Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidayat,
2004). Hernia adalah protrusi (tonjolan) abnormal suatu organ, atau bagian
organ, melewati celah di struktur sekitarnya, umumnya protrusi organ
abdomen melalui celah di dinding abdomen (Brooker, 2008).
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang di sebabkan karena hernia
keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrik inferior, kemudian hernia masuk ke dalam
kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum, ini di sebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat dan jong, 2004). Hernia
inguinalis yang kedua yaitu hernia inguinalis direk biasanya memiliki leher
yang lebar, sulit di masukkan dengan jari-jari tangan (Borley dan Grace,
2006).
Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek) 10
kali lebih banyak dari pada hernia femoralis dan keduanya mempunyai
persentase sekitar 75-80% dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10%,
hernia ventralis 10%, hernia umbilikalis 3%, dan hernia lainnya sekitar 3%
(Sjamsuhidayat, 2010 dan Levelle et al, 2002). Secara umum, kejadian hernia
inguinalis lebih banyak di derita oleh laki-laki dari pada perempuan. Angka
perbandingan kejadian hernia inguinalis 13,9% pad alai-laki dan 2,1% pada
perempuan (Ruhl, 2007).
Insiden hernia inguinal ynag sebenarnya di dunia termasuk di Indonesia
belum di ketahui, di perkirakan 10-15% dari populasi dewasa. Insiden hernia
inguinal menurut usia di perkirakan meningkat seiring pertambahan usia yaitu
pada rentang 25-40 tahun 5-8%, di atas 75 tahun 45%. Sedang menurut jenis
kelamin insiden hernia unguinal pada pria 25 kali lebih banyak di jumpai dari
pada wanita (Simarmata, 2003). Di Indonesia di perkirakan 102 ribu anak
menderita penyakit hernia.
Pengobatan hernia dapat di lakukan melalui pembedahan, antara lain
yang pertama Hernioplasti yaitu usaha mencegah kekambuhan hernia dengan
membentuk ulang struktur untuk member kekuatan yang lebih besar.
Pembedahan kedua dengan Herniorafi yaitu pembedahan dengan cara pada
area yang lemah di beri penguatan dengan beberapa jaringan pasien atau
menggunakan materi lain. Pembedahan ketiga yaitu dengan Herniotomi yang
artinya operasi untuk menyembuhkan hernia. Herniotomi meliputi
pengembalian isi hernia ke posisi normal dan pengangkatan kantong hernia
(Brooker, 2008). Prosedur Herniotomi yaitu pembedahan dnegan cara
melakukan sayatan di bagian kanalis inguinalis, lalu melepaskan kantong
hernia dari dalam tali sperma, kemudian sayatan di tutup dengan jahitan
(Sjamsuhidayat dan jong, 2004). Sayatan pada waktu Herniotomi dapat
menyebabkan kerusakan jaringan. Hal tersebutlah yang menyebabkan rasa
nyeri timbul (Guyton dan Hall, 2007).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
atau di gambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association For The Study Of Pain). Nyeri akut artinya awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di
antisipasi atau di prediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan (Herdman,
2003). Pengukuran skala nyeri berdasarkan angaka adalah di mulai dari angka
0-10, pembagian tingkatan nyeri yaitu, angka 0 : tidak nyeri, angka 1-3 : nyeri
ringan, angka 4-6 : nyeri sedang, angka 7-9 : nyeri berat, angka 10 : nyeri
sangat berat (Iscan, 2010).
Nyeri yang timbul pascaoperasi merupakan kejadian yang menekan atau
stress dan dapat mengubah gaya hidup dan kesejahteraan psikologi individu.
Nyeri akut yang timbul harus segera di kelola agar tidak timbul komplikasi
seperti syok neurogenik karena nyeri akut dapat menyebabkan denyut jantung,
tekanan darah, dan frekuensi pernafasan meningkat. Data di atas sejalan
dengan teori kebutuhan dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis yang terdiri
dari kebutuhan oksigenasi, cairan, nutrisi, temperature, eliminasi, tempat
tinggal, istirahat dan seks (Potter Dan Perry, 2005).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa nyeri akut pada
pasien post operasi hernia inguinalis lateralis sangat mengganggu. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk melakukan studi kasus bagaimana nyeri akut
pada pasien post operasi hernia inguinalis lateralis sertaa cara
penatalaksanaannya. Dengan adanya berbagai data maka penulis melaporkan
studi kasus yang di rumuskan dalam judul ‘ Nyeri Akut Pada Pasien Post
Operasi Hernia Inguinalis Lateralis Studi Kasus Di Ruang An – Nur
Rsud Meuraxa Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin melaukan studi kasusi nyeri
akut yang terjadi pada pasien post opetasi hernia inguinalis lateralis di ruang
An-nur RSUD Meuraxa.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri akut Pada Pasien Post Operasi Hernia Inguinalis
Lateralis

2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien nyeri post operasi
hernia inguinalis lateralis
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa pada pasien nyeri post operasi
hernia inguinalis lateralis
c. Penulis mampu melakukan menyusun rencana Asuhan Keperawatan
pada pasien nyeri post operasi hernia inguinalis lateralis
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien nyeri post
operasi hernia inguinalis lateralis
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien nyeri post operasi
hernia inguinalis lateralis
f. Penulis mampu menganalisi kondisi nyeri yang terjadi pada pasien
post operasi hernia inguinalis lateralis
DAFTAR PUSTAKA

Broker, C., 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC


Borley, N. R, Dan Grace, P. A.. 2007. At A Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta
: Erlangga.
Guyton, A. C. Dan Hall, J. E.. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta
: EGC.
Iscan, H.. Perbandingan Nyeri Pasca Operasi Herniorrhaphy Secara Lichtenstein
Dengan Trobucco. Fakultas kedokteran universitas padang. Di akses tanggal 20
oktober 2018.
Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin, (2005), Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses Dan Praktik, Vol 1, Edisi 4, penerbit buku
kedokteran EGC.
Simarmata, A.. Perbandingan Nyeri Pasca Herniplasty Shouldice “Pure Tissue”
Dengan Lichtenstein “Tension Free”. Fakultas Kedokteran Universitas
sumatera utara. Di akses tanggal 20 oktober 2018
Sjamsuhidayat, R dan Wim de J., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai