Anda di halaman 1dari 11

 

LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS
STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESIONAL (KDP)
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

DISUSUN OLEH :
NURUL HIDAYAH
NIM. I4051191004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
 

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS

I.  DEFINISI

Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau lemak
 praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan). Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia. Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ
intestinal masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari
cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
merupakan suatu jaringan lemak atau omentum (Amrizal, 2015).
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa menyebutnya “turun bero”
atau “hernia”. Hernia inguinalis sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan

(Kusuma & Nurarif, 2016).

II.  KLASIFIKASI
Menurut Faiz dan Moffat (2004) Klasifikasi hernia inguinalis dibagi menjadi 2
yaitu :
1)  Hernia inguinalis indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, diduga
mempunyai penyebab kongenital.  Timbul akibat menetapnya prosesus vaginalis saat
embrio , isi perut menonjol melalui anulus inguinasil profunda, melalui kanalis

inguinalis, dan akhirnya menuju skrotum. Hernia ini bisa dikendalikan melalui
 penekanan anulus profunda dangan jari. Hernia ini lebih sering dijumpai pada sisi
kanan. Sering di temukan pada anak-anak dan dewasa muda.
2)  Hernia inguinalis direk
Timbul akibat lemahnya dinding posterior kanalis inguinalis. Hernia ini tidak bisa
dikendalikan dengan penekanan jari pada anulus anulus profunda dan jarang sekali
sampai ke skrotum. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki lanjut usia dengan
kelemahan otot dinding abdomen.
 

Secara klinis antara kedua jenis hernia ini dapat sulit dibedakan. Namun saat
operasi, letak leher hernia terhadap arteri epigastrika inferior menentukan tipe hernia,
yaitu pada hernia indirek leher kantong hernia terletak di sebelah lateral arteri sedangkan
 pada hernia direk selalu terletak di sebelah medialnya.

III.  ETIOLOGI
Menurut Black J dalam Fatimah (2012) etiologi hernia iguinalis yaitu;
1)  Kelemahan dinding otot abdomen (kelemahan jaringan, adanya
adan ya daerah yang luas
diligamen inguinal, trauma)
2)  Peningkatan tekanan intraabdomen (Obesitas, Mengangkat beban berat, mengejan,
konstipasi, kehamilan, batuk kronik)
3)  Factor kelainan ( kongenital)

IV.  MANIFESTASI KLINIS


Menurut Natadidjaja dalam Pambudi (2014) manifestasi klinis hernia inguinalis
yaitu ;
1)  Penonjolan di daerah inguinal
2)   Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
3)  Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti
seper ti kram dan
distensi abdomen.
4)  Terdengar bising usus pada benjolan
5)  Kembung
6)  Perubahan pola eliminasi BAB
7)  Gelisa
8)  Dehidrasi
9)  Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri
atau mendorong.

V.  KOMPLIKASI
Menurut Pambudi (2014) komplikasi hernia inguinalis yaitu;
1)  Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan isi kantung hernia sehingga isi kantung
hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia inguinalis
ireponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
 

2)  Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapa menimbulkan gangguan penyaluran isi
usus. Keadaan in
inii disebut dengan hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan
strangulata akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi.
Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan

menjadi merah dan pasien menjadi gelisah

VI.  PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui kanalis inguinalis. Penurunan
testis itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan
 peritoneum yang disebut dengan prosesus
proses us vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya
 prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri

turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering
terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yangyang terbuka ini akan menutup pada usia 2
 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka
terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital (Amrizal, 2015).
Biasanya hernia pada orang dewasa terjadi karena adanya aktivitas mengangkat
 benda berat, batuk kronis, dan mengejan pada saat defekasi dapat memacu
mema cu meningkatnya
tekanan intraabdominal yang menyebabkan defek pada dinding otot ligament inguinal
akan melemah sehingga akan terjadi penonjolan isi perut pada daerah lateral pembuluh

epigastrika inferior fenikulus spermatikus. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hernia.
Selain itu pada orang
orang yang lanjut usia otot dinding rongga perut dapat melemah. Sejalan
dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena daerah ini merupakan
lokus minoris resistansi, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal
meningkat, maka kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut
(Amrizal (2015); Doenges dalam Suri (2018)).
 

VII.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Menurut Kusuma dan Nurarif (2016) pemeriksaan diagnostik hernia inguinalis
yaitu;
1)  Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus
2)  Hitung darah lengkap dan serum elektrolit
ele ktrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih


puti h dan ketidakseimbangan
elektrolit

VIII.  PENATALAKSANAAN
Menurut Kusuma dan Nurarif (2016) penatalaksanaan hernia inguinalis yaitu;
1)  Secara konservatif
a.  Reposisi, dilakukan secara bimanual dengan tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.

 b.  Pemakaian bantalan-bantalan penyangga atau penunjang untu mempertahankan


isi hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup.
2)  Secara operatif
a.  Herniotomi : pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka dan
diisi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian direposisi kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
 b.  Hernio plastic : dilakukan tindakan-tindakan memperkecil annulus inguinalis
iterus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

c.  Hernioraphy : memotong seluruh kantong hernia atau dengan menjepit defek
(bagian lemak di dinding rongga yang bersangkutan) didalam fasia.

IX.  ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HERNIA


1)  Pengkajian
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu dikaji pada
 penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan mengangkat beban
 berat, duduk yang terlalu lama, terdapat benjolan pada bagian yang sakit, nyeri
tekan, klien merasa tidak nyaman karena nyeri pada perut.
 

a.  Identitas pasien


Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat pendidikan, nama penanggung
 jawab, pekerjaan dll. Biasanya hernia ditemukan pada 80% pada pria dan
 persentase yang lebih besar pada pekerja berat
 b.  Keluhan utama

Keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk datang ke rumah sakit
adalah biasanya pasien datang dengan benjolan di tempat hernia, adanya rasa
nyeri pada daerah benjolan
c.  Riwayat penyakit sekarang
Diawali timbulnya/munculnya benjolan yang mula mula kecil dan hilang
dengan istirahat,berlanjut pada fase benjolan semakin membesar dan
menetap,benjolan tidak hilang meskipun dengan istirahat. Benjolan yang menetap
semakin membesar oleh karena tekanan intra abdominal yang meningkat
mengakibatkan benjolan semakin membesar yang berakibat terjadinya jepitan

oleh cincin hernia.Biasanya klien yang mengalami nyeri. Pada pengkajian nyeri
(PQRST)
P: klien mengatakan ke rumah sakit dengan
dengan keluhan ada benjolan pada bagian
 perut bawah yang di sebabkan karna ada bagian dinding abdomen yang
lemah.
Q: benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian bawah perut/
sesuai tempat terjadinya hernia, klien mengatakan rasa nyeri seperti di tusuk
 – tusuk
tusuk jarum.
R: nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut bagian baw
bawah.
ah.

S: skala nyeri 4-8.


T: nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri berlangsung
berlangsung selama ± 3
menit ada gejala mual-muntah bila telah ada komplikasi.
d.  Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan
apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor
 predisposisi di dalam rumah.
e.  Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya

klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ lain,
dan penyakit lain yang memperberat Hernia seperti diabetes mellitus. Biasanya
 

Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun seperti: Penyakit Paru Obstruksi


Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia.
f.  Riwayat pisikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah
dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.

Biasanya pasien mengalami cemas, dan penurunan rasa percaya diri.


g.  Pola kebiasaan
a)  Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan
olahraga (lama frekuensinya). Biasanya pada hernia reponibilis dan
irreponibilis belum dijumpai adanya gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
makan dan minum. Peristaltic usus biasanya lebih dari batas normal
(>10x/menit).
Pada hernia inkarcerata dan strangulata dijumasi adanya gejala mual dan

muntah yang mengakibatkan terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan


makan dan minum.
 b)  Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya Pada hernia reponibilis dan irreponibilis tidak dijumpai gangguan
 pemenuhan kebutuhan tidur. Namun pada hernia inkarcerata dan strangulata
str angulata
ditemukan adanya gejala berupa nyeri hebat yang mengakibatkan gangguan
 pemenuhan istirahat tidur
c)  Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri

akibat penonjolan hernia.


d)  Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan
 peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami
emosi yang tidak stabil.
e)  Pola kognitif
Penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat
masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
f)  Pola penanggulangan stress

Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.


g)  Pola tata nilai dan kepercayaan
 

Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien


mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
h)   Neurosensori
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri yang meningkat bila digunakan
 beraktivitas. Biasanya nyeri seperti tertusuk yang akan semakin memburuk

dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi,


mengangkat kaki. Keterbatasan untuk mobilisasi atau membungkuk kedepan.
h.  Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik focus hernia yaitu pemeriksaan abdomen meliputi :
a)  Inspeksi
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi tanda
infeksi( merah, bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk)
 b)  Auskultasi
Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada mual dan pasien

tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung sonor.


c)  Perkusi
Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen
d)  Palpasi
Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri

2)  Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang lazim muuncul pada pasien dengan Hernia menurut NANDA
(2016) yaitu sebagai berikut :

a)  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,
gangguan peristaltic usus
 b)   Nyeri akut b.d diskontuinitas jaringan akibat
akibat tindakan operasi.
c)  Hambatan mobilitas fisik b.d luka post operasi
d)  Kerusakan Integritas jaringan b.d tindakan operatif
e)  Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.

3)  Intervensi Keperawatan


a.  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,

gangguan peristaltic usus


-  Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
 

-  Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan


makanan yang lebih sehat
-  Atur diet yang diperlukan yaitu menyediakan makanan tinggi
ti nggi protein
-  Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan
-  Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawaan mulut sebelum makan

-  Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak dikursi,


di kursi, jika memungkinkan
-  Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara
 pasien berada dirumah sakit atau fasilitas perawatan
-  Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat

 b.   Nyeri akut b.d diskontuinitas jaringan akibat


akibat tindakan operasi.
-  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas atau keparahan nyeri,
dan faktor presipitasinya

-  Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan,


keti daknyamanan, khususnya pada mereka yang
tidak mampu berkimunikasi efektif
-  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: nafas dalam, massase area
 punggung
-  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
 pencahayaan, dan kebisingan
-  Tingkatkan istirahat
-  Berikan pasien penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik
-  Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

c.  Hambatan mobilitas fisik b.d luka post operasi


-  Bantu pasien untuk duduk di tempat tidur
ti dur
-  Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas : kursi
roda
-  Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah
-  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

d.  Kerusakan Integritas jaringan b.d tindakan operatif

-  Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang longgar


-  Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
 

-  Monitor kulit akan adanya kemerahan


-  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
-  Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
-  Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik, tanda-
tanda infeksi lokal

-  Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril

e.  Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.


-  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
-  Pantau tanda dan gejala infeksi
-  Instruksikan untuk menjaga hygiene personal (misalnya mencuci tangan)
-  Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar
-  Batasi pengunjung bila perlu
-  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan

setelah berkunjung meninggalkan pasien


-  Dorong masukan nutrisi yang cukup
 

DAFTAR PUSTAKA

Amrizal. (2015). Hernia Inguinalis: Tinjauan Pustaka.


Pustaka. Syifa’MEDIKA
Syifa’MEDIKA,, 6 (1): 1-12.

Dermawan, D & Rahayuningsih, T. (2010).


( 2010). Keperawatan
 Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan,
Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Faiz, O & Moffat, D. (2004).  At a Glance Series Anatomi. Jakarta:


Anatomi. Jakarta: Erlangga.

Fatimah, F. (2012).
(2012). Asuhan Keperawatan Pad
Padaa An.R Dengan Gangguan
Gangguan Sistem Pencernaan :
Pre Dan Post Operasi Hern
Hernia
ia Inguinalis Lateralis Di Ruang Edelwis Rsu Pandan
Arang Boyolali. Naskah Publikasi. Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kusama, H & Nurarif, A.H. (2016).  Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Diagnosa
 Nanda, NIC, NOC dalam
dalam berbagai kasus Jilid 1.
1. Jogjakarta: MediAction.

Pambudi, A.G. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Nyeri Akut Post Operasi
Hernioraphi Inguinalis Lateralis Dextra di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah
Bayumas. Skripsi. Program Studi Keperawatan DIII Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Suri, M.A. (2018). Gambaran Karakteristik Penyakit Hernia di Ruang Mawar Kuning Bawah
RSUD Sidoarjo. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D3 Keperawatn Sidoarjo
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai