Anda di halaman 1dari 71

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

TINDAKAN MEDIK OPERATIF DAN METODE SPINAL ANESTESI


PADA PASIEN TN.Y DENGAN HERNIORAPI ATAS INDIKASI
HERNIA INGUINALIS LATERAL DEXTRA DI INSTALASI
KAMAR BEDAH RUMAH SAKIT SANTO YUSUP
BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan PK dari 2 Ke 3

DISUSUN OLEH
CAHYO INDARTANTO, AMK
NIK : 1987

RUMAH SAKIT UMUM SANTO YUSUP

BANDUNG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hernia inguinalis merupakan hernia yang terjadi penonjolan dibawah

inguinalis, didaerah selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi

ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah

melalui celah. Hernia tipe ini sering terjadi pada laki-laki dari pada

perempuan (Huda & Kusuma, 2016).

Kebanyakan masyarakat yang beraktivitas terlalu berat, mengangkat

beban terlalu berat karena masyarakat tidak tahu ilmu untuk mengangkat

beban itu sendiri sehingga masyarakat tidak menyadari dan tidak pernah

menghiraukan kesehatannya. Mereka juga tidak menghiraukan sakit yang

mereka rasakan seperti halnya nyeri, dan mereka juga hanya beranggapan

bahwa nyeri itu hanyalah penyakit lambung biasa tanpa ada kecurigaan yang

lain sehingga masyarakat tidak cepat-cepat untuk pergi ke Rumah Sakit

terdekat masyarakat hanya memberikan obat penawar rasa nyeri saja karena

masyarakat beranggapan bahwa nyeri itu hanyalah penyakit lambung. Dari

ketidakhirauan yang ada dimasyarakat itulah ketika mereka

memeriksakannya ke rumah sakit ternyata mereka di diagnosa hernia yang

sudah parah dan biasanya langsung tindakan operasi. (Sjamsuhidayat,

2008).
Pembedahan merupakan opsi utama yang dipilih karena pemberian

obat-obatan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk melihat

keberhasilannya, namun tindakan pembedahan tersebut seringkali

mempunyai efek samping yang tidak bisa dihindari oleh setiap pasien yang

menjalani operasi, sepertinyeri dan infeksi. nPenanganan nyeri paska

operasi adalah pengelolaan menyeluruh untuk mengatasi nyeri paska

operasi. Selain penanganan secarafarmakologi, cara lain adalah dengan

manajemen nyeri non farmakologi dengan melakukan teknik relaksasi, yang

merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal individu

terhadap nyeri. Manajemen nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup

relaksasi otot, nafas dalam, masase, meditasi dan perilaku (Purnomo, 2011).

Umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan dilipatan

paha.Benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan

bila mengejan, mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat

timbul kembali. Bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan

umum biasanya baik pada inpeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi

lipatan paha, skrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring

pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi

dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan

coba didorong apakah 3 benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk atau

jari kelingking pada anak-anak. Kadang cincin hernia dapat diraba berupa

annulus inguinalis yang melebar (Nuari, 2015).


Penderita hernia tiap tahunnya meningkat. Hal tersebut dapat terlihat

pada data World Health Organization (2010), dimana penderita hernia

segala jenis mencapai 19.173.279 penderita (12,7%) dengan penyebaran

paling banyak adalah di daerah negara-negara berkembang seperti asia

tenggara termasuk indonesia.

Bank data Depatemen Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan

bahwa distribusi penyakit sistem pencernaan pada pasien rawat inap,

khususnya hernia, menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus. Dan

273 kasus diantaranya meninggal dunia. Dari total tersebut, 15.051

diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada wanita.

Sedangkan untuk pasien rawat jalan, hernia masih menempati urutan ke-8.

Dari 41.516 kunjungan, sebanyak 23.721 kasus adalah kunjungan baru

dengan 8.799 pasien pria dan 4.922 pasien wanita. (Depkes RI, 2018).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis

didapatkan bahwa jumlah penderita hernia di RS Santo Yusup pada bulan

Januari sampai dengan Desember 2021 sebanyak 68 Penderita yang terdiri

dari penderita Inguinal Hernia dan penderita Unilateral or Unspecified

Inguinal Hernia without obstruction or Gangrene. (Rekam Medik RSU

Santo Yusup, 2021).

Hernia ada beberapa macam diantaranya adalah inguinali sindirect,

inguinalis direct, femoral, umbilical dan insicional. Hernia skrotalis dapat

terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat (akuistik).

Hernia dapat dijumpai pada setiap usia dan jenis kelamin, prosentase lebih
banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan perempuan. Berbagai faktor

penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada annulus

internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi

hernia. Disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi

hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut (Nuari, 2015

Untuk mencegah terjadinya hernia dapat dilakukan dengan upaya

menghindari mengangkat benda berat, turunkan berat badan jika kelebihan

berat badan, menghindari terlalu mengejan saat miksi dan pada saat

defekasi. Solusi agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah sesegera

mungkin klien penderita hernia di operasi herniotomy. Peran perawat sangat

penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang meliputi tindakan

promotif, preventif, melakukan tindakan kolaboratif dengan tim medis

dalam pelaksanaan kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dengan

memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit hernia, terkait dengan

bagaimana terjadinya penyakit dan hal- hal yang menyebabkan hernia serta

penanganannya. Upaya preventif dengan menghindari faktor resiko antara

lain obesitas, batuk kronis, terlalu sering mengejan, serta mengangkat

barang berat. Upaya kuratif antara lain dengan pembedahan dan terapi

medis yaitu pemberian antibiotik dan analgesik. Upaya rehabilitatif dengan

cara memberikan pendidikan kesehatan pada pasien post operasi hernia agar

mengkonsumsi makan tinggi serat, menghindari mengangkat beban terlalu


berat dan faktor resiko lain yang dapat menyebabkan terjadinya hernia.

(Suratun & Lusianah, 2010).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan

dengan membuat rumusan masalah, bagaimana penatalaksanaan

keperawatan tindakan medik operatif dan metode spinal anestesi pada

pasien Tn.Y Dengan Herniorapi atas Indikasi HIL (Hernia Inguinalis

Lateral Dextra) di Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Santo Yusup

Bandung.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai

berikut :

1. Tujuan Umum

Mengetahui Penatalaksanaan Keperawatan Tindakan Medik Operatif

Dan Metode Spinal Anestesi Pada Pasien Tn.Y Dengan Herniorapi atas

Indikasi HIL (Hernia Inguinalis Lateral Dextra) di Instalasi Kamar

Bedah Rumah Sakit Santo Yusup Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu memahami konsep dan dapat mengaplikasikan dalam

penatalaksanaan tindakan keperawatan (pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi) medis operatif Herniorapi dan

spinal anestesi.
b. Penulis mampu memahami kesenjangan antara konsep teori dengan

praktek penatalaksanaan tindakan keperawatan medis operatif

Herniorapi.

D. Metode Penulisan

Dalam menyelesaikan karya tulis ini penulis menggunakan metode

deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

1. Observasi /Pengamatan

Dengan cara mengamati dan mengkaji secara langsung keadaan fisik

pasien untuk mendapatkan data obyektif.

2. Wawancara

Dilakukan anamesa kepada pasien langsung dan dengan keluarga

pasien.

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada pasien untuk menghasilkan data yang

berkaitan dengan masalah kesehatan pasien

4. Studi Kepustakaan

Didapat dari buku-buku sumber yang ada dikamar operasi,perpustakaan

dan sumber lainnya.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penulisan karya tulis ini

penulis mencantumkan susunan karya tulis sebagai berikut :


BAB I

Pendahuluan membahas latar belakang penulisan,tujuan penulisan,metode

penulisan dan sistematika penulisan

BAB II

Tinjauan pustaka yang membahas tentang konsep dasar Benigna Prostat

Enlargement dan tindakan operasi Herniorapi yang terdiri dari pengertian,

etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,

komplikasi, penanganan pra bedah, uraian tugas, persiapan dan perawatan

perioperatif.

BAB III

Tinjauan kasus membahas tentang pengkajian, analisa data, intervensi,

implementasi dan evaluasi keperawatan.

BAB IV

Pembahasan mengenai kesenjangan antara konsep teori dan aplikasi yang

dilakukan dilapangan beserta tinjauan kasus secara langsung.

BAB V

Kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis Hernia

1. Definisi

Hernia adalah suatu benjolan/penojolan isi perut dari rongga

normal mulai lubang congenital atau didapat (Wijayaningsih, 2013).

Hernia inguinalis paling umum, visera menonjol ke dalam kanalis

inguinal pada titik dimana tali spermatik muncul pada pria, dan sekitar

ligament wanita. Hernia inguinal indirek lengkuk usus keluar melalui

kanalis inguinal dan mengikuti kordo spermatikus pada pria dan ligament

sekitar pada wanita, ini akibat dari gagalnya prosesus vaginalis untuk

menutup sebelah testis turun ke dalam skrotum, atau fiksasi ovarium.

Hernia inguinalis direk lengkung usus keluar melalui kanalis

inguinalposterior (Diyono & Mulyani, 2013).

Hernia inguinalis adalah Hernia yang terjadi di lipatan paha. Jenis

ini merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau

burut (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012). Hernia inguinalis adalah

Hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di

selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding

abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui celah.

Hernia tipe ini sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan(Huda

dan Kusuma, 2015). Hernia inguinalis merupakan penonjolan bagian


organ dalam melalui pembukaan yang abnormal pada dinding rongga

tubuh yang mengelilinginya (Bilotta, 2012). Hernia inguinalis lateralis

(HIL) adalah muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari

lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong (Jitowiyono &

Kristiyanasari, 2012)

2. Anatomi dan fisiologi

Secara anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot

multilaminar, yang berhubungan dengan aponeurosis, fasia, lemak, dan .

Pada bagian lateral, terdapat tiga lapisan otot dengan fasia oblik yang

berhubungan satu sama lain. Pada setiap otot terdapat tendon yang

disebut dengan aponeurosis (Muttaqin, 2011).

Otot tranversus abdominis adalah otot internal lateral dari otot-

otot dinding perutdan merupakan lapisan dinding perut yang mencegah

Hernia inguinalis.Bagian kauda otot membentuk lengkungan aponeurotik

tranvesus abdominis sebagai tepi atas cincin inguinal internal dan diatas

dasar medial kanalis inguinalis.Ligamentum inguinal menghubungkan

antara tuberkulum dan SIAS (Spina Iliaka Anterior Superior).Kanalis

inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang

merupakan bagian terbuka dari fasia tranversalis dan aponeurosis

muskulus tranversus abdominis .Pada bagian medial bawah, di atas

tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,

bagian terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus eksternus.Bagian atas

terdapat aponeurosismuskulus oblikus ekternus, dan pada bagian bawah


terdapat ligamen inguinalis (Muttaqin, 2011).

Secara fisiologis, terdapat beberapa mekanisme yang dapat

mencegah terjadinya Hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang

berjalan miring, adanya struktur dari muskulus oblikus internus

abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi,

dan adanya fasia tranversa yang kuat menutupi trigonum Hasselbabach

yang umumnya hampir tidak berotot. Pada kondisi patologis, gangguan

pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya Hernia inguinalis

(Muttaqin, 2011).

3. Etiologi

Menurut Suratun dan Lusianah (2010) etiologi terjadinya Hernia

inguinalis lateral yaitu :

a. Defek dinding otot abdomen Hal ini dapat terjadi sejak lahir

(kongenital) atau didapat seperti usia, keturunan, akibat dari

pembedahan sebelumnya.

b. Peningkatan tekanan intra abdominal

c. Penyakit paru obstruksi menahan (batuk kronik), kehamilan, obesitas.

Adanya Benighna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat

defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat

meningkatkan tekanan intraabdominal.

4. Patofisiologi

Hernia inguinalis lateralis indicekta sebagian besar ada fakta

kongenital dengan adanya penojolan dari prossus vaginalis peritonel.


Semua keadaan yang menyebabkan kenaikan tekanan intra-abdomen

seperti kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat,

mengejan saat defekasi, dan mengejan saat defekasi, dan mengejan saat

miksi, misalnya akibat hipertrofi prostat dan menjadi pencetus terjadinya

Hernia. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada

bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.

Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum,

sehingga terjadi penonjolan peritoneum ke daerah skrotum disebut

dengan prosesus vaginalis peritonei (Diyono & Mulyani, 2013).

Pada bayi baru lahir, umunya proses ini telah mengalami

obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut,

namun dalam beberapa hal sering kali kanali sini tidak tertutup, karena

testis turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis lebih sering terbuka,

maka yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang

terbuka ini akan menutup pada usia dua bulan. Bila prosesus terbuka

terus (karena tidak dapat mengalami obliterapi) akan timbul Hernia

inguinalis lateralis abuisita. Keadaan yang dapat menyebabkan

peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk kronis,

pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat miksi, misalnya

akibat hipertropi prostat (diyono & Mulyani, 2013).

5. Menifestasi Klinis

Menurut Suratan dan Lusianah, (2010) manifestasi klinis Hernia

inguinalis lateral yaitu :


a. Tampak adanya benjolan dilipat paha atau perut bagian bawah dan

benjolan bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang

disebabkan oleh keluarnya suatu organ.

b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat

tersebut disertai perasaan mual.

c. Nyeri yang diekspresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar.

Nyeri tidak hanya didapatkan di daerah inguinal tapi menyebar ke

daerah panggul belakang perut, dan daerah genital yang disebut

reffered pain. Nyeri biasanya meningkat dengan durasi dan insensitas

dari aktivitas atau kerja yang berat. Nyeri akan mereda atau

menghilang jika istirahat. Nyeri akan bertambah hebat jika terjadi

strangurasi karena suplai darah ke daerah hernia terhenti sehingga

menjadi merah dan panas.

d. Kandung kemihberisi sehingga menimbulkan gejala sakit saat

berkemih (dysuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping

benjolan dibawah sela paha.

e. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Herniaakan

bertambah besar.

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Suratun dan Lusianah, (2010) pemeriksaan diagnostik

pada pasien Hernia inguinalis lateral yaitu:

a. Pemeriksaan darah lengkap Menunjukan peningkatan sel darah putih,

serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan


hemotokrit), dan ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi

darah: mungkin memanjang, mempengaruhi homeostastis intraoperasi

atau post operasi.

b. USG abdomen pada regio inguinalis dextra dan sinistra Membedakan

masa di paha atau dinding perut, sumber pembengkakannya, dan

membedakan jenis-jenis hernia.

c. Urinalisis Diagnosis banding dengan sebab genitourinaria yang

menyebabkan rasa sakit di daerah inguinal dan eritrosit (0-4/LPB)

pada urin pasien ini merupakan akibat dari hipertrofi prostat jinak.

d. Sinar X abdomen Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam

usus/obstruksi usus

7. Komplikasi

Menurut Suratun dan Lusianah, (2010) komplikasi yang mungkin

terjadi pada Hernia inguinalis lateral yaitu :

a. Hernia berulang

Hernia ini terjadi akibat adanya kelemahan dinding otot sehingga

muncul hernia baru di lokasi lain, misalnya dulu pernah hernia perut

kiri dan sudah dioperasi sekarang muncul hernia baru di perut kanan.

b. Obstruksi usus parsial atau total

Karena terjadinya perlengketan usus akibat hernia obstruksi usus

parsia maupun total bisa terjadi di dalam usus halus atau. Pada kasus

obstruksi usus parsial, sedikit makanan atau cairan masih bisa

melewati usus. Sedangkan pada kasus obstruksi usus total, tidak ada
apa pun yang bisa melewati usus.

c. Luka pada usus

Kematian jaringan usus akibat pasokan darah yang berhenti dapat

memicu robekan pada dinding usus yang menyebabkan keluarnya isi

usus ke rongga perut dan menyebabkan infeksi (peritonitis).

d. Gangguan suplai darah ke testis jika pasien laki-laki

Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus

yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit, maka timbul edema

sehingga terjadi penekanan pembuluh darah.

e. Perdarahan yang berlebih

Penyakit hernia bila tidak segera diatasi dan diobati dapat

mengakibatkan perdarahan yang diakibatkan semakin membesarnya

usus yang keluar semakin besar.

f. Infeksi luka bedah

Efek samping yang umum ditemui pasca operasi seperti infeksi luka

operasi akibat adanya tekanan intraabdominal sehingga luka

operasiyang terbuka kembali.

g. Fistel urin dan feses

Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi

hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi

(lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel

atau peritonitissehingga peristaltik usus menurun mengakibatkan

sembelit. Pada pasien kadang-kadang ditemukan keluhan kencing


berupa disuria karena buli-buli ikut membentuk dinding medial

hernia.

8. Klasifikasi

Menurut Suratun dan Lusianah, (2010) klasifikasi Hernia Inguinal

Lateral terbagi menjadi :

a. Herniaindirek atau lateral

Hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda

spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar

dan sering turun ke skrotum.Umumnya terjadi pada pria.Benjolan

tersebut bias mengecil, menghilangkan pada waktu tidur dan bila

menangis, mengejan, mengangkat benda berat atau berdiri dapat

tumbuh kembali.

b. Herniadirek atau medialis

Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak

melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis

indirek.Lebih umum terjadi pada lansia.hernia ini disebut direkta

karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga

meskipun arteri inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien

tidur.Karena besarnya defek pada dinding posterior maka Hernia ini

jarang menjadi irreponible.


9. Penatalaksanaan Medik Hernia Inguinalis Lateral

Menurut Suratun dan Lusianah, (2010) penatalaksanaan medik

pada Hernia inguinalis lateral antara lain :

a. Reposisi

Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara

hati-hati dengan tidakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya

dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua

tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan

yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan

ini kadang dilakukan padahernia irreponibilis apabila Pasien takut

operasi, yaitu dengan cara bagian hernia dikompres dingin, penderita

diberi penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan

trendelenberg. Jika posisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera

lakukan operasi.

b. Suntikan

c. Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk

memperkecil pintu hernia.

d. Sabuk hernia

e. Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relatif

kecil. Umumnya tindakan operatif merupakn tindakan satu-satunya

yang rasional.

f. Pengobatan konservatif

Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga


atau penunujang untuk mempertahankan isi hernia yang telah

direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis yang

mengalami strangulasi, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi

dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi Hernia

membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorong kea rah

cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi

reposisi. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan

pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila reposisi ini

berhasil anak disiapkan untuk operasi besok harinya. Jika resisi hernia

tidak berhasil, dalan waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

g. Pengobatan operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniatomy dan

hernioraphy.

h. Herniotomy

Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong

dibukadan isi hernia dibebaskan kalau adaperlengketan, kemudian

reposisi.Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

i. Hernioraphy

Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan

memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.


a) Diet dan activity

Activity : hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau

sesudah pembedahan. Diet : tidak ada diet khusus. Tetapi setelah

operasi diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi.

Kemudian makan dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat

dan tinggi cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama

buang air besar. Hindari kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi,

minuman beralkohol, dan setiap makanan atau bumbu yang

memperburuk gejala.

b) Medikasi

Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya

ranitidine, asetaminofen dan cefotaxime 1 gr juga antibiotik untuk

membasmi infeksi ketorolac 30 mg injeksi, amoxicillin dan asam

klavulanat, serta obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit

seperti dulcolax 10 mg suppositoria (Jitowiyono & Kristiyanasari

2012).
10. Pathway

Bagan pathway Hernia Inguinalis Lateral


Sumber : Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi (2016)
B. Konsep Spinal anestesi

1. Pengertian

Anestesi spinal adalah tindakan anestesi dengan cara 

penyuntikan  obat anestesi  lokal dan ajuvan  ke dalam ruangsubrachnoid

yang akan menghasilkan hambatan hantaranrangsang saraf medula

spinalis, menyebabkan hilangnyafungsi otonom, sensoris dan motoris

untuk sementara waktu.

2. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk tujuan :

Mempertahankan kondisi dan keselamatan pasien selamatindakan operasi

atau tindakan lain yang menyebabkan pasien memerlukan anesthesia

spinal Membantu menciptakan kondisi yang optimal untuk prosedur yang

akan dijalani.

3. Indikasi Spinal Anestesi

a. Bedah tungkai bawah, panggul dan perineum

b. Tindakan khusus seperti bedah endoskopi, urologi, rektum

c. Bedah fraktur tulang panggul

d. Bedah obstetrik – ginekologi

e. Bedah pediatrik dilakukan setelah bayi ditidurkan dengan anestesi

umum.

4. Kontraindikasi Spinal Anestesi

a. Kontraindikasi mutlak :

1) Hipovolemia berat (syok)


2) Infeksi kulit pada tempat lumbal pungsi (bakteremia)

3) Koagulopati

4) Peningkatan tekanan cranial

b. Kontraindikasi absolute :

1) Neuropati

2) Prior spine surgery

3) Nyeri punggung

4) Penggunaan obat-obatan preoperasi golongan OAINS

5) Pasien dengan haemodinamik tidak stabil

5. Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

a. Komplikasi Tindakan :

1) Hipotensi berat akibat blok simpatis terjadi venous pooling

2) Bradikardi terjadi akibat blok sampai T2-T3

3) Hipoventilasi akibat paralisis saraf frenikus atau hipotensi pusat

kendali nafas

4) Trauma saraf dan pembuluh darah

5) Mual muntah

b. Komplikasi pasca tindakan:

1) Nyeri tempat suntikan

2) Nyeri punggung

3) Nyeri kepala karena kebocoran liquor

4) Retensi urin

5) Meningitis
C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses

keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang

masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap

tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat

bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas :

a) Anamnesa

1) Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang

dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,

golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

2) Keluhan Utama

DS (Data Subjektif) Pada anamnesis keluhan utama yang lazim

didapatkan adalah keluhan adanya benjolan akibat masuknya

material melalui kanalis inguinal bisa bersifat hilang timbul atau

juga tidak. Keluhan nyeri hebat bersifat akut berupa nyeri terbakar

Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri

klien digunakan :

(a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang

menjadi faktor presipitasi nyeri.

(b) Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau


menusuk.

(c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah

rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit

terjadi.

(d) Severity (scale) of pain seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan

seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

(e) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

bertambah buruk padamalam hari atau siang hari.

DO (Data Objektif) Pasien tampak meringis kesakitan, pasien

tampak memegangi perut kanan bawah, pasien tampak menangis,

pasien tampak lemas, dan lain-lain

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan lain yang didapat sesuai dengan kondisi Hernia.

Pada respon biasanya keluhan yanga ada berupa adanya benjolan

setelah mengalami aktivitas peningkatan tekanan intraabdominal,

seperti batuk, bersin, atau mengejan.Bila sudah terjadi stranggulasi

akandidapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah,

keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia, serta

perasaan kelelahan pasca nyeri sering didapatkan.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab

hernia dan tidak ditemukan Penyakit-penyakit tertentu seperti,


penyakit diabetes dengan luka di perut sangat beresiko terjadinya

penghambatan proses penyembuhan luka.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit

Hernia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya Hernia,

seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa

keturunan, yang cenderung diturunkan secara genetic.

6) Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang

dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta

respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik

dalam keluarga ataupun dalam masyarakat

7) Riwayat keperawatan dan pengkajian fisik :

Menurut Suratun dan Lusianah, (2010) pada pasien dan post

operasi dengan Hernia inguinalis lateral dalam buku Asuhan

Keperawatan Pasien Gangguan Gastrointestinal antara lain :

(a) Aktivitas istirahat

Apakah pasien mengalami kelemahan, merasa lemas, lelah,

tirahbaring, penurunan kekuatan otot, kehilangan tunos otot,

dan letargi

(b) Sirkulasi

Apakah pasien menunjukan takikardi, perubahan tekanan

darah (hipertensi / hipotensi)


(c) Eliminasi

Apakah pasien mengalami konstipasi, adanya inkontinesia atau

retensi urine.

(d) Neurosensory

Gejala : Hilang gerakan atau sensasi , spasme otot, kesemutan

Tanda : Deformitas lokal : agulasi abnormal, pemendekan,

rotasi krepitasi.

(e) Nyeri / Kenyamanan

Apakah pasien mengalami nyeri pada insisi pembedahan,

distensi kandung kemih.

(f) Keamanan

Tanda : Laserasi, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan

warna, pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap

atau tiba-tiba).

(g) Penyuluhan

Gejala : Lingkungan tidak mendukung (menimbulkan cedera)

pengetahuan terbatas.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi

Adapun diagnosa yang sering muncul pada pasien pre operasi

Hernia antara lain :

1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)


b. Diagnosa Keperawatan Intra Operasi

1) Risiko hipotermia perioperatif berhubungan dengan tindakan

pembedahan (D.0141)

c. Diagnosa Keperawatan Post Operasi

1) Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan pencedera fisik

(misalnya abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,

prosedur operasi trauma, latihan fisik berlebihan)

2) Gannguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan

keengganan melakukan pergerakan, gangguan musculoskeletal,

nyeri.

3) Resiko infeksi (D.0142) ditandai dengan efek prosedur infasif.

3. Intervensi Keperawatan

a) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)

RENCANA KEPERAWATAN
SLKI SIKI
Setelah dilakukan Tindakan Reduksi ansietas
keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor tanda-tanda
diharapakan kecemasan menurun ansietas
atau pasien dapat tenang dengan 2. Ciptakan suasana
kriteria : terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
Tingkat ansietas 2. Pahami situasi yang
1. Menyingkirkan tanda membuat ansietas
kecemasaan. 3. Diskusikan perencanaan
2. Tidak terdapat perilaku gelisah realistis tentang peristiwa
3. Frekuensi napas menurun yang akan datang
4. Frekuensi nadi menurun 4. Anjurkan mengungkapkan
5. Menurunkan stimulasi perasaan dan persepsi
lingkungan ketika cemas. 5. Anjurkan keluarga untuk
6. Menggunakan teknik selalu disamping dan
relaksasi untuk menurunkan mendukung pasien
cemas. 6. Latih teknik relaksasi
7. Konsentrasi membaik
8. Pola tidur membaik

Dukungan sosial
1. Bantuan yang ditawarkan oleh
orang lain meningkat

b) Risiko hipotermia perioperatif berhubungan dengan tindakan

pembedahan (D.0141)

RENCANA KEPERAWATAN
SLKI SIKI
Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipotermia
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien terhindar dari Observasi :
resiko hipotermia dengan kriteria - Monitor suhu tubuh
hasil : - Identifikasi penyebab
Utama : hipotermia
- Termoregulasi - Monitor tanda dan gejala
akibat hipotermi
Tambahan : Terapeutik :
- Kontrol Resiko - Ganti pakaian atau linen
- Pemulihan pasca bedah yang basah
- Perfusi perifer - Lakukan penghangatan
- Status Kenyamanan pasif (mis. Selimut,
- Tingkat Cedera menutup kepala, pakaian
tebal)
Edukasi :
- Anjurkan makan/minum
hangat
c) Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan pencedera fisik (misalnya

abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur

operasi trauma, latihan fisik berlebihan).

RENCANA KEPERAWATAN
SLKI SIKI
Setelah dilakukan Tindakan Utama :
selama 3x 24 jam diharapkan : 1. Manajemen nyeri
Utama : 2. Pemberian analgesik
- Tingkat nyeri
Pendukung :
Tambahan : 1. Aromaterapi
- Fungsi gastrointestinal 2. Dukungan hipnotis diri
- Kontrol nyeri 3. Dukungan pengungkapan
- Mobilitas fisik kebutuhan
- Penyembuhan luka 4. Edukasi efek samping obat
- Perfusi miokard 5. Edukasi manajemen nyeri
- Perfusi perifer 6. Kompres dingin
- Pola tidur 7. Edukasi proses penyakit
- Status kenyamanan 8. Edukasi teknik nafas
- Tingkat cedera 9. Kompres dingin
10. Kompres panas
11. konsultasi
12. latihan pernafasan
13. Manajemen efek samping
obat
14. Manajemen kenyamanan
lingkungan
15. Manajemen medikasi
16. Manajemen sedasi
17. Manajemen terapi radiasi
18. Pemantauan nyeri
19. Pemberian obat
20. Pemberian obat intravena
21. Pemberian obat oral
22. Pemberian obat topikal
23. Pengaturan posisi
24. Perawatan amputasi
25. Perawatan kenyamanan
26. Teknik distraksi
27. Tekhnik imajinasi
terbimbing
28. Terapi akupuntur
29. Terapi bantuan hewan
30. Terapi humor
31. Terapi murattal
32. Terapi musik
33. Terapi pemijatan
34. Terapi relaksasi
35. Terapi sentuhan
(Transcutaneous Electrical
Nerve Simulation).
Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018 & 2019)

d) Gannguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan keengganan

melakukan pergerakan, gangguan musculoskeletal, nyeri.

RENCANA KEPERAWATAN
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan Utama :
selama 3x 24 jam Diharapkan: 1. Dukungan Ambulasi
Utama : 2. Dukungan Mobilisasi
- Mobilitas Fisik
Pendukung :
Tambahan : 1. Dukungan Kepatuhan
1. Berat Badan Program
2. Fungsi Sensori 2. Pengobatan
3. Keseimbangan 3. Dukungan Perawatan Diri
4. Konservasi Energi 4. Dukungan Perawatan Diri :
5. Koordinasi Pergerakan BAB/BAK
6. Motivasi 5. Dukungan Perawatan Diri :
7. Pergerakan Sendi Berpakaian
8. Status Neurologis 6. Dukungan Perawatan Diri :
9. Status Nutrisi Makan/Minum
10. Toleransi Aktivitas 7. Dukungan Perawatan Diri :
Mandi
8. Edukasi Latihan Fisik
9. Edukasi Teknik Ambulasi
10. Edukasi Teknik Transfer
11. Konsultasi Via Telepon
12. Latihan Ortogenik
13. Manajemen Energi
14. Manajemen Lingkungan
15. Manajemen Mood
16. Manajemen Nutrisi
17. Manajemen Nyeri
18. Manajemen Medikasi
19. Manajemen Program Latihan
20. Manajemen Sensasi Perifer
21. Pemantauan Neurologis
22. Pemberian Obat
23. Pemberian Obat Intravena
24. Pembidaian
25. Pencegahan jatuh
26. Pencegahan luka tekan
27. Pengaturan posisi
28. Pengekangan fisik
29. Perawatan perut
30. Perawatan sirkulasi
31. Perawatan tirah baring
32. Perawatan traksi
33. Promosi berat badan
34. Promosi kepatuhan program
Latihan
35. Promosi latihan fisik
36. Tekhnik latihan penguatan
otot
37. Tekhnik latuhan penguatan
sendi
38. Terapi aktivitas
39. Terapi pemijatan
40. Terapi relaksasi otot
progresif
Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018 & 2019)

e) Resiko infeksi (D.0142) ditandai dengan efek prosedur infasif.

RENCANA KEPERAWATAN
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan Utama :
selama 3 x 24 jam Diharapkan : 1. Manajemen
Utama : imunisasi/vaksinasi
- Tingkat infeksi 2. Pencegahan infeksi

Tambahan : Pendukung :
- dan jaringan 1. Dukungan pemeliharaan
- Kontrol risiko rumah
- Status imun 2. Dukungan perawatn diri :
- Status nutrisi mandi
3. Edukasi pencegahan luka
tekan
4. Edukasi seksualitas
5. Induksi persalinan
6. Latihan batuk efektif
7. Manajemen jalan nafas
8. Manajemen imunisasi /
Vaksinasi
9. Manajemen lingkungan
10. Manajemen nutrisi
11. Manajemen medikasi
12. Pemantauan elektrolit
13. Pemantauan nutrisi
14. Pemantauan tanda vital
15. Pemberian obat
16. Pemberian obat intravena
17. Pemberian obat oral
18. Pencegahan luka tekan
19. Pengaturan posisi
20. Perawatan amputasi
21. Perawatan area insisi
22. Perawatan kehamilan resiko
tinggi
23. Perawatan luka
24. Perawatan luka bakar
25. Perawatan luka tekan
26. Perawatan pasca persalinan
27. Perawatan perineum
28. Perawatan persalinan
29. Perawatan persalinan resiko
tinggi
30. Perawatan selang
31. Perawatan selang dada
32. Perawatan selang
gastrointestinal
33. Perawatan selang umbilical
34. Perawatan sirkumsisi
35. Perawatan skin graft
36. Perawatan terminasi
kehamilan
Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018 & 2019)
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengumpulan Data
1. Identitas Pasien
Nama : Tn y
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Katholik
Pendidikan :S1
Suku/Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Kawin :
Tanggal Pengkajian : 13 juni 2022 ,Jam 13,30 WIB
No. Rekam Medis : 4XXXXX
Alamat : Jl.cxxx
Dokter Bedah : dr. Andi Sp B
Dokter Anestesi : dr. Esther.,Sp.An
Diagnosa Medis : HIL dex reponible
Jenis Operasi : Herniorapi
2. Identitas Keluarga
Nama : Ny A
Jenis Kelamin : perampuan
Agama : Katholik
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Hubungan Dengan Pasien : isteri
Alamat : Jl.cxxxx

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : pasien mengatakan ada benjolan di selangkangan
kanan .
b. Riwayat Kesehatan sekarang.
Pasien mengatakan benjolan di kanan bawah sudah 3
bulan.benjolan muncul saat pasien aktivitas dan kembali hilang
saat istirahat / berbaring
c. Riwayat Kesehatan Dahulu.
1) Riwayat Pembedahan : Pasien pernah operasi apendiktomy
2) Riwayat Sakit Yang Diderita : pasien tidak mempunyai
riwayat penyakit.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pasien,keluarga tidak ada yang menderita
hipertensi,DM,Asma,Jantung.
4. Data Biologis
a. Status fisik :Pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis,BB 45kg,TB165cm.
b. Tanda tanda Vital :TD 141/88mmHg,suhu 36,9C,nadi
80x/mnt,Spo2 100%
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Dalam Batas Normal
2) Dada dan paru : bentuk dada simetris ,gerak lapang paru
bebas,vocal fremitus seimbang pada kedua paru,bunyi nafas
vesikuler diseluruh lapang paru.Bunyi Jantung
Normal,tidak ada nyeri dada.
3) Abdomen: datar,lembut,supel,perkusi tympani,nyeri
diseluruh lapang perut tekan tidak ada.ada benjolan di
kanan bawah
4) Reproduksi tidk ditemukan kelainan
5) Perkemihan:

Tidaka da keluhan

6) Integumen tidak ditemukan masalah


7) Musculosceletal tidak ditemukan masalah
8) Endokrin tidak ditemukan masalah
9) Spiritualitas
Pasien beragama Katholik,pasien percaya saat ini hanya
berserah kepada Tuhan untuk proses kesembuhannya.
10) Psikososial /Kognitif : status emosi Acceptance
11) Pasien Lulus S1,dan mampu mengambil keputusan secara
etis.
5. Data Penunjang
Diit : pasien Puasa jam 07.00.
6. Terapi
Obat Anestesi - Bucain spinal 0,5% 2,5 cc
- Miloz inj 2,5 mg
- Pethidin inj 25 mg iv
- morfine 0.1 mg
- Narfos 4mg
- Scelto 30 mg

B. Analisa Data
Pada hasil pengkajian Tn Y data subyektif dididapatkan bahwa pasien
ada benjolan di perut kanan bawah, Dari hasil data penunjang dan
pemeriksaan fisik,pasien disarankan untuk dilakukan operasi Herniorapi di
Rumah Sakit Santo Yusup.
 Pengelompokan Data

DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF


- Pasien mangatakan ada benjolan - Pasien tampak tegang
di perut kaan bawah - Pasien tampak kadang gelisah
- Pasien merasa bingung - Pasien kadang menanyakan
- Pasien merasa khawatir dengan pertanyaan yang sama berulang
akibat dari kondisi yang ulang.
dihadapi - Tanda-tanda vital :
- TD 141/88mmhg
- Suhu 36,9 C
- Nadi 80x/mnt,teraba kuat
- RR 18x/mnt
- SpO2 100%
- ASA I

C. Persiapan Pasien
Sebelum pasien masuk ke ruang operasi,perawat ruangan melakukan serah
terima dengan perawat instalasi kamar bedah yang meliputi:
1. Identitas pasien(nama,tgl lahir,no,RM)
2. Kelengkapan Askep Perioperatif,Inform Consent (SIO & SIA)
3. Keadaan umum pasien :CM,GCS 15(E4M6V5)
4. Mengukur TTV :
- Tensi :141/88 mmHg
- Suhu :36,9C
- Nadi :80x/mnt
- Pernafasan :spontan,20x/mnt
5. Pasien sudah puasa sejak jam 07.00
6. Pasien tidak mengunakan gigi palsu,kontak lens,perhiasan dan
aksesoris lain.
7. Pasien memiliki riwayat sakit
8. Formulir inform consent sudah ditandatangani oleh pasien sendiri
dan anak pasien sebagai saksi.

Setelah perawat ruangan melakukan serah terima pasien kemudian perawat


instalasi kamar bedah memberikan penyuluhan perioperatif terhadap
pasien meliputi :

1. Mengenalkan ruangan Instalasi Kamar Bedah dan tim bedah yang


akan membantu proses pembedahan.
2. Melakukan pendampingan terhadap pasien untuk mengurangi
kecemasan.
3. Menginformasikan posisi yang akan diberikan saat operasi dan post
operasi.
4. Mengedukasi pasien tentang teknik relaksasi untuk mengurangi
nyeri.
5. Edukasi pemberian nutrisi setelah operasi.
6. Menganjurkan untuk rutin kontrol post operasi.
7. Mengedukasi tentang personal hygiene post operasi.

Semua materi penyuluhan disampaikan dengan metode lisan sudah


dimengerti dan dipahami oleh pasien ,dan pasien sudah tidak ada yang
ingin ditanyakan kembali. Form sudah ditandatangani Pasien sebagai
penerima informasi dan perawat instalasi kamar bedah sebagai pemberi
informasi.

Persiapan pasien diruangan induksi :


1. Setelah dilakukan serah terima dengan perawat ruang rawat
inap,pasien tidak melaui ruang induksi,langsung masuk ke kamar
operasi 2.
2. Pasien diberikan obat milos
D. Asuhan Keperawatan Perioperatif
Asuhan Keperawatan Preoperatif
Dokter Bedah : dr.Andi Sp B
Dokter Anestesi : dr Esther.,Sp.An
Diagnosa Medis : HIL dextra reponible
Jenis Operasi : Herniorapi
Dokumentasi Keperawatan Pra Operasi (diisi oleh perawat ruangan)
1. Keadaan umum : compos mentis,GCS 15,E4M6V5
2. Pernafasan :spontan
3. Tanda-tanda vital :Tensi1 141/88mmHg,suhu 36,9C, nadi
80x/mnt,pernafasan spontan,20x/mnt
4. Riwayat penyakit : tidak ada
5. Pengobatan sekarang : tidak ada
6. Riwayat operasi : tidak ada.
7. Pemeriksan laboratorium : terlampir
8. Persiapan darah : tidak ada
9. Alat invasife yang terpasang : penvlon iv cath No.20
10. Hasil radiologi : tidak di periksa
11. Status emosional : tenang
12. Surat Ijin Operasi : ada
13. Surat Ijin Anestesi : ada
Dokumentasi Keperawatan Pra Operasi(diisi oleh perawat ruangan dan
perawat kamar operasi)
Tiba dikamar operasi jam 13.30 WIB

1. Keadaan Umum : Cm GCS E4M6V5


2. Pernafasan : Spontan,18x/mnt
3. Tanda tanda vital: Tekanan Darah 141/88, suhu 36,5C,nadi 81x/mnt.
4. Iv cath : 1 line tangan kiri,akses lancar

Di Kamar
Di Ruangan
No Verifikasi ulang operasi

ya tidak ya tidak

1 Identitas sesuai gelang dan status pasien  


2 Alergi yang diderita  
3 Surat Ijin Operasi sudah ditandatangani  
4 Surat Ijin Anestesi sudah ditandatangani  
5 Premedikasi diberikan  
6 Puasa (mulai jam 07.00)  
7 Protease dilepas(gigipalsu,lensa kontak)  
8 Jepit rambut,cat kuku,perhiasan dilepas  
9 Status pasien dan daftar obat  
10 Persiapan kulit (cukur)  
11 Pengosongan kandung kemih  
12 Pendidikan kesehatan  
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE OPERATIF
No DIAGNOSA STANDAR LUARAN STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KEPERAWATAN INDONESIA(SIKI)
INDONESIA (SLKI)

1 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Reduksi Ansietas (I.09314)
krisis situasional (D.0080) selama 1x24jam diharapkan ansietas Observasi
menurun dengan kriteria hasil - identifikasi tingkat ansietas
Definisi : Luaran Utama : (kondisi,waktu,stressor)
Kondisi emosi dan pengalaman Tingkat Ansietas (L.01006) - identifikasi kemampuan mengambil
subyektif individu terhadap objek Ekspetasi : Menurun keputusan
yang tidak jelas dan spesifik Kriteria Hasil : - monitor tanda tanda ansietas(verbal dan
akibat antisipasi bahaya yang - Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang non verbal)
memungkinkan individu yang dihadapi menurun (5) Terapeutik
melakukan tindakan untuk - Perilaku tegang dan gelisah menurun - Ciptakan suasana terapeutik untuk
menghadapi ancaman (5) menumbuhkan kepercayaan
Data subyektif: - Frekuensi pernapasan, nadi, dan tekanan - Temani pasien untuk mengurangi
- Pasien merasa bingung darah menurun (5) kecemasan
- Pasien Merasa khawatir dengan - Dengarkan dengan penuh perhatian
akibat dari kondisi yang dihadapi - Gunakan pendekatan yang tenang dan
Data Obyektif : meyakinkan
- Pasien tampak Tegang Edukasi
- Pasien tampak kadang gelisah - Jelaskan prosedur,termasuk sensasi yang
- TTV: mungkin dialami
TD 141/88mmHg - Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
Suhu 36,9C pasien,jika perlu
Nadi 80x/mnt,teraba kuat - Latih kegiatan pengalihan untuk
SPO2 100% mengurangi ketegangan
RR18x/mnt
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PRE OPERATIF
TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF TGL/JAM EVALUASI PARAF
13/06/2022  Memberikan salam kepada 13/06/2022 DK 1. Br.Cahyo
13.30 pasien,memperkenalkan nama dan Br.Cahyo 13.50 S:
peran di kamar bedah. - Pasien mengatakan sudah
 Menerima pasien dari rawat inap lebih tenang dan tidak
lukas untuk program rencana khawatir, setelah berdoa.
operasi herniorapi - Pasien mengatakan sudah
 Melakukan pendampingan terhadap siap untuk menjalani operasi
pasien untuk mengurangi hari ini
kecemasan. O:
 Menginformasikan posisi yang - Pasien tampak kooperatif
akan diberikan saat operasi dan post serta kontak yang baik
operasi. selama prosedur tindakan
 Mengedukasi pasien mengenai - Keluarga bersedia untuk
teknik relaksasi untuk mengurangi menemani pasien berdoa dan
nyeri. menunggu bersama pasien
 Melakukan proses serah terima sebelum pasien masuk kamar
pasien dan mengecek kelengkapan operasi
dokumen pasien - TD:130/80 mmhg
 Melakukan pengkajian keperawatan - HR:80x/mnt
perioperatif meliputi identifikasi - RR :18x/mnt
pasien,mengukur TTV,kecukupan A:
puasa,penggunaan protease - Masalah Kecemasan Teratasi
 Mengecek kelengkapan R:
SIO,SIA,assesmen pra operasi dan - Intervensi Dihentikan
assesmen pra anestesi,skor ASA 1
 Menanyakan kesiapan diri pasien
untuk menjalani operasi
 Melakukan edukasi kesehatan
tentang prosedur tindakan
bedah,prosedur anestesi,perawatan
post operasi,kontrol post
opname,pencegahan
infeksi,personal hygiene post
operasi dengan melibatkan keluarga
 Menginformasikan tentang
pemeriksaan jaringan bila
dibutuhkan.
 Memberikan kesempatan pasien
untuk bertanya bila ada hal yang
kurang jelas.
R:Pasien sudah mengerti dan paham .
Dokumentasi Keperawatan Intra Operatif(diisi oleh perawat kamar operasi)
Jam mulai anestesi 13.10 wib Pembedahan 13.15 wib
Jam selesai anestesi 14.45 wib Pembedahan 14.45 wib
1. Tipe operasi : elektif
2. Jenis pembiusan : regional (spinal)
3. Kesadaran : terjaga
4. Status emosi : rileks dan kadang gelisah
5. Posisi kanul intravena : tangan kiri
6. Jenis Operasi : bersih
7. Posisi pasien : supine
8. Posisi lengan tangan : abduksi
9. Antiseptik kulit : povidone iodine 10%
10. Posisi alat bantu yang digunakan : handrest,lithotomi support
11. Pemakaian diatermi : ya, jenis monopolar
12. Pemeriksaan kulit sebelum operasi : utuh
13. Pemeriksaan kulit sesudah operasi : utuh
14. Pemasangan warm blanket : tidak
15. Pemasangan Implan : tidak
16. Pemakaian torniquet : tidak
17. Pemakaian drain : tidak
18. Irigasi luka :intraoperasi menggunakan aquabidest steril
19. Tampon : tidak
DIAGNOSA KEPERAWATAN INTRA OPERASI SESUAI SDKI,SLKI,SIKI

2 Risiko hipotermia perioperatif Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Managemen Hipotermia (I.14507)
berhubungan dengan tindakan selama 1 x24 jam diharapkan termoregulasi Observasi
pembedahan D.0141) membaik dengan kriteria hasil - Monitor suhu tubuh
Luaran Utama : - Identifikasi penyebab hipotermia
Definisi : Termoregulasi (l.14134) - Monitor tanda-tanda vital
Berisiko mengalami penurunan Ekspetasi : Membaik Terapeutik
suhu tubuh di bawah 36°C Kriteria Hasil : - Sediakan lingkungan yang hangat
secara tiba-tiba yang terjadi satu - Suhu tubuh pasien normal (5) - Ganti pakaian/linen yang basah
jam sebelum pembedahan - Pasien tidak menggigil (5) - Lakukan penghangatan pasif(beri
hingga 24 jam setelah
selimut ,menutup kepala,pakaian tebal
pembedahan.
- Lakukan penghangatan aktif (selimut
Faktor Risiko:
penghangat,dll)
- Prosedur pembedahan
- Lakukan penghangatan aktif internal (infus
- Suhu lingkungan rendah
cairan hangat,)
- Skor ASA >1 Edukasi
Data Subyektif : - - Anjurkan makan dan minum hangat
Data Obyektif :
- Skor ASA 1 Edukasi efek samping obat (I.12371)
- Suhu ruangan 220c Observasi
- Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga
menerima informasi
Terapeutik
- Persiapkan materi dan media edukasi
- Berikan kesempatan pasien dan keluarga
untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan tujuan,indikasi,cara pemberian,efek
samping,waktu dan lamanya pemberian obat.
IMPLEMENTASI INTRA OPERATIF

TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF TGL/JAM EVALUASI PARAF


13/06/2022 13/06/2022
13.10 1. Perawat bedah membawa pasien Br.Ari 14.45 Br Sonn
masuk ke kamar operasi S:
2. Pasien diposisikan supine diatas meja Br.Ari - Pasien mengatakan badan
operasi oleh perawat bedah sirkuler Br. Cahyo badan masih terasa dingin
Menyiapakan instumen spinal Br.Ari O:
anestesi,memposisikan pasien duduk - TD 145/92mmhg
kaki bersiala, dokter anestesi - HR 66x/mnt,nadi teraba
melakuakan kuat
desinfektan ,menentukan tempat - Akral hangat
penyuntikan spinal asnestesi, Br.Cahyo
- Spo2 99%
melakuakan suntikan, memberikan - RR 18x/mnt
obat spinal anaestesi, menutup luka Br.Cahyo - Suhu 36,5
bekas suntikan dengan plaster, - Mukosa mulut lembab
memposisikan pasien tidur A:
13.15 terlentang Br.Ari Masalah Risiko Hipotermia
Menilai obat anestesi spinal suadah Perioperatif Tidak Terjadi
bekerja
P:
3. Perawat bedah instrumen Lanjutkan Intervensi
menyiapkan, mengecek kesiapan
dan kelengkapan alat dan instrumen
operasi,identifikasi
pasien,kelengkapan dokumentasi, Br.Ari
4. Perawat anestesi memasang alat
monitor tekanan darah,suhu
13.15 tubuh,saturasi O2 dan monitor O2
5. Perawat anestesi mempersiapkan Br Cahyo
obat dan alat untuk tindakan anestesi
13.15 spinal 13/06/20222
6. Perawat bedah instrumen melakukan Br Cahyo
cuci tangan bedah,menggunakan jass Br Sonny 13.25
Br Sonny
operasi steril,menggunakan sarung
tangan steril,membantu dr memakai
13.15 jass operasi steril dan sarung tangan
steril,dilanjutkan menyusun istrumen Br Ari
steril dan alat operasi sesuai dengan
urutan prosedur pembedahan
7. Perawat bedah instrumen
menyiapkan cairan antiseptik dan
8. bahan bahan sesuai keperluan
pembedahan
9. dr.Anestesi dibantu perawat anestesi Br Ari
memberikan tindakan pembiusan
13.15 spinal
10. Pasien sudah selesai dilakukan
anestesi spinal,pasien diposisikan
kembali diatas meja operasi dalam Br Cahyo
posisi lithotomi oleh perawat bedah Br Sonny
sirkuler,suhu ruangan diatur diposisi
13.20 220C
11. Perawat bedah instrumen melakukan Br Ari
tindakan desinfeksi kulit area operasi
dengan povidone iodine 10%,
dilanjutkan dengan drapping area
operasi
12. dr Bedah mengecek kesiapan alat Br Ari
14.20 herniorapi,alat diposisikan siap pakai
13. Perawat bedah instrumen melakukan Br Cahyo
Time Out sesaat sebelum operasi
dimulai.
14. Operasi dimulai dengan waktu
perkiraan operasi ½ jam
15. Memonitor ttv
13.20 DO : TD 135/74 mmhg
HR 84 x/mnt,Nadi teraba kuat Br Sonny
SPO2 99% dengan binasal canule 2
l/mnt
16. Memonitor perdarahan intra
lancar,pasien tenang,keluhan nyeri
area operasi tidak ada
17. Menganjurkan pasien untuk tenang
dan rilex
14.30 18. Memonitor TTV
DO : TD 130/80 mmhg Br Sonny
HR 88 x/mnt
14.30 SPO2 99% dengan binasal
Canule 2 l/mnt Br Sonny
Suhu badan 36,5c Br Cahyo
Perdarahan terkontrol
Diuresis kemerahan,irrigasi tur
lancar
19. Mengkaji keluhan pasien apakah
pasien merasa kedinginan,apakah Br Ari
suhu ruangan terlalu dingin.
DS: pasien mengatakan badan
tidak kedinginan
Br Cahyo
Pasien mengatakan tidak merasakan
nyeri dan pusing
Ke dua kaki masih terasa berat
DO : pasien tampak tenang
Tidak tampak menggigil
20. Memberikan kain tebal untuk Br Sonny
menjaga agar suhu badan tetap Br Ari
14.40 hangat
21. Memonitor TTV Br Ari
DO : TD 140/96 mmhg
HR 88 x/mnt,Nadi teraba kuat
Spo2 99% dengan binasal canule 2
l/mnt
Diuresis spoeling mulai tampak
merah ,irrigasi Tur lancar
22. Melakukan Sign Out
23. Tindakan herniorapi selesai
24. Perawat instrumen mengecek Br.Ari
kembali instrumen yang telah
digunakan,menghitung jumlah
instrumen,bahp,kelengkapan alat
tur,mempersiapkan bahan pa untuk
14.45 dimasukkan kedalam pot Br Ari
pemeriksaan
25. Operasi selesai Br Ari
26. Perawat bedah instrumen mengganti Br Sonny
seluruh linen yang basah,
membersihkan badan pasien dari sisa
povidon iodin, mengganti kain basah
dengan linen kering,dengan tetap Br Ari
menjaga privasi pasien
27. membubuhkan stiker identitas pasien
28. Perawat bedah instrumen Br Cahyo
membereskan selurah alat yang
dipakai,mengembalikan ke tempat
penyimpanan semula
29. Mengkaji ulang keluhan pasien dan
mengukur TTV
DS: Pasien mengatakan badan masih
terasa dingin
Pusing tidak ada
Ke 2 kaki masih berat,belum bisa
digerakkan,dan belum merasakan nyeri
DO: TD 103/67 mmhg
HR 66x/mnt,Nadi kuat
Akral hangat
SPO2 99%
RR 18x/mnt
Suhu 36,5
Mukosa mulut lembab
Spoeling lancar,produksi cairan jernih
30. Pasien dibawa ke ruang pemulihan
E. PELAKSANAAN
1. Persiapan Ruangan
a. Ruangan kamar operasi harus sudah dibersihkan dan dalam kedalam
siap pakai.
b. Meja operasi lengkap dengan perlengkapannya(hand support,litotomi
support,anestesi screen/ bug,
c. Lampu operasi.
d. Meja roster dan meja tray instrumen steril
e. Elektro Surgical Unit
f. Camera Control Unit,layar monitor dan Medical Light Source (1 Unit)
g. Alat Monitoring Tanda Vital Pasien.
h. Troly Anestesi lengkap dengan isinya.
i. Suction pump.
j. Gas medis O2.
k. Mesin anestesi

2. Persiapan Alat Steril


a. Paket operasi (laken steril)
b. Paket spinal
c. BB (instrument bedah)
d. Korentang
3. Persiapan Alat Medis dan Cairan Antiseptik
a. Handscoen/sarung tangan steril sesuai ukuran,disesuaikan dengan tim
yang akan menolong.
b. Spuit 3cc,5cc,10cc.
c. Spuit 5 cc Terumo
d. Jarum spinal ukuran 25g dan ukuran 27g
e. Hansaplast 1 buah
f. Selang O2 binasal
g. Cairan Antiseptik Povidon Iodine 10%.
h. Alkohol 70%.
4. Persiapan Obat-Obatan.
a. Obat Anestesi Regional (Blok Anestesi)
Obat yang digunakan yaitu
Bucain Spinal 2,5%
Dexametason inj 1 amp iv
Miloz inj 2,5 mg
b. Persiapan kelengkapan Prosedur Operasi.
a. Tahap-tahap operasi
1) Tahap dan Prosedur Sign In
a) Sesudah dilakukannya serah terima pasien dari ruangan rawat
inap,perawat sirkuler membawa pasien masuk kamar
operasi,Perawat sirkuler memastikan identitas pasien yang akan
dilakukan tindakan operasi,mengecek ulang kelengkapan mesin
anestesi,mengecek alat monitor berjalan dengan baik.memeriksa
dan mengkonfirmasi ulang apakah pasien ada
alergi.Mengkonfirmasi ulang apakah pasien memiliki risiko
kehilangan darah >500ml,terkait persiapan produk darah yang
akan /sudah disiapkan sebelumnya.memasang seluruh alat
monitoring pada tubuh pasien seperti tensimeter,saturasi
O2,elektroda EKG.
b) Perawat Sirkuler bersama perawat anestesi mempersiapkan pasien
diatas meja operasi,memasang seluruh perlengkapan support
posisi pasien seperti handrest,lithotomi support,anestesi
screen.Mempersiapkan pasien untuk prosedur pembiusan.
c) Perawat anestesi bersama dr.Spesialis Anestesi memulai proses
pembiusan,yaitu dengan cara blok spinal anestesi.
d) Setelah pasien sudah dilakukan proses pembiusan,pasien
diposisikan supine kembali dan dipersiapkan untuk posisi
lithotomi.
e) Perawat instrumen mempersiapkan diri,melakukan cuci tangan
bedah,menggunakan jas operasi dan sarung tangan steril
melanjutkan menyusun instrumen steril yang akan digunakan
beserta perlengkapan tambahannya.
f) Tim bedah(operator dan asisten) melakukan prosedur cuci tangan
bedah,kemudian menggunakan jass steril dan sarung tangan steril.
g) Perawat instrumen sudah mempersiapkan instrumen dan alat
penunjang tindakan operasi dan menyusun secara urutan prosedur
diatas meja roster/tray instrumen steril.Operator mengecek
kembali peralatan penunjang operasi agar siap pakai.
h) Asisten melaksanakan prosedur aseptik antiseptik pada daerah
paha dalam kearah genetalia dan terakhir anus dilanjutkan
menutup dan memberi batas tegas menggunakan laken steril dan
doek steril.
i) Pasien sudah dalam posisi siap operasi,perawat instrumen
melakukan prosedur Timeout.
2) Tahap dan Prosedur Time Out
a) Sesaat sebelum tindakan operasi dimulai,dengan pasien yang
sudah teranestesi dan terpasang doek steril,perawat Instrumen
memimpin pelaksanaan prosedur timeout,pelaksanaannya dibantu
perawat sirkuler.Dimulai dari tim bedah memperkenalkan diri dan
menyebutkan perannya masing masing,serta dilanjutkan dengan
konfirmasi ulang tentang identitas pasien,rencana operasi yang
akan dilakukan,estimasi waktu yang diperlukan untuk tindakan
operasi,hal-hal khusus atau hal yang menjadi perhatian dari
bagian anestesi dan bedah,tentang ketersediaan produk darah jika
diperlukan,serta bukti rontgen/hasil radiologi lain yang
dibutuhkan.Setelah semuanya lengkap,operasi dimulai.
3) Tahap dan Prosedur Sign Out
Setelah operasi herniorapi selesai dan sebelum pasien
meninggalkan kamar operasi,dilakukan prosedur Sign Out,yaitu
suatu prosedur akhir dari pembedahan dimana dilakukan :
a) Proses konfirmasi ulang dari operator tentang tindakan yang
telah dilakukan.
b) Proses penghitungan jumlah kasa,instrumen operasi dan alat
penunjang kegiatan operasi yang sudah dipakai.
c) Proses pengumpulan bahan pemeriksaan patologi anatomi.
d) Proses pengecekan kelengkapan dokumentasi perioperatif.
e) Pesanan /advis khusus yang harus diperhatikan dan atau
dilaksanakan kepada pasien selama dimonitoring ketat di ruang
pemulihan dan dilanjutkan perawatan saat sudah diruangan
rawat inap.
f) Operasi selesai.Tubuh pasien dibersihkan,baju pasien yang
basah diganti,pasien siap dipindahkan ke ruangan pemulihan.

Dokumentasi Keperawatan Pasca Operasi (diisi oleh perawat ruang pemulihan).


Ruang Pemulihan : ya, masuk jam 14.50wib, keluar jam 15.50wib.
Kembali ke ruangan LP.
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : compos mentis,GCS E4M6V5 Pupil Ishokor.
3. Keadaan kulit waktu datang : hangat.merah muda
4. Keadaan kulit waktu keluar : hangat.merah muda
5. Sirkulasi anggota badan : merah muda.
6. Posisi pasien : head up 300
7. Perdarahan : tidak ada
8. Muntah : tidak ada.
9. Mukosa mulut : lembab
10. Jaringan PA: ya dikirim dari : kamar operasi,1 botol,beberapa jaringan.
11. Skrining nyeri :1/10
12. Risiko jatuh : sedang.
Nadi Masuk Keluar Pernafasan Masuk Keluar
Teratur   Teratur  
Tidak teratur - - Tidak teratur - -
Lemah - - Lemah - -
Takikardi - - Takikardi - -
Normal   Normal  
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI

No DIAGNOSA STANDAR LUARAN KEPERAWATAN STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI) INDONESIA(SIKI)

1 Risiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi (I14539)
dengan efek prosedur invasif selama 2x24 jam diharapkan risiko infeksi Observasi
(D.0142) menurun dengan kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
Luaran Utama : sistemik
Definisi : Tingkat Infeksi (L14137) Terapeutik
Berisiko mengalami peningkatan Ekspektasi : Menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
terserang organisme patogenik Kriteria Hasil dengan pasien dan lingkungan pasien
Faktor risiko : - Keluhan Nyeri menurun (5) - Pertahankan teknik aseptik
Efek prosedur invasif - Demam Menurun (5) Edukasi
Kondisi Terkait : - Bengkak menurun(5) - Edukasi tanda dan gejala infeksi
Efek Prosedur invasif - Periode Malaise Menurun(5) - Anjurkan untuk meningkatkan status nutrisi
- Tidak ada cairan berbau
Busuk(5) Manajemen Medikasi (I.14517)
Edukasi
Luaran Tambahan - Ajarkan pasien dan keluarga cara mengelola
Integritas Kulit dan Jaringan obat(dosis,penyimpanan,rute dan waktu
(L.14125) pemberian
Ekspektasi Meningkat
Kriteria Hasil : Perawatan Selang (I14568)
- Nyeri Menurun (5) Observasi
- Perdarahan Menurun (5) - Monitor luka jahitan
Terapeutik
- Lakukan kebersihan tangansebelum dan
sesudah perawatan luka operasi
- Motivasi peningkatan aktivitas fisik secara
bertahap
Edukasi
- Ajarkan mengenali tanda-tanda infeksi

Pengaturan Posisi(I.01019)
Observasi
- Monitor keadaan luka
Terapeutik
- Atur posisi kepala lebih keatas(head up)
- Hindari posisi yang menimbulkan
ketegangan pada luka
- Minimalkan gesekan dan tarikan saat
mengubah posisi
Edukasi
- Informasikan saat akan dilakukan
perubahan posisi
- Ubah posisi tiap 2 jam

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN POST OPERATIF

TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF TGL/JAM EVALUASI PARAF


13/06/2022  Pasien diantar ke ruang Br cahyo 13/06/2022 - Ke 2 kaki Br soni
14.50 pemulihan Br pras masih
berat,namun
 Memasang alat monitoring pergelangan
TTV,memasang 02 2l/mnt kaki sudah bisa
dan mengkaji ulang keluhan digerakkan,lutu
pasien t masih terasa
DS: pasien mengatakan berat,dan masih
badan masih terasa dingin belum
pusing tidak ada merasakan
Ke 2 kaki masih nyeri
berat,belum bisa digerakkan O:
DO: - kesadaran - Kesadaran
cm,pasien sadar penuh CM,pasien
- TD :106/76mmhg sadar penuh
- HR : 61x/mnt,nadi teraba - TD :106/76mm
kuat hg
- SPO2 97% - HR :
RR 18x/mnt 73x/mnt,nadi
Bromage Score 2 teraba kuat,
Suhu tubuh 36,5o c akral hangat
Mukosa mulut lembab - SPO2 97%
I. Memposisikan pasien head - RR 18x/mnt
up 30o - Bromage Score
R:Pasien tampak nyaman 2
 Memberikan selimut - Suhu tubuh
penghangat 36,8o c
- Mukosa mulut
lembab
A:
- Masalah
Infeksi Tidak
Terjadi
P:
Lanjutkan Intervensi
Penatalaksanaan Post Operasi
Segera setelah pasien tiba di ruang pemulihan,perawat yang bertugas di ruang pemulihan melakukan :
1. Memasang O2 2L/mnt.
2. Mempertahankan posisi head up 300 .
3. Memasang alat monitoring untuk mengukur tekanan darah,HR,respirasi dan saturasi O2.
4. Mengobservasi tanda-tanda vital pasien post operasi setiap 15 menit,pasien di observasi selama menit atau sampai kondisi
tanda-tanda vital stabil.
5. Melengkapi seluruh dokumen status pasien selama di kamar operasi.
6. Setelah kondisi pasien stabil,seluruh dokumentasi sudah terisi lengkap,perawat ruang pemulihan menginformasikan ke
perawat ruang rawat inap bahwa pasien siap untuk dipindahkan ke ruang rawat inap.
Lembar Monitoring Tanda-Tanda Vital Pasien Post Operasi
Jam Tensi Nadi Respirasi SpO2
14.50 103/67mmHg 61 x/mnt 18 x/mnt 97 %
15.05 112/72 mmHg 64 x/mnt 18 x/mnt 97 %
15.20 108/66 mmHg 62 x/mnt 18 x/mnt 97 %
15.35 106/76 mmHg 73 x/mnt 18 x/mnt 97 %

Penilaian Pasien Pasca Pembiusan Dengan Anestesi Spinal


Penilaian Bromage score
BROMAGE SCORE Waktu (menit) Keluar
Skor Masuk
Blok neuroaksial 15 30 60 90
Kriteria Hasil
Gerakan penuh dari tungkai 0
Tidak mampu ekstensi tungkai 1
Tidak mampu fleksi lutut 2 2 2 2 2
Tidak mampu fleksi
3 3
pergelangan kaki
Jika Bromage Score 2 dapat pindah ke ruangan

Serah Terima Dengan Perawat Ruangan


Memanggil perawat ruangan jam 15 30 wib,nama perawat ruangan sr. Wina
Perawat datang : jam 15.40 wib
Pasien kembali ke ruangan Lukas.
1. Dokumen Post operasi : laporan operasi,laporan anestesi,kartu obat pasien dan lembar resume pasien pulang.
2. Barang dan dokumen yang dikembalikan: hasil USG traktus urinarius
3. Pemberian informasi operasi selesai kepada keluarga jam 15.20 wib
- Menginformasikan operasi sudah selesai.
- Persetujuan pemeriksaan PA,keluarga acc +
4. Keadaan pasien saat diserahkan :CM,GCS15,E4M6V5,pupil ishokor.
5. Tanda-tanda vital terakhir jam 16.10 wib Tensi 145/70 mmHg,HR 61x/mnt,RR 20x/mnt,SpO2 97%.
6. Bromage Score : 2.
Perawat Ruangan Perawat Ruang Pemulihan

Sr.Wina Br cahyo
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Penatalaksanaan Keperawatan HIL

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses keperawatan tindakan yang berurutan

yang dilakukan secara sistematik dan pengkajian merupakan tahap awal

yang sistematis dalam pengumpulan data dari klien yang berfokus pada

respon klien untuk mengidentifikasi masalah keperawatan dan sesuai dengan

kebutuhan klien. Penulis mengumpulkan data dari klien Tn. Y berupa

catatan medis dan pemeriksaan labolatrium. Tehnik pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh data observasi dan pemeriksaan fisik. Yang

tidak terapat pada pengkajian adalah disorientasi ringan, amnesia post

traumatik, hilang memori sesaat, vertigo dalam perubahan posisi, dan

gangguan pendengaran.

Menurut setiadi, (2012) dilakukan secara sistemik untuk menentukan

masalah klien kemudian membuat perencanaan untuk dilaksanakan, serta

mengevaluasi tingkat keberhasiln Tindakan yang dilakukan terhadap

masalah yang akan diatasi. Keluhan utama yang ditemukan melalui

pengkajian yang dilakukan terhadap klien, sebagian besar sesuai dengan

literature yang digunakan yaitu pada post operasi klien mengeluh nyeri dan
susah bergerak. Berdasarkan hal di atas, penulis menyimpulkan bahwa

semua data pengkajian dan diagnosa yang ada berdasarkan literatur dan

penelitian sebelumnya yang penulis gunakan sesuai dengan yang ada pada

klien.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan Analisa data asuhan keperawatan maka diagnosa

keperawatan yang dapat terjadi pada klien dengan Hernia inguinalis lateral

yaitu :

a. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi

Adapun diagnosa yang sering muncul pada pasien pre operasi

Hernia antara lain :

1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)

b. Diagnosa Keperawatan Intra Operasi

1) Risiko hipotermia perioperatif berhubungan dengan tindakan

pembedahan (D.0141)

c. Diagnosa Keperawatan Post Operasi

1) Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan pencedera fisik (misalnya

abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur

operasi trauma, latihan fisik berlebihan)

2) Gannguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan keengganan

melakukan pergerakan, gangguan musculoskeletal, nyeri.


3) Resiko infeksi (D.0142) ditandai dengan efek prosedur infasif.

3. Intervensi Keperawatan

Pada tahap ini penulis menyusun intervensi sesuai dengan masalah

atau diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. Y dan semua yang telah

direncanakan dapat dilaksanakan. Kegiatan perencanaan ini meliputi:

memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan.

Dalam tahap perencanaan ini perumusan tujuan pada asuhan keperawatan

berdasarkan pada metode spesifik, measurable, asurable, reality and time

yaitu secara spesifik dapat diukur dan diatasi dengan tindakan keperawatan.

Faktor pendukung penulis dalam menetapkan intervensi yaitu adanya

dukungan dan kerjasama dari perawat ruangan. Faktor penghambat penulis

dalam menetapkan rencana keperawatan yang akan dilakukan yakni

terbatasnya pemahaman dan pengetahuan yang penulis miliki, sehingga

penulis perlu lebih giat lagi menambah pengetahuan untuk dapat menetapkan

rencana keperawatan yang sesuai dengan masalah klien secara efektif.

4. Implementasi Keperawatan

Pada tahap ini ini asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai

dengan intervensi atau rencana yang telah di tetapkan sebelumnya. Dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. y peran keluarga sangat

membantu dalam hal ini Istri dan anak klien. Pelaksanaan asuhan

keperawatan disini dimulai tanggal 13 Juni 2022, dan disesuaikan dengan


kondisi, masalah serta kebutuhan klien. Pelaksanaan dilakukan berdasarkan

dengan menggunakan pendekatan terapeutik sehingga penulis tidak

menemukan kesenjangan yang berarti antara teori dan kasus nyata.

Diagnosa Ansietas berhubungan dengan krisis situasional telah

dilakukan Tindakan keperawatan selama 3 hari Ketika mengalami

penurunan yaitu implementasi ansietas hari pertama dan hari Ketika

mengalami penurunan yaitu : Ekspetasi : Menurun, Kriteria Hasil :

Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun (5), Perilaku

tegang dan gelisah menurun (5), Frekuensi pernapasan, nadi, dan tekanan

darah menurun (5).

Diagnosa Risiko hipotermia perioperatif berhubungan dengan

tindakan pembedahan telah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3 hari

Ketika mengalami penurunan yaitu implementasi termoregulasi membaik

hari pertama dan hari Ketika mengalami penurunan yaitu : ekspektasi

membaik, kriteria hasil : suhu tubuh pasien normal (5), pasien tidak

menggigil (5).
Diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

(prosedur operasi) telah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari

Ketika mengalami penurunan, yaitu Implementasi nyeri dan keluhan nyeri

hari pertama sampai hari ketiga mengalami penurunan Yaitu:

Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri Nyeri skala : 6 (0-10) nyeri sedang, keluhan nyeri cukup meningkat : 2,

meringis cukup meningkat 2, tekanan darah cukup memburuk 2 : 150/ 90

mmHg, sedangkan hari kedua nyeri skala : 5 (0-10) nyeri sedang, keluhan

nyeri cukup meningkat 2, meringis cukup meningkat 2, tekanan darah

sedang 3 (130/75 mmHg) dan hari ketiga nyeri skala 3 (0-10) nyeri ringan,

keluhan nyeri sedang 3, meringis sedang 3, tekanan darah sedang 3 :

(125/80 mmHg).

Dengan diagnosa Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

Keengganan melakukan pergerakan telah dilakukan tindakan keperawatan

selama tiga hari telah mengalami peningkatan yaitu:hasil : Hari pertama

Mengindentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya. Hasil : Nyeri

menurun 5, kelemahan fisik menurun 5, Gerakan terbatas menurun 5. Dan

hari kedua Nyeri Cukup menurun 4, kelemahan fisik cukup menrun 4,

Gerakan terbatas cukup menurun 4. Selanjutnya hari ketiga Nyeri sedang 3,

kelemahan fisik sedang 3, gerakan terbatas sedang 3. (SIKI, SLKI, L.08066

DPP PPNI )
Dengan diagnose Risiko infeksi dibuktikan dengan Efek prosedur

Infasif telah dilakukan Tindakan keperawatan selama dua hari telah

mengalami penurunan yaitu : hari Kedua Memonitor tanda dan gejala infeksi

lokan dan patogenik. Hasil : kemerahan sedang 1, dan hari kedua kemerahan

cukup meningkat 2 (SIKI, SLKI, L14137)

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,

evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi

mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat

menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil

atau gagal, evaluasi masalah keperawatan dengan melihat perkembangan

kondisi dan respon klien dari tanggal 27 Juni sampai dengan 28 Juni 2020.

Dari ketiga masalah keperawatan yang ditemukan, masalah yang teratasi

belum ada Sedangkan masalah yang belum teratasi adalah :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan melakukan

pergerakan

c. Risiko infeksi berhubungan dengan Efek prosedur invasif

Faktor pendukung tercapainya tujuan karena adanya kerja sama klien

dan keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan sehingga asuhan

keperawatan dapat berjalan dengan lancar.


Seangkan faktor penghambat karena adanya keterbatasan waktu dan

kemampuan penyusun menyelesaikan pelaksanaan rencana keperawatan

tetapi diagnosa keperawatan yang belum teratasi dan implementasi untuk

mengatasi masalah kesehatan klien dapat dilanjutkan dengan perawat yang

ada di ruang perawatan sampai pasien pulang.

B. Kesenjangan Antara Konsep Teori Dengan Praktek Pelaksanaan

Tindakan Keperawatan

Menurut tinjauan teori, diagnosa keperawatan perioperatif yang muncul

pada kasus HIL ada 7 macam diagnosa keperawatan, ini ditemukkan

kesenjangan pada kasus yang dibuat oleh penulis yaitu 4 macam diagnosa

keperawatan. Diagnosa keperawatan nyeri akut dan gangguan mobilisasi fisik

dan resiko infeksi. Dalam teori tugas perawat Instalasi Kamar Operasi

disebutkan bahwa memiliki tugas visitasi pasien/kunjungan pra bedah minimal

1 hari sebelumnya, ini ditemukan kesenjangan pada kasus yang dibuat oleh

penulis, di Rumah Sakit Umum Santo Yusup Uraian Tugas dan Wewenang

Perawat Instalasi Kamar Bedah tidak mencakup memiliki wewenang untuk

melaksanakan kunjungan pra bedah.


Yang memiliki wewenang melakukan visitasi/ kunjungan pra bedah dan

pra anestesi dirumah Sakit Santo Ysup Bandung hanya dr Spesialis Bedah dan

dr Spesialis Anestesi. Pada keseluruhan perawatan perioperatif mencakup pre

operatif, intra operatif dan post operatif,pada prinsipnya kasus sudah sesuai

dengan teori.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan

Op Hernia inguinalis lateral di ruang operasi RS Santo Yusup, maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Data hasil pengkajian fisik yang diperoleh adalah kesadaran klien

composmentis, keadaan umum klien Post Op : tampak lemah, klien tampak


berbaring kedua kaki masih matirasa namun pergelanagan kaki bias di

gerakandan terdapat luka pada bagian perut kanan bawah yang diverban

2. Diagnosa Keperawatan

Pada tahap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus adalah tiga

diagnosa keperawatan, yaitu ansietas berhubungan dengan krisis

situasional, resiko hipotermi berhubungan dengan tindakan pembedahan,

Resiko Infeksi dibuktikan dengan luka insisi dan perawatan luka.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosa yang ada dan

semuanya dapat dilaksanakan. Hal ini antara lain karena dukungan dari

keluarga, perawat rungan dan pembimbing.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan penulis

dan intervensi yang telah disusun baik tindakan keperawatan mandiri

maupun kolaborasi.

5. Evaluasi Keperawatan

Pada evaluasi keperawatan semua masalah keperawatan yang diangkat

pada kasus belum teratasi.

B. Saran
1. Bagi Pasien

Bagi penderita Post Operasi Hernia diharapkan responden mengerti cara

penanganan nonfarmakologi penanganan nyeri, mampu dalam

mempertahankan mobilitas fisik dan resiko infeksi secara mandiri .

Keluarga agar selalu mengawasi dan memotivasi pasien Post Operasi

Hernia untuk penanganan nyeri,, keteraturan aktivitas, dan kunjungan

berobat.

2. Bagi Penulis

Bagi penulis diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi

institusi rumah sakit dalam pengembangan dan peningkatan mutu

pendidikan di masa yang akan datang khususnya tentang penanganan

ansietas pro operasi, intra operasi resiko hipotermi dan post operasi resiko

infeksi.

Bagi penulis juga karya ilmiah ini sebagai pengajuan kenaikan PK II ke PK

III.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai