Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan laporan WHO (Word Health Organitation),
penderita hernia makin meningkat. Di dapat dari data pada tahun
2005 sampai tahun 2010 penderita hernia dari segala jenis
mencapai 19.173.279 penderita (12,7%) dengan penyebaran yang
paling banyak adalah negara-negara yang berkembang salah
satunya Asia tenggara termasuk Indonesia.
Hernia merupakan kondisi keluarnya sebagian usus dari
rongga perut hingga membenntuk tonjolan yang bisa terlihat dan
teraba dari luar. Secara umum hernia sering terjadi pada orang
yang sudah lanjut usia, karena pada usia lanjut dinding otot
polos abdomen sudah lemah, sehingga sangat berpeluang
terjadinya hernia.Hernia abdominalis yang paling banyak
terjadi adalah hernia inguinalis sekitar 75% dan sekitar 50%
merupakan hernia inguinalis lateralis. Diperkirakan
15%populasi dewasa menderita hernia inguinal,5 - 8%
padarentang usia 25 - 40 tahun dan mencapai 45% pada
usia 75tahun. Hernia inguinalis dijumpai 25 kali lebih
banyak pada pria dibanding wanita.Satu - satunya cara untuk
penyembuhan hernia adalah dengan tindakan operatif, baik
terbuka maupun laparoskopik. (Dewi Saputra Tjitra;2014).
Di Indonesia hernia menempati urutankedelapan dengan
jumlah 292.145 kasus.Angka kejadian hernia
inguinalis(medialis/direk dan lateralis/indirek) 10 kalilebih banyak
daripada hernia femoralis dankeduanya mempunyai persentase
sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia, hernia insisional0%,

1
2

hernia ventralis 10 %, herniaumbilikalis 3 %, dan hernia lainnya


sekitar 3% (Sjamsuhidajat, 2010 dan Lavelle et al,2002). Secara
umum, kejadian herniainguinalis lebih banyak diderita oleh laki-
lakidari pada perempuan. Angka perbandingankejadian hernia
inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan (Ruhl,
2007).
Peningkatan angka kejadian HerniaInguinalis di
Indonesia banyak terjadi daerahprovinsi Jawa Tengah bisa
disebabkan karenailmu pengetahuan dan tehnologi
semakinberkembang dengan pesat sejalan dengan haltersebut,
maka permasalahan manusiapunsemakin kompleks salah
satunya kebutuhanekonomi yang semakin mendesak
(Haryono,2012). Hal tersebut menuntut manusia untukberusaha
mencukupi kebutuhannya denganusaha yang ekstra, tentunya
itumempengaruhi pola hidup dan kesehatannyayang dapat
menyebabkan kerja tubuh yangberat yang dapat menimbulkan
kelelahan dankelemahan dari berbagai organ tubuh.Penyebab
penyakit hernia yaitu denganbekerja berat untuk memenuhi
kebutuhannyaseperti mengangkat beban berat,
biasamengkonsumsi makanan kurang serat, yangmenyebabkan
konstipasi sehingga mendorongmengejan saat defekasi.
(Haryono,2012)(Suryanti;2017)

Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan infeksi yang


terjadi ketika mikroorganisme dari kulit, bagian tubuh lain atau
lingkungan masuk kedalam insisi yang terjadi dalam waktu 30
hari dan jika ada implantterjadi 1 (satu) tahun paska operasi yang
ditandai dengan adanya pus, inflamasi, bengkak, nyeridan rasa
panas (Awadet al,2009 dalam PP HIPKABI, 2010).Kasus infeksi
nosokomial di Indonesia yaitu pada 10 RSU pendidikan, cukup
tinggi yaitu 6–16% dengan rata-rata 9,8% pada tahun 2010.
3

Infeksi nosokomial paling umum terjadi adalah infeksi luka


operasi (ILO). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
angka kejadian ILO pada rumah sakit di Indonesia bervariasi
antara 2–18% dari keseluruhan prosedur pembedahan. Ini
dibuktikan pada penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan
bulan April s/dSeptember 2010, dari jumlah sampel 534 pasien,
diperoleh angka prevalensi ILO sebesar 5,6%dengan kelompok
usia terbesar pada usia lebih dari 65 tahun yaitu 33,3% (Dharshini
J., 2010). Di sisilain, tindakan pembedahan laparotomi semakin
meningkat dari tahun ke tahun.(Feri, Rony, & Ngesti, 2015).

Sebelum pemulangan, pasien dan keluarga harus mengetahui


cara memanajemen pemberian perawatan di rumah dan mampu
memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan, karena
kegagalan untuk mengerti pembatasan dapat menyebabkan
peningkatan komplikasi pada pasien (Perryand Potter,
2005).(Siti,Samso& Jarot,2014).

Discharge Planning adalah suatu proses yang bertujuan


untuk membantu pasien dan keluarga dalam meningkatkan atau
mempertahankan derajat kesehatannya.Shepperd, et.al (2004)
menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek berarti
dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan
dan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. Saatini,
pelaksanaan discharge planning pada pasien di rumah sakit
umumnya hanya berupa catatan resume pasien pulang serta
pemberian informasi singkat mengenai jadwal kontrol pasien
ke poliklinik, obat-obatan yang harus di minum, serta diet
yang harus dipenuhi dan dihindari setelah pasien pulang dari
rumah sakit (Slevin, 1996; Spath, 2003). (Devi Derliana, 2012).
4

Berdasarkan latar belakang di atas bahwa penulis tertarik


dengan judul Pengelolaan Keperawatan Resiko infeksi Pada Pasien
Post Operasi Hernia.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Menggambarkan asuhan keperawatan Resiko Infeksi dengan
post operasi Hernia RSUD Dr.Soeselo Slawi.
2. Tujuan khusus
a. Menggambarkan pengkajian pada klien dengan post
operasi hernia
b. Menggambarkan diagnosis keperawatan resiko infeksi
dengan post operasi hernia
c. Menggambarkan perencanaan untuk mengatasi resiko
infeksi pada post operasi hernia
d. Menggambarkan tindakan Keperawatan yang dilakukan
untuk mengatasi resiko infeksi pada post operasi hernia
e. Menggambarkan evaluasi masalah keperawatan resiko
infeksi pada post operasi hernia
f. Membahas pengkajian, masalah keperawatan,
perencanaan, tindakan yang ditekankan pada prosedur-
prosedur keperawatan – SOP, dan evaluasi dari tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi resiko infeksi pada post
operasi hernia
5

C. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan
untuk meningkatkan pengetahuan terutama pengelolaan klien
dengan post operasi hernia.
2. Manfaat Praktis
1. Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian di harapkan memberikan kontribusi
dalam peningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan
khususnya bagi klien.
2. Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi dalam
peningkatan status kesehatan melalui upaya promotif
khususnya bagi pasien post operasi hernia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Hernia
1. Definisi
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan(Dewi Saputra Tjitra,2016,hlm 129).
Hernia Inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi
dan muncul sebagai tonjolan di selagkangan atau di skrotum.orang
awam biasanya menyebutnya”turun beru” atau “hernia”.Hernia
inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga
usus menerobos kebawah melalui celah.Jika anda merasakan ada
benjolan di bawah perut yang lembut,kecil dan mungkin sedikit
nyeri dan bengkak,anda mungkin terkena hernia ini.Hernia ini
lebihsering terjadi pada laki-laki di banding perempuan.(Amin
Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma;2015;hlm 74)
2. Patofisologi
Pada hernia inguinal usus besar atau usus
halus,omentum,atau kandung kemih menonjol ke dalam kandung
inguinal.pada hernia indirek,visera abdomen kluar dari rongga
abdomen melalui cicin dari rongga abdomen melalui cicin inguinal
dan mengikuti funikulus spermatikus (pada pria) atau sekitar
ligamen (pada wanita); hernia ini muncul pada cicin eksternal dan
turun hingga mencapai kanal inguinal,biasanya kedalam skrotum
atau labia. Pada herna inguinal direk, bukan masuk ke kanal
melalui cicin internal,hernia melewati dinding inguinal posterior,
menonjol secara langsung melalui fasia kanal yang melintang (di
area yang dikenal dengan segitiga hesselbach),dan muncucul di
dinding eksternal.( Bilota, 2014)

6
3. Pathway
Hernia Inguinalis

Kantong hernia memasuki celah inguinal

Tekanan otot abdomen yang melemah

Benjolan pada region inguinal

Pembedahan

Insisi bedah Prosedur Invasif Mual

Terputusnya jaringan Nafsu Makan


Resiko
Saraf menurun
Infeksi

Intake makanan
Nyeri adekuat
Kerusakan
integritas
kulit
Ketidakseimbangan
imobilisasi nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

2.1 Gambar Pathway


31
4. Etiologi
a. Tidak langsung: kelemahan pada batas facial cicin ingunal
intenal
b. Langsung: kelemahan pada dinding fasial kanal inguinal
c. Keduanya: kelemahan otot abdomen (disebabkan oleh
malformasi kongenittal, truma, atau proses penuaan) atau
menigkatnya tekanan intra-abdomen (disebabkan oleh
pengakatan beban yang berat, kehamilan, obesitas, atau
mengejan)
5. Manifestasi klinis
a. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang sering tampak
benjolan di lipat paha.
b. Adanya rasa nyeri pada benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
c. Terdpat gejala mual muntah atau distensi bila sudah terjadi
komplikasi.
d. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan
bertambah hebat serta kulit diatasnya akan menjadi merah dan
panas.
e. Bila psaien mengejan atas batuk maka benjolan henia akan
bertambah besar
6. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam
usus /obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ),peningkatan sel
darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit.

32
7. Penatalaksanaan
Operasi henia di lakukan ada dalam 3 tahap:
a. Herniotorny adalah Membuka dan memotongkantong hernia
serta mengembalikan isi hernia ke cavum abdominalis.
b. Hernioraphy adalah Mulai dari mengikat leher hernia dan
menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan antara
tepi bebas m.obliqus intra abdominalis dan m.transversus
abdominis yang berinsersio di tuberculum pubicum).
a. Hernioplasty adalah Menjahitkan conjoint tendon pada
ligamentum inguinale agar LMR hilang/ tertutup dan dinding
perut jadi lebih kuat karna tertutup otot.(Amin Huda Nurarif
dan Hardhi Kusuma,2015,hlm77)
8. Komplikasi
a. Strangulasi
b. Obstruksi usus
c. Infeksi (setelah pembedahan)
9. Prognosis
Prognosis tergantung pada keadaan umum penderita serta
ketepatan penanganan pada penyakit hernia ini yang penting adalah
mencegah faktor predisposisinya.
B. Resiko infeksi pada post operasi Hernia
Resiko infeksi adalah Beresiko tinggi terhadap invasi organisme
patogen. Resiko infeksi area pembedahan adalah Rentan tehadap invasi
organisme patogen pada area pembedahan yang dpat mengganggu
kesehatan.
a. Faktor resiko
Alkoholisme, Obesitas, Merokok, Kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan patogen, Malnutrisi, Pernyakit
kronis(mis.Diabetes melitus), Prosedur invasi,Lingkungan
33
b. Pertahanan Tubuh primer Tidak ade kuat
Gangguan integritas kulit, Gangguan peristaltik, Merokok, Pecah
ketuban dini, Pecah ketuban lambat, Penurunan kerja siliaris,
Perubahan ph sekresi, Stasis cairan tubuh
c. Pertahanan tubuh sekunder tidak ade kuat
Imunosupresi, Leukopenia, Penurunan hemoglobin supresi respon
inflamasi (mis.,interleukin 6, C-reatif protein (CPR)),Vaksinasi
tidak ade kuat
d. Populasi beresiko
Terpajan pada wabah
e. Mikroba penyebab infeksi
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunngal
sederhana dan memiliki dinding sel yang melindunginya terhadap
banyak mekanisme pertahanan tubuh manusia.Virus merupakan
organisme subseluler yang tersusun hanya dari nukleus RNA(asam
ribonuklet) atau nekleus DNA(asam deoksiribonukleat) yang
terbungkus oleh protein.Jamur (fungus) memiliki dinding yang
kaku dan nekleus yang terbungkus membran nelkeus.Parasit
merupakan organisme uniseluler atau multiseluler yang hidup pada
atau dalam tubuh organisme lain dan memperoleh nurtisi dari
pejamuan.Mikoplasma merupakan organisme mirip bakteri dan di
antara semua mikroba yang dapat hidup di luar sel pejamu,
mikoplasma berukuran paling kecil walaupun beberapa diantaranya
bersifat parasit.
f. Tanda dan gejala dari infeksi
1) Merah(rubor) terjadi karena arteriol berdilatasi dan sirkulasi
darah ketempat yang meradang meningkat.

34
2) Panas (kalor) di daerah yang meradang terjadi karena
vasodilatasi lokal,pembesaran cairan ke dalam ruangan
interstisial,peningkatan aliran darah kedaerah tersebut.
3) Nyeri (dolor) terjadi ketika reseptor nyeri terstimulasi oleh
jaringn yang bengkak, peruban ph setempat dan zat-zat kimia
yang dieksresi selama proses inflamasi.
4) Edema (tumor) disebabkan oleh fasodilatasi lokal,pembesaran
cairan ke dalam ruang interstisial,dan penyumbatan drainase
limfarik untuk membantu menahan inflmasi.
5) Kehilangan fungsi (functio laesa) teruama terjdi sebagai
dampak dn rasa nyeri pada tempat yang meradang.

C. Pengelolaan Resiko infeksi pada post operasi hernia inguinalis


Discharge plannig adalah suatu proses yang sistematis dalam
pelayanan kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam
menetapkan kebutuhan,mengimplementasikan serta mengkoordinasikan
rencana perawatan yang akan dilakukan setelah pasien pulang dari
rumah sakit sehingga dapat meningkatkan atau mempertahankan
derajat kesehatannya ((Zwicker & Picariello, 2003)( Devi Darlina,2012)).

Adapun tujuan discharge planning menurutSpath (2003) adalah sebagai


berikut:

1. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis


untuk pulang dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
2. Mempersiapkan keluarga secara emosional dan psikologis terhadap
perubahan kondisi pasien.
3. Memberikan informasi pada pasien dan keluarga sesuai kebutuhan
mereka baik secara tertulis maupun secara verbal.

35
4. Memfasilitasi kelancaran perpindahan dan meyakinkan bahwa
semua fasilitas kesehatan dan lingkungan pasien telah siap menerima
kondisi pasien.
5. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga untuk meningkatkan
derajat kesehatan pasien.
6. Memberikan kontinuitas perawatan antara rumah sakit dengan
lingkungan baru pasien dengan menjalin komunikasi yang efektif.
Proses pelaksanaan discharge planning dilakukan melalui 5 tahap yaitu:
1. Seleksi pasien Tahap ini meliputi identifikasi pasien yang
membutuhkan discharge planning, semua pasien membutuhkan
pelayanan, tetapi pemberian discharge planning lebih diprioritaskan
bagi pasien yang mempunyai risiko lebih tinggi memiliki
kebutuhan akan pelayanan khusus. Slevin 1996 mendeskripsikan
karakteristik pasien yang membutuhkan discharge planning dan
rujukan ke pelayanan kesehatan adalah pasien yang kurang
pengetahuan tentang rencana pengobatan, isolasi social, diagnosa
baru penyakit kronik, operasi besar, perpanjangan masa penyembuhan
dari operasi besar atau penyakit, ketidakstabilan mental atau emosi,
penatalaksanaan perawatan dirumah yang kompleks, kesulitan
financial, ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber rujukan,
serta pasien yang sakit pada tahap terminal.
2. Pengkajian
Pengkajian discharge planning berfokus pada 4 area, yaitu
pengkajian fisik dan psikososial, status fungsional, kebutuhan penkes
dan konseling. Zwicker dan Picariello (2003) mengemukakan
bahwa prinsip-prinsip dalam pengkajian adalah :
a. Pengkajian dilakukan pada saat pasien masuk dan berlanjut
selamaperawatan.

36
b. Pengkajian berfokus pada pasien dewasa yang berisiko tinggi
tidak tercapainya hasil discharge.
c. Pengkajian meliputi :
1) Status fungsional (kemampuan dalam aktivitas sehari-hari dan
fungsi kemandirian).
2) Status kognitif (kemampuan pasien dalam berpartisipasi dalam
proses discharge planning dan kemampuan mempelajari
informasi baru).
3) Status psikologi pasien, khususnya pengkajian terhadap depresi.
4) Persepsi pasien terhadap kemampuan perawatan diri.
5) Kemampuan fisik dan psikologik keluarga dalam perawatan
pasien.
6) Kurangnya pengetahuan berkaitan kebutuhan perawatan kesehatan
setelah pulang.
7) Faktor lingkungan setelah pulang dari rumah sakit.
8) Kebutuhan dukungan formal dan informal keluarga dalam
memberikan perawatan yang benar dan efektif.
9) Review pengobatan dan dampaknya.
10) Akses ke pelayanan setelah pulang dari rumah sakit. Dalam
mengkaji kebutuhan pendidikan kesehatan pasien, perawat harus
mempertimbangkan hal-hal berikut (Rankin & Stallings, 2001),
yaitu: informasi yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga,
perilaku yang perlu evaluasi, ketrampilan yang dibutuhkan
pasien untuk menunjukkan perilaku sehat serta faktor-faktor
lingkungan pasien yang dapat dirubah untuk menunjukkan
perilaku yang diinginkan.Pengkajian dalam proses discharge
planning ini harus dilakukan secara komprehensif dan
mempertimbangkan kriteria pasien yang membutuhkan discharge
planning baik pada pasien sendiri maupun keluarga yang akan
37
melanjutkan perawatan setelah pulang dari rumah sakit. Agar
sasaran kontinuitas perawatan tercapai, pasien dan keluarga harus
dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatan serta beban keluarga
dapat diminimalkan (Slevin, 1996).Susan dalam Hoeman (1996)
menyebutkan kriteria pasien yang siap untuk dikaji kebutuhan
penkes-nya ditunjukkan dalam 3 kategori sebagai berikut:
a. Secara fisik, pasien mampu berpartisipasi dalam proses pengkajian
seperti tanda vital yang sudah terkontrol, kecemasan menurun.
b. Tujuan dalam proses pengkajian dapat dimengerti oleh pasien serta
sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga.
c. Pengkajian juga harus mempertimbangkan status emosional pasien
dan keluarga sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam
mengungkapkan kebutuhannya.
3. Perencanaan Dalam perencanaan diperlukan adanya kolaborasi
dengan team kesehatan lainnya, diskusi dengan keluarga dan
pemberian penkes sesuai pengkajian. Pendekatan yang digunakan
pada discharge planning difokuskan pada 6 area penting dari
pemberian penkes yang dikenal dengan istilah ”METHOD” dan
disesuaikan dengan kebijakan masing-masing rumah sakit
(Slevin,1996).
M : Medication
Pasien diharapkan mengetahui tentang: nama obat, dosis
yang harus di komsumsi, waktu pemberiannya,tujuan penggunaan
obat,efek obat,gejala yang mungkin menyimpang dari efek obat
dan hal-hal spesifik lain yang perlu dilaporkan.
E : Environment
Pasien akan dijamin tentang: instruksi yang adekuat mengenai
ketrampilanketrampilan penting yang diperlukan di rumah,
investigasi dan koreksi berbagai bahaya di lingkungan
38
rumah,support emosional yang adekuat,investigasi sumber-sumber
dukungan ekonomi investigasi transportasi yang akan digunakan
klien
T : Treatment
Pasien dan keluarga dapat: mengetahui tujuan perawatan yang
akan dilanjutkan di rumah, serta mampu mendemonstrasikan
cara perawatan secara benar.
H : Health
Pasien akan dapat: mendeskripsikan bagaimana penyakitnya
atau kondisinya yang terkait dengan fungsi tubuh, mendeskripsikan
makna-makna penting untuk memelihara derajat kesehatan, atau
mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi.
O : Outpatient Referral
Pasien dapat:mengetahui waktu dan tempat untuk kontrol
kesehatan, mengetahui dimana dan siapa yang dapat dihubungi
untuk membantu perawatan dan pengobatannya.
D : Diet
Pasien diharapkan mampu: mendeskripsikan tujuan pemberian
diet, merencanakan jenis-jenis menu yang sesuai dengan dietnya.
4. Sumber daya
Mengidentifikasi sumber daya pasien terkait dengan kontinuitas
perawatan pasien setelah pulang dari rumah sakit, seperti keluargan
yang akan merawat, financial keluarga, nursing home atau pusat
rehabilitasi.
5. Implementasi dan EvaluasiZwicker & Picariello (2003),
menjelaskan bahwa dalam implementasi discharge planning ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
a. Prinsip umum dalam implementasi discharge planning adalah :

39
1) Discharge planning harus berfokus pada kebutuhan pasien
dan keluarga.
2) Hasil pengkajian dijadikan sebagai pedoman strategi
pelaksanaan
3) Hasil pengkajian akan menentukan kebutuhan pendidikan
kesehatan yang dibutuhkan setelah pasien pulang dari rumah
sakit.
4) Data pengkajian dapat memprediksikan outcome pasien setelah
pulang dari rumah sakit.
5) Discharge planning dimulai saat pasien masuk bertujuan
untuk memperpendek hari rawatan.
b. Stategi untuk memastikan kontinuitas perawatan pasien Menurut
Zwicker & Picariello (2003), Stategi untuk memastikan
kontinuitas perawatan pasien dikenal dengan 4C yaitu
Communication, Coordination, Collaboration dan Continual
Reassesment.
1) Communication
Komunikasi dilakukan secara multidisiplin melibatkan pasien
dan keluarga saat pertama pasien masuk rumah sakit, selama masa
perawatan dan saat pasien akan pulang. Komunikasi dapat
dilakukan secara tertulis dan hasil dokumentasi merupakan
pengkajian kebutuhan perawatan pasien berupa ringkasan pasien
dirumah sakit. Komunikasi verbal dilakukan mengenai status
kesehatan dilakukan pada pasien, keluarga, profesional lain dan
pelayanan kesehatan untuk rujukan setelah pulang dari rumah
sakit.
2) Coordination
Dalam proses discharge planning harus melakukan koordinasi
dengan team multidisiplin serta dengan unit pelayanan rujukan
40
setelah pasien pulang dari rumah sakit. Komunikasi harus jelas dan
bisa meyakinkan bahwa pasien dan keluarga memahami semua hal
yang dikomunikasikan.
3) Collaboration
Kolaborasi dilakukan oleh perawat dengan seluruh team yang
terlibat dalam perawatan pasien, disamping itu adanya kolaborasi
antara perawat dengan keluarga dengan memberikan informasi
tentang riwayat kesehatan masa lalu pasien, kebutuhan
biopsikososial serta hal – hal yang berpotensi menghambat
proses kontinuitas perawatan.
4) Continual Reasssesment
Proses discharge planning bersifat dinamis, sehingga status
kesehatan pasien akan selalu berubah sesuai pengkajian yang
dilakukan secara kontinyu dan akurat.(Devi derliana;2012)
D. Asuhan keperawatan pada Post Operasi Hernia
1. Pengkajian
Pengkajian ini adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data klien.
Pengkajian meliputi:
1. Identitas (nama, usia, alamat, agama, pekerjaan dan
pendidikan)
2. Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan cara mengkaji
PQRSTUV, yaitu P = apa yang menbuat nyeri itu muncul, Q =
adalah kualitas nyeri ( contoh: seperti tertusuk-tusuk, seperi
terbakar, seperti ditekan ), R = adalah lokasi nyeri, U = pernah
merasakan nyeri atau tidak sebelumnya, V = adalah tujuan dan
harapan.
3. Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama
41
Klien mengatakan nyeri di daerah selangkangan
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan ada benjolan diselangkangan apabila
BAB atau mengejan muncul benjolan
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami hernia 2 tahun yang
lalu apabila digunkan untuk mengangkat beban berat terasa
sakit.
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa dulu bapaknya menderita hernia
4. Pengkajian fisik
a. Kedaan umum
Composmetis, wajah tampak kesakitan, konjungtiva anemis
b. System respirasi
Frekuensi napas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada
tidaknya sumbatan jalan napas, tidak ada gerakan cuping
hidung.
c. System kardiovaskuler
TD 110/70 mmHg, tidak ada oedem, tidak ada pembesaran
jantung
d. System urogenital
Ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pada
skrotum, tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar
e. System muskulosketal
Ada kesulitan dalam pergerakan karena adanya benjolan di
selakangan.
f. Abdomen
Inspeksi : abdomen keras
Auskultasi : ada bising usus pada benjolan
42
Palpasi : ada benjolan
Perkusi : hypertimpani
5. Pengkajian pola fungsional Gordon
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kebiasaan merokok, pengunaan obat-obatan,
alcohol, dan olahraga.
b. Pola istirahat dan tidur
Biasanya pada penderita hernia jarang atau tidak dijumpai
dengan gangguan tidur.
c. Pola aktivitas
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak
karena rasa nyeri akibat benjolan hernia.
d. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak
bisa melakukan peran yang baik dalam keluarga maupun
dimasyarakat.
e. Pola kognitif
Penglihatan, perabaan, dan pendengaran normal.
f. Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin
BAB : adanya konstipasi
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami
penyakit seperti ini lagi.
h. Pola mekanisme koping
Klien merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya
dan meringis kesakitan.
i. Pola nilai dan kepercayaan

43
Klien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh
menganggap ini merupakaan cobaan dari Allah SWT.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan menurut nanda nic noc 2015:
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan medikasi
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual
muntah
3. perencanaan
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi
NOC :
1) Pain control
2) Pain level
3) Comfort level
Kriteria hasil
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan )
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :
Pain manajemen
44
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor
presipitasi
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Ajarkan teknik nonfamakologi
4) Koloborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
NOC :
1) Immune status
2) Knowledge : infection control
3) Risk control
Kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4) Jumla leukosit dalam batas normal
5) Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :
Infection control
1) Batasi jumlah pengunjung bila perlu
2) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
3) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
4) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
5) Pertahankan lingkungan aseptic selama memasang alat
6) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
7) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
45
8) Instrusikan pasien untuk minum antibiotic sesuai resep
c. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan medikasi
NOC:
1. Tissue Integrity: Skin and Mucous
2. Membranes
3. Hemodiallys Akses
Kriterial Hasil:
1. Intergritas Kulit yang baik bisa di pertahankan (sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) tidak ada luka/ lesi
pada kulit
2. Perfusi jaringan baik
3. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikn kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang
4. Mampu melindungi kulit dan memperthankan kelembapan
kulit dan perawatan alami.
NIC:
Pressure Management
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Hindari kerutan pada empat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien (ubah poisi pasien) setiap dua jam sekali
5. Monitor kulit adanya kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak/ baby oil yang tertekan
7. Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
Insision site care
1. Membersikan, memantau, dan meningkatkan proses
penyembuhan pada luka yang di tutup engan jahitan, klip /
streples.
46
2. Monitor proses kesembuhan area insisi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
4. Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, menggunakan
lidi kapas steril.
5. Gunakan preparate antiseptic, sesuai program
6. Ganti banlutan pada interfalwaktu yang sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai program
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
NOC:
1. Joint mmovernent : active
2. Mobility level
3. Self care : ADL
4. Transfer performance
Kriteria hasil :
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
4. Memperagakan penggunaan alat
5. Bantu untuk memobilitasi (walker)

NIC :

Exercise therapy : ambulation

1. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi


2. Monitoring vital sign sebelum / sesudah latihan dan lihat
respon saat latihan
3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan
cegah terhadap cidera

47
4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
5. Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri
sesuai kemampuan
6. Damping dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan
7. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
ADL:
a. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
b. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantua jika diperlukan
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC
Batasan karakteristik:
1. Kram abdomen
2. Menolak makan
3. Melaporkan perubahan sensai rasa
4. Membrane mukosa pucat
kriteria hasil:
1. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
2. Makanan oral yang adekuat
3. Menoleransi diet yang dianjurkan
NIC
1. Ketahui makanan kesukaan pasien
2. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana cara memenuhinya
3. Kolaborasikan dengan ahli gizi jika diperlukan
4. Berikan klien minuman dan kudapan bergizi
48
5. Implementasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Mengajarkan teknik nonfamakologi
4. Mengkoloborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri
b. Resiko infeksi berhubugan dengan prosedur infasif
1. Membatasi jumlah pengunjung bila perlu
2. Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat dan
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
3. Menggunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
4. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
5. Mempertahankan lingkungan aseptic selama memasang alat
6. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
7. Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
8. Menginstrusikan pasien untuk minum antibiotic sesuai resep
c. Integritas kulit berhubungan dengan medikasi
1. Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Mnghindari kerutan pada empat tidur
3. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Memobilisasi pasien (ubah poisi pasien) setiap dua jam sekali
5. Memonitor kulit adanya kemerahan
6. Mengoleskan lotion atau minyak/ baby oil yang tertekan
7. Memonitor aktifitas dan mobilisasi pasien
8. Memonitor status nutrisi pasien
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
49
1. Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi
2. Memonitoring vital sign sebelum / sesudah latihan dan lihat respon
saat latihan
3. Membantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan
cegah terhadap cidera
4. Mengajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
5. Melatih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri
sesuai kemampuan
6. Mendamping dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan
7. Mengkonsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Mengetahui makanan kesukaan pasien
2. Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
cara bagaimana cara memenuhinya
3. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi jika diperlukan
4. Memberikan klien minuman dan kudapan bergizi

50
6. Evaluasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam evaluasi
untuk diagnosis pertama yaitu masalah teratasi. Karena didapatkan
data yang sesuai kriteria hasil yaitu data pasien mengatakan skala nyeri
3 sebelumnya 5, klien Nampak rileks, dan mampu mengulang teknik
relaksasi, sehingga pasien masih merasakan nyeri ringan maka masalah
teratasi sebagia, lanjutkan intervensi.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan infasi
Evaluasi untuk diagnosa kedua yaitu diperoleh data subjektif : pasien
mengatakan tidak sakit, objektif : luka bersih, tidak ada pus, tidak ada
perdarahan. Tetapi karena masih terdapat luka dan memungkinkan
masih bisa terjadi infeksi, maka masalah teratasi sebagian, lanjutkan
intervensi.
c. Integritas kulit berhubungan dengan medikasi
Evaluasi untuk diagnosa ke tiga yaitu diperoleh data subjectif : pasien
mengatakan lukanya baik, objektif : integritas kulit dan perfusi
jaringannya tampak baik. Tetapi masih terdapat luka dan
memungkinkan bisa terjadinya integritas kulit, maka masalah teratasi
sebagian, lanjutkan intervensi.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Evaluasi untuk diagnosakeempat yaitu diperoleh data sebjektif : pasien
meningkat dalam aktivitas fisik, objektif : pasien tampak melakukan
aktivitas ringan. Tetapi karena masih ada luka operasi di jadi masih
ada hambatan untuk melakukan aktivitas fisik, maka masalah teratasi
sebagian, lanjutkan intervensi.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

51
Evaluasi untuk diagnosa kelima yaitu diperoleh data subjectif : pasien
mengtakan nafsu makan bertambah, objektif : pasien tampak
menghabiskan porsi makananya. Maka masalah teratasi dan hentikan

DAFTAR PUSTAKA

Devi,Derliana. (2012). Discharge planning dalam keperawatan, (online). Vol.III

No. 2,
(http://scholar.google.co.id/scholar?star=10&q=jurnal+dicharge+planning
&hl=id&as_sdt=0,5)

Dewi, S, T, (2014). Analisis efektifitas biaya laparaskopik herniotomy dan open


herniotomy pada pasien hernia inguinalis unilateral dirumah sakit
gading pluit jakarta utara tahun 2014, (online). Vol. 2 No. 2

(http://journal.fkm.ac.id/arsi/article/view/2195)

Doenges, Marlynn F. (2015). Manual Diagnosa Keperawatan Rencana,

52
Intervensi, & Dokumentasi Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta :EGC

Feri, P, T, S, Roni, Y, Ngesti, W, U, (2015). Infeksi luka operasi (ILO) pada

pasien post operasi laparatomi, (online). Vol.1 No. 1


(http://www.academi.edu/35005549/INFEKSI_LUKA_OPERASI_ILO_P
ADA_POST_OPERASI_LAPARATOMI)

Herdman, kamitsuru. (2018). Nanda-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2018-2020.Jakarta : EGC

Herdman, kamitsuru. (2018). Nanda-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10.Jakarta : EGC

Kimberly A. (2013). Kapita Selekta Penyakit dengan implikasi keperawatan, edisi

2. Jakarta : EGC

Kowalak. (2013). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Nurarif, Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawtan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan Nanda Nic-Noc, jilid 2. Jogjakarta : Mediaction jogja

Suryanti, (2017). Aplikasi model konsep keperawatan calista roy pada tn.n post

operasi hernia inguinalis di ruangan safa rs.kota bengkulu provinsi


bengkulu, (online). Vol. 5 No. 2
(http://jurnal.unived.ac.id/index.php/jnph/article/download/579/505/)

Tri, Mwyliawati, (2018). Penerapan edukasi discharge planning untuk

meningkatkan pengetahuan pasien ulkus kaki diabetes melitus RSUD


Kardinah kota tegal: Tegal

53
54

Anda mungkin juga menyukai