KONSEP DASAR
A. Pengertian
Mansjoer (2000) menyatakan, hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari
penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian-
bagian lemah dari lapisan muscular aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari
Penulis menyatakan bahwa, ”Hernia adalah penonjolan gelung atau ruas organ
(http://qittun.blogspot.com/2008/08/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
hernia.html). Pengertian lain yang diambil oleh penulis tentang Hernioraphy adalah
6
lambung ke organ abdomen yang berdekatan), usus atau struktur tubuh lainnya
melalui dinding abdomen dan salah satu penatalaksanaanya dilakukan dengan cara
pembedahan plastik dan membuang kantong hernia atau sering disebut dengan
hernioraphy.
Dilihat dari macam dan jenis hernia, maka dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan terjadinya :
Hernia yang disebabkan oleh pengangkatan benda berat atau strain atau cedera
berat.
2. Menurut letaknya
a. Hernia Diafragma
b. Hernia Inguinal
c. Hernia Umbilikal
7
Sejenis hernia abdominalis dengan sebagian usus menonjol di umbilikus dan
d. Hernia Femoral
e. Hernia Epigastrika
f. Hernia Lumbalis
Herniasi omentum atau usus di daerah pinggang melalui ruang lesshaft atau
segitiga lumbal.
3. Menurut sifatnya
a. Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk usus, keluar jika berdiri atau mengejan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
abstruksi usus.
b. Hernia Irreponibel
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
hernia.
8
c. Hernia Inkarserata
Isi kantong tertangkap tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
irreponible yang sudah disertai dengan gejala ileus yaitu tidak dapat flatus. Jadi
d. Hernia Strangulata
sampai nekrosis.
a. Hernia Externa
perineum.
b. Hernia Interna
Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut
9
B. Anatomi Fisiologi
yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis tranversus
abdominis. Dimedial bawah, diatas tuberkulum tubkum, kanal ini dibatasi oleh
10
ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum
keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis.
(Sjamsuhidayat, 2004)
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali
kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang
kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
C. Etiologi
1. Kongenital
11
Terjadi sejak lahir adanya defek pada suatu dinding rongga.
2. Didapat (akquisita)
Hernia ini didapat oleh suatu sebab yaitu umur, obesitas, kelemahan umum,
lansia, tekanan intra abdominal yang tinggi dan dalam waktu yang lama
D. Pathofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalis inguinalis,
faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal
ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis
ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena
kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia.
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak
dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi
12
hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali.
sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia
maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan
yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut
kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan
E. Manifestasi Klinis
Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila
menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi berdiri bisa
13
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak tampak, pasien
dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam posisi berdiri. Bila ada
hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus
Keadaan cincin hernia juga perlu diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk
sampai ke anulus inguinalis internus. Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat
masuk. Pasien diminta mengejan dan merasakan apakah ada massa yang
menyentuh jari tangan: Bila massa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah
hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka diagnosisnya
F. Komplikasi
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia
inguinalis ireponibilis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi
omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi
14
lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
strangulata.
Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung,
muntah, dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan
G.Penatalaksanaan
elektif karena ditakutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi proses
terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor,
asites, dan lain-lain). Dan defek yang ada direkonstruksi dan diaproksimasi tanpa
tegangan.
2. Sakus hernia indirek harus di isolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi.
pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin ke ukuran yang
15
semestinya. Pada kebanyakan hernia orang dewasa, dasar inguinal juga harus
dapat ditutup total untuk mencegah rekurenasi dari tempat yang sama.
3. Hernia rekuren yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya
menunjukkan adanya repair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi
setelah dua tahun atau lebih cenderung disebabkan oleh timbulnya kelemahan
yang progresif pada fasia pasien.. Rekurensi berulang setelah repair berhati-
hati yang dilakukan oleh seorang ahli menunjukkan adanya defek dalam
sintesis kolagen.
bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan
Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin
hernia langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila
vital dikembalikan ke rongga perut, sedangkan bila tidak, dilakukan reseksi dan
anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin
hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk ke
rumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap. (Mansjoer Arif, 2000 : 315).
16
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Abdomen
terlokalisis.
2. Urinalisis
3. Elektrolit
jantung.
5. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian untuk
I. Fokus Pengkajian
Adapun data-data yang menjadi data fokus dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas/istirahat
17
Tanda : Gangguan dalam berjalan, kelemahan ambulasi.
2. Eliminasi
3. Makanan / cairan
4. Nyeri / kenyamanan
tak ada hentinya atau ada episode nyeri yang lebih berat
secara intermiten.
5. Keamanan
Adapun data-data yang harus dikaji pasca operasi hernioraphy adalah sebagai
berikut :
1. System pernafasan
18
Potensi jalan nafas, perubahan pernafasan (rata-rata, pola dan kedalaman), RR
2. System cardiovascular
Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit (4x), 30 menit (4x),
2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil. Kaji sirkulasi
kelembaban, turgor kulit, balutan), kaji intake / output, monitor cairan intravena dan
tekanan darah
4. System persarafa.
5. System perkemihan
Control volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6-8 jam pasca anesthesia,
retensio urine, Dower catheter (kaji warna, jumlah urine, output urine < 30
ml/jam)
6. System gastrointestinal
Mual muntah, kaji fungsi gastrointestinal dengan auskultasi suara usus, kaji
palitik ileus, Insersi NG tube intra operatif dengan drainage lambung (untuk
19
memonitor perdarahan, mencegah obstruksi usus, irigasi atau pemberian obat,
7. System integument
Kaji factor infeksi luka, diostensi dari odema/palitik illeus, tekanan pada daerah
Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat diruang post
anesthesia recovery meliputi jumlah, warna, konsistensi, dan bau cairan drain
9. Pengkajian nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah, drain dan posisi intra
operatif. Kaji tanda fisik dan emosi (peningkatan nadi dan tekanan darah,
20
J. Pathway
Jika cukup panjang akan menonjol keluar dari annulus inguinalis ekstermus
Hernia
System irigasi
Penurunan fungsi usus
Keseimbangan cairan Diskontinuitas Perawatan luka yang
Diit cairan jaringan kurang
Kekurangan volume
cairan Nutrisi inadekuat Invasi kuman
Nyeri
Dari teori tentang Post Operasi Hernioraphy, dapat ditarik beberapa diagnose
antara lain :
abdomen.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka bekas post
operasi.
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diit cairan
22
(NANDA, 2005 ; Doengoes, 2000)
L. Fokus Intervensi
Intervensi :
komplikasi.
23
Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan
nyeri.
meningkatkan koping.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka bekas post
operasi.
24
a. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien
mencegah komplikasi.
Intervensi :
25
Rasional : mencegah komplikasi
cairan.
Intervensi :
26
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/ drainage.
Intervensi :
Kriteria Hasil : Tanda vital dalam batas normal, luka kering tidak ada pus.
Intervensi :
Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal pada pagi
27
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
28