Karasteristik Responden berdasarkan
Pekerjaan c. Tabel 7 Uji Chi Square Hubungan
Tabel 4. Distibusi Frekwensi berdasarkan Kepatuhan Pembatasan Cairan Dengan
Pekerjaan Kualitas Hidup Pasien gagal ginjal
Kronis yang menjalani Hemodialisis
No Pekerjaan Frekwensi Presentae KUALITAS
1 IRT 9 28.1% KEPATU HIDUP Total
2 Tidak 5 15.6% HAN
Buruk Baik
Bekerja PEMBAT
SANCAIR frek frek Fre Pros
3 Wiraswasta 8 25% uen uen keu enta
4 Swasta 7 21.9% AN
si si nsi se
5 Pensiunan 3 9.4% Tidak 9.4
Total 32 100% 3 0 3
Patuh %
Berdasarkan tabel 4 didapatkan Cukup 56.2
pekerjaaan responden yang paling banyak 15 3 18
Patuh %
adalah Ibu rumah tangga yaitu sejumlah 9 34.4
Patuh 8 3 11
orang (28.1%) %
100
Total 26 6 32
2 Data Khusus %
a. Tabel 5 Distribusi Frekwensi Kepatuhan Uji Chi Square dengan p value = 0.530
Pembatasan Cairan pasien
Gagal Ginjal Kronis di Ruang Hemodialisis Berdasarkan tabel diatas, dari hasil
uji statistik meggunakan uji Chi Square
No Kepatuhan Frekwensi Presentase
didapatkan hasil p= 0.530 dengan tingkat
1 Tidak Patuh 3 9.4%
2 Cukup Patuh 18 56.2%
kemaknaan p> 0.05 berarti tidak ada hubungan
3 Patuh 11 34.4% yang signifika antara kepatuhan pembatasan
Total 32 100% cairan dengan kualitas hidup paisien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
Berdasarkan Tabel 5, didapatkan pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani PEMBAHASAN
hemodialisis sebagian besar Cukup Patuh 1. Kepatuhan Pembatasan Cairan pasien
terhadap pembatasan cairan sebanyak 18 gagal ginjal kronis yang menjalani
orang ( 56.2%) Hemodialisis
Berdasarkan tabel 5, diketahui
b. Tabel 6 Distribusi Frekwensi Kualita Hidup responden memiliki tingkat kepatuhan tidak
pasien patuh sebanyak 3 orang ( 9.4%), kategori
Gagal Ginjal Kronis yang menjalani cukup patuh 18 orang (56.2%) dan kategori
Hemodialisis patuh sebanyak 11 orang (34.4%). Hasil
penelitian yang didapatkan ternyata
No Kualitas Frekwensi Presentae kebanyakan responden cukup patuh terhadap
Hidup pembatasan cairan yaitu sebesar 56.2% yang
1 Buruk 26 81.2% disebabkan karena kurangnya pemahaman
2 Baik 6 18.8% pasien tentang pentingnya kepatuhan
Total 32 100% pembatasan cairan dan diet yang harus mereka
jalani dan dukugan dari keluarga demi

13
meningkatkan kualitas hidup. Jin, et al, 2008 Beberapa bukti menunjukan bahwa tingkat
menyatakan bahwa banyak faktor yang pendidikan pasien berperan dalam kepatuhan,
mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien
terhadap terapi dianataranya yaitu faktor 2. Kualitas Hidup paien gagal ginjal kronis
demographic (usia, gender, ethnic, tinkat yang menjalani Hemodialisis
pendidikan, dll), faktor psikologik Berdasarkan tabel 6, menunjukan dari
(kepercayaan, motivasi, hubungan dengan 32 jumlah keseluruhan responden, yang
perawat) dan faktor terapi. memiliki kualitas hidup buruk sebanyak 26
Pada tabel 2, berdasarkan penelitian ini responden (81.2%) dan sebanyak 6 responden
dapat diketahui bahwa dari 32 responden (18.8%) memiliki kualitas hidup baik.
sebagian besar yaitu sebanyak 17 responden Berdasarkan penelitian ini Dapat diartikan
(53.1%) adalah berjenis kelamin laki-laki dan bahwa sebagian besar pasien yang menjalani
15 responden (46.9%) berjenis kelamin hemodialisis, mempunyai kualitas hidup yang
perempuan. Hasil analisis menunjukan tidak buruk. jika dilihat dari pengaruh buruknya
ada hubungan yang signifikan antara jenis kualitas hidup pasien yang menjalani
kelamin dengan kepatuhan pembatsan cairan. hemodialisis tidak hanya di pengaruhi oleh
Hal ini sejalan dengan pernyataan Jing Jin,et tingginya tingkat kepatuhan pembatasan
al. (2008) bahwa beberapa penelitian cairan saja tapi tetapi dipengaruhi juga oleh
membuktikan bahwa tidak ada hubungan beberapa faktor antara lain adalah tingkat
antara jenis kelamin dengan kepatuhan stadium GGK, frekwensi terapi hemodialisis
pembatan cairan. dan dukungan sosial. menurut Wiliyanarti &
Berdasarkan tabel 3, diketahui Muhith (2019) menyatakan bahwa penderita
karakteristik responden berdasarkan gagal ginjal kronis maupun keluarganya akan
pendidikan terakhir sebagian besar mendapatkan dampak langsung dari
berpendidikan SMA sebanyak 14 responden pengobatan terapi hemodialisa. Adapun
(46.9%),pendidikan terakhir SD sebanyak 2 dampak yang kurang baik dari proses
reponden (6.2%), SMP sebanyak 6 responden pengobatan ini seperti aspek psikologis, aspek
(18.8%) dan perguruan tinggi 9 responden social, aspek fisik, dan aspek finansial.
(28.1%). Tingkat pendidikan merupakan Kecemasan dan perubahan konsep diri pada
indikator bahwa seorang telah menempuh pasien merupakan salah satu hal yang muncul
jenjang pendidikan formal di bidang tertentu, jika ditinjau dari aspek psikologis. Maka
namun bukan indikator bahwa seseorang telah dibutuhkan dukungan baik dari keluarga
menguasai beberapa bidang ilmu. Seseorang masyarakat dan petugas Kesehatan selama
dengan pendidikan lebih baik, lebih matang menjalani terapi hemodialisa. Sehingga pasien
terhadap proses perubahan pada dirinya, dapat menerima perubahan yang akan terjadi
sehingga lebih mudah menerima pengaruh pada diri pasien tersebut, yang akhirnya akan
luar yang positif, objektif dan terbuka terhadap berdampak pada peningkatan kualitas hidup
berbagai informasi tentang kesehatan setelah dilakukan terapi hemodialisa. Menurut
(Notoadmodjo, 2007). Pada penelitian ini (Rehman et al, 2019) Kualitas hidup pasien
sebagian besar responden berpendidikan SMA yang menjalani hemodialisa kadang sering
sebanyak 14 responden (46.9%), dengan mengalami penurunan karena pasien harus
tingkat pendidikan menengah ini responden mengubah kebiasaan hidupnya. Lebih-lebih
lebih memahami dan patuh terhadap untuk pasien yang baru saja menjalani
pembatasan asupan cairan yang dapat hemodialisa, pasien merasa belum siap
mempengaruhi kesehatan. Pendidkan menerima penyakit dan perubahan gaya
merupakan faktor yang penting pada pasien hidupnya sehingga masih harus beradaptasi.
untuk dapat memahami dan mengatur dirinya Tidak mampu, teragntung pada orang lain,
sendiri dalam makan maupun minum. biaya pengobatan yang mahal sehingga
mengganggu aktifitas normal yang biasa

14
dilakukan. Persoalan tersebut akan kronis yang menjalani hemodialisis, peneliti
mempengaruhi kehidupan pasien dalam segi mendapatkan bahwa dari 11 pasien yang Patuh
spiritual, psikologis, sosial serta keluarga dan pada pembatasan cairan hanya 3 responden
seterusnya akan mempengaruhi fisik, yang kualitas hidupnya baik dan 8 responden
psikologis dan emosi pasien. Pada pasien juga yang tergolong kualitas hidup buruk.
terjadi penurunan otonomi, kehilangan Berdasarkan dari hasil penelitian ini, jika
identitas peran keluarga, terpisah dari dilihat dari adanya hubungan antara kepatuhan
keluarga, perasaan terisolasi, membutuhkan pembatasan cairan dengan kualitas hidup
pertolongan, keterbatasan aktifitas fisik, pasien GGK berdasaskan dari hasil uji statistik
diikuti oleh stressor lain berupa penurunan didapatkan tidak ada hubungan antara kedua
kontak sosial, dan ketidakpastian tentang masa variabel tersebut Dikarnakan kualitas hidup
depan pasien yang menjalani hemodialisis tidak
3. Hubungan Kepatuhan pembatasan hanya bisa di ukur dari kepatuhan pembatsan
Cairan dengan kualitas hidup pasien gagal cairan saja tetapi juga dapat diukur dalam segi
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis aspek psikologis, aspek social, aspek fisik, dan
Berdasarkan tabel 7, dari hasil tabulasi aspek finansial kebebasan, Serta upaya yang
silang dengan jumlah 32 responden yang dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan
menjalani hemodialisis, menunjukan pasien pasien terhadap pembatasan cairan perlu
dengan tingkat kepatuhan tidak patuh 3 (9.4%) selalu dilakukan edukasi tentang kepatuhan
responden memiliki kualitas hidup buruk, pembatasan cairan kepada pasien dan
pada tingkat kepatuhan cukup patuh keluarganya.
15(46.9%) responden memiliki kualitas buruk
3 (9.4%) responden memiliki kualitas hidup KESIMPULAN DAN SARAN
baik sedangkan yang memiliki tingkat Kesimpulan
kepatuhan patuh 8 (25 %) responden memiliki Berdasarkan hasil penelitian tentang
kualitas hidup buruk dan 3 (9.4%) responden hubungan pembatasan cairan dengan kualitas
memiliki kualitas hidup baik. Dari hasil uju hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang
statistik dengan menggunakan korelasi Chi menjalani hemodialisis, dapat disimpulkan
Square diperoleh hasil p value 0.530 > 0.05 sebagai berikut:
yang artinya tidak adanya hubungan yang 1. Sebagian besar responden memiliki tingkat
signifikan antara kepatuhan pembatasan cairan kepatuhan cukup patuh yaitu sejumlah 18
dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal (56.2%) responden.
kronik yang menjalani hemodialisis. Hasil 2. Mayoritas responden memiliki kualitas
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian buruk yaitu sejumlah 26 (81.2%)
yang dilakukan oleh Alfarisi, Raihan N & responden.
Maliya A tahun 2019, dengan judul 3. Tidak ada Hubungan antara kepatuhan
“Hubungan antara kepatuhan menjalani pembatasan cairan dengan kualitas hidup
hemodialisa dengan kualitas hidup pasien pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
Chronic Kidney Disease di Rumah Sakit hemodialisis
Umum Daerah Pandan Arang Boyolali”. Hasil
penelitian ini menunjukkan hasil Chi Square Saran
diperoleh nilai p-value 0,003 yang berarti ada Bagi Institusi STIkes William Booth
hubungan kepatuhan terapi dengan kualitas Surabaya, diharapkan Hasil penelitian ini
hidup pasien Chronic Kidney Disease di dapat dijadikan referensi dalam menambah
Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang wawasan mahasiswa dalam pemberian
Boyolali, yang artinya pada pasien yang patuh edukasi pembatasan cairan bagi penderita
maka kualitas hidupnya akan baik. Tetapi pada GGK dan Sebagai acuan dalam melakukan
kenyataannya sesuai dengan hasil penelitian penelitian lebih lanjut terkait pembatasan
yang peneliti lakukan pada pasien gagal ginjal

15
cairan maupun kualitas hidup pada pasien pembatsan cairan sesuai dengan protap yang
GGK yang menjalani hemodialisis. ada.
Bagi Tempat Penelitian, diharapkan untuk Bagi Peneliti selanjutnya, diharapkan
dapat meningkatkan mutu pelayanannya agar Dapat melakukan penelitian kedepannya
seluruh pasien gagal ginjal kronik yang tentang bagaimana cara untuk meningkatkan
menjalani hemodialisis patuh dalam intervensi kepatuahan pasien dalam pembatasan cairan
yang dianjurkan salah satunya dalam hal dan pengaruh terhadap lamanya menjalani
mengontrol cairan, bisa dengan cara hemodialisis dengan kepatuhan pasien gagal
memberikan edukasi tentang kepatuhan ginjal kronik yang menjalani hemodialisis

DAFTAR PUSTAKA PERNEFRI.(2013). Konsensus Nutrisi pada


Anita.C.(2020).Penilaian status gizi Pasien Penyakit Ginjal Kronik. Jakarta:
Gagal Ginjal Kronis, Yogyakarta: PERNEFRI Indonesia
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Sarastika, Y (2019) faktor-faktor yang
Dewi, N. (2020)Hubungan Kelebihan Volume mempengaruhi kualitas hidup pasien
Cairan dengan Kualitas Hidup Pasien gagal ginjal kronik (ggk) yang
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani menjalani terapi hemodialisa di rsu
Hemodialisis Reguler. Jurnal Teknologi royal prima medan. Jurnal Riset Hesti
Kesehatan.16 (2: 43-47) Medan AkperKesdam I/BB Medan. 4 (1:
Fadlilah, S. (2019).Faktor-Faktor yang 5)
Berhubungan dengan Kualitas Hidup Sumani (2020).Kepatuhan Pembatasan Cairan
Pasien Hemodialisis. Jurnal Kesehatan, dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
10(2): 284-290 Kronik di Ruang HemodialisisRs PKU
Fany, A.(2016) pemantauan intake output Muhammadiyah Yogyakarta.Jurnal
cairan pada pasien gagal ginjal kronik Keperawatan.9 (2: 118-128).
dapat mencegah overload cairan.Jurnal
Keperawatan Indonesia.9 (3: 152-160)
Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: SalembaMedika.
Indonesia Renal Registry. (2014). Report Of
Indonesian Renal Registry. Diakses
April 2017
Kementerian Kesehatan RI, “InfoDATIN
pusat data dan informasi Kementerian
Kesehatan RI.” p. 12, 2017
Kementrian kesehatan Republik
Indonesia.(2017). Pusat Data Dan
Informasi Kesehatan. Jakarta.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pendekatan Praktis (4th
ed.). jakarta: SalembaMedika.
NKF-KDIGO.(2013). KDIGO 2012 clinical
practice guideline for the evaluation and
management of chronic kidney
disease.ISN. 3(1):1–163

16

Anda mungkin juga menyukai