Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

1. Konsep Dasar

1.1 Pengertian

Hernia adalah suatu penonjolan pada organ atau struktur melalui di dinding otot
perut. Hernia meliputi jaringan subkutan yang umumnya terdiri dari kulit , peritoneal
kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ
internal lainnya. Pembedahan mendadak termasuk Faktor yang terjadi peningkatan
tekanan intra-abdomen, selama mengangkat penyakit ini terjadi diakaibatkan beban
berat atau batuk yang berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites (Schwartz,2010).
Hernia adalah sering terjadinya dan muncul sebagai tonjolan dilipatan paha atau
skrotum. Biasanya Orang awam menyebutnya turun bero atau hernia. Terjadi Hernia
inguinalis yaitu ketika dinding abdomen bertambah ke bawah melalui dinding
sehingga menerobos usus. (Nurarif&kusuma2016).
Dari pengetahuan di atas penulis dapat buat kesimpulan bahwa hernia adalah
merupakan dimana keadaan keluarnya suatu organ yang tidak bisa kembali ke tempat
semula secara manual atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui suatu
defek pada area inguinal dan akan memberikan implikasi tindakan invasif bedah
dengan mengembalikan struktur organ terebut secara pembedahan dengan menutup
defek di inguinal, dan yang melalui inguinalis internis yang terdapat di sebalah lateral
vasa evisgastrika imperior menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut
melalui anulus inguinalis eksternus, serta suatu keadaan terjadi pembesaran nya pada
isi usus atau suatu rongga melalui lubang (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).
1.2 Etiologi

Hal-hal yang dapat mengakibatkan timbulnya hernia secara umum adalah


mengendong barang yang sangat berat, batuk, kegemukan, mengedan, asites (terjadi
kumpulan cairan abnormal di daerag rongga perut), aktifitas fisik yang berlebihan.
Etiologi terjadinya hernia yaitu :
1. Hernia inguinal

Menurut Black,J dkk (2012) hernia ingunal terjadi karena beberapa faktor

antara lain :
a.Terjadi penurunan kekuatan otot dindingabdomen.

b. Terjadi tekanan pada intra abdominal

2. Hernia Hiatal

Faktor Hernia Hiatal biasanya belum diketahui, namun bisa terjadi karena

adanya kelemahan pada jaringan penyokong. Faktor resiko terjadinya Hernia

Hiatal adalah: Pertambahan usia, kegemukan, dan Merokok

3. HerniaUmbilical

Hernia umbilical terdapat jika penutupan umbilikus tidak sempurna.

4. Hernia Femoralis

Akibat adanya hernia Femoralis adalah kehamilan multipara, kegemukan

dan keturunan penahan ikat.

Faktor kekurangan bagan fascia dan aponeurosis tranversa, degenerasi/atropi,

tekanan intra abdomen meningkat, pekerjaan mengangkat benda-benda berat,

batuk kronik, gangguan BAB, dan gangguan BAK.

1.3 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Adanya pembekakan ( asimptomatik)

Keluhan benjolan di daerah inguinal yang timbul berupa adanya atau

skrotal yang hilang timbul. Misalnya nyeri mengedan, batuk- batuk, tertawa,

atau menangis. Bila klien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.

Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal.

Keluhan nyeri pada hernia ini jarang ditemui, walaupun yang dirasakan

di daerah perut epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral sewaktu

satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia bila usus tidak dapat

kembali akibat regangan pada mesenterium karena jepitan oleh anulus

inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen

usus yang terjepit. Secara klinis keluhan klien adalah rasa sakit yang terus
menerus. Keadaan ini disebut hernia strangulata.

Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah

pemeriksaan fisik dan Tanda klinik tergantung pada isi hernia. Pada Inspeksi

: dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio

ingunalis pada saat klien mengedan dapat yang berjalan dari lateral atas ke

medial bawah. Palpasi: pada funikulus spermatikus kantong hernia yang

kosong dapat dirasakan sebagai geseran dari lapis kantongyang

mengutamakan alasan gesekan dua permukaan sutera. Tangan sutera ini

disebut tanda sarung, tetapi umumnya gejala ini sulit ditemukan.

Pemerikasaa bisa teraba pada usus, omentum (seperti karet), atau

ovarium. bila ada hernia berisi bagian maka tergantung pada isinya, Dengan

jari kelingking atau jari telunjuk pada anak kusia dini, bisa dipraktekan

mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus

eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau

tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada saat jari masih berada dalam

annulus eksternus, klien dianjurkan mengedan. Kalau seandai nya hernia

teraba diujung jari, maka hernia inguinalis lateralis, dan kalau stepi jari

menyentuh itu menandakan hernia inguinalis medialis. Didalam hernia pada

bayi wanita yang teraba benjolan yang padat biasanya terdiri dariovarium.

2. Gejala Klinis
Gejala klinis hernia banyak diketahui oleh kondisi isi hernia.tanda yang
muncul seperti berupa adanya pembengkakan di selangkangan dipaha yang
timbul saat waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan tidak ada setelah
terlentang. Keluhan nyeri jarang dijumpai bila ada yang dirasakan di dibagian
epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Hernia inguinalis yang sering pada anak yaitu hernia inguinalis lateralis
(indirect). 60%dari kasus hernia inguinalis terjadi saat dibagian sisi
kanan,30% pada sisi kiri dan 10% bilateral.
1.4 Patofisiologi
Pendapat Syamsuhidayat (2014), hernia inguinalis bisa didapatkan sebab

anomali kongenital atau akibat yang didapat. Hernia dapat diketahui jika setiap

usia. Penyakit ini sering diderita pada laki- laki ketimbang pada

perempuan.Berbagai faktor akibat terjadi pada depat pintu masuk anulus

internus hernia yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi

hernia. Selain itu, yang dapat mendorong melewati pintu yang sudah terbuka

cukup lebar itu diperlukan pula faktor isi hernia yang ada.

Faktor peningakatan tekanan di dalam rongga karena peninggian tekanan di

dalam rongga perut perut yang dipandang berperan kausal. Kanalis inguinalis

adalah terjadi Pada bulan ke-8 kehamilan kanal yang normal pada fetus, terjadi

melalui kanal tersebut desensus testis. Penurunan testis terjadi penonjolan

peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei yang akanmenarik

peritonium ke daerah skrotum sehingga. prosesus ini telah mengalami obliterasi

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya sehingga isi rongga perut tidak dapat

melalui kanalis tersebut. kanalis ini tidak menutup dalam beberapa hal tersebut.

Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih

sering terbuka. jika kanalis kanan terbuka maka biasanya yang kiri juga terbuka.

Dalam keadaan normal, pada usia 2 bulan kanalis yang terbuka ini akan

menutup. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan

timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Kanalis inguinalis telah menutup

Pada orang tua. tetapi karena menyebabkan lokus minoris resistensie, sebab saat

keadaan yang terjadinya tekanan intra-abdominal lebih terasa, hernia inguinalis

lateralis akuisita tersebut dapat terbuka kembali dan timbul. Akibat kerusakan

Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi Kelemahan

otot dinding perut terjadi akibat-akibat jaringan kanal (Erfandi, 2019).

Pada hernia akan terjadi kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat
kongenital usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong

skrotum, disebabkan oleh prolaps sebagian. kemudian akan mengalami

nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik

abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah). Bila usus yang

prolaps bisa menyebabkan Hernia inkarserata terjadi konstriksi bila

suplai darah ke kantong skrotum, Isi hernia dapat

kembalikeronggaperitoneumdisebutherniainguinalreponibilis,bila tidak

dapat kembali disebut hernia inguinal ireponibilis (Mansjoer, 2014).

Keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang

muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan menghilang

setelah berbaring terjadi pada hernia reponibilis. Keluhan nyeri jarang

dijumpai pada hernia ini, walaupun ada nyeri dirasakan di daerahcpada

mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam

kantunghernia.

Bila usus tidak dapatkembali karena jepitan oleh anulus

inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase

segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. rasa

sakit yang terus menerus Secara klinis keluhan klien adalah Terjadi

gangguan pada usus seperti nyeri padaperut kembung dan muntah.

Akibat penimbunan racun yang akan mengakibatkan terjadinya infeksi

dalam tubuh Pembuluh darah yang terjepit . dinding usus yang akan

berakibat buruk yaitu kematian Infeksi ini akan menjadi sumber

infeksi ke seluruh tubuh.

1.5 Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara

lain :

1. Terjadi pelengketan berupa isi hernia hal ini disebut hernia


inguinalis lateralis ireponsibilis.
2. Terjadi tekanan pada cincin hernia maka akan terjadi banyaknya
3. usus yang masuk. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya isi usus

diikuti dengan gangguan vascular. Keadaan ini disebut hernia

inguinalis strangulata (Mansjoer, 2012).

1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pengecekan laboratorium untuk mengetahui kerusakaan organ lain
seperti jantung dan ginjal.
2. Pemeriksaan EKG untuk mengetahui hasil hipertrofi ventrikel kiri.
3. Pemeriksaan urin untuk mengetahui hasil urin, glukosa, darah dan
protein serta faal ginjal.
4. Rontgen dan CT-SCAN.
2. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1.1 Pengkajian

A. Identitas Pasien

Na’ma/ Inisial, Umur, Jenis Kelamin, Status, Pekerjaan, Pendidikan,

Alamat, No. MR, Tanggal Masuk, Tanggal Pengkajian, Agama,

dan Dx. Medis Penanggung Jawab

Nama, Umur , Hub. Keluaraga, dan Pekerjaan

B. Alasan Masuk

Biasanya keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah

yang datang secara tiba-tiba, pasien biasanya mengeluh badan

terasa lemas dan kepala pusing

C. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya tampak lemas, kepala pusing, dan letih. Pasien

tampak pucat dan lemah, mukosa mulut tampak kering.

Pasien di lakukan anamnesa dan dilakukan perawatan.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis,

sirosis hepatitis, anemia, ulkus peptikum, kanker


saluran pencernaan bagian atas, riwayat penyakit darah

(misal: DM), riwayat penggunaan obatulserorgenik,

kebiasaan / gaya hidup (alkoholisme, gaya hidup /

kebiasaan makan).

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya

mempunyai kebiasaan makan yang dapat memicu

terjadinya hematemesis melena, maka dapat mempengaruhi

anggota keluarga yang lain.

D. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4 : pasien membuka mata secara spontan

V5 : pasien berorientasi baik, dan bicara jelas

M6 : pasien mengikuti perintah dengan baik

Tanda Vital : TD : 120/ 80 mmHg S : 36 C

P : 22X/ Menit N : 80x/ Menit

1. Kepala

a. Rambut

I : Bentuk kepala (bulat/lonjong/benjol/besar/kecil, simetris/

tidak),

kulit kapala (ada luka/tidak, bersih/kotor, beruban/tidak, ada

ketombe/tidak)

P : adakah benjolan/tidak, ada nyeri tekan/tidak

b. Mata

I : kesimetrisan mata klien (simetris/tidak), adakah edema,

konjungtiva (pucat/tidak), sklera (ikterik/tidak), refleks pupil


terhadap cahaya (baik/tidak), gerakan bola mata (normal/tidak).

P : Ada nyeri tekan (iya/tidak)

c. Telinga
I : Bentuk telinga (simetris/tidak), ada serumen/tidak, ada

benda asing/tidak, ada perdarahan/tidak, pendengaran

baik/tidak,

P : ada nyeri tekan (iya/tidak)

d. Hidung

I : Hidung tampak simetris/tidak, bersih/tidak ada

secret/tidak, ada polip/tidak, ada perdarahan/tidak, penciuman

baik/tidak.

P : Ada nyeri tekan (iya/tidak)

e. Mulut dan Gigi

I : Keadaan bibir pasien cyanosis/tidak, kering,tidak, ada

luka/tidak, adakah labioschizis/tidak, mulut pasien bersih/tidak,

pasien menggunakan gigi palsu/tidak, ada radang gusi/tidak,

ada perdarahan/tidak.

2. Leher

I : Posisi trachea simetris/tidak, warna kulit leher

merata/tidak

P : Ada pembesaran kelenjer tyroid/tidak, ada pembesaran

kelenjer limfe/tidak

3. Thorak

a. Paru-paru

I : Mungkin Bentuk dada pada pasien dengan hematemesis

melena normal, kaji pernafasan pasien, frekuensi adanya tanda-

tanda dispneu, reaksi intercostae, reaksi suprasternal,


pernafasan cuping hidung, ortopnea.

P : Kaji Ada nyeri tekan (iya,tidak), ada tanda-tanda

peradangan (ada/tidak), ekspansi simetris/tidak, taktil vremitus

teraba/tidak.

P : Perkusi pertama dilakukan di atas kalvikula dengarkan

apakah terjadi suara resonan (sonor), dullnes (pekak), timpani,

hiper resonan, suara paru yang normal resonan/sonor.

A : Bunyi nafas normal/tidak, ada bunyi nafas

tambahan/tidak, ada wheezing/tidak, ada ronchi/tidak

b. Jantung

I : Bentuk dan postur dada simetris/tidak, ada tanda-tanda

distress pernafasan/tidak, warna kulit sama dengan yang

lain/tidak, edema ada/tidak

P : Denyutan apex cordis

teraba/tidak P : Biasanya Suara

pekak

A : Biasanya Terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi

jantung II/S2 (dup), tidak ada bunyi jantung tambahan S3/S4

4. Abdomen

I : Ada lesi/tidak, ada bekas operasi/tidak, dan warna kulit

merata/tidak

P : Terdapat nyeri tekan ada/tidak

P : Biasanya terdengar Tympani


A : Biasanya Bising usus normal

5. Punggung

I : Punggung simetris/tidak, ada lesi/tidak, dan warna kulit

merata/tidak, ada bekas luka/tidak

P : Ada nyeri tekan/tidak

6. Ektremitas

a. Atas

I : Simetris kiri dan kanan atau tidak, integritas kulit baik/tidak,

kekuatan otot penuh/tidak, ada lesi atau tidak, ada edema atau tidak

b. Bawah

I : Simetris kiri dan kanan atau tidak, integritas kulit baik atau

tidak, kekuatan otot penuh atau tidak, ada lesi atau tidak, ada

edema atau tidak

7. Genetalia

I : Apakah pasien terpasang kateter atau tidak, untuk mengetahui

adanya abnormalitas pada genetalia misalnya varises, edema,

tumor/benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pegeluaran cairan atau

darah.
8. Integumen

I : Warna atau adanya perubahan pigmentasi pada kulit, warna

kulit merata atau tidak, ada lesi atau tidak, ada ruam pada kulit atau

tidak, dan ada jejas atau tidak.

E. Pengkajian Pola gordon

Pola-pola fungsi kesehatan

1. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan

obat-obat ulserogenik

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual,

muntah, kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake

nutrisi harus daam bentuk makanan yang lunak yang mudah

dicerna

3. Pola aktivitas dan latihan

Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan

protein (hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan

subjektif pada pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan,

sehingga aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi

atau harus berhenti bekerja

4. Pola eliminasi

Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB.

Pda BAB terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses


menjadi hitam seperti petis, konsistensi pekat. Sedangkan pada

BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.

5. Pola tidur dan istirahat

Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan

menjadi kurus, perut membesar karena ascites dan kulit

mengering, bersisik agak kehitaman.

6. Pola hubungan peran

Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi

hambatan dalam menjalankan perannya seperti semula.

7. Pola reproduksi seksual

Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon,

androgen dan estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat

menyebabkan penurunan libido dan impoten, bila terjadi pada

wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau

dapat terjadi aminore dan hal ini tentu saja mempengaruhi

pasien sebagai pasangan suami dan istri.

8. Pola penaggulangan stres

Biasanya pasien dengan koping stres yang baik, maka dapat

mengatasi masalahnya namun sebaliknya bagi pasien yang

tidak bagus kopingnya maka pasien dapat destruktif lingkungan

sekitarnya.

9. Pola tata nilai dan kepercayaan

Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.


F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan

esofagogram untuk daerah esofagus dan diteruskan dengan

pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum.

Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada

daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk

mencari ada/tidaknya varises.

2. Pemeriksaan Endoskopik

Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka

pemeriksaan secara endoskopik menjadi sangat penting untuk

menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan.

Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat

dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan,

dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik.

3. Pemeriksaan Ultrasonografi dan scanning hati

Untuk pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati dapat

mendeteksi penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin

sebagai penyebab perdarahan saluran makan bagian atas.

G. Analisa data

Proses analisa merupakan bagian terakhir dari tahap pengkajian

setelah dilakukan pengumpulan data dan validasi data dengan

mengidentifikasi pola atau masalah yang mengalami gangguan


yang dimulai dari pengkajian pola fungsi kesehatan (Hidayat,
2008:104)
H. Diagnosa Keperawatan
Pre-op
1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis (D.0077)
2. Konstipasi b/d penurunan mobilitas gastrointestinal
(D.0049)
3. Defisit nutrisi b/d factor psikologis (mis stress,keengganan
untuk makan)(D.0019)
4. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
(D.0111)
Post-op
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik (D.0077)
2. Resiko infeksi b/d efek prosedur invasive (D.0142)
3. Resiko syok b/d resiko kekurangan volume cairan
(D.0039)
4. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri (D0054)
5. Ansietas b/d ancaman terhadap konsep diri (D.0080)

INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre-Op
N SDKI SLKI SIKI
o
1 Nyeri Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri (I.08238)
akut keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi
b/d jam diharapkan masalah lokasi,karakteristik,durasi,freku
agen teratasi,dengan kriteria ensi,kualitas,intensitas nyeri
cedera hasil: 2. Identifikasi respon nyeri non
biologi kontrol nyeri (L08063) verbal
s indikator SA ST 3. Identifikasi factor yang
(D.007 1.kemampuasn 3 4 memperberat dan memperingan
7) Mengenali onset nyeri
Nyeri 4. kontrol lingkungan yang
2.kemampuan 4 5 memperberat rasa nyeri
mengenali 5. jelaskan penyebab,periode,dan
penyebab nyeri pemicu nyeri.
3.keluhan nyeri 3 4 6. Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri
7. Kolaborasi pemberian
analgestik,jika perlu

J. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku

keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang perlu untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan darri asuhan

keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari

masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang

lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Jadi implementasi keperawatan adalah kategori serangkaian

perilaku perawat berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan

anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah keperawatan

pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah

ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. (Potter &

Perry, 2010)

K. Evaluasi

Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses, penilaian hasil

menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai

keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada

kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi,dan evaluasi itu sendiri. (Ali,

2009)

Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan

mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.

(Mubarak dkk,2011)
DAFTAR PUSTAKA

TIM Pokja SDKI DPP PPNI.2017.Standart Diagnosa Keperawatan

Indonesia.Jakarta:SDKI

TIM Pokja SLKI DPP PPNI.2017.Standart Diagnosa Keperawatan

Indonesia.Jakarta:SLKI

TIM Pokja SIKI DPP PPNI.2017.Standart Diagnosa Keperawatan

Indonesia.Jakarta:SIKI

Smeltzer & Bare.2018.Keperawatan Medikal Bedah vol.3.Jakarta:EGC

Mansjoer,Arif dkk.2015.Kapita Sekekta Kedokteran Jilid .Jakarta:Media

Aesculpius

Almi, D.U. (2013). Hematemesis Melena Et Causa Gastritis Erosif dengan

Riwayat Penggunaan Obat NSAID Pada Pasien Lanjut Usia. Medula, 1 (01), 72-

78.

Sjaifoellah Noor Dkk, (2013) .H. M. Syaifoellah Noer. Prof. dr, dkk., Ilmu

Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.

Mubarak, Wahit Iqbal, et al. (2007). Promosi kesehatan sebuah Pengantar

Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Timur.

Anda mungkin juga menyukai