Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERAL (HIL)
DI RUANG BANGSAL BEDAH

DISUSUN OLEH :

ZULKIBLI
NIM : 231133112

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


TAHUN AKADEMIK 2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

, 2023
Telah di persiapkan dan disusun oleh :
Zulkibli
Nim. 231133112

Telah disetujui :
, 2023

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik (CI),


BAB I KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Hernia adalah suatu penonjolan pada organ atau struktur melalui di


dinding otot perut. Hernia meliputi jaringan subkutan yang umumnya
terdiri dari kulit , peritoneal kantung, dan yang mendasarinya adalah
Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya.
Pembedahan mendadak termasuk Faktor yang terjadi peningkatan tekanan
intra-abdomen, selama mengangkat penyakit ini terjadi diakaibatkan
beban berat atau batuk yang berkepanjangan sehingga peningkatan
tekanan intra-abdomen berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau
asites (Schwartz,2010).
Hernia adalah sering terjadinya dan muncul sebagai tonjolan
dilipatan paha atau skrotum. Biasanya Orang awam menyebutnya turun
bero atau hernia. Terjadi Hernia inguinalis yaitu ketika dinding abdomen
bertambah ke bawah melalui dinding sehingga menerobos usus.
(Nurarif&kusuma2016).
Dari pengetahuan di atas penulis dapat buat kesimpulan bahwa hernia
adalah merupakan dimana keadaan keluarnya suatu organ yang tidak bisa
kembali ke tempat semula secara manual atau struktur organ dari
tempatnya yang normal melalui suatu defek pada area inguinal dan akan
memberikan implikasi tindakan invasif bedah dengan
mengembalikan struktur organ terebut secara pembedahan dengan
menutup defek di inguinal, dan yang melalui inguinalis internis yang
terdapat di sebalah lateral vasa evisgastrika imperior menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis
eksternus, serta suatu keadaan terjadi pembesaran nya pada isi usus atau
suatu rongga melalui lubang (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).
Hernia inguinalis adalah Hernia yang terjadi di lipatan paha. Jenis ini
merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau
burut (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012:153). Hernia inguinalis
adalah Hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding
abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui
celah.Hernia tipe ini sering terjadi pada laki-laki dari pada
perempuan(Huda dan Kusuma, 2015). Hernia inguinalis merupakan
penonjolan bagian organ dalam melalui pembukaan yang abnormal
pada dinding rongga tubuh yang mengelilinginya (Bilotta,2012).
Hernia inguinalis lateralis (HIL) adalah muncul benjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong
(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

B. ETIOLOGI

Hal-hal yang dapat mengakibatkan timbulnya hernia secara umum


adalah mengendong barang yang sangat berat, batuk, kegemukan,
mengedan, asites (terjadi kumpulan cairan abnormal di daerag rongga
perut), aktifitas fisik yang berlebihan. Etiologi terjadinya hernia yaitu :

1. Hernia inguinal
Menurut Black,J dkk (2012) hernia ingunal terjadi karena

beberapa faktor antara lain :

a. Terjadi penurunan kekuatan otot dindingabdomen.

b. Terjadi tekanan pada intra abdominal

2. Hernia Hiatal
Faktor Hernia Hiatal biasanya belum diketahui, namun bisa

terjadi karena adanya kelemahan pada jaringan penyokong. Faktor


resiko terjadinya Hernia Hiatal adalah: Pertambahan usia,

kegemukan, dan Merokok

3. Hernia Umbilical
Hernia umbilical terdapat jika penutupan umbilikus tidak

sempurna.

4. Hernia Femoralis
Akibat adanya hernia Femoralis adalah kehamilan multipara,

kegemukan dan keturunan penahanikat.

Faktor kekurangan bagan fascia dan aponeurosis tranversa,

degenerasi/atropi, tekanan intra abdomen meningkat, pekerjaan

mengangkat benda-benda berat, batuk kronik, gangguan BAB, dan

gangguan BAK.

Menurut Suratun dan Lusianah (2010) etiologi terjadinya Hernia


inguinalis lateralyaitu :

a. Defek dinding otot abdomen


Hal ini dapat terjadi sejak lahir (kongenital) atau didapat

seperti usia, keturunan, akibat dari pembedahan sebelumnya.

b. Peningkatan tekanan intra abdominal


c. Penyakit paru obstruksi menahan (batuk kronik), kehamilan,
obesitas. Adanya Benighna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit,
mengejan saat defekasi dan berkemih, mengangkat beban
terlalu berat dapat meningkatkan tekanan intraabdominal.

C. KLASIFIKASI
Menurut Suratun dan Lusianah (2010) klasifikasi
Hernia

InguinalLateral terbagi menjadi :


a. Herniaindirek atau lateral
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda

spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat

besar dan sering turun ke skrotum.Umumnya terjadi pada

pria.Benjolan tersebut bias mengecil, menghilangkan pada waktu

tidur dan bila menangis, mengejan, mengangkat benda berat atau

berdiri dapat tumbuh kembali.

b. Herniadirek atau medialis

Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan

otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan

femoralis indirek.Lebih umum terjadi pada lansia.hernia ini

disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis

eksterna sehingga meskipun arteri inguinalis eksterna yang

mudah mengecil bila pasien tidur.Karena besarnya defek pada

dinding posterior maka Hernia ini jarang menjadi irreponible.

D. TANDA DAN GEJALA

Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia


adalah sebagai berikut :

1. Adanya pembekakan ( asimptomatik)


Keluhan benjolan di daerah inguinal yang timbul berupa adanya

atau skrotal yang hilang timbul. Misalnya nyeri mengedan, batuk-

batuk, tertawa, atau menangis. Bila klien tenang, benjolan akan

hilang secara spontan. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan

intra peritoneal.

Keluhan nyeri pada hernia ini jarang ditemui, walaupun yang

dirasakan di daerah perut epigastrium atau para umbilikal berupa

nyeri viseral sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam

kantung hernia bila usus tidak dapat kembali akibat regangan pada

mesenterium karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi

gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang

terjepit. Secara klinis keluhan klien adalah rasa sakit yang terus

menerus. Keadaan ini disebut hernia strangulata.

Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah

pemeriksaan fisik dan Tanda klinik tergantung pada isi hernia.

Pada Inspeksi : dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai

penonjolan diregio ingunalis pada saat klien mengedan dapat yang

berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Palpasi: pada funikulus

spermatikus kantong hernia yang kosong dapat dirasakan sebagai

geseran dari lapis kantongyang mengutamakan alasan gesekan dua

permukaan sutera. Tangan sutera ini disebut tanda sarung, tetapi

umumnya gejala ini sulit ditemukan.


Pemerikasaa bisa teraba pada usus, omentum (seperti karet),

atau ovarium. bila ada hernia berisi bagian maka tergantung pada

isinya, Dengan jari kelingking atau jari telunjuk pada anak kusia

dini, bisa dipraktekan mendorong isi hernia dengan menonjolkan

kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan

apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat

direposisi, pada saat jari masih berada dalam annulus eksternus,

klien dianjurkan mengedan. Kalau seandai nya hernia teraba

diujung jari, maka hernia inguinalis lateralis, dan kalau stepi jari

menyentuh itu menandakan hernia inguinalis medialis. Didalam

hernia pada bayi wanita yang teraba benjolan yang padat biasanya

terdiri dariovarium.

2. Gejala Klinis
Gejala klinis hernia banyak diketahui oleh kondisi isi hernia.

Tanda yang muncul seperti berupa adanya pembengkakan di

selangkangan dipaha yang timbul saat waktu berdiri, batuk, bersin,

atau mengedan dan tidak ada setelah terlentang. Keluhan nyeri

jarang dijumpai bila ada yang dirasakan di dibagian epigastrium

atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada

mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam

kantong hernia. Hernia inguinalis yang sering pada anak yaitu

hernia inguinalis lateralis (indirect). 60% dari kasus hernia


inguinalis terjadi saat dibagian sisi kanan, 30% pada sisi kiri dan

10% bilateral.

E. PATOFISIOLOGIS

Pendapat Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis bisa didapatkan


sebab anomali kongenital atau akibat yang didapat. Hernia dapat diketahui
jika setiap usia. Penyakit ini sering diderita pada laki- laki ketimbang
pada perempuan.Berbagai faktor akibat terjadi pada depat pintu masuk
anulus internus hernia yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Selain itu, yang dapat mendorong melewati pintu
yang sudah terbuka cukup lebar itu diperlukan pula faktor isi herniayang
ada.
Faktor peningakatan tekanan di dalam rongga karena peninggian
tekanan di dalam rongga perut perut yang dipandang berperan kausal.
Kanalis inguinalis adalah terjadi Pada bulan ke-8 kehamilan kanal yang
normal pada fetus, terjadi melalui kanal tersebut desensus testis.
Penurunan testis terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei yang akanmenarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga. prosesus ini telah mengalami obliterasi Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
kanalis tersebut. kanalis ini tidak menutup dalam beberapa hal tersebut.
Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka. jika kanalis kanan terbuka maka biasanya yang kiri
juga terbuka. Dalam keadaan normal, pada usia 2 bulan kanalis yang
terbuka ini akan menutup. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Kanalis inguinalis telah menutup Pada orang tua. tetapi karena
menyebabkan lokus minoris resistensie, sebab saat keadaan yang
terjadinya tekanan intra-abdominal lebih terasa, hernia inguinalis lateralis
akuisita tersebut dapat terbuka kembali dan timbul. Akibat kerusakan
Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi
Kelemahan otot dinding perut terjadi akibat-akibat jaringan kanal
(Erfandi, 2009).
Pada hernia akan terjadi kelemahan atau kegagalan menutup yang
bersifat kongenital usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh prolaps sebagian. kemudian akan mengalami
nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik
abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah). Bila usus yang
prolaps bisa menyebabkan Hernia inkarserata terjadi konstriksi bila suplai
darah ke kantong skrotum, Isi hernia dapat kembali
kerongga peritoneum disebut hernia inguinal reponibilis, bila tidak dapat
kembali disebut hernia inguinal ireponibilis (Mansjoer, 2004).
Keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan menghilang
setelah berbaring terjadi pada hernia reponibilis. Keluhan nyeri jarang
dijumpai pada hernia ini, walaupun ada nyeri dirasakan di daerahcpada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantunghernia.
Bila usus tidak dapatkembali karena jepitan oleh anulus inguinalis,
terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang
terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. rasa sakit yang terus
menerus Secara klinis keluhan klien adalah Terjadi gangguan pada usus
seperti nyeri padaperut kembung dan muntah. Akibat penimbunan racun
yang akan mengakibatkan terjadinya infeksi dalam tubuh Pembuluh darah
yang terjepit . dinding usus yang akan berakibat buruk yaitu kematian
Infeksi ini akan menjadi sumber infeksi ke seluruh tubuh.

F. KOMPLIKASI

Akibat dari hernia dapat menimbulkan beberapa komplikasi


antara lain :
1. Terjadi pelengketan berupa isi hernia hal ini disebut hernia inguinalis
lateralis ireponsibilis.

2. Terjadi tekanan pada cincin hernia maka akan terjadi banyaknya


usus yang masuk. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya isi usus diikuti
dengan gangguan vascular. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulata (Mansjoer, 2012).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pengecekan laboratorium untuk mengetahui kerusakaan organ lain


seperti jantung dan ginjal.
1. Pemeriksaan EKG untuk mengetahui hasil hipertrofi ventrikel kiri.

2. Pemeriksaan urin untuk mengetahui hasil urin, glukosa, darah dan


protein serta faal ginjal.

3. Rontgen dan CT-SCAN.

H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medic Hernia inguinalis lateral

antara lain :

1. Reposisi

Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula

secara hati-hati dengan tidakan yang lembut tetapi pasti.

Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan

menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher

hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia

melalui leher hernia tadi. Tindakan ini kadang dilakukan

padahernia irreponibilis apabila Pasien takut operasi, yaitu dengan


cara bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi penenang

valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan trendelenberg. Jika

posisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.

2. Suntikan

Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik


untuk memperkecil pintu hernia.

3. Sabuk hernia

Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia


relatif kecil. Umumnya tindakan operatif merupakn tindakan satu-satunya
yang rasional.

4. Pengobatan konservatif

Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga


atau penunujang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis yang
mengalami strangulasi, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi
dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi Hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorong kea rah
cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi
reposisi. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila reposisi ini
berhasil anak disiapkan untuk operasi besok harinya. Jika resisi hernia
tidak berhasil, dalan waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

5. Pengobatan operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia


inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniatomy dan
hernioraphy.

6. Herniotomy
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian
reposisi. Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

7. Hernioraphy

Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan


memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

8. Diet dan activity

Activity : hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah


pembedahan. Diet : tidak ada diet khusus. Tetapi setelah operasi diet
cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi. Kemudian
makan dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi
cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama buang air
besar. Hindari kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi, minuman
beralkohol, dan setiap makanan atau bumbu yang memperburuk gejala.

9. Medikasi

Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya


ranitidine,asetaminofen, dan cefotaxime 1gr juga antibiotik untuk
membasmi infeksiketorolac 30 mg injeksi, amoxicillin dan asam
klavulanat, serta obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit seperti
dulcolax 10 mg suppositoria (Jitowiyono& Kristiyanasari 2012).
BAB II WOC HERNIA INGUINALIS LATERAL
BAB III PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,

untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien

sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan

proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

1. Anamnesa

a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.

register, tanggal MRS, diagnosa medis.

b. Keluhan Utama
DS ( Data Subjektif ) Pada anemnesis keluhan utama yang lazim

didapatkan adalah keluhan adanya benjolan akibat masuknya material

melalui kanalis inguinal bisa bersifat hilang timbul atau juga tidak.

Keluhan nyeri hebat bersifat akut berupa nyeri terbakar

Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien

digunakan:

1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi

faktor presipitasi nyeri.

2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan

klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit

menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.


4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,

bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa

jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk

padamalam hari atau siang hari.

DO ( Data Objektif ) : Pasien tampak meringis kesakitan , pasien

tampak memegangi perut kanan bawah , pasien tampak menangis ,

pasien tampak lemas, dan lain-lain.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan lain yang didapat sesuai dengan kondisi Hernia. Pada

respon biasanya keluhan yanga ada berupa adanya benjolan setelah

mengalami aktivitas peningkatan tekanan intraabdominal, seperti batuk,

bersin, atau mengejan.Bila sudah terjadi stranggulasi akandidapatkan

keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, keluhan gastrointestinal

seperti mual, muntah, anoreksia, serta perasaan kelelahan pasca nyeri

sering didapatkan.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab hernia

dan tidak ditemukan Penyakit-penyakit tertentu seperti, penyakit

diabetes dengan luka di perut sangat beresiko terjadinya penghambatan

proses penyembuhan luka.

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit Hernia

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya Hernia, seperti


diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan,

yang cenderung diturunkan secara genetic

f. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang

dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon

atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga

ataupun dalam masyarakat

g. Riwayat keperawatan dan pengkajian fisik:


Menurut Suratun dan Lusianah (2010) pengkajian data keperawatan

pada pasien dan post operasi dengan Hernia inguinalis lateral dalam buku

Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Gastrointestinal antara lain:

1) Aktivitas istirahat

Apakah pasien mengalami kelemahan, merasa lemas, lelah, tirah

baring, penurunan kekuatan otot, kehilangan tunos otot, dan letargi.

2) Sirkulasi
Apakah pasien menunjukan takikardi, perubahan tekanan darah

(hipotensi, hipertensi).

3) Eliminasi

Apakah pasien mengalami konstipasi, adanya inkontinesia atau

retensi urine.

h. Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi , spasme otot, kesemutan

Tanda : Deformitas lokal : agulasi


abnormal,pemendekan,rotasi krepitasi.
i. Nyeri / kenyamanan
Apakah pasien mengalami nyeri pada insisi
pembedahan, distensi kandung kemih.

j. Keamanan
Tanda : Laserasi , avulsi jaringan, perdarahan,
perubahan warna, pembengkakan lokal (dapat meningkat secara
bertahap atau tiba-tiba)

k. Penyuluhan
Gejala : Lingkungan tidak mendukung (menimbulkan cedera)
pengetahuan terbatas.

B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

Adapun diagnosa yang sering muncul pada pasien post


operasi Hernia antara lain :

1) Nyeri akut ( D.0077 ) berhubungan dengan pencedera fisik (misalnya

abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur

operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).

2) Gangguan mobilitas fisik ( D.0054 ) berhubungan dengan Keengganan

melakukan pergerakan, gangguan muskuloskeletal, nyeri.

3) Resiko infeksi ( D.0142 )ditandai dengan Efek prosedur Infasif


4) Konstipasi D.0049 ) berhubungan dengan Kelemahan otot abdomen

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Rencana keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan


oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan.
Tabel 3.1 Rencana Keperawatan Menurut SLKI (2019) dan SIKI (2018)
Diagnosa Tujuan dan
No Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 Nyeri akut Tujuan : Manajemen nyeri (I.08238)
(D.0077)
Setelah Observasi :
dilakukan
tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan durasi, frekuensi, kualitas,
diharapkan intensitas nyeri
tingkat nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respons nyeri non
(L.08066) verbal
4. Identifikasi faktor yang
Kriteria hasil : memperberat dan memperingan
1. Pasien nyeri
mengatakan Terapeutik :
nyeri 1. Berikan teknik nonfarmakologis
berkurang untuk mengurangi rasa nyeri
2. Pasien (misal terapi musik, kompres
menunjukkan hangat/dingin, terapi bermain)
ekspresi wajah 2. Kontrol lingkungan yang
tenang memperberat rasa nyeri (mis,
3. Pasien dapat suhu ruangan, pencahayaan,
beristirahat kebisingan)
dengan 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
nyaman Edukasi :
1. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Gangguan Tujuan : Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik
berhubungan Setelah
dengan
a. Observasi
dilakukan
Keengganan
tindakan
- Identifikasi adanya nyeri atau
melakukan keperawatan
pergerakan, keluhan fisik lainnya
selama 3x
24 jam maka - Identifikasi toleransi fisik
Mobilitasi fisik
meningkat melakukan Mobilisasi
( L.05042 )
dengan kriteria - Monitor frekuensi jantung dan
hasil : tekanan darah sebelum memulai
-Dari Nyeri
meningkat : 1 Mobilisasi
menjadi
menurun : 5 - Monitor kondisi umum
-Dari kelemahan selama melakukan Mobilisasi
fisik
meningkat : 1 b. Terapeutik
menjadi
menurun : 5 - Fasilitasi aktivitas Mobilisasi
-Dari dengan alat bantu (mis. tongkat,
gerakan kruk)
terbatas
meningkat : 1 - Libatkan keluarga untuk
menjadi
menurun membantu pasien dalam
1. 5 meningkatkan Mobilisasi

c. Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur


Mobilisasi

- Anjurkan melakukan Mobilisasi


dini

- Ajarkan Mobilisasi sederhana


yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi

3 Resiko infeksi Setelah Pencegahan infeksi


dilakukan
(D0142) tindakan Observasi :
keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
selama 3 x 24 lokal dan sistemik
jam, diharapkan Terapiutik
tidak terjadi
infeksi dengan 1. Batasi jumlah pengunjung
kriteria hasil : 2. Berikan perawatan kulit pada
daerah edema
1. Suhu dalam 3. Cuci tangan sebelum dan
batas normal sesudah kontak dengan pasien
<37,5 ° C dan lingkungan pasien
2. Nyeri yang 4. Pertahankan teknik aseptik pada
dirasakan pasien beresiko tinggi
berkurang Edukasi
3. Tidak terjadi
pebengkakan 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
pada area luka 2. Ajarkan cara memeriksa luka
1. Tidak tampak 3. Anjurkan meningkatkan asupan
kemerahan/ cairan
pus Kolaborasi
Kolaborasi pemeberian analgesik
4 Konstipasi Setelah Manajemen eleminasi fekal
dilakukan
(D.0049) tindakan Observasi :
keperawatan 1. Monitor buang air besar
selama 3 x 24 Terapiutik
jam, diharapkan
eliminasi fekal 2. Berikan air hangat setelah
membaik makan
3. Sediakan makanan tinggi serat
( L.04033) Edukasi
dengan kriteria 4. Anjurkan meningkatkan asupan
hasil : cairan
1. Kontrol Kolaborasi
pengeluaran 5. Kolaborasi pemeberian obat
feces supositoria anal
meningkat
2. Keluhan
defekasi sulir
menurun
3. Mengejan saat
defekasi
menurun

D. Implementasi Keperawatan

Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan


ditunjukkan kepada nursing olders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
menengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2009).

Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan implementasi meliputi :


a) Harus berdasarkan dengan respons klien
b) Harus berdasarkan dengan ilmu pengetahuan, hasil penelitian
keperawatan, standart pelayanan profesional dan hukum serta kode
etik keperawatan
c) Berdasarkan dengan sumber yang tersedia
d) Sesuai dengan tanggungjawab dann tanggunggugat profesi
keperawatan
e) Harus memahami dengan benar mengenai rencana intervensi
keperawatan
f) Perawat harus mampu menciptakan sebuah adaptasi untuk
meningkatan self care
g) Upaya dalam meningkatkan status kesehatan klien
h) Mampu menjadi pelindung bagi klien
i) Memberikan dukungan, pendidikan dan bantuan
j) Bersifat holistik
k) Mampu menjalin kerjasama dengan profesi lain
l) Mendokumentasikan tindakan
E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis
keperawatan, rencana keperawatan dan implementainya. Meskipun tahap
evaluasi diletakan pada akhir proses keperawatan tetapi tahap ini
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk menentukan
apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif (Nursalam,
2009).

Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan evaluasi antara lain adalah :

a) Sudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan dalam tujuan


b) Pasien masih dalam proses mencapai hasil yang sudah ditentukan
c) Adanya indikasi belum tercapainya sebuah tujuan keperawatan yang
diharapkan.
Kriteria keberhasilan pada pasien post op Hernia :

1. Pasien mampu mengontrol nyeri dengan teknik distraksi dan


relaksasi secara mandiri tanpa bantuan orang lain maupun dari
perawat.

2. Pasien mampu beraktivitas mandiri.

3. Pasien mampu bermobilisasi secara mandiri.

F. Aplikasi pemikiran kritis dalam Asuhan Keperawatan

Nyeri akut menjadi salah satu masalah utama pada post operasi hernia
ingunalis lateralis yang belum ditemukan asuhan keperawatan yang terbaik
Tanda dan gejala mayor diantaranya yaitu subyektif (mengeluh nyeri),
obyektif (tampak meringis, bersikap protektif (mis.waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit
tidur). Tanda dan gejala minor diantaranya yaitu obyektif (tekanan
darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan
diaphoresis. Pada pasien didapatkan data sebagai berikut pada pasien
mengeluh nyeri pada bagian yang dioperasi di lipat paha, tampak
meringis menahan nyeri, gelisah saat merasakan nyeri atau saat nyeri
timbul, frekuensi nadi meningkat, mengalami kesultan tidur dan
nafsu makan berubah (Sekar siwi, 2022).
Intervensi yang diberikan dapat berupa mengajarkan terapi relaksasi
napas dalam, mengkolaborasi pemberian analgetik, dengan hasil
yang diharapkan keluhan nyeri cukup menurun, meringis cukup
menurun tekanan darah membaik, frekuensi nadi membaik, dan
kesulitan tidur cukup membaik (Sekar siwi, 2022).
Intervensi lainnya yakni berupa distraksi. Distraksi mengalihkan
perhatian pasien ke hal yang lain dan dengan demikian menurunkan
kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap
nyeri. Salah satu distraksi yang efektif adalah distraksi audio dengan
musik, yang dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres dan kecemasan
dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri. Penelitian telah
menunjukkan terdapat pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien post operasi hernia (Agustini, 2018).
Selain itu, intervensi pengembangan dalam dekade terakhir ini adalah
terapi zikir untuk mengurangi nyeri. Penelitian yang dilakukan oleh
Yorpina & Safriati (2020) menunjukkan bahwa Pemberian terapi audio
dzikir efektif dalam menurunkan nyeri luka post operasi yang dirasakan
individu. Selain tujuan tersebut terdapat beberapa tujuan lain diantaranya
dzikir dapat memberikan ketenangan jiwa dan terlindung dari bahaya dan
godaan setan.
DAFTAR PUSTAKA

Sekar Siwi, A., Friska Olyfia Shelen, & Wibowo, T. H. (2022). ASUHAN
KEPERAWATAN NYERI AKUT DENGAN POST OPERASI HERNIA
INGUINALIS LATERALIS DEXTRA : ACUTE PAIN NURSING CARE
WITH POST OPERATION OF DEXTRA LATERALIS INGUINAL
HERNIA. Jurnal Keperawatan Notokusumo, 10(2), 30–36. Retrieved from
http://ojs33.stikes-notokusumo.ac.id/index.php/jkn/article/view/223
Agustini, A. (2018). Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri pada Pasien Post Operasi Hernia. Jurnal Kampus STIKES YPIB
Majalengka, 6(2), 1-16.
Yorpina & Syafriati, A. (2020). Pengaruh Pemberian Terapi Dzikir Dalam
Menurunkan Nyeri Pada Pasien Post Operasi. Jurnal Kesehatan dan
Pembangunan, 10(20), 106-113.
Abdillah, Alvin. 2018. Pengaruh Pemberian Terapi SEFT dan Mendengarkan
Bacaan Al-Qur’an Terhadap Nyeri Pasien Post Operasi Hernia
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma 2015. Aplikasi asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NIC Jilid 1. Jogjakarta :
MediAction.
Andarmoyo, Sulistyo 2013 Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta : Ar-
Ruzz Media
Badan Penelitian dan Pengembangan dan Kesehatan. (2018). Prevalensi Penyakit
Provinsi Jawa Timur.
Badan Stastistik Kabupaten Ponorogo. (2019). https://ponorogo.bps.go.id
Black, J, dkk. 2002. Medical Surgical Nursing. Edisi 4. Pensylvania : W.B
Sounders Company.
Dokter, DA dan Perry, A G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, Dan Praktek Edisi 4 vol 2. EGC : Jakarta.
Hermanus, A. 2015.Riset Kesehatan Jogjakarta : Penerbit Ombak.
Hidayat, A. A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Dan Teknik
Analisis Data : Contoh Aplikasi Studi Kasus, Jakarta : Salemba Medika.
Jitowoyo & Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi.
Yogyakarta : Nuha Medika . Mitayani.
Kusnadi, E & Elang Muhammad Atoilah, 2013. Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Keburuhan Dasar Manusia. Garud : In Medika.
Nuhan, Khairun . 2018. Pengaruh Murottal Al-Quran Terhadap Intensitas Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Hernia Sectio Caesarea pada Jurnal
Keperawatan vol 14, No 1, Diakses tanggal 30 juni 2020 dari
http://ejurnal.ung.ac.ia.
Olfah, Y. 2016. Dokumentasi Keperawatan, Jakarta Selatan : Pusdik SDM
Kesehatan.
Oswari, E. 2000. Bedah Dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
R Syamsyuhidayat & Wim De Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Jakarta : EGC.
Schwartz, S. I. Hernia Dinding Abdomen. Dalam : Hartanto, Huriawati,
ed,
Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC ; 2006.
Halaman : 147-200
Sjamsuhidayat, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah Samsuhidayat – De Jong. Edisi
ke 3. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare. (2011) Buku Ajar Kperawatan Medikal Bedah.
Suhartono, Muhammad.2019. Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al-Quran
Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Hernia Inguinalis pada
Jurnal Ners Widia Husada Vol 6 No 1, Hal 23-30 Maret 2019, p-ISSN
2356-3060. Diakses tanggal 30 Mei 2020 dari http://ejurnal.ung.ac.ia. Tamsuri A.
(2006) Konsep & Penatalaksanaan Nyeri, EGC : Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1, Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1, Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) Edisi 1, Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.

Huda dan Kusuma ,2016.Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2.Mediaction


Publishing, Jogjakarta.

Nuari 2015 inguinalis yang rnelebar.


Purnomo,. 2011). Penatalaksanaan nyeri non farmakologi
Diyono & Mulyanti, S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Jitowiyonno & Kristiyanasari,2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi
pendekatan

Muttaqin A & 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan System Perkemihan.


Jakarta : Salamba Medika.
Medical Record Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2018

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
SuratandanLusinah(2010) pemekriksaan diagnostic pada pasien Hernia Inguinalis
lateral.
Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical
surgical Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
PPNI (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Ackley, B. J., Ladwig, G. B., Msn, R. N., Makic, M. B. F., Martinez-Kratz, M., &
Zanotti, M. (2019). Nursing Diagnosis Handbook E-Book: An Evidence-
Based Guide to Planning Care. Mosby.
Carpenito-Moyet, L. J. (2006). Handbook of nursing diagnosis. Lippincott
Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai