Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN DENGAN KUALITAS HIDUP

PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI PRIMAYA EVASARI


HOSPITAL JAKARTA PUSAT

Desi Arisandi Tauran1, Monika Ginting2, Loritta Yemina3


Program Sarjana Ilmu Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Institut Kesehatan Immanuel
Jl. Raya Kopo No 161, Situseur, Bandung
E-mail/No.Hp : desi.tauran@gmail.com / 081381257825

ABSTRAK meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani


pembatasan cairan.
Kepatuhan terhadap pembatasan cairan
diperlukan untuk mencegah terjadinya kelebihan Kata Kunci : Kepatuhan Pembatasan Cairan,
cairan yang dapat menyebabkan odema dan Kualitas Hidup, Hemodialisa
meningkatkan resiko pada kardiovaskuler dan
hipertensi. Kualitas hidup pasien ginjal kronik ABSTRACT
semakin menurun karena pasien tidak hanya
menghadapi masalah kesehatannya tetapi juga Adherence to fluid restriction is needed to
masalah terapi yang akan berlangsung seumur prevent excess fluid from occurring which can
hidup. Kepatuhan pasien ginjal kronik dalam cause edema and increase the risk of
menjalani terapi hemodialisis juga akan cardiovascular and hypertension. The quality of
mempengaruh kualitas hidup pasien. Metode : life of chronic kidney disease patients is
Jenis penelitian kuantitatif dengan dengan decreasing because patients not only face health
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian problems but also therapy problems that will last
adalah pasien hemodialisa yang di Primaya a lifetime. Compliance of chronic kidney patients
Evasari Hospital Jakarta Pusat sejumlah 50 orang in undergoing hemodialysis therapy will also
dengan menggunakan teknik pengambilan affect the patient's quality of life. Methods: This
sampel total sampling yaitu 50 responden. Hasil : type of research is quantitative with a cross
Dari 50 responden sebagian besar memiliki sectional approach. The study population was 50
kepatuhan pembatasan cairan yang patuh dengan hemodialysis patients at Primaya Evasari
IDWG < 5% BB sebanyak 37 orang (74%) Hospital, Central Jakarta, using a total sampling
memiliki hubungan kuat dengan kualitas hidup technique of 50 respondents. Results: Of the 50
yang baik sebanyak 30 orang (60%) dengan respondents, most of them had fluid restriction
kualitas hidup yang kurang baik yaitu 7 orang compliance with IDWG < 5% body weight as
(14%). Namun pada dengan kategori dengan many as 37 people (74%) had a strong
kepatuhan pembatasan cairan yang tidak patuh relationship with a good quality of life as many
dengan IDWG > 5% BB sebanyak 13 orang as 30 people (60%) with a poor quality of life,
(26%), dengan kualitas hidup yang baik yaitu 3 namely 7 people. (14%). However, in the
orang (6%) sedangkan kualitas hidup yang category with fluid restriction compliance who
kurang baik yaitu 10 orang (20%). Analisis : do not comply with IDWG > 5% body weight as
Analisa yang digunakan Chi-Square (X2). Hasil many as 13 people (26%), with a good quality of
uji statistic Chi-Square dengan menggunakan life that is 3 people (6%) while the quality of life
SPSS 25 didapatkan data normal 0 cell, 25% is not good that is 10 people (20%) . Analysis:
artinya uji chi-Square memenuhi syarat, maka The analysis used is Chi-Square (X2). The
nilai Pearson chi-square dengan tingkat results of the Chi-Square statistical test using
kemaknaan 95%, menunjukkan bahwa nilai SPSS 25 obtained normal data 0 cells, 25%
probabilitas 0,000 (p<0,05), artinya Ho di tolak meaning that the chi-square test meets the
dan Ha diterima. Kesimpulan : Ada hubungan requirements, then the Pearson chi-square value
Kepatuhan Pembatasan Cairan Dengan Kualitas with a significance level of 95%, indicates that
Hidup Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis the probability value is 0.000 (p <0.05) ,
di Primaya Evasari Hospital Jakarta Pusat. meaning that Ho is rejected and Ha is accepted.
Saran : Dapat memberikan pengetehuan pada Conclusion: There is a relationship between
pasien penyakit ginjal kronik sehingga dapat adherence to fluid restriction and quality of life
in patients undergoing hemodialysis at Primaya
Evasari Hospital, Central Jakarta. Suggestion: Keywords: Fluid Restriction Compliance,
Can provide knowledge in patients with chronic Quality of Life, Hemodialysis
kidney disease so as to improve patient
compliance in undergoing fluid restriction.
dan perawat yang diperlukan secara nasional.
Karena itu, penanganan penyakit ginjal kronik
PENDAHULUAN ke depan haruslah semakin berorientasi pada
Penyakit Ginjal Kronik menduduki sisi pencegahan. Penelitian Badan Penelitian
peringkat ke-12, angka kematian di seluruh dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
dunia. Serta sebanyak 36 juta orang di dunia 2004 menunjukkan, konsumsi minuman
meninggal akibat Penyakit Ginjal Kronik bersoda dan berenergi lebih dari tiga kali per
World Health Organization (WHO,2015). Di bulan berisiko 25,8 kali mengalami PGK.
Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar Penelitian lain di Yogyakarta pada 2008
(Riskesdas, 2013), pervalensi penyakit ginjal menunjukkan, risiko PGK meningkat sebesar
kronik (PGK) baru 0,2% dari total populasi 6,6 kali lebih tinggi pada orang yang suka
dan penderita batu ginjal sebanyak 0,6%. Pada mengonsumsi minuman suplemen energi. Data
Riskedas 2018, prevalensi PGK meningkat Indonesian Renal Registry (IRR) 2017
menjadi 0,38%, meningkat dua kali lipat. menunjukkan, jumlah pasien aktif yang
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) menjalani hemodialisis sebanyak 77.892
memperkirakan jumlah sebenarnya lebih besar orang, sementara pasien baru 30.843
dari hasil perhitungan Riskesdas di atas. orang."Dampak ekonomi yang ditimbulkan
Penelitian yang di lakukan Pernefri pada 2006, sangat besar. Hal ini dapat dicegah dengan
di beberapa titik di jawa menemukan bahwa deteksi sedini mungkin," Data IRR 2017 juga
12,5% atau sekitar 25-30 juta populasi sudah menunjukkan penyebab terbanyak ginjal
mengalami penurunann fungsi ginjal. Angka kronik di Indonesia adalah hipertensi (36%)
ini jauh lebih besar dari perhitungan dan diabetes (29%). Pencegahan PGK dapat
Riskesdas. Namun, semenjak pandemi covid- dilakukan melalui pencegahan primer dan
19, belum ada lagi Riskesdas memberitahu sekunder. Pencegahan primer yaitu program
perkembangan angka terakhir pada tahun skrining yang bertujuan untuk mendeteksi
2020-2021. (Riskedas, 2018). BPJS Kesehatan masyarakat yang berisiko terkena penyakit
mencatat penyakit ginjal kronik menempati ginjal. Sedangkan pencegahan sekunder
posisi ke-4 dari delapan jenis penyakit dimaksudkan untuk mencegah para penderita
katastropik (penyakit yang biaya PGK mengalami penurunan fungsi ginjal yang
pengobatannya tinggi dan memiliki komplikasi lebih berat lagi, sehingga dapat mengurangi
yang dapat mengancam jiwa). Data BPJS 2019 jumlah pasien yang harus menjalani terapi
menyebut, posisi pertama ialah penyakit pengganti ginjal. Kepala Seksi Pengendalian
jantung (13 juta kasus), berikutnya berturut- Penyakit Tidak Menular Dinkes DKI Jakarta,
turut kanker (2,5 juta kasus), stroke (2,3 juta Endang Sri Wahyuningsih, menambahkan,
kasus) dan penyakit ginjal kronik (1,8 juta prevalensi hipertensi dan diabetes di DKI
kasus). Penelitian Indonesian Renal Registry masih sangat tinggi yaitu hipertensi 34,1% dan
(IRR, 2018) memperkirakan, jumlah penderita diabetes 10,9%. Sementara data surveillans
penyakit ginjal kronik yang memerlukan cuci DKI 2019 menyebutkan, penyebab kematian
darah sekitar 499 per 1 juta penduduk atau tertinggi di DKI Jakarta 33% disebabkan
0,0555. Mengacu pada data Kemendagri, penyakit endokrin dan metabolik.
jumlah penduduk Indonesia tahun 2022 sekitar Semakin meningkatnya arus
273 juta. Artinya, ada sekitar 136 ribu globalisasi telah banyak membawa perubahan
penderita ginjal kronik yang memerlukan cuci pada perilaku dan gaya hidup masyarakat,
darah rutin. serta situasi lingkungan yaitu perubahan pola
Angka ini masih jauh di bawah konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas
Amerika Serikat (2021) dan Jepang (2017) fisik, komsumsi minuman alkohol, merokok
yang menyentuh angka 558.060 dan 332.376. dan meningkatnya polusi lingkungan.
Bisa dibayangkan, berapa banyak kebutuhan Perubahan tersebut tanpa disadari telah
mesin hemodialisa dan peralatan mempengaruhi terjadinya transisi
pendukungnya, obat-obatan, ruangan, dokter, epidemiologi dengan semakin meningkatnya
kasus-kasus Ni Made Sritianti / Jurnal Nursing di antara dua waktu dialisis yang disebut
update - edisi khusus vol 12. NO. 2 (2021) 25 dengan Interdialytic Weigh Gains (IDWG).
penyakit tidak menular (Riskesdas, 2018). Penambahan berat badan di antara dua waktu
Hasil Riskesdas (2018) menunjukkan dialysis (IDWG) adalah selisih berat badan
prevalensi penyakit tidak menular mengalami sebelum dialisis dengan berat badan setelah
kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas dialisis sesi sebelumnya (Pagalla, 2017).
(2013), antara lain kanker, stroke, penyakit Menurut Hartati, Istiningtyas, & Wulandari,
ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. (2016) IDWG yang dapat ditoleransi oleh
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah tubuh adalah tidak lebih dari 3 % dari berat
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan kering. IDWG yang melebihi 5% dari berat
tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak badan kering dapat menimbulkan efek negatif
mampu memelihara metabolisme dan gagal terhadap tubuh diantaranya menyebabkan
memelihara keseimbangan cairan dan perubahan tekanan darah (Onofriescu et al.,
elektrolit yang berakibat pada peningkatan 2014). Kepatuhan terhadap pembatasan cairan
ureum. Pada pasien penyakit ginjal kronik diperlukan untuk mencegah terjadinya
mempunyai karakteristik bersifat menetap, kelebihan cairan yang dapat menyebabkan
tidak bisa disembuhkan dan memerlukan odema dan meningkatkan resiko pada
pengobatan seperti, transplantasi ginjal, kardiovaskuler dan hipertensi (Barnet 2007).
dialisis peritoneal, hemodialisis dan rawat Salah satu cara untuk meningkatkan kepatuhan
jalan dalam jangka waktu yang lama (Black & pasien dalam pembatasan asupan cairan adalah
Hawks, 2014). Terapi Hemodialisis bukan dengan meningkatkan pemahaman pasien
tanpa komplikasi, komplikasi dapat timbul mengenai pentingnya pembatasan asupan
selama proses hemodialisis yang disebut cairan pada pasien yang menjalani
sebagai komplikasi intradialitik. Salah satu hemodialisa. Pemahaman materi konseling
komplikasi intradialitik yang penting untuk yang baik dapat mempengaruhi sikap pasien
dievaluasi adalah komplikasi kardiovaskuler sehingga pasien lebih patuh dalam pembatasan
yaitu perubahan tekanan darah yang asupan cairan.
disebabkan kelebihan cairan dalam tubuh Penelitian yang dilakukan oleh Ismail
(overload) (Naysilla & Partiningrum, 2012). dkk (2012) dengan subjek pasien penyakit
Hemodialisis merupakan suatu proses ginjal kronik di RSUD Pusat DR. Wahidin
pemisahan dan pembersihan darah melalui Sudirohusodo Makassar menunjukkan bahwa
suatu membran semipermeabel yang dilakukan ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan
pada pasien dengan fungsi ginjal baik akut dan motivasi dengan kepatuhan diet pada
maupun kronik (Suhardjono, 2014). Pada pasien penyakit ginjal kronik. Upaya lain yang
pasien PGK dilakukan 2-3 kali seminggu dapat dilakukan untuk meningkatkan
dengan lama waktu 4-5 jam setiap kali kepatuhan pasien dalam pembatasan asupan
hemodialisis. Pada pasien PGK biasanya cairan adalah dengan meningkatkan
dilakukan seumur hidup pasien. Hemodialisis pengetahuan pasien mengenai diit dan terapi
pada pasien PGK bertujuan untuk yang sedang dijalani. (Neliya, 2012). Faktor
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme protein lain yang dapat meningkatkan kepatuhan
dan mengoreksi gangguan keseimbangan pasien dalam menjalani terapi pengobatan
cairan dan eletrolit (Black & Hawks, 2014). termasuk pembatasan asupan cairan adalah
Masalah yang umum muncul yang dialami keluarga. Niven (2002) dalam Desitasari dkk
oleh pasien menjalani terapi hemodialisis menyatakan bahwa dukungan keluarga
berkaitan dengan ketidakpatuhan pembatasan merupakan salah satu faktor yang
cairan. Hal ini dapat memicu kelebihan cairan mempengaruhi ketidakpatuhan. Keluarga
dalam tubuh (overload) (Sharaf, 2016). dapat membantu menghilangkan godaan pada
Menurut Istanti (2014) menyatakan 60%-80% ketidakpatuhandan keluarga seringkali dapat
pasien meninggal akibat kelebihan masukan menjadi kelompok pendukung untuk
cairan dan makanan pada periode interdialitik. meningkatkan kepatuhan dalam pembatasan
Jumlah asupan cairan harian yang dianjurkan cairan. Dukungan yang diberikan oleh
pada pasien PGK dibatasi hanya sebanyak keluarga yaitu berupa dukungan secara
“insensible water loss” ditambah jumlah urin. instrumental, informasional, emosional dan
Manajemen pengontrolan cairan akan dukungan berupa pengharapan. Salah satu
berdampak terhadap penambahan berat badan intervensi yang diberikan kepada penderita
hemodialisa adalah pembatasan asupan cairan. menurunnya kualitas hidup pasien (Mailani
Tanpa adanya pembatasan asupan cairan maka 2015). Kualitas hidup pasien ginjal kronik
akan mengakibatkan cairan menumpuk dan semakin menurun karena pasien tidak hanya
akan menimbulkan edema di sekitar tubuh. menghadapi masalah kesehatannya tetapi juga
Kondisi ini akan membuat tekanan darah masalah terapi yang akan berlangsung seumur
meningkat sehingga memperberat kerja hidup. Akibatnya kualitas hidup pasien lebih
jantung. Penumpukan cairan juga akan masuk rendah dibandingkan penyakit lain. Kepatuhan
paru paru sehingga membuat pasien menjadi pasien ginjal kronik dalam menjalani terapi
sesak nafas. Secara tidak langsung berat badan hemodialisis juga akan mempengaruh kualitas
pasien juga akan mengalami peningkatan berat hidup pasien.
badan yang cukup tajam,mencapai lebih dari Hasil penelitian menunjukkan pasien
berat badan normal (0,5 kg/24 jam) (Brunner penyakit ginjal kronik yang menjalani
& Suddart, 2002). Oleh karena itu pasien PGK hemodialisis memiliki kualitas hidup yang
perlu mengontrol dan membatasi jumlah lebih buruk dibandingkan dengan masyarakat
asupan cairan yang masuk dalam tubuh. pada umumnya dan mengalami gangguan atau
Pembatasan asupan cairan penting agar pasien skor yang lebih rendah disebagian besar
yang menderita PGK tetap merasa nyaman domain kualitas hidup (Cleary & Drennan,
pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi 2005; Sathvik, Parthasarathi, Narahari, &
hemodialisa. Gurudev, 2008; Bele, Bodhare, Mudgalkar,
Pembatasan cairan sering kali sulit Saraf, & Valsangkar, 2012; Yong, Kwok,
dilakukan oleh pasien,terutama jika mereka Wong, Chen & Tse, 2009; Pakpour, Saffari,
mengkonsumsi obat- obatan yang membuat Yekaninejad, Panahi, Harrison, et al, 2010;
membran mukosa kering seperti diuretik. Ayoub & HijjaziTel & Tel, 2011).
Karena obat tersebut akan menyebabkan rasa Berdasarkan hasil pre survey peneliti di lokasi
haus yang berakibat adanya respon untuk penelitian di temukan kepatuhan pasien
minum (Potter & Perry, 2008). terhadap cairan >60 % mengacu kepada hasil
Individu dengan hemodialisa jangka panjang BB Kering <5 % BB Kering. Dan Kualitas
sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya hidup kurang dari 50 % di tandai dengan
yang tidak dapat di ramalkan. Perubahan gaya pasien masih mengeluh sesak, hemoglobin <8
hidup dan pembatasan asupan makanan dan gr/dl dan tekanan darah meningkat.
cairan pada pasien PGK, sering
menghilangkan semangat hidup pasien
sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan METODE
pasien dalam pembatasan asupan cairan Metode peneliain yang digunakan adalah
(Brunner & Suddarth,2002). Jika pasien analitik kuantitatif dengan menggunakan
mampu membatasi cairan sesuai program pendekatan cross-sectional. Analisis data
hemodialisis maka sangat mempengaruhi dibagi menjadi dua yaitu univariat dan
kualitas hidup pasien PGK untuk semakin bivariat. Analisis data menggunakan uji
hidup lama dan terapi hemodialiis akan statistic chi-quare dengan batuan program
berhasil. Penekanan dari penelitian ini untuk SPSS versi 25. Populasi dalam penelitian ini
mengetahui mengenai kepatuhan pembatasan adalah pasien yang melakukan Hemodialisa di
cairan terhadap kualitas hidup pasien Primaya Evasari Hospital Jakarta Pusat yang
Hemodialisis. Hemodialisis pada pasien PGK berjumlah 50 orang. Sampel dalam penelitian
dapat mempertahankan kelangsungan hidup ini berjumlah 50 orang. Teknik pengambilan
pasien. Titik perubahan yang akan terjadi sampel peneliti menggunakan teknik total
mencakup: diet Pasien, tidur, sampling.
istirahat ,pengguna obat-obatan, dan aktivitas Instrumen penelitian menggunakan kuesioner
sehari-hari pasien yang menjalani hemodialisis pertanyaan mengenai kepatuhan pembatasan
juga rentan terhadap masalah emosional cairan dan kualitas hidup. Instrumen penelitian
seperti stres, berkaitan dengan pembatasan diet ini, peneliti tidak melakukan uji validitas dan
dan cairan, keterbatasan fisik, penyakit, efek realibilitas dikarenakan. Lokasi penelitian
samping obat serta ketergantungan terhadap dilaksanakan di ruang HD Primaya Evasari
dialisis yang akan berdampak terhadap Hospital Jakarta Pusat pada bulan Juli sampai
Agustus 2022.
HASILPENELITIAN
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Karakteristik Responden di Primaya Hospital Evasari Jakarta Pusat.

Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)


Umur
24 - 45 Tahun 36 72
46 - 80 Tahun 14 28

Total 50 100
Jenis Kelamin
Laki-Laki 32 64
Perempuan 18 36

Total 50 100
Pendidikan
SD 5 15.9
SMP 7 17.1
SMA 28 50
PT/Akademik 10 17.1
Total 50 100
Pekerjaan
IRT 25 50
Karyawan Swasta 18 36
PNS 7 14
Total 50 100
Lama Hemodialisa
1 – 4 Tahun 33 78
> 5 Tahun 17 22
Total 50 100
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan distribusi tabel 4.1 Responden dengan lama hemodialis


tentang karakteristik responden diatas terbanyak yaitu 1-4 tahun sebanyak (66%).
menggambarkan bahwa responden pada
penelitian ini responden yang sebagian b. Variabel Penelitian
besar umur 25-45 tahun yaitu sebanyak Distribusi Variabel penelitian yaitu
(72%). Responden dengan jenis kelamin Kepatuhan Pembatasan Cairan dan
terbanyak yaitu laki-laki sebanyak (64%). Kualitas Hidup. Data dari Variabel
Responden dengan pendidikan terbanyak Penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah
yaitu SMA sebanyak (56%). Responden ini :
dengan Pekerjaan terbanyak yaitu
Karyawan Swasta sebanyak (50%).

Tabel 4.2 Kepatuhan Pembatasan Cairan di Primaya Hospital Evasari Jakarta Pusat.

Variabel Penelitian Jumlah (n) Persentase (%)


Kepatuhan Pembatasan Cairan
Patuh (IDWG < 5% BB) 37 74
Tidak Patuh (IDWG > 5% BB) 13 26
Total 50 100
Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan distribusi tabel 4.2 tentang Variabel Penelitian diatas menggambarkan
bahwa responden dengan kepatuhan pembatasan cairan responden yang patuh sebanyak 37
orang (74%).

Tabel 4.3 Kualitas Hidup di Primaya Hospital Evasari Jakarta Pusat.

Variabel Penelitian Jumlah (n) Persentase (%)


Kualitas Hidup
Baik 33 66
Kurang Baik 17 34
Total 50 100
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan distribusi tabel 4.2 tentang Variabel Penelitian diatas menggambarkan


bahwa responden dengan kualitas hidup dengan kategori baik sebanyak 33 orang (66%).

2. Analisis Bivariat

Tabel 4.4 Hubungan Antara Kepatuhan Pembatasan Cairan Dengan Kualitas Hidup Pasien
Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Primaya Hospital Evasari
Jakarta Pusat.

Variabel Kualitas Hidup


Baik Kurang Total P Odds Ratio
Kepatuhan Pembatasan Baik Value 95%
Cairan N % N % N %
Patuh 30 60 7 14 37 74
Tidak Patuh 3 6 10 20 13 26 0,000 14.286
Total 33 66 17 34 50 100
Sumber : Data Primer 2022
hubungan yang signifikan dari hasil analisis
Berdasarkan tabel 4.3 mengambarkan mengenai kepatuhan pembatasan cairan
bahwa hasil penelitian dari 50 responden dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal
sebagian besar memiliki kepatuhan kronik yang menjalani hemodialisis. Selain
pembatasan cairan yang patuh dengan IDWG itu, hasil analisa juga didapatkan data nilai
< 5% BB sebanyak 37 orang (74%) memiliki Ordo Ratio sebesar 14.286 artinya yang
hubungan kuat dengan kualitas hidup yang memiliki kepatuhan pembatasan cairan yang
baik sebanyak 30 orang (60%) dengan tidak patuh dengan kualitas hidup yang
kualitas hidup yang kurang baik yaitu 7 orang kurang baik beresiko 10 kali dibandingkan
(14%). Namun pada dengan kategori dengan yang memiliki kepatuhan pembatasan cairan
kepatuhan pembatasan cairan yang tidak patuh dengan IDWG < 5% BB yang baik.
patuh dengan IDWG > 5% BB sebanyak 13
orang (26%), dengan kualitas hidup yang baik
yaitu 3 orang (6%) sedangkan kualitas hidup PEMBAHASAN
yang kurang baik yaitu 10 orang (20%). 1. Kepatuhan Pembatasan Cairan Pada
Berdasarkan hasil uji statistic Chi-Square Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang
dengan menggunakan SPSS 25 didapatkan Menjalani Hemodialisis di Primaya
data normal 0 cell, 25% artinya uji chi- Hospital Evasari Jakarta Pusat.
Square memenuhi syarat, maka nilai Pearson Hasil penelitian didapatkan bahwa
chi-square dengan tingkat kemaknaan 95%, responden dengan kepatuhan pembatasan
menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0,000 cairan responden yang patuh dengan IDWG <
(p<0,05), artinya Ho di tolak dan Ha diterima. 5% BB sebanyak 37 orang (74%).
Maka dapat disimpulkan bahwa ada
Manajemen pengontrolan cairan dan makanan Hemodialisis di Primaya Hospital Evasari
akan berdampak terhadap penambahan berat Jakarta Pusat.
badan selama interdialitik akan meningkatkan Hasil penelitian didapatkan bahwa
volume air ekstraseluler karena fungsi ginjal responden dengan kualitas hidup dengan
menurun tidak dapat mempertahankan kategori baik sebanyak 33 orang (66%).
homeostatis, akibatnya berat badan biasanya Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis
overload cairan terbesar adalah selama dengan terapi hemodialisa bervariasi antara
interval antara HD (Isroin, 2016). Hasil baik dan buruk, pada domain kesehatan,
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang domain psikologis, domain hubungan sosial
dilakukan oleh Santi, (2021) dimana dan domain lingkungan. Peran perawat dalam
menunjukkan bahwa variabel yang paling memberikan edukasi, dukungan dan motivasi
berpengaruh terhadap kepatuhan pembatasan sangat diperlukan untuk meningkatkan
cairan adalah usia dengan nilai P value 0,048 kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang
dan OR terbesar dibandingkan dengan menjalani terapi hemodialisa. Penelitian ini
variabel lain, sehingga memiliki hubungan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
paling kuat terhadap kepatuhan pembatasan Suwanti dkk, (2017) dimana didapatkan
cairan 1,190 kali setelah dikontrol dengan gambaran kualitas hidup pasien gagal ginjal
variabel status pernikahan, pekerjaan, IMT, kronik dilihat dari dimensi kesehatan fisik
lama hemodialisis, durasi HD, perilaku, sikap. memiliki kualitas hidup buruk, yaitu sebanyak
Menurut teori Tovazzi & Mazzoni, 23 orang (56.1%). Dimensi kesehatan
(2012) menjelaskan bahwa Pembatasan psikologi memiliki kualitas hidup buruk, yaitu
asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik sebanyak 24 orang (58.5%). Dimensi
yang menjalani hemodialisa merupakan hal hubungan sosial memiliki kualitas hidup baik,
yang sangat penting untuk diperhatikan, yaitu sebanyak 21 orang (51.2%). Dimensi
karena asupan cairan yang berlebihan dapat lingkungan memiliki kualitas h idup baik,
mengakibatkan kenaikan berat badan, edema, yaitu sebanyak 22 orang (53.7). Gambaran
bronchi basah dalam paru – paru, kelopak kualitas hidup pasien gagal ginjal yang
mata yang bengkak dan sesak nafas yang menjalani hemodialisa memiliki kualitas
diakibatkan oleh volume cairan yang hidup buruk sebanyak 25 orang sedangkan 16
berlebihan. Cairan yang diminum pasien yang orang responden (39%) memiliki kualitas
menjalani hemodialisa harus diawasi dengan hidup baik.
seksama. Beberapa pasien mengalami Menurut teori Smeltzer & Bare dalam
kesulitan dalam membatasi asupan cairan Tessa dkk, (2019) menjelaskan bahwa Pasien
yang masuk, namun mereka tidak CKD akan menjalani terapi hemodialisis
mendapatkan pemahaman tentang bagaimana secara terus-menerus dalam mempertahankan
strategi yang dapat membantu mereka dalam hidupnya serta terdapat faktor-faktor yang
pembatasan cairan. turut mempengaruhi sehingga kualitas hidup
Menurut asumsi peneliti bahwa akan lebih buruk dari pada pasien lain pada
pembatasan cairan yang sangat sulit bagi umumnya, karena itu akan berkaitan dengan
pasien tidak mematuhi pembatasan cairan, munculnya masalah psikis yaitu emosional
sehingga perlu mendapatkan edukasi dan yang berlebih, tidak kooperatif, penderitaan
konseling secara rutin dan berkelanjutan. Hal fisik, masalah sosial yaitu kurangnya
tersebut dikarenakan responden sering berinteraksi dengan orang lain, keterbatasan
menjalani hemodialisa dan mengetahui dalam beraktivitas sehari-hari serta tingginya
tentang kepatuhan pembatasan cairan, beban biaya yang dikeluarkan. Dengan kata
berdasarkan informasi yang diperoleh dari lain hal ini secara signifikan berdampak atau
petugas kesehatan. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.
mempengaruhi kepatuhan pasien dalam Menurut asumsi peneliti bahwa
menjalani program pengobatan pembatasan Kualitas hidup pada pasien PGK akan
konsumsi cairan diantaranya adalah faktor mengalami kualitas hidup yang kurang
pengetahuan, sikap, perilaku dan dukungan dikarenakan kurangnya kemauan kualitas
keluarga. hidup yang sudah mulai pasrah dengan
keadaan penyakitnya. Pada pasien gagal
2. Kualitas Hidup Pada Pasien Penyakit ginjal kronik dalam memperbaiki kualitas
Ginjal Kronik Yang Menjalani hidup sendiri dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: usia, jenis kelamin, tingakat hasil wawancara terbuka dengan responden
stadium GGK, frekuensi terapi hemodialisa, beberapa alasan tersebut antara lain cuaca
dukungan sosial. Faktor tersebut diharapkan yang panas, jarak tempuh antara rumah
pasien agar dapat beradaptasi dan mengatasi dengan rumah sakit yang jauh dan kesulitan
perubahan terhadap lingkungan sehingga membatasi minum ketika ada saudara
menjadi sebuah kemampuan koping. berkunjung ke rumah, sedangkan alasan
paling banyak adalah tidak bisa menahan
3. Hubungan Antara Kepatuhan Pembatasan haus. Maka dapat disimpulkan bahwa
Cairan Dengan Kualitas Hidup Pasien pengetahuan yang baik tidak menjamin untuk
Hemodialisis di Primaya Hospital Evasari berperilaku yang baik pula dalam mentaati
Jakarta Pusat. program pembatasan asupan cairan.
Hasil penelitian dari 50 responden Menurut teori Bandura, (2012)
sebagian besar memiliki kepatuhan mengemukakan bahwa pasien yang menjalani
pembatasan cairan yang patuh dengan IDWG hemodialisis akan mengalami perubahan
< 5% BB sebanyak 37 orang (74%) memiliki terhadap gaya hidup, keterbatasan aktivitas
hubungan kuat dengan kualitas hidup yang atau mobilitas, ketidakmampuan dalam
baik sebanyak 30 orang (60%) dengan melakukan perjalanan, pembatasan makanan
kualitas hidup yang kurang baik yaitu 7 orang dan cairan, bergantung kepada orang lain,
(14%). Namun pada dengan kategori dengan penurunan kemampuan menolong orang lain,
kepatuhan pembatasan cairan yang tidak kehilangan penghasilan, kelemahan, ketidak-
patuh dengan IDWG > 5% BB sebanyak 13 nyamanan, pasrah terhadap takdir, dan
orang (26%), dengan kualitas hidup yang baik kematian. Kepatuhan pembatasan asupan
yaitu 3 orang (6%) sedangkan kualitas hidup cairan sangat penting bagi pasien gagal ginjal
yang kurang baik yaitu 10 orang (20%). kronik karena bila tidak melakukan
Berdasarkan hasil uji statistic Chi-Square pembatasan asupan cairan akan
dengan menggunakan SPSS 25 didapatkan mengakibatkan edema, hipertensi, hipertropi
data normal 0 cell, 25% artinya uji chi- ventrikuler kiri, dan mempengaruhi lama
Square memenuhi syarat, maka nilai Pearson hidup pasien, cairan akan menumpuk didalam
chi-square dengan tingkat kemaknaan 95%, tubuh. Faktor yang berhubungan dengan
menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0,000 pembatasan asupan cairan salah satunya
(p<0,05), artinya Ho di tolak dan Ha diterima. adalah selfefficacy yaitu kemampuan diri
Maka dapat disimpulkan bahwa ada pasien dalam melaksanakan diet dan terapi
hubungan yang signifikan dari hasil analisis yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
mengenai kepatuhan pembatasan cairan diinginkan individu dalam mengahadapi
dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kondisi. Menurut Cleary & Drennan, (2015)
kronik yang menjalani hemodialisis. Selain dalam penelitian menunjukkan pasien
itu, hasil analisa juga didapatkan data nilai hemodialisis mengalami kualitas hidup yang
Ordo Ratio sebesar 14.286 artinya yang lebih buruk dari pada individu pada
memiliki kepatuhan pembatasan cairan yang umumnya. Secara khusus, pasien akan
tidak patuh dengan kualitas hidup yang mengalami penderitaan fisik, keterbatasan
kurang baik beresiko 10 kali dibandingkan dalam beraktivitas sehari-hari. Kualitas hidup
yang memiliki kepatuhan pembatasan cairan juga berhubungan dengan penyakit dan terapi
patuh dengan IDWG < 5% BB yang baik. yang dijalani. Kualitas hidup dapat
Penelitian ini senanda dengan dipengaruhi oleh banyak factor seperti
penelitian yang dilakukan Zahroh & karakteristik demografi, factor kesehatan,
Giyartini, (2018) terdapat beberapa faktor ekonomi, lingkungan, keamanan, dukungan
yang mempengaruhi kepatuhan pasien keluarga, depresi dan lainnya.
hemodialisis dalam pembatasan cairan Selain itu faktor yang menunjang
diantaranya adalah pengetahuan, sikap an kemauan pasien untuk menjalani pembatasan
dukungan keluarga. Responden dengan cairan adalah dukungan perawat. Perawat
pendidikan tinggi maupun rendah sebenarnya hemodialisis mempunyai peran penting
sudah mengetahui program pembatasan sebagai pemberi asuhan keperawatan,
asupan cairan yang dijelaskan oleh petugas advokasi, konsultan dan pemberi edukasi
tapi tidak memahami dengan baik rasionalnya untuk membantu pasien mencapai kualitas
sehingga tidak melaksanakannya, sedangkan hidup yang baik. Perawat hemodialisis harus
mempunyai kemampuan secara profesional bebas untuk mengungkapkan apa yang
untuk mempersiapkan pasien sebelum dirasakan dan pandangannya terhadap kondisi
hemodialisis, memantau kondisi pasien yang dialami sehingga pasienpun kurang
selama hemodialisis dan memberi edukasi memahami terkait aturan-aturan yang sudah
diet dan pembatasan cairan yang tepat serta ditentukan oleh tenaga kesehatan.
memberikan dukungan untuk kemampuan Penyuluhan kesehatan kepada pasien
self care serta melakukan pemantauan secara dan keluarga saat pelaksanaan hemodialisis
menyeluruh (Kallenbach et al, 2015). atau di ruang tunggu pasien tentang tujuan
Peningkatan nilai IDWG pada pasien gagal pengobatan penyakit ginjal kronis dan juga
ginjal yang menjalani hemodialisis sejatinya program pembatasan asupan cairan sangat
tak terelakan karena adanya penurunan fungsi diperlukan sehingga pengetahuan pasien dan
ginjal sehingga menyebabkan laju filtrasi keluarga tentang tujuan pengobatan serta
glomerulus menurun dan berdampak pada program pembatasan asupan cairan pada
pengeluaran cairan dari tubuh tidak adekuat. pasien penyakit ginjal kronik menjadi lebih
Jika berat badan bertambah hingga melebihi baik lagi. Selain itu dukungan keluarga juga
4,8% dari berat kering pasien maka berbagai tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan
kormobiditas seperti hipertensi, gagal jantung, kualitas hidup pasien PGK. Karena dukungan
edema perifer dan efusi pleura akan mudah keluarga dapat menumbuhkan motivasi serta
datang. Kurangnya kepatuhan pasien yang keyakinan pasien untuk berperilaku positif
menjalani terapi hemodialisis terhadap dalam mematuhi program pembatasan asupan
pembatasan cairan seringkali menjadi cairan perlu ditingkatkan, dengan harapan
penyebab bertambahnya nilai interdialytic tidak terjadi komplikasi lebih lanjut, seperti
weight gain (IDWG). Cara mempertahankan sesak nafas, bengkak seluruh tubuh,
keseimbangan cairan yaitu dengan mengukur hipertensi, acites atau bahkan kematian.
masukan dan keluaran cairan. Asupan cairan Sehingga diharapakan jika program
yang diberikan sesuai pengukuran yang pembatasan cairan dijalankan dengan baik,
dibutuhkan dalam 24 jam, jumlah air yang maka dapat meningkatkan kualitas hidup
hilang dari tubuh (volume urin + 500 ml) pasien yang menjalani hemodialisis.
(Ahmed et al, 2019). Menurut asumsi peneliti bahwa
Penelitian ini mendukung penelitian kepatuhan dalam membatasi cairan sangat
sebelumnya oleh Adrian (2015), responden diperlukan untuk meningkatkan kualitas
yang mempunyai kualitas hidup baik rata-rata hidup, dan mencegah komplikasi cairan yang
patuh terhadap pembatasan cairan pvalue berlebihan yang dapat mengakibatkan odema.
0,000. Hasil penelitian ini mendukung teori Hal ini mencegah ketidaknyamanan terhadap
dimana apabila pasien tidak patuh dalam penumpukan cairan, pembatasan cairan atau
membatasi cairan maka cairan akan air pada pasien penyakit ginjal kronik sangat
menumpuk di dalam tubuh dan akan perlu dilakukan. Bertujuan untuk mencegah
menimbulkan edema disekitar tubuh seperti terjadinya komplikasi kardiovaskular.
asites, kondisi ini akan membuat tekanan Masalah yang mengakibatkan kegagalan pada
darah meningkat dan memperberat kerja terapi hemodialisa adalah masalah kepatuhan
jantung. Penumpukan cairan juga dapat klien, secara umum kepatuhan Kepatuhan
masuk ke paru-paru sehingga pasien terhadap rejimen pengobatan dapat mencegah
mengalami sesak nafas. Karena itulah atau meminimalkan komplikasi yang terkait
perlunya pasien patuh terhadap pembatasan dengan hemodialisa, dan merupakan faktor
cairan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini penting yang berkontribusi untuk
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh kelangsungan hidup dan kualitas hidup
(Beerendrakumar, Ramamoorthy, & Masalah yang mengakibatkan kegagalan pada
Haridasan, 2018) bahwa sebagian besar terapi hemodialisa adalah masalah kepatuhan
pasien tidak patuh terhadap pembatasan klien, secara umum kepatuhan Selain itu juga
asupan cairan. Kurangnya konseling dari asuhan keperawatan yang diberikan oleh
bagian tenaga Kesehatan menjadi salah satu perawat secara komprehensif terhadap pasien
penyebab pasien tidak patuh terhadap hemodialisis diharapkan dapat mengurangi
pembatasan asupan cairan. Kurangnya dan mencegah komplikasi yang dialami
konseling ini juga bisa menambah beban pasien selama menjalankan terapi sehingga
pikiran dari pasien dikarenakan pasien tidak
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien Primaya Hospital Jakarta pusat didapatkan
hemodialisis. sebanyak (74%).
2. Kualitas hidup pada pasien PGK yang
menjalani hemodialisa di Primaya Hospital
Jakarta pusat didapatkan sebanyak (66%).
3. Ada Hubungan Kepatuhan Pembatasan
KETERBATASAN PENELITIAN Cairan Dengan Kualitas Hidup Pasien
1. Keterbatasan Responden Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Pengambilan data pada pasien hemodialisa Hemodialisis di Ruang Hemodialisa
yang dilakukan Rumah Sakit Primaya Evasari Primaya Hospital Evasari Jakarta Pusat. (p
Jakarta Pusat yang menyebabkan adanya = 0.000).
kemungkinan responden merasa takut dalam
mengungkapkan kejujurannya. Mengatasi hal B. Saran
tersebut peneliti selalu menjelaskan kepada Saran yang dianjurkan berkaitan dengan
responden bahwa responden tidak usah penelitian ini diantaranya adalah :
mencantumkan nama atau inisial pada 1. Bagi Pasien
kuesioner. Pada lembar kuesioner yang Diharapkan dapat memberikan
diberikan oleh peneliti kepada responden pengetehuan pada pasien penyakit ginjal
tidak menuntut kemungkinan responden kronik mengenai kepatuhan pembatasan
mengisi jawaban yang berdampak baik untuk cairan dengan kualitas hidup yang
observasi dilakukan oleh peneliti sendiri menjalani Hemodialisis, sehingga dapat
sehingga kemungkinan kecil terjadi kesalahan meningkatkan kepatuhan pasien dalam
sedikit dalam pengambilan data. menjalani pembatasan cairan.
2. Keterbatasan Data 2. Bagi Perawat Hemodialisa
Pengumpulan data menggunakan kuesioner Diharapkan petugas RS terus
mempunyai dampak yang sangat subjektif meningkatkan kualitas pelayanan dan
sehingga kebenaran data tergantung dari pemberian informasi mengenai kepatuhan
kejujuran responden mengisi kuesioner. pembatasan cairan dan kualitas hidup
Selain itu juga terjadi kesalahpahaman pasien yang menjalani hemodialisa dengan
responden tentang pernyataan pada kuesioner. melakukan penyuluhan atau promosi
Untuk mengatasi hal tersebut peneliti kesehatan.
memberikan kesempatan bagi responden 3. Bagi peneliti selanjutnya
untuk bertanya jika kurang faham dalam Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pernyataan kuesioner. pertimbangan dalam pengembangan ilmu
3. Keterbatasan Waktu pengetahuan dan penelitian lanjut tentang
Responden yang diteliti merupakan pasien kepatuhan cairan pada pasien gagal ginjal
yang yang menjalani hemodialisa di Primaya yang menjalani hemodialisa, pendidikan
Hospital Evasari Jakarta Pusat, hal ini untuk persiapan HD mengedepankan
menyebabkan waktu yang sedikit dibatasi dampak atau akibat ketidak patuhan, serta
oleh karena itu peneliti sedikit kesulitan untuk menyesuaikan metode pendidikan sesuai
melakukan pendekatan dengan responden. tingkat pendidikan klien.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu
melakukan bina hubungan saling percaya saat
bertemu responden. DAFTAR PUSTAKA
Azwar. (2010). Sikap Manusia: Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
SIMPULAN DAN SARAN
Pelajar.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Ruang Ahmed et al. (2019). Etiology of Chronic Kidney
Hemodialisa Primaya Hospital Evasari Disease (CKD) in Saudi Arabia. Int J
Jakarta Pusat, dapat dirumuskan kesimpulan Med Res Heal Sci.8(5):177–82.
sebagai berikut :
1. Pembatasan kepatuhan cairan pada pasien Alam & Hadibroto, (2008). Gagal Ginjal. Jakarta
PGK yang menjalani hemodialisa di : PT. Gramedia Pustaka.
Andriyani dkk. (2013). Hubungan Dukungan Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2.
Sosial Terhadap Kepatuhan Pembatasan Jakarta: EGC
Asupan Cairan Pada Pasien Penyakit
Perkumpulan Netrologi Indonesia (2014). Report
Ginjal Kronik yang Menjalani
Of Indonesia 2014. Renal
Hemodialisis di RSUD kota semarang.
Registry.diakses 7 februari 2017 dari
Beerendrakumar dkk. (2018 ). Dietary And Fluid www penctry.org
Regime Adherence In Chronic Kidney
Santi, (2021). Kepatuhan Pembatasan Cairan
Disease Patients. Journal Of Caring
Pada Pasien Hemodialisis. program Studi
Sciences, 17 - 20.
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Destasari dkk (2013). Hubungan Tingkat Universitas Pembangunan Nasional.
Pengetahuan Sikap dan Dukungan Dunia Keperawatan : Jurnal
Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Keperawatan dan Kesehatan. DOI:
Pasien Gagal Ginjal Kronis yang 10.20527/dk.v9i1.9631.
Mengalami Hemodialisis. Jurnal
Suwanti dkk. (2017). Gambaran Kualitas Hidup
Keperawatan Universitas Riau.
Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang
Gasela. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Menjalani Terapi Hemodialisa. Fakultas
Dengan Kepatuhan Asupan Cairan Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo.
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No
Mengalami Hemodialisis di RS 2, Ha7 107 – 114.
Panembahan Senopati Bantul Universitas
Yilmaz et al. (2016). Pulmonary Function In
Muhammadiyah Jogyakrta.com.
Patients With End-Stage Renal Disease :
Handayani A.R. (2018) Hubungan Eplikasi Diri Effects Of Hemodialysis And Fluid
Dengan Kualitas Hidup pasien Gagal Overload. Clinical Research, 2779 -
Ginjal Kronik DI Unit Hemodialisa di 2784.
RSUD Wates Kulonprogo Jogyakarta
(Skripsi) Jogyakarta. Universitas Alma
Alta.
Isroin (2016). Manajemen cairan pada pasien
hemodialisis untuk meningkatkan
Kualitas Hidup. Ponorogo : Unmuh
Ponorogo Press, hal : 29
Kamaludin & Rahayu. (2009) Analisis Fakto-
faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Asupan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Dengan Hemodialisis di RSUD
Prof Dr Margono Soekardjo Purwekerto.
Journal Keperawatan Soedirman Vol 4
(1) Hal 20 -31.
Maryati S & Nurani MV (2013) Gambaran
Makna Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisi
Journal Psikologi VOL II (1):1-13
Novitasari Dwi (2015) Hubungan Lama
Hemodialisis Dengan Kepatuhan
Pembatasan Asupan Cairan Pada Klien
Hemodialisis di RS PKU
Muhammadiyah Unit Jokyakarta
STIKES Asiyah Jokyakarta.
Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep,

Anda mungkin juga menyukai