DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia merupakan protusi atau penonjolan abnormal suatu organ atau jaringan melalui
defek yang biasanya terjadi pada dinding abdomen. Defek dapat terjadi pada daerah
aponeurosis dan fascia tidak dilindungi oleh otot. Hernia sering muncul pada area
inguinal, femoral, umbilikal, atau bekas insisi (Yusmaidi et al., 2021). Sekitar dari 75%
dari keseluruhan hernia terjadi pada lipat paha yaitu hernia inguinalis serta hernia femorlis,
10% hernia insisional, 10% hernia ventralis, 3% hernia umbilikalis, dan hernia lainnya
sekitar 3%. Kasus hernia inguinalis sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Hernia dapat menyerang semua usia (anak, dewasa, maupun lansia) ditandai dengan
adanya benjolan yang hilang timbul (Nurbadriyah & Fikriana, 2020).
Menurut world Health Organization (WHO), penderita hernia terus meningkat setiap
tahunnya. Didapatkan data pada tahun 2017 sampai tahun 2019 penderita hernia segala
jenis mencapai 19.173.279 penderita (12,7%) dengan penderita paling banyak adalah
negara berkembang seperti Afika, Asia Tenggara termasuk Indonesia (Budiarti,2020).
Berdasarkan data Indonesia pada tahun 2019 penderita hernia berjumlah 1.432 dengan
hernia penyebab obstruksi usus nomor satu dan penyakit yang memerlukan tindakan
operasi terbanyak nomor dua setelah darurat apendisitis akut. Data Kementrian Kesehatan
Indonesia menyebutkan berdasarkan diskusi penyakit sistem cerna klien rawat inap
menurut golongan sebab sakit Indonesia, hernia urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus,
273 diantaranya meninggal dunia, disebabkan karena ketidak berhasilan proses
pembedahan terhadap hernia itu sendiri. Dari total tersebut, 15.051 diantaranya laki-laki
dan 3.094 kasus terjadi pada wanita. Pada klien rawat jalan, hernia menempati urutan ke-8.
Dari kunjungan, sebanyak 23.721 kasus adalah kunjungan baru dengan 8.799 klien pria
dan 4.922 klien wanita (Depkes RI dalam Pertiwi et al., 2020).
Penatalaksanaan medis yang sering terjadi pada pasien dengan hernia yaitu konseratif.
Sebelum dilakukan tindakan pembedahan biasanya berupa reposisi, suntikan, pemakaian
sabuk hernia, apabila sudah tidak bisa dilakukan konseratif maka akan dilakukan tindakan
pembedahan, seperti Herniotomy, Hernioraphy, dan Hernioplasty.
Pascaoperasi adalah suatu masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat
klien dipindahkan dari ruang pemulihan sampai dengan pemindahan klien dari unit
pascaoperasi akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan akan tentunya membuat klien
merasa gelisah dan tidak nyaman saat beristirahat. Luka pada pascaoperasi akan
mengalami proses inflamasi pada jaringan sekitarnya dan akan menimbulkan nyeri pada
area bekas jahitan operasi (Thanthirige et al, 2016).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum yang ingin dicapai pada Laporan Seminar ini adalah untuk
memberikan gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Pasca Herniotomy di Rumah
Sakit dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Hernia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol
melalui defek atau bagian – bagian lemah dari lapisan muscular aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri dari cimcin, kantong dan isi hernia (Wim Dejong, 2018). Hernia
merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan dinding perut (Nurarif, 2018).
Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio
inguinalis), hernia inguinalis terbagi menjadi 2 yaitu, hernia inguinal direk (hernia yang
keluar melalui segitiga hasselbach) dan hernia inguinal indirek (yang keluar melalui
anulus dan kanalis inguinalis).
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intra
abdomen secara kronik dan disebabkan oleh kelemahan otot dinding abdomen di
trigonum hasselbach yang menyebabkan hernia langsung meninjol.
Hernia inguinalis indirek adalah hernia yang bersifat kongenital dan disebabkan oleh
kegagalan penutupan prosesus vaginalis sewaktu turunya testis ke dalam skortum atau
keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis. Prosesus aginalis terletak didalam funikulus
spermatikus, yang dikelilingi oleh muskulus kremaster yang terbentuk dari pleksus
venosis pampiniformis, duktus spermatikus, dan areri spermatika.
B. ETIOLOGI
Hernia dapat dijumpai pada segala usia dan lebih banyak pada laki – laki. Penyebab
utama terjadinya hernia adalah:
1. Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga abdomen
2. Adanya peningkatan tekanan intra abdomen
Kelemahan otot yang dibawa, sejak lahir (kongenital) merupakan salah satu faktor
utama yang menyebabkan terjadinya hernia, selain adanya peningkatan tekanan intra
abdomen. Kelemahan otot memang tidak dapat dicegah, tetapi luntion yang rutin dapat
meningkatan kekuatan otot yang lemah.
3. Kongenital
Faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia adalah:
- Kegemukan
- Angkat berat, karena dapat meningkatan tekanan intra abdomen.
(Deden Dermawan & Tutik Rahayuningsih, 2021)
C. MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan yang timbul pada waktu
mengedan, batuk atau mengangkat beban berat dan menghilang pada waktu istirahat
berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan simetris pada kedua inguinalis, skrotum
atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Paien diminta mengedan atau batuk dilihat.
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisis. Setelah benjolan dapat direposisi dengan
jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar
(Wong, 2018).
Tanda dan Gejala menurut Rudi Haryono (2020)
1. Tampak benjolan dilipatan paha
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit ditempat itu disertai perasaan
mual
3. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah hebat disertai
kulit diatasnya menjadi merah dan panas
4. Hernia femoralis kecil munglin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematurria (kencing darah) ,
benjolan dibawah sela paha.
5. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak nafas.
6. Bila pasien mengedan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
D. KOMPLIKASI
Komplikasi yang ditimbulkan dari hernia menurut Rudi Haryono (2020) antara lain:
1. Hernia berulang
2. Hematoma
3. Retensi Urine
4. Infeksi pada luka
5. Nyeri kronis atau akut
6. Pembengkakan testis karena atrofi testis
7. Rekurensi hertnia (sekitar 2%)
Hernia ingunail
Prosedur invatif
Kerusakan jaringan
Kurang pererakan/restrain
Trauma jaringan
fisik
1. Pengkajian
a. Pengkajian Identitas
1.) Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status, agama,
pendidikan, alamat, No. RM, diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang
e. Terapi medis
Meliputi berbagai macam terapi yang di berikan kepada pasien untuk mempercepat
penyembuhan ataupun mencegah terjadinya penyakit tambahan seperti terapi farmakologi
dan terapi non farmakologi
f. Analisa data
Meliputi data fokus yang berisi data subyektif atau data yang diperoleh oleh pasien
secara langsung dan data obyektif data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan perawat, serta
problem permasalahan, etiologi (tanda dan gejala) dan symptom (analisa dari problem dan
etiologi)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh
nyeri, meringis, gelisah, dan bersikap protektif (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan mengeluh
sulit menggerakkan ekstermitas, kekuatan otot menurun, ROM menurun (D.0054)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan restraint fisik dibuktikan dengan mengeluh
sulit tidur, mengeluh tidak puas tidur (D.0055)
e. Rencana keperawatan
Edukasi:
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan, dalam konteks ini
aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika pasien dan professional
kesehatan menentukan kemajuan kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/hasil dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan (Kozier et al., 2017).
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri perut pada luka post operasi
Riwatat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri perut pada luka post operasi yang dilakukan pada
tanggal
Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakkan tidak memiliki riwayat penyakit
Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang sedang sakit ataupun memiliki
penyakit yang turun temurun di keluarganya
Genogram
b. Pola Gordon
Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan dalam pemeliharaan kesehatan, sehat menurutnya sangat
penting karna menurutnya sehat itu mahal
Pola nutrisi dan metabolik
Pola eliminasi
a. BAB
b. BAK
c. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran:
Composmentis, GCS (Eye:4, Motorik:5, Verbal: 6) GCS:15
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 117/103 mmHg.
Nadi
- Frekuensi : 64x/menit.
- Irama : Teratur.
- Kekuatan : Kuat.
Pernafasan
- Frekuensi : 20x/menit.
- Irama : Teratur.
Suhu : 36.3ºC
1. Kepala
Bentuk Kepala : Simetris.
Kulit Kepala : bersih, tidak ada lesi dan ketombe.
Rambut : rambut pendek dan beruban
2. Muka
a. Mata
Palpebra : Tidak ada edema.
Konjungtiva : anemis.
Sclera : Tidak ikterik.
Pupil : isokor
Diameter ki/ka : 2mm/2mm
Reflek Terhadap Cahaya: +/+
Penggunaan alat bantu penglihatan: Tidak.
b. Hidung : Simetris, tidak ada pembesaran polip, bersih, tidak ada sekret, tidak
ada pernafasan cuping hidung.
c. Mulut : Mukosa bibir sedikit kering dan lidah bersih.
d. Gigi : Gigi bersih dan ada yang berlubang
e. Telinga : Simetris, bersih dan tidak ada gangguan pendengaran.
3. Leher : Tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
4. Dada (Thorax)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada luka dan bekas jahitan.
Palpasi : Vocal premitus ka/ki sama.
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru.
Auskultasi: suara nafas wheezing
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5.
Perkusi : Pekak.
Auskultasi: Terdengar lup dup
5. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tidak ascietas.
Auskultasi : Bising usus 15-20x/menit.
Perkusi : Terdengar suara timpani.
Palpasi : terdapat nyeri tekan di perut bagian kiri bawah
6. Genetalia : Bersih dan terpasang kateter.sejak 19 Maret 2023
7. Rektum : Tidak ada hemoroid.
8. Ekstremitas
a. Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri : skala 5 (kanan/kiri). Terpasang infus RL
20tpm.
ROM kanan dan kiri : Aktif.
Perubahan bentuk tulang : Tidak ada deformitas.
Perabaan Akral : Hangat.
Pitting edema : Tidak ada.
b. Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri : skala 4 (kanan/kiri).
ROM kanan dan kiri : Aktif.
Perubahan bentuk tulang : Tidak ada deformitas.
Perabaan Akral : Hangat.
Pitting edema : <2detik
Skala Kenormalan Ciri-ciri
Kekuatan (100%)
0 0 Paralisis otot
1 10 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya
kontraksi
2 25 Gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan
sokongan
3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
4 75 Gerakan norma penuh menentang gravitasi
dengan sedikit penahanan
5 100 Gerakan norma penuh menentang gravitasi
dengan penahanan penuh
d. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh
nyeri, meringis, gelisah, dan bersikap protektif (D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan mengeluh
sulit menggerakkan ekstermitas, kekuatan otot menurun, ROM menurun (D.0054)
3. Perencanaan keperawatan
Nama : Tn. P No. CM : 507xxx
Umur : 66 Tahun Dx Medis: Hernia Inguinalis Dextra
4. Implementasi
Nama : Tn. P No. CM : 507xxx
Umur : 66 Tahun Dx Medis: Hernia Inguinalis Dextra
S:6
T : hilang timbul
S:3
T : hilang timbul
S:2
T : hilang timbul
5. Evaluasi
Nama : Tn. P No.CM : 507XXX
Umur : 66 Tahun Dx Medis : Hernia Inguinalis Dextra
C. Pathofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor kongenital
yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat
menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua
adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat
dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang
maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut
tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-
laki, sehingga menyebakan hernia.
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak
dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi
hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah
sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi
hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala
illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang
akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia
ini akan menjadi nekrosis.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bias menyebabkan
konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung,
muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah
benjolan menjadi merah. (Manjoer, Arif, 2000 : 314 – 315, Syamsuhidayat, 1998 : 706).
D. Pengkajian Pasien
Pengkajian pasien meliputi :
Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini menciptakan gejala
klinis yang khas pada penderita Hernia ingunialis
Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan biasanya mengangkat benda berat, nyeri seperti tertusuk pisau
yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk dan bersin (Baradero, 2005).
Riwayat kesehatan lalu
Biasanya komplikasi dengan Hernia ingunialis akan mengalami penyakit kronis
sebelumnya. Missal : adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi
kronis, ascites yang semuanya itu merupakan factor predis posisi meningkatnya tekanan
intra abdominal.
Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di
daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis, mengejar
waktu defekasi atau mengangkat benda berat dsb, sehingga ditemukan rasa nyeri pada
benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya gejala lain seperti mual dan
muntah akibat dari peningkatan tekanan intra abdominal.
E. Diagnosis banding
Hernia femoralis
Pada hernia inguinalis, leher hernia terletak diatas dan medial terhadap ujung
ligamentum. Pada hernia femoralis, leher hernia terletak dibawah dan lateral terhadap
ujung medial ligamentum inguinale dan tuberkulum pubikum
Nodes lymph inguinal
Saat Nodes lymph inguinal memungkinkan untuk muncul, mungkin penyakit ini
hampir tidak bias di bedakan dari hernia femoral tapi penyakit ini biasanya berada di
bawah ikatan sendi tulang inguinal
Hydrcele dari saluran nuck
Hydrcele dari saluran nuck ini muncul sebagai pembengkakan yang keras kista, dan
tidak dapat di perkecil di lingkaran supefisial dari seseorang perempuan mudah dan
sebuah kista yang menggantikan distal di sepanjang sendi tulang. Sebuah testis yang
tidak sepenuhnya di turunkan yang berasal dari lingkaran eksternal, sebuah hernia
biasanya muncul ( Dudle dan waxma 1998 )
F. Inti pengkajian
Pemeriksaan laboratorium meliputi analisah darah, untuk mengetahui jumlah darah
seluruhnya Hb faal hemostasis, dan jumlah lekosit. Dan analisah urin untuk mengetahui
adanya infeksi saluran kencing.
Pemeriksaan penunjang meliputi foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung
dan paru, dan pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia 45 th.
H. Komplikasi
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
ireponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang
tersering menyebabkan keadaan ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat
pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada usus halus.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskular
(proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan
strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah,
dan pasien menjadi gelisah
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hernia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol
melalui defek atau bagian – bagian lemah dari lapisan muscular aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri dari cimcin, kantong dan isi hernia (Wim Dejong, 2018). Hernia
merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan dinding perut (Nurarif, 2018).
Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio
inguinalis), hernia inguinalis terbagi menjadi 2 yaitu, hernia inguinal direk (hernia yang
keluar melalui segitiga hasselbach) dan hernia inguinal indirek (yang keluar melalui
anulus dan kanalis inguinalis).
Pengkajian berupa riwayat kesehatan, pola gordon, pemeriksaan fisik dan pengkajian
berupa Pemeriksaan laboratorium meliputi analisah darah, untuk mengetahui jumlah
darah seluruhnya Hb faal hemostasis, dan jumlah lekosit. Dan analisah urin untuk
mengetahui adanya infeksi saluran kencing.dan Pemeriksaan penunjang meliputi foto
thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru, dan pemeriksaan ECG
Penatalaksanaan hernia inguinalis, Pengobatan konservatif terbatas pada
tindakan melakukan reposisi dan pemakian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi dan Pengobatan operatif merupakan
satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Komplikasi berupa terjadinya perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia
inguinalis ireponibilis dan komplikasi lainnya berupa terjadi penekanan terhadap cincin
hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulate.
2. Saran
Dari pembahasan makalah diatas salah satu penyebab terjadinya hernia ingunialis
karena paktor usia dan penyakit kronis seperti, oleh kerna itu penulis menyarankan jika
mempunyai penyakit kronik sesegera mungkin di obati, dan saran bagi penulis semoga
pembahasannya lebih diperbanyak referensinya untuk kedepannya
DAFTAR PUSTAKA