Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN SEMINAR

DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA INGUINALIS PADA Tn. P


DI RUANG TERATAI 9 RUMAH SAKIT dr SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN
Dosen Pembimbing : Ns. Sahuri Teguh K, M.Kep.

DISUSUN OLEH :

1. BELA AYU FITRIANA / S20117 / S20 C


2. ADINDA INDAH P / S20182 / S20 D
3. ARUM MAUDZI / S20212 / S20 D
4. NABILA FITRIANA K / S20210 / S20 D
5. ANNISA KUSUMA W / S20202 / S20 D

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hernia merupakan protusi atau penonjolan abnormal suatu organ atau jaringan melalui
defek yang biasanya terjadi pada dinding abdomen. Defek dapat terjadi pada daerah
aponeurosis dan fascia tidak dilindungi oleh otot. Hernia sering muncul pada area
inguinal, femoral, umbilikal, atau bekas insisi (Yusmaidi et al., 2021). Sekitar dari 75%
dari keseluruhan hernia terjadi pada lipat paha yaitu hernia inguinalis serta hernia femorlis,
10% hernia insisional, 10% hernia ventralis, 3% hernia umbilikalis, dan hernia lainnya
sekitar 3%. Kasus hernia inguinalis sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Hernia dapat menyerang semua usia (anak, dewasa, maupun lansia) ditandai dengan
adanya benjolan yang hilang timbul (Nurbadriyah & Fikriana, 2020).

Menurut world Health Organization (WHO), penderita hernia terus meningkat setiap
tahunnya. Didapatkan data pada tahun 2017 sampai tahun 2019 penderita hernia segala
jenis mencapai 19.173.279 penderita (12,7%) dengan penderita paling banyak adalah
negara berkembang seperti Afika, Asia Tenggara termasuk Indonesia (Budiarti,2020).

Berdasarkan data Indonesia pada tahun 2019 penderita hernia berjumlah 1.432 dengan
hernia penyebab obstruksi usus nomor satu dan penyakit yang memerlukan tindakan
operasi terbanyak nomor dua setelah darurat apendisitis akut. Data Kementrian Kesehatan
Indonesia menyebutkan berdasarkan diskusi penyakit sistem cerna klien rawat inap
menurut golongan sebab sakit Indonesia, hernia urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus,
273 diantaranya meninggal dunia, disebabkan karena ketidak berhasilan proses
pembedahan terhadap hernia itu sendiri. Dari total tersebut, 15.051 diantaranya laki-laki
dan 3.094 kasus terjadi pada wanita. Pada klien rawat jalan, hernia menempati urutan ke-8.
Dari kunjungan, sebanyak 23.721 kasus adalah kunjungan baru dengan 8.799 klien pria
dan 4.922 klien wanita (Depkes RI dalam Pertiwi et al., 2020).

Penatalaksanaan medis yang sering terjadi pada pasien dengan hernia yaitu konseratif.
Sebelum dilakukan tindakan pembedahan biasanya berupa reposisi, suntikan, pemakaian
sabuk hernia, apabila sudah tidak bisa dilakukan konseratif maka akan dilakukan tindakan
pembedahan, seperti Herniotomy, Hernioraphy, dan Hernioplasty.
Pascaoperasi adalah suatu masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat
klien dipindahkan dari ruang pemulihan sampai dengan pemindahan klien dari unit
pascaoperasi akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan akan tentunya membuat klien
merasa gelisah dan tidak nyaman saat beristirahat. Luka pada pascaoperasi akan
mengalami proses inflamasi pada jaringan sekitarnya dan akan menimbulkan nyeri pada
area bekas jahitan operasi (Thanthirige et al, 2016).

Penyembuhan luka pascaoperasi memerlukan waktu kurang lebih 10 sampai dengan


14 hari. Klien akan merasakan nyeri hebat rata-rata dua jam pertama pascaoperasi saat
pengaruh anastesi mulai menghilang. Pada fase awal penyembuhan luka biasanya akan
men imbulkan masalah nyeri dan membuat kualitas tidur klien dapat menurun (Gangguan,
2021).

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum yang ingin dicapai pada Laporan Seminar ini adalah untuk
memberikan gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Pasca Herniotomy di Rumah
Sakit dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pemgertian hernia inguinalis

b. Untuk mengetahui epidiemologi penyakit hernia inguinalis

c. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit hernia inguinalis

d. Untuk mengetahui pengkajian pasien hernia inguinalis

e. Untuk mengetahui diangnosa banding penyakit hernia inguinalis

f. Untuk mengetahui inti pengkajian pasien hernia inguinalis

g. Untuk mengetahui penatalaksanaan hernia inguinalis

h. Untuk mengetahui komplikasi hernia inguinalis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Hernia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol
melalui defek atau bagian – bagian lemah dari lapisan muscular aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri dari cimcin, kantong dan isi hernia (Wim Dejong, 2018). Hernia
merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan dinding perut (Nurarif, 2018).
Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio
inguinalis), hernia inguinalis terbagi menjadi 2 yaitu, hernia inguinal direk (hernia yang
keluar melalui segitiga hasselbach) dan hernia inguinal indirek (yang keluar melalui
anulus dan kanalis inguinalis).
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intra
abdomen secara kronik dan disebabkan oleh kelemahan otot dinding abdomen di
trigonum hasselbach yang menyebabkan hernia langsung meninjol.
Hernia inguinalis indirek adalah hernia yang bersifat kongenital dan disebabkan oleh
kegagalan penutupan prosesus vaginalis sewaktu turunya testis ke dalam skortum atau
keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis. Prosesus aginalis terletak didalam funikulus
spermatikus, yang dikelilingi oleh muskulus kremaster yang terbentuk dari pleksus
venosis pampiniformis, duktus spermatikus, dan areri spermatika.
B. ETIOLOGI
Hernia dapat dijumpai pada segala usia dan lebih banyak pada laki – laki. Penyebab
utama terjadinya hernia adalah:
1. Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga abdomen
2. Adanya peningkatan tekanan intra abdomen
Kelemahan otot yang dibawa, sejak lahir (kongenital) merupakan salah satu faktor
utama yang menyebabkan terjadinya hernia, selain adanya peningkatan tekanan intra
abdomen. Kelemahan otot memang tidak dapat dicegah, tetapi luntion yang rutin dapat
meningkatan kekuatan otot yang lemah.
3. Kongenital
Faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia adalah:
- Kegemukan
- Angkat berat, karena dapat meningkatan tekanan intra abdomen.
(Deden Dermawan & Tutik Rahayuningsih, 2021)
C. MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan yang timbul pada waktu
mengedan, batuk atau mengangkat beban berat dan menghilang pada waktu istirahat
berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan simetris pada kedua inguinalis, skrotum
atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Paien diminta mengedan atau batuk dilihat.
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisis. Setelah benjolan dapat direposisi dengan
jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar
(Wong, 2018).
Tanda dan Gejala menurut Rudi Haryono (2020)
1. Tampak benjolan dilipatan paha
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit ditempat itu disertai perasaan
mual
3. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah hebat disertai
kulit diatasnya menjadi merah dan panas
4. Hernia femoralis kecil munglin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematurria (kencing darah) ,
benjolan dibawah sela paha.
5. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak nafas.
6. Bila pasien mengedan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar

D. KOMPLIKASI
Komplikasi yang ditimbulkan dari hernia menurut Rudi Haryono (2020) antara lain:
1. Hernia berulang
2. Hematoma
3. Retensi Urine
4. Infeksi pada luka
5. Nyeri kronis atau akut
6. Pembengkakan testis karena atrofi testis
7. Rekurensi hertnia (sekitar 2%)

E. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Menurut Syamsuhidayat & Jong (2022), Hernia berkembang ketika intra abdominal
mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang
berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian
usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu
saja akan menyebabkan suatu kelamahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang
tiis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangannya yang cukup lama.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnyanumur karena meningkatnya penyakit
yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurangnya
kekuatan. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan indra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih transersal dan kanalis ingunalis. Pada orang dewasa kanalis
tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering
menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekan indra abdomen
(Nettina, 2018).
Pada orang tua kanalis tersebut terus menutup. Namun, karena merupakan lokus
minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal
meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia ingunalis lateralis
akuistra. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat berat, mengejan pada saat defekasi dll
(Mansjoer, A, 2021).
PATHWAY

Kelemahan dinding abdominal, Prostusi jaringan intra


tekanan intraabdominal tinggi, abdominal melalui kanalis
angkat berat dan kegemukan inguinalis

Hernia ingunail

Post bedah Pembedahan

Prosedur invatif
Kerusakan jaringan

Kurang pererakan/restrain
Trauma jaringan
fisik

Nyeri Akut Enggan melakukan


pergerakan karena nyeri

Mengganggu Kekakuan pada sendi


kenyamanan intirahat
tidur

Ganggaun mobilitas fisik


Gangguan pola
tidur
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada hernia menurut nurarifin &kusuma (2018) anrata lain :
1. Hitungan darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunujukkan hemokonsentrasi
atau peningkatan hematrokit, peningkatan sel darah putih, dan ketidak seimbangan
elektrolit pada hernia.
2. sinar X abdomen dapat menunujukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau
obstruksi usus.
G. PENATALAKSANAAN (Medis dan Keperawatan)
A.) Menurut Mansjoer, A (2021) Penatalaksanaan medis pada hernia yaitu :
a. Herniaplasty : Memperkecil analus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang.
b. Herniatomy : Pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan
isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : Mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup
celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transersus internus dan muskulus
abikus
B.) Sedangkan penatalaksanaan keperawatan yaitu :
a. Istirahat ditempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit diealuasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya antibiotik untuk
membasmi infeksi, dan otot pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan
gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama
BAB, hindari kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk
gejala-gejala.
H. ASUHAN KEPERAWATAN (sesuai teori)

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses keperawatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data


yang lengkap dan akurat (Padila, 2018)

a. Pengkajian Identitas

1.) Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status, agama,
pendidikan, alamat, No. RM, diagnosa medis.

2.) Identitas penanggung jawab

b. Riwayat Kesehatan

1.) Keluhan utama

2.) Riwayat penyakit sekarang

3.) Riwayat penyakit dahulu

4.) Riwayat kesehatan keluarga

c. Pemeriksaan fisik

Meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan kepala, pemeriksaan mata,


pemeriksaan hidung, pemeriksaan mulut, pemeriksaan leher, paru-paru, jantung, abdomen,
ekstremitas.

d. Pemeriksaan penunjang

Meliputi data pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, CT-Scan,


Rogten Thorax, dan lain sebagainya yang memperkuat penegakan diagnosis

e. Terapi medis

Meliputi berbagai macam terapi yang di berikan kepada pasien untuk mempercepat
penyembuhan ataupun mencegah terjadinya penyakit tambahan seperti terapi farmakologi
dan terapi non farmakologi

f. Analisa data

Meliputi data fokus yang berisi data subyektif atau data yang diperoleh oleh pasien
secara langsung dan data obyektif data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan perawat, serta
problem permasalahan, etiologi (tanda dan gejala) dan symptom (analisa dari problem dan
etiologi)

d. Prioritas diagnosa keperawatan

Dalam penegakan prioritas diagnogsa hernia inguinalis terdapat beberapa diagnosa


yang bisa diangkat seperti :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh
nyeri, meringis, gelisah, dan bersikap protektif (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan mengeluh
sulit menggerakkan ekstermitas, kekuatan otot menurun, ROM menurun (D.0054)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan restraint fisik dibuktikan dengan mengeluh
sulit tidur, mengeluh tidak puas tidur (D.0055)
e. Rencana keperawatan

No.Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri Akut Management Nyeri (I.08
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
- Identifikasi lokasi,karakteristik,
keperawatan selama 3x24 jam
durasi,frekuensi, kualitas,intensitas nyeri.
diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
menurun dengan kriteria hasil :
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
- keluhan nyeri menurun meringankan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
- meringis menurun
tentang nyeri
- sikap protektif menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- gelisah menurun
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
(L.08066) hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, dll)
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Gangguan Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi (I.05173)
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
diharapkan mobilitas fisik fisik lainnya
meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi tolerani fisik melakukan
- Pergerakan ekstermitas pergerakan
meningkat - Monitor frekuensi jantung dan tekanan
- Kekuatan otot meningkat darah sebelum memulai mobilisasi
- ROM meningkat - Monitor kondisi umum selama mobilisasi
- Nyeri menurun Terapeutik :
- Gerakan terbatas menurun - Fasilitasi aktiitas mobilisasi dengan alat
(L.05042) bantu (mis.pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, nika
perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatakan pergerakan
Edukasi :
- Jelaskan prosedur dan tujuan mobilisasi
- Anjurkan mobilisasi dini
- Anjurkan mobilisasi sederhana yang hrus
dilakukan (mis.duduk ditempat tidur,
duduk disisi tempat tidur, pndah dari
tempat tidur ke kursi)
3. Gangguan pola tidur Dukungan tidur ( I. 05174)
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
diharapkan pola tidur membaik - Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
dan/atau psikologis)
dengan kriteria hasil :
- Identifikasi makanan dan minuman yang
- Keluhan sulit tidur menurun mengganggu tidur (mis: kopi, teh, alcohol,
makan mendekati waktu tidur, minum
- Keluhan pola tidur berubah
banyak air sebelum tidur)
menurun - Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
- Keluhan tidak puas tidur
Terapeutik :
menurun
- Modifikasi lingkungan (mis:
(L.05045)
pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum
tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis: pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
Tindakan untuk menunjang siklus tidur-
terjaga

Edukasi:

- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama


sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman
yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor terhadap tidur
REM
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur (mis:
psikologis, gaya hidup, sering berubah
shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
f. Evaluasi

Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan, dalam konteks ini
aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika pasien dan professional
kesehatan menentukan kemajuan kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/hasil dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan (Kozier et al., 2017).

Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,


objektif, assesment, planing) (Achjar, 2018). Adapun SOAP yaitu S (subjektif) dimana
perawat menemui keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan. O (objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau
obeservasi perawat langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan
keperawatan. A (assesment) adalah interpretasi dari data subjektif dan objektif. P
(planing) adalah perencaaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya (Nikmatur & Saifu, 2017).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri perut pada luka post operasi
 Riwatat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri perut pada luka post operasi yang dilakukan pada
tanggal
 Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakkan tidak memiliki riwayat penyakit
 Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang sedang sakit ataupun memiliki
penyakit yang turun temurun di keluarganya

Genogram

 Riwayat kesehatan lingkungan


Pasien mengatakan beliau dan keluarga tinggal di lingkungan yang bersih dan
tinggal di lingkungan masyarakat yang sehat

b. Pola Gordon
 Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan dalam pemeliharaan kesehatan, sehat menurutnya sangat
penting karna menurutnya sehat itu mahal
 Pola nutrisi dan metabolik

Sebelum sakit Selama sakit


Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Jenis Nasi, sayur, roti, lauk Nasi, sayur, bubur,
pauk, dan buah buah, snack
Porsi 1 porsi habis Hanya 1/2 porsi
Keluhan Tidak ada Tidak nafsu makan

 Pola eliminasi
a. BAB

Sebelum Sakit Selama Sakit


Frekuensi 1x sehari Belum BAB
Konsistensi Lembek berbentuk Belum BAB
Warna Kuning kecoklatan Belum BAB
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. BAK

Sebelum Sakit Selama Sakit


Frekuensi 7-8x sehari 5x sehari
Jumlah urine ±1000cc ±400cc
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Keluhan Tidak Ada Tidak Ada

Analisa keseimbangan cairan selama perawatan

Intake Output Analisa


- Minuman 500 cc - Urine 500 cc Intake : 1250 cc
- Makanan 250 cc - Feses 0 cc Output: 1130 cc
- Infus+obat 500 cc - IWL 42x15= 630
cc
Total Total Balance: 120 cc
1250 cc 1130 cc

 Pola aktiitas dan latihan


a. sebelum sakit
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi/ROM 
b. selama sakit
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi/ROM 
Ket:
0: Mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat; 4: tergantung total

 Pola istrirahat dan tidur


a. sebelum sakit
pasien mengatakan tidur sehari 4-8 jam dengan kualitas tidur nyenyak
b. selama sakit
pasien mengatakan tidur sehari 4-8 jam dengan kualitas tidur kurang nyenyak
dan kadang terbangun
 Pola kognitif-preseptual
Pasien mengatakan sehat itu sangat penting baginya karena dengan sehat bisa
bertemu dengan keluarga secara lengkap
 Pola persepsi konsep diri
Pasien mengatakan dirinya ingin segera sembuh agar dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya
 Pola peran dan hubungan
Pasien mengatakan dirinya berpern aktif di masyarakat tetapi setelah dirinya sakit
tidak dapat mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat
 Pola seksual reproduksi
Pasien mengatakan dirinya sudah menginjak masa menopause dan sistem
reproduksinya menurun
 Pola mekanisme koping
Pasien mengatakan keluarganya sangat mendukung dan berperan penting dalam
proses penyembuhannya
 Pola nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam, dirinya sering berdoa agar diberi kesembuhan

c. Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran:
Composmentis, GCS (Eye:4, Motorik:5, Verbal: 6) GCS:15
b. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan Darah : 117/103 mmHg.
 Nadi
- Frekuensi : 64x/menit.
- Irama : Teratur.
- Kekuatan : Kuat.
 Pernafasan
- Frekuensi : 20x/menit.
- Irama : Teratur.
 Suhu : 36.3ºC
1. Kepala
 Bentuk Kepala : Simetris.
 Kulit Kepala : bersih, tidak ada lesi dan ketombe.
 Rambut : rambut pendek dan beruban
2. Muka
a. Mata
 Palpebra : Tidak ada edema.
 Konjungtiva : anemis.
 Sclera : Tidak ikterik.
 Pupil : isokor
 Diameter ki/ka : 2mm/2mm
 Reflek Terhadap Cahaya: +/+
 Penggunaan alat bantu penglihatan: Tidak.
b. Hidung : Simetris, tidak ada pembesaran polip, bersih, tidak ada sekret, tidak
ada pernafasan cuping hidung.
c. Mulut : Mukosa bibir sedikit kering dan lidah bersih.
d. Gigi : Gigi bersih dan ada yang berlubang
e. Telinga : Simetris, bersih dan tidak ada gangguan pendengaran.
3. Leher : Tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
4. Dada (Thorax)
 Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada luka dan bekas jahitan.
Palpasi : Vocal premitus ka/ki sama.
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru.
Auskultasi: suara nafas wheezing
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5.
Perkusi : Pekak.
Auskultasi: Terdengar lup dup
5. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tidak ascietas.
Auskultasi : Bising usus 15-20x/menit.
Perkusi : Terdengar suara timpani.
Palpasi : terdapat nyeri tekan di perut bagian kiri bawah
6. Genetalia : Bersih dan terpasang kateter.sejak 19 Maret 2023
7. Rektum : Tidak ada hemoroid.
8. Ekstremitas
a. Atas
 Kekuatan otot kanan dan kiri : skala 5 (kanan/kiri). Terpasang infus RL
20tpm.
 ROM kanan dan kiri : Aktif.
 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada deformitas.
 Perabaan Akral : Hangat.
 Pitting edema : Tidak ada.
b. Bawah
 Kekuatan otot kanan dan kiri : skala 4 (kanan/kiri).
 ROM kanan dan kiri : Aktif.
 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada deformitas.
 Perabaan Akral : Hangat.
 Pitting edema : <2detik
Skala Kenormalan Ciri-ciri
Kekuatan (100%)
0 0 Paralisis otot
1 10 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya
kontraksi
2 25 Gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan
sokongan
3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
4 75 Gerakan norma penuh menentang gravitasi
dengan sedikit penahanan
5 100 Gerakan norma penuh menentang gravitasi
dengan penahanan penuh

d. Pemeriksaan penunjang

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Keterangan


Hasil
Hematologi
Hemoglobin 10.61 12.2 – 16.1 g/dl Low
Eritrosit 3.54 4.04 – 6.13 juta/uL Low
Hematokrit 34.0 37.7 – 53.7 % Low
Index Eritrosit
MCV 96.0 80 – 97 fL Normal
MCH 30.0 27 – 31.2 pg Normal
MCHC 31.2 31.8 – 35.4 g/dL Low
Leukosit 15.96 4.6 – 10.2 ribu/uL High
Trombosit 154 150 – 450 ribu/uL Normal
HRDW-CV 12.20 11.5 – 14.5 % Normal
MPV 9.527 0 – 99.9 fL Normal
Hitung Jenis
Neutrophil 94.8 37 – 80 % High
Limfosit 3.5 19 – 48 % Low
Monosit 1.3 0 – 12 % Normal
Eosinophil 0.1 0–7 % Normal
Basophil 0.4 0 – 2.5 % High
Golongan Darah (A B O )
Golongan Darah O
HEMOSTASIS
PT 17.5 11 -16 Detik High
INR 1.41 0.81 – 1.19 High
APTT 31.8 25 – 40 Detik Normal
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 274 <200 Mg/dl High
SGOT 36 <37 U/l Normal
SGPT 21 <42 U/l Normal
Kreatinin 135.0 0.6 – 1.1 Mg/dl High
Ureum 4.06 10 – 50 Mg/dl Low
IMUNOSEROLOGI
HbsAg Negatif Negative Normal
Rapid Test
Reagen 1 Non Reaktif Non Reaktif Normal

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh
nyeri, meringis, gelisah, dan bersikap protektif (D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan mengeluh
sulit menggerakkan ekstermitas, kekuatan otot menurun, ROM menurun (D.0054)

3. Perencanaan keperawatan
Nama : Tn. P No. CM : 507xxx
Umur : 66 Tahun Dx Medis: Hernia Inguinalis Dextra

No.Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri Akut Management Nyeri (I.08
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
- Identifikasi lokasi,karakteristik,
keperawatan selama 3x24 jam
durasi,frekuensi, kualitas,intensitas nyeri.
diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
menurun dengan kriteria hasil :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
- keluhan nyeri menurun mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, dll)
- meringis menurun
Edukasi :
(L.08066) - Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

2. Gangguan Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi (I.05173)


Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
diharapkan mobilitas fisik fisik lainnya
meningkat dengan kriteria hasil : Terapeutik :
- Pergerakan ekstermitas - Fasilitasi aktiitas mobilisasi dengan alat
meningkat bantu (mis.pagar tempat tidur)
- Nyeri menurun - Fasilitasi melakukan pergerakan, nika
- Gerakan terbatas meningkat perlu
(L.05042) - Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatakan pergerakan
Edukasi :
- Jelaskan prosedur dan tujuan mobilisasi
- Anjurkan mobilisasi dini
- Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis.duduk ditempat tidur,
duduk disisi tempat tidur, pndah dari
tempat tidur ke kursi)

4. Implementasi
Nama : Tn. P No. CM : 507xxx
Umur : 66 Tahun Dx Medis: Hernia Inguinalis Dextra

Hari/ No Implementasi Respon Ttd


Tgl Dx
/Jam
Selasa, 1 Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan nyeri pasca Anisa
21 lokasi, karakteristik, operasi dan
Maret durasi, frekuensi, Bela
P : Nyeri saat kaki digerakkan
2023 kualitas, intensitas
07.15 nyeri dan skala nyeri Q : ditusuk-tusuk

R : Lipatan paha kanan bagian


dalam

S:6

T : hilang timbul

O : pasien tampak menahan nyeri


dan meringis
14.25 1 Memberikan teknik S : pasien mengatakan bersedia nabila
nonfarmakologi
O : pasien tampak kooperatif dan
untuk mengurangu
tampak melakukan relaksasi nafas
rasa nyeri (relaksasi
dalam seperti yang sudah diajarkan
nafas dalam)
21.15 1 Menjelaskan S : Pasien mengatakan mengerti Arum
penyebab, periode, dengan apa yang disampaikan
dan pemicu nyeri
O : Pasien tampak kooperatif

21.30 1 Memberikan obat S : pasien mengatakan bersedia Anisa


analgetic sesuai
O : obat masuk via IV
dengan advis dokter
(keterolac 1gr/8jam)

Rabu, 1 Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan nyeri sudah Anisa


22 lokasi, karakteristik, berkurang dan
Maret durasi, frekuensi, Bella
P : Nyeri saat kaki digerakkan
2023 kualitas, intensitas
07.30 nyeri dan skala nyeri Q : ditusuk-tusuk

R : Lipatan paha kanan bagian


dalam

S:3

T : hilang timbul

O : pasien tampak menahan nyeri


dan meringis

14.40 1 Memberikan teknik S : pasien mengatakan bersedia Dinda


nonfarmakologi
O : pasien tampak kooperatif dan
untuk mengurangu
tampak melakukan relaksasi nafas
rasa nyeri (relaksasi
dalam seperti yang sudah diajarkan
nafas dalam)
21.15 1 Menjelaskan S : Pasien mengatakan mengerti nabila
penyebab, periode, dengan apa yang disampaikan
dan pemicu nyeri
O : Pasien tampak kooperatif

Kamis, 1 Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan nyeri sudah Arum


23 lokasi, karakteristik, berkurang banyak dan
Maret durasi, frekuensi, Bella
P : Nyeri saat kaki digerakkan
2023 kualitas, intensitas
nyeri dan skala nyeri Q : ditusuk-tusuk

R : Lipatan paha kanan bagian


dalam

S:2

T : hilang timbul

O : pasien tampak menahan nyeri


dan meringis

1 Memberikan teknik S : pasien mengatakan bersedia Dinda


nonfarmakologi
O : pasien tampak kooperatif dan
untuk mengurangu
tampak melakukan relaksasi nafas
rasa nyeri (relaksasi
dalam seperti yang sudah diajarkan
nafas dalam)
1 Menjelaskan S : Pasien mengatakan mengerti Anisa
penyebab, periode, dengan apa yang disampaikan
dan pemicu nyeri
O : Pasien tampak kooperatif

5. Evaluasi
Nama : Tn. P No.CM : 507XXX
Umur : 66 Tahun Dx Medis : Hernia Inguinalis Dextra

No.Dx Hari/tgl/jam Evaluasi Ttd


1 Selasa, 21 S :
Maret 2023 O:
07.15 A:
P:
2 Selasa, 21 S :
Maret 2023 O:
14.25 A:
P:
1 Selasa S:
O:
A:
P:
2 S:
O:
A:
P:
1 S:
O:
A:
P:
2 S:
O:
A:
P:
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pegertian Hernia inguinalis


Hernia inguinalis adalah protusio usus lewat kanalis inguinalis yang abnormal.
Keadaan ini bisa congenital atau akuisita dan lebih sering ditemukan pada laki-laki .Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Ada Jenis Hernia Ingunialis
 Hernia inguinalis indirek (lateral)
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus
yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan
keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Kanalis inguinalis adalah
kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis
melalui kanal tersebut. Penutunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut prosesus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa
hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu maka
kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia
inguinalis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena
lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan
intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuista.

Gambar Hernia inguinalis indirek plasty


 Hernia inguinalis direk (medialis)
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang kantongnya menonjol langsung ke
anterior melalui dinding posterior canalis inguinalis medial terhadap arteri vena
epigastrika inferior. Pada hernia ini mempunyai conjoint tendo yang kuat, hernia ini tidak
lebih hanya penonjolan umum dan tidak pernah sampai ke skrotum. Hernia ini sering
ditemukan pada laki-laki terutama laki-laki yang sudah lanjut usia dan tidak pernah
ditemukan pada wanita. Hernia direk sangat jarang bahkan tidak pernah mengalami
strangulasi atau inkaserata. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan hernia
inguinalis direk adalah peninggian tekanan intraabdomen konik dan kelemahan otot
dinding di trigonom Hasselbach, batuk yang kronik, kerja berat dan pada
umumnya sering ditemukan pada perokok berat yang sudah mengalami kelemahan atau
gangguan jaringan-jaringan penyokong atau penyangga dan kerusakan dari saraf
ilioinguinalis biasanya pada pasien denga riwayat apendektomi. Gejala yang sering
dirasakan penderita hernia ini adalah nyeri tumpul yang biasanya menjalar ke testis dan
intensitas nyeri semakin meningkat apabila melakukan pekerjaan yang sangat berat

Gambar Hernia inguinalis direk (medialis)


B. Epidemiologi
Sebagian besar hernia inguinalis terjadi pada pria (90%). Sementara wanita memiliki
resiko tiga kali lebih besar untuk mengalami hernia femoralis. Hernia indirek lebih
banyak muncul pada sisi kanan. Alasannya adalah karena testis kiri lebih dulu turun dari
retroperitonel ke skrotum dibanding testis kanan, sehingga obliterasi canalis inguinalis
kanan terjadi lebih akhir. Pada kasus terjadinya hernia indirek kiri, 50% kasus akan
disertai dengan hernia indirek kanan.
Insiden rekurensi hernia pasca repair primer berkisar 2-10%. Hasil terbaik dapat
dicapai dengan teknik Shouldice. Repair pada hernia rekuren, akan memiliki rekurensi
yang lebih besar >20%. Teknik yang lebih dianjurkan untuk mencegah rekurensi lanjut
adalah teknik Shouldice, atau dengan menggunkan mesh prostetik.
Pada bayi dan anak-anak hernia lebih sering terjadi pada anak dengan riwayat lahir
prematur. Hernia inkarserata muncul pada 9%-20% kasus dan lebih sering muncul pada
bayi yang berumur kurang dari enam bulan, umumnya dapat mengalami reduksi spontan
dan harus segera dilakukan operasi repair elektif. Penelitian menunjukkan bahwa operasi
elektif memiliki komplikasi lebih minimal dibandingkan dengan operasi emergensi,
terutama pada bayi dengan berat lahir rendah. Operasi elektif harus segera dilakukan
untuk mencegah terjadinya reinkarserata.

C. Pathofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor kongenital
yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat
menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua
adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat
dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang
maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut
tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-
laki, sehingga menyebakan hernia.
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak
dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi
hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah
sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi
hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala
illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang
akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia
ini akan menjadi nekrosis.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bias menyebabkan
konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung,
muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah
benjolan menjadi merah. (Manjoer, Arif, 2000 : 314 – 315, Syamsuhidayat, 1998 : 706).
D. Pengkajian Pasien
Pengkajian pasien meliputi :
 Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini menciptakan gejala
klinis yang khas pada penderita Hernia ingunialis
 Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan biasanya mengangkat benda berat, nyeri seperti tertusuk pisau
yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk dan bersin (Baradero, 2005).
 Riwayat kesehatan lalu
Biasanya komplikasi dengan Hernia ingunialis akan mengalami penyakit kronis
sebelumnya. Missal : adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi
kronis, ascites yang semuanya itu merupakan factor predis posisi meningkatnya tekanan
intra abdominal.
 Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di
daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis, mengejar
waktu defekasi atau mengangkat benda berat dsb, sehingga ditemukan rasa nyeri pada
benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya gejala lain seperti mual dan
muntah akibat dari peningkatan tekanan intra abdominal.

E. Diagnosis banding
 Hernia femoralis
Pada hernia inguinalis, leher hernia terletak diatas dan medial terhadap ujung
ligamentum. Pada hernia femoralis, leher hernia terletak dibawah dan lateral terhadap
ujung medial ligamentum inguinale dan tuberkulum pubikum
 Nodes lymph inguinal
Saat Nodes lymph inguinal memungkinkan untuk muncul, mungkin penyakit ini
hampir tidak bias di bedakan dari hernia femoral tapi penyakit ini biasanya berada di
bawah ikatan sendi tulang inguinal
 Hydrcele dari saluran nuck
Hydrcele dari saluran nuck ini muncul sebagai pembengkakan yang keras kista, dan
tidak dapat di perkecil di lingkaran supefisial dari seseorang perempuan mudah dan
sebuah kista yang menggantikan distal di sepanjang sendi tulang. Sebuah testis yang
tidak sepenuhnya di turunkan yang berasal dari lingkaran eksternal, sebuah hernia
biasanya muncul ( Dudle dan waxma 1998 )

F. Inti pengkajian
 Pemeriksaan laboratorium meliputi analisah darah, untuk mengetahui jumlah darah
seluruhnya Hb faal hemostasis, dan jumlah lekosit. Dan analisah urin untuk mengetahui
adanya infeksi saluran kencing.
 Pemeriksaan penunjang meliputi foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung
dan paru, dan pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia 45 th.

G. Penatalaksanaan hernia inguinalis


Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia strangulata kecuali pada anak-anak.
Reposisi dilakukan secara bimanual dimana tangan kiri memegang isi hernia dengan
membentuk corong dan tangan kanan mendorong isi hernia ke arah cincin hernia
dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkaserasi sering terjadi pada umur kurang dari dua tahun. Reposisi spontan lebih
sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibanding orang
dewasa. Hal ini disebabkan oleh karena cincin hernia pada anak-anak masih elastis
dibanding dewasa. Reposisi dilakukan dengan cara menidurkan anak dengan
pemberian sedativ dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil maka
anak akan dipersiapkan untuk operasi berikutnya. Jika reposisi tidak berhasil dalam
waktu enam jam maka harus dilakukan operasi sesegera mungkin.
Pemakaian bantalan atau penyangga hanya bertujuan agar menahan hernia yang
sudah direposisi dan tidak pernah menyembuh dan harus dipakai seumur hidup. Cara ini
mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah
yang ditekan sedangkan strangulasi tentang mengacam. Pada anak-anak cara ini
dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung
pembuluh darah testis.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip pengobatan
hernia adalah herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau
ada perlengketan, kemudian direposisi, Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin
lalu dipotong. Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik dalam
mencegah residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenalnya berbagai metode
hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,
menutup dan memperkuat fasia tranversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus
abdominis internus dan m. internus abdominis yang dikenal dengan cojoint
tendon ke ligamentum inguinal poupart menurut metode basinni atau menjahit fasia
tranversa, m.tranversa abdominis, m.oblikus internus ke ligamentum cooper pada Mc
Vay.
Teknik herniorafi yang dilakukan oleh basinni adalah setelah diseksi kanalis
inguinalis, dilakukan rekontruksi lipat paha dengan cara mengaproksimasi muskulus
oblikus internus, muskulus tranversus abdominis dan fasia tranversalis dengan traktus
iliopubik dan ligamentum inguinale, teknik ini dapat digunakan pada hernia direk
maupun hernia inderek.
Kelemahan teknik Basinni dan teknik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot yang dijahit.
Untuk mengatasi masalah ini pada tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan
operasi bebas regangan. Pada teknik itu digunakan protesis mesh untuk memperkuat
fasia tranversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahit dasar otot-otot
ke inguinal.
Gambar Teknik Bassini Plasty

H. Komplikasi
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
ireponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang
tersering menyebabkan keadaan ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat
pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada usus halus.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskular
(proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan
strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah,
dan pasien menjadi gelisah
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hernia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol
melalui defek atau bagian – bagian lemah dari lapisan muscular aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri dari cimcin, kantong dan isi hernia (Wim Dejong, 2018). Hernia
merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan dinding perut (Nurarif, 2018).
Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio
inguinalis), hernia inguinalis terbagi menjadi 2 yaitu, hernia inguinal direk (hernia yang
keluar melalui segitiga hasselbach) dan hernia inguinal indirek (yang keluar melalui
anulus dan kanalis inguinalis).
Pengkajian berupa riwayat kesehatan, pola gordon, pemeriksaan fisik dan pengkajian
berupa Pemeriksaan laboratorium meliputi analisah darah, untuk mengetahui jumlah
darah seluruhnya Hb faal hemostasis, dan jumlah lekosit. Dan analisah urin untuk
mengetahui adanya infeksi saluran kencing.dan Pemeriksaan penunjang meliputi foto
thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru, dan pemeriksaan ECG
Penatalaksanaan hernia inguinalis, Pengobatan konservatif terbatas pada
tindakan melakukan reposisi dan pemakian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi dan Pengobatan operatif merupakan
satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Komplikasi berupa terjadinya perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia
inguinalis ireponibilis dan komplikasi lainnya berupa terjadi penekanan terhadap cincin
hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulate.

2. Saran
Dari pembahasan makalah diatas salah satu penyebab terjadinya hernia ingunialis
karena paktor usia dan penyakit kronis seperti, oleh kerna itu penulis menyarankan jika
mempunyai penyakit kronik sesegera mungkin di obati, dan saran bagi penulis semoga
pembahasannya lebih diperbanyak referensinya untuk kedepannya
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai