Disusun Oleh :
Putri Ani Eka Pratiwi, S.Kep
NIM 2030088
Hernia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah dari lapisan muscular aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia (Wim Dejong, 2008).
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut (Nurarif, 2013).
1.1.2 Etiologi
mengendong barang yang sangat berat, batuk, kegemukan, mengedan, asites (terjadi
kumpulan cairan abnormal di daerag rongga perut), aktifitas fisik yang berlebihan.
1. Hernia Inguinal
1) Kelemahan jaringan
3) Trauma
b. terjadi tekanan pada intra abdominal.
1) Obesitas
3) Mengejan Konstipasi
4) Kehamilan
6) prostate Hipertropi
c. Hernia Hiatal
Faktor Hernia Hiatal biasanya belum diketahui, namun bisa terjadi karena
d. Hernia Umbilical
e. Hernia Femoralis
gangguan BAK.
1.1.3 Anatomi Fisiologi
1.1.3.1 Anatomi
1.1.3.2 Fisiologi
transversus abdominis bagian dari Otot-otot dinding perut. Kanalis inguinalis terjadi
bahwa descensus testiculorum, diantara testis tidak bisa menembus dinding perut
melainkan menolak dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari kranio-
anulus inguinalis internus yang menyebabkan bagian terbuka dari fasia transversalis
tuberkulum pubikum. Kanal ini dipisahkan oleh anulus eksternus. Atap yaitu
Kanal berisi tali cairan sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, tungkai atas
anulus internus turut kendur. Pada kondisi itu tekanan intra abdomen tidak meningkat
dan kanalis inguinalis melangkah melalui vertikal. Sebaiknya jika otot dinding perut
kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
internus ketika bertekanan dan adanya fasia transversal yang kuat bisa menutupi
triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga adanya gangguan
(Martini, H 2001).
1.1.4 Patofisiologi
Tonjolan yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa masuk kembali secara
spontan maupun dengan berbaring tetapi membutuhkan dorongan dengan jari yang
disebut hernia reponable. Jika kondisi seperti ini dibiarkan saja maka dapat terjadi
tidak dapat dimasukkan kembali dan disebut hernia irreponable. Untuk mencegah
tersebut terdapat luka insisi yang biasanya dapat menimbulkan nyeri yang dapat
membuat tidak nyaman sehingga mengurangi pergerakan dan resiko infeksi (Liu &
Campbell, 2011).
1.1.5 Klasifikasi
hanya tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet dan
4. Hernia Epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar
5. Hernia Ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut
sikatriks.
6. Hernia Lumbalis Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua
7. Hernia Littre yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia berisi
10. Hernia Perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui otot
dan fasia, lewat defek dasar panggul yang dapat terjadi secara primer
panggul yang terdiri atas otot levator anus dan otot sakrokoksigeus beserta
12. Hernia Inguinalis sebagian usus keluar dari rongga perut melalui dinding
benjolan pada kantung buah zakar (skrotum) yang dapat terasa sakit atau
panas.
1. Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar ketika
berdiri atau mengejan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong
masuk ke dalam perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan
3. Hernia Inkaserata atau Hernia strangulate apabila isi hernia terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali
vaskularisasi.
usus.
7. Hernia Interna apabila tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
9. Hernia Sliding yang isi kantongnya berasal dari organ yang letaknya
ekstraperitoneal.
1.1.6 Komplikasi
1. Terjadi perlengketan berupa isi hernia sama isi kantung hernia sehinggaisi
2. Terjadi tekanan pada cincin hernia maka terjadi banyaknya usus yang masuk.
hernia yaitu :
2. Pemeriksaan urine
3. Elektrokardiografi (EKG)
4. Sinar X abdomen
1.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Amin & Kusuma (2015) penanganan hernia ada dua macam:
3) Sabuk hernia Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan
2. Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada hernia
1) Herniotomy
2) Hernioraphy
3) Hernioplasty
LMR hilang/ tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena
memicu tekanan di rongga perut, tindakan operasi dan pemberian analgesik pada
hernia yang menyebabkan nyeri, berikan obat sesuai resep dokter, hindari mengejan,
mendorong atau mengangkat benda berat. Jaga balutan luka operasi tetap kering dan
bersih, mengganti balutan seteril setiap hari pada hari ketiga setelah operasi kalau
perlu. Hindari faktor pendukung seperti konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi
serat dan masukan cairan yang adekuat (Amin & Kusuma, 2015 ).
Batuk Kronis,
mengangkat beban
berat, mengejan
PATHWAY pada saat defekasi
Masuknya Proses Inflamasi
mikroorganisme
Peningkatan tekanan intra abdomen
Risiko Infeksi
Defek pada dinding otot
ligament inguinal melemah
Defisit
Hernia inguinalis Perawatan Diri
Kurang terpapar
infomasi Perubahan status kesehatan Herniorafi/herniotomi
kesehatan
1.2.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
berat, nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk dan bersin Discharge Planing pasien adalah hindari mengejan,
mengangkat benda berat, menjaga balutan luka operasi tetap kering dan
bersih, biasanya penderita hernia yang sering terkena adalah laki-laki pada
hernia inguinalis dan pada heria femoralis yang sering terkena adalah
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus hernia adalah terasa nyeri. Nyeri
nyeri, biasanya berupa trauma pada bagian tubuh yang menjalani prosedur
Q= Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
S= Scale of pain: Biasanya klien hernia akan menilai sakit yang dialaminya
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari hernia, yang
nantinya membantu dalam rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. merasa ada
timbul benjolan lagi, timbul rasa nyeri pada benjolan dan timbul rasa kemeng
metabolik, abses, fistel, peritonitis. Pada pasien post operasi hernia juga akan
merasakan nyeri dimana nyeri tersebut adalah akut karena disebabkan oleh
Latar belakang kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit yang menjadi
klien sebelumnya.
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit
yang sama sepert klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau
meliputi antara lain perilaku mencari pengobatan dan perilaku hidup bersih
dan sehat, sedangkan faktor lingkungan antara lain kondisi lingkungan yang
Kerja otot yang terlalu kuat, mengangkat beban yang berat, batuk kronik,
kelemahan abdomen bisa disebabkan kerena cacat bawaan atau keadaan yang
batuk kronis, kehamilan, kegemukan dan gerak badan yang berlebih. (Nuari,
2015).
7) Status Nutrisi dan Cairan
Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah klien makan dan
minum klien dalam sehari. Kaji apakah klien mengalami anoreksia,mual atau
muntah dan haus terus menerus. Kaji selera makan berlebihan atau berkurang,
ataupun adanya terapi intravena, penggunaan selang NGT, timbang juga berat
badan, ukur tinggi badan, lingkaran lengan atas serta hitung berat badan ideal
1) Keadaan Umum
Bentuk hidung simetris keadaan bersih tidak ada sekret, pergerakan dada
simetris, Irama nafas regular tetapi ketika nyeri timbul ada kemungkinan
terjadi nafas yang pendek dan cepat. Tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak
ada retraksi otot bantu nafas, gerakan fokal fremitus antara kanan dan kiri
RR (> 24 x /mnt) pada perkusi terdapat bunyi paru resonan, suara nafas
Konjungtiva normal tidak terdapat sianosis, tidak ada peningkatan JVP, tidak
ada clubbing finger, CRT < 3 detik, tidak terdapat sianosis, peningkatan
frekuensi dan irama denyut nadi karena nyeri, terdapat bunyi jantung
persyarafannya, namun gangguan bisa terjadi dengan adanya nyeri pada post
Pada Post Operasi kaji apakah terdapat benjolan pada abdomen bagian
penurunan produksi urine. Ada tidaknya nyeri tekan pada kandung kemih.
Kaji PQRST.
nyeri, biasanya berupa trauma pada bagian tubuh yang menjalani prosedur
Q= Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
R= Region: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau
S= Scale of pain: Biasanya klien hernia akan menilai sakit yang dialaminya
Dikaji mulai dari mulut sampai anus, tidak ada asites, pada pasien post-op
biasanya sudah tidak ada benjolan pada abdomen, pada pasien post-op
biasanya ada nyeri tekan, tidak ada distensi abdomen. Terdapat suara tympani
tetapi perlu dikaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah,dengan nilai
Terdapat lesi/ luka. Kaji keadaan luka apakah terdapat push atau tidak, ada
8) B7 Sistem Penginderaan
Pada post herniotomy pada sistem ini tidak mengalami gangguan baik
keadaan normal.
9) B8 Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar
parotis.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
Halaman 246)
Liu, Te Campbell,A. (2011). Case Files Ilmu Bedah. Jakarta :Karisma Publishing
Group.
Mary Baradero, S. P. C., Dayrit, M. W., SPC, M., & Siswadi, Y. (2005). Prinsip dan
Praktik Keperawatan Perioperatif. . Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat & De Jong Wim. (2011). Buku Ajar IlmuBedah Edisi 3. Jakarta: EGC.
Suratun dan Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Gatrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.