1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDHULUAN 3
2.1.1 Definisi 5
2.1.2 epidemiologi 5
2.1.3 Klasifikasi 6
2.1.4 Etiologi 8
2.1.6 Patofisiologi 10
2.1.9 Penatalaksaan 13
2.1.10 Pathway 14
2.2.2 Pengkajian 15
2
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 20
BAB IV PENUTUP 59
4.1 Kesimpulan 59
4.2 Saran 59
DAFTAR PUSTAKA 60
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis.
Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia
ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia femoralis
sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Sedangkan jika ditemukan hernia ingunalis
pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau berkembangnya menjadi hernia
ingunalis sebanyak 50%. Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7:1.
Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur. Pengobatan operatif
merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi
sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip pengobatan hernia adalah herniotomi.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dibuatnya penugasan asuhan keperawatan ini adalah untuk
mengkaji dan menganalisa keadaan pasien dengan kasus hernia inguinalis sehingga dapat
merumuskan asuhan keperawatan dengan tepat sasaran dan memberikan pemulihan yang
optimal kepada pasien, serta memperluas wawasan ilmu keperawatan mengenai
perumusan asuhan keperawatan dengan kasus hernia dengan baik dan tepat sasaran untuk
proses pembelajaran.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan hernia inguinalis?
2. Mengapa dan bagaimana proses hernia inguinalis bisa terjadi?
3. Apa saja pemeriksaan dan penatalaksaan pada pasien dengan hernia inguinalis?
4. Bagaimana perumusan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan hernia inguinalis?
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KERANGKA TEORI
2.1.1 DEFINISI
Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui
lobang abnormal. Hernia merupakan protrusi (penonjolan) kantong peritoneum
atau suatu organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita
(dapatan) melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik
dinding perut, dan terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal
masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari
cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa
juga merupakan suatu jaringan lemak atau omentum (Amrizal, 2015). Hernia
inguinal berada di dalam kanalis inguinal. Faktor penyebab yang berperanan
penting adalah pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia (prosesus vaginalis
yang terbuka) dan anomali kongenital.
2.1.2 EPIDEMIOLOGI
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
apendiksitis. Sampai saatini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status
kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam
penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan
angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah
hernia sebanyak 17,2% dan 24,1% di Amerika Serikat. Hampir 75% dari hernia
abdomen merupakan hernia ingunalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia
ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis
ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya
adalah hernia inguinalis medialis.
Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Sedangkan jika ditemukan
hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau
5
berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak 50%. Perbandingan antara pria
dan wanita untuk hernia ingunalis 7:1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria
dipengaruhi oleh umur.
2.1.3 KLASIFIKASI
Menurut tempat kejadiannya, terdiri atas (Amrizal, 2015):
1. Hernia femoralis; pintu masuknya melalui anulus femoralis. Selanjutnya, isi
hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar
dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa
ovalis.
2. Hernia umbilikalis; bersifat kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet dan tidak adanya fasia
umbilikalis.
3. Hernia paraumbilikus; melalui suatu celah di garis tengah di tepi kranial
umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang
terjadi sehingga umumnya diperlukan tindakan operasi untuk dikoreksi.
4. Hernia epigastrika atau linea alba; melalui defek di linea alba antara umbilikus
dan prosessus xifoideus.
5. Hernia ventralis atau insisional dan sikatriks; di bagian dinding perut bagian
anterolateral
6. Hernia lumbalis; terletak antara iga XII dan krista iliaka, ada dua trigonum
masing-masing trigonum kostolumbalis superior (ruang Grijinfelt/lesshaft)
berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum
iliolumbalis berbentuk segitiga.
7. Hernia littre; berisi divertikulum Meckle, disbeut sebagai hernia sebagian
dinding usus.
8. Hernia spiegheli; hernia ventralis dimana dapatan yang menonjol di linea
semilunaris dengan atau tanpa isinya melalui fasia spieghel.
9. Hernia obturatoria; melalui foramen obturatorium.
10. Hernia perinealis; adanya tonjolan pada perineum melalui otot dan fasia, lewat
defek dasar panggul yang dapat terjadi secara primer pada perempuan
multipara atau sekunder pascaoperasi pada perineum, seperti prostatektomi,
reseksi rektum secara abdominoperineal, dan eksenterasi pelvis. Keluar
melalui dasar panggul yang terdiri atas otot levator anus dan otot
6
sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua daerah dasar
panggul.
11. Hernia pantalon; kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu
sisi
Menurut sifatnya, terdiri atas (Amrizal, 2015):
1. Hernia reponibel; apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar ketika
berdiri atau mengejan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong
masuk ke dalam perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri
atau obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel; apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia.
3. Hernia inkaserata atau strangulate; apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut, akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia inkaserata
lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang di sertai gangguan pasase,
sedangkan hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel
yang disertai gangguan vaskularisasi.
4. Hernia richter; apabila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus.
Komplikasi dari hernia richter adalah strangulasi sampai terjadi perforasi usus.
5. Hernia interparietalis; kantongnya menjorok ke dalam celah antara lapisan
dinding perut.
6. Hernia eksterna hernia eksterna apabila hernia menonjol keluar melalui
dinding perut, pinggang atau perineum.
7. Hernia interna; apabila tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut, seperti foramen winslow, resesus retrosekalis atau
defek dapatan pada mesenterium setelah operasi anastomosis usus
8. Hernia insipiens; hernia indirek pada kanalis inguinalis yang ujungnya tidak
keluar dari anulus eksternus.
9. Hernia sliding; isi kantongnya berasal dari organ yang letaknya
ekstraperitoneal.
10. Hernia bilateral; defek terjadi pada dua sisi.
7
2.1.4 ETIOLOGI
Faktor risiko timbulnya hernia inguinalis adalah usia tua, jenis kelamin
laki-laki, pekerjaan fisik yang menimbulkan peningkatan tekanan intraabdomen
yang dilakukan terus-menerus, batuk kronis, dan obesitas. Sekitar 75% hernia
terjadi di regio inguinalis, 50% merupakan hernia inguinalis indirek dan 25%
adalah hernia inguinal direk. Kegagalan obliterasi mengakibatkan berbagai
anomali inguinal. Kegagalan total obliterasi akan menghasilkan hernia inguinalis
total. Obliterasi distal dengan bagian distal patensi akan menghasilkan hernia
inguinalis lateralis.
Dewasa muda dengan usia 20-40 tahun bisa terjadi peningkatan tekanan
intraabdominal apabila pada usia ini melakukan kerja fisik yang berlangsung
terus-menerus yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hernia inguinalis
indirek. Aktivitas (khususnya pekerjaan) yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen memberikan predisposisi besar terjadinya hernia inguinalis pada
pria.
Dan apabila terjadi pengejanan pada aktivitas fisik maka proses
pernapasan terhenti sementara menyebabkan diafragma berkontraksi sehingga
meningkatkan kedalaman rongga torak, pada saat bersamaan juga diafragma dan
otot-otot dinding perut dapat meningkatkan tekanan intraabdomen sehingga terjadi
dorongan isi perut dinding abdomen ke kanalis inguinalis.
Batuk kronik juga dapat menyebabkan kontraksi otot ekspirasi karena
pemendekan otot ekspirasi sehingga selain tekanan intratorakal yang meninggi,
intraabdomen pun ikut tinggi.Apabila batuk berlangsung kronis maka terjadilah
peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat menyebabkan terbuka kembali
kanalis inguinalis dan menimbulkan defek pada kanalis inguinalis sehingga
timbulnya hernia inguinalis.
Pada orang yang obesitas juga terjadi kelemahan pada dinding abdomen
yang disebabkan dorongan dari lemak pada jaringan adiposa di dinding rongga
perut sehingga menimbulkan kelemahan jaringan rongga dinding perut dan terjadi
defek pada kanalis inguinalis.
1. Hernia Inguinal Direk
8
Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari semua hernia
inguinalis. Kantong hernia inguinalis direk menonjol langsung ke anterior
melalui dinding posterior kanalis inguinais medial terhadap arteria, dan vena
epigastrika inferior, karena adanya tendo konjungtivus (tendo gabungan
insersio musculus obliquus internus abdominis dan musculus transversus
abdominis) yang kuat, hernia ini biasanya hanya merupakan penonjolan biasa,
oleh karena itu leher kantong hernia lebar. Hernia inguinalis direk jarang pada
perempuan, dan sebagian besar bersifat bersifat bilateral. Hernia ini
merupakan penyakit pada laki-laki tua dengan kelemahan otot dinding
abdomen.
2. Hernia Inguinal Indirek
Disebut hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga
peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis
inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis
ekternus. Apabila hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam muskulus
kremaster terlatak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam
funikulus spermatikus.
Hernia inguinalis indirek (lateralis) merupakan bentuk hernia yang
paling sering ditemukan dan diduga mempunyai penyebab kongenital. Hernia
inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang
terletak di sebelah lateral vasa epigastric inferior, menyusuri kanalis inguinalis
dan keluar dari rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Pada orang
tua, kanalis tersebut telah menutup namun karena lokus minoris resistensie
maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan intra abdominal
meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis akuisita.
9
atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat
inspeksi, pasien diminta mengedan maka akan terlihat benjolan pada lipat paha,
bahkan benjolan bisa saja sudah nampak meskipun pasien tidak mengedan. Pada
saat melakukan palpasi, teraba benjolan yang kenyal, mungkin isinya berupa usus,
omentum atau ovarium, juga dapat ditentukan apakah hernia tersebut dapat
didorong masuk dengan jari/direposisi. Sewaktu aukultasi dapat terdengar bising
usus dengan menggunakan stetoskop pada isi hernia yang berupa usus. Gambaran
klinis berupa benjolan di lipat paha yang timbul bila mengedan, batuk, atau
mengangkat benda berat.
Sebagian besar hernia inguinalis adalah asimtomatik, dan kebanyakan
ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus
inguinalis superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus.
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang
timbul pada waktu mengedan. Batuk atau mengangkat benda berat, dan
menghilang waktu istirahat baring.
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha,
skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan
atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi
dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, di raba konsistensinya dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan
jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak. Cincin hernia dapat diraba, dan
berupa anulus inguinalis yang melebar.
Gambaran klinis yang penting dalam penilaian hernia inguinalis meliputi
tipe, penyebab, dan gambaran. Hernia inguinais direct, isi hernia tidak terkontrol
oleh tekanan pada cincin internal, secara khas menyebabkan benjolan ke depan
pada lipat paha, tidak turun ke dalam skrotum. Hernia inguinalis indirect, isi
hernia dikontrol oleh tekanan yang melewati cincin internal, seringkali turun ke
dalam skrotum.
2.1.6 PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
dari kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui kanalis inguinalis.
10
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritoneal. Biasanya
hernia pada orang dewasa ini terjadi karena lanjut usia, karena pada umur yang tua
otot dinding rongga perut dapat melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur,
organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena daerah ini
merupakan lokus minoris resistansi, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat seperti, batuk kronik, bersin yang kuat dan
mengangkat barangbarang berat dan mengejan, maka kanal yang sudah tertutup
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya
sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan
dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi prostat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital.
11
nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Apabila isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.
12
hernia inguinalis lateralis, bila pada jari ketiga berarti hernia inguinalis
medialis dan bila pada jari keempat berarti hernia femoralis.
13
2.1.9 PENATALAKSANAAN
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
pengobatan hernia adalah herniotomi. Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan
kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
1. Herniotomi; tindakan membuka kantong hernia, memasukkan kembali isi
kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong kantong
hernia. Herniotomi dilakukan pada anak-anak dikarenakan penyebabnya
adalah proses kongenital dimana prossesus vaginalis tidak menutup.
2. Herniorafi; membuang kantong hernia di sertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.
Herniorafi dilakukan pada orang dewasa karena adanya kelemahan otot atau
fasia dinding belakang abdomen.
3. Hernioplasti; tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
14
2.1.10 PATHWAY
15
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 DEFINISI ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
bersifat humanistik, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,
dimulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah)
diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan. Asuhan
keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Asuhan
keperawatan juga merupakan suatu proses komunikasi antar perawat, pasien, dan
paramedis lainnya untuk mencapai target pelayanan kesehatan yang optimal,
dengan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan pasien.
Menurut Abraham Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi, kebutuhan rasa aman dan
perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki, kebutuhan akan harga diri
dan kebutuhan aktualisasi diri.
Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain :
1. Membantu individu untuk mandiri
2. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan
3. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan
secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara
kesehatannya
4. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal
2.2.2 PENGKAJIAN
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual
16
dapat ditentukan. Terdiri dari identitas pasien dan penanggung jawab pasien,
keluhan yang diderita, riwayat kesehatan (saat ini, dahulu, keluarga, alergi,
imunisasi dan lainnya) yang berhubungan dengan penyakit yang diderita (Hernia
Inguinalis), pola hidup pasien (nutrisi, kerja, tidur dan istirahat, eliminiasi), status
pasien (psikologis, mental) serta pemeriksaan fisik dan penunjang.
Pada bagian keluhan utama, pasien akan memberitahukan mengenai
adanya benjolan di inguinalis masuk bila pasien tidur dan mengejan, menangis,
berdiri, serta mengalami mual dan muntah. Bila adanya komplikasi ini
menciptakan gejala klinis yang khas pada penderita hernia inguinalis.
Pada bagian riwayat kesehatan, pasien dengan hernia inguinalis akan
mengalami penyakit kronis sebelumnya, seperti batuk kronik, benigna prostatik
hiperplasia (gangguan proses kencing), konstipasi kronis, atau ascites yang
merupakan faktor predisposisi meningkatnya tekanan intraabdominal. Pasien juga
akan mengeluh merasa adanya benjolan di daerah lipatan paha, dan timbul jika
berdiri lama, menangis, mengejan, atau mengangkat benda; sehingga timbul nyeri
akibat benjolan tersebut dan mual muntah akibat peningkatan tekanan
intraabdominal. Dan keluarga pasien akan mengatakan adanya anggota keluarga
yang sedang atau pernah menderita penyakit menular/menahun/keturunan yang
berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien.
Pada bagian pemeriksaan fisik terdiri dari keadaan umum, kesadaran,
tanda vital, berat dan tinggi badan, dan pemeriksaan per anggota tubuh (kepala,
leher, dada, abdomen, genetalia, ekstremitas, kulit, sirkulasi, respirasi,
neurosensori, eliminasi, nutrisi, musculoskeletal) , dimana akan ada kelainan di
bagian abdomen dan genetalia, yaitu benjolan di bagian lipatan paha (inguinal)
dan menimbulkan nyeri. Pasien akan merasa cemas, tidak bisa tidur, dan gelisah
diakibatkan nyeri yang ditimbulkan dari benjolan di lipatan paha.
Pada bagian pemeriksaan penunjang, akan dilakukan analisa urin untuk
mengetahui ada tidaknya infeksi saluran kencing; dan analisa darah untuk
mengetahui jumlah konsentrasi darah secara keseluruhan. Pemeriksaan rontgen
thorax untuk mengetahui keadaan jantung dan paru, serta pemeriksaan EKG untuk
mengetahui perkembangan keadaan jantung pasien.
17
2.2.3 ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan dilakukan melalui analisa data subjektif (dari pasien
dan keluarga) dan objektif (dari pemeriksaan yang dilakukan perawat) sesuai
dengan keluhan prioritas pasien. Masalah keperawatan yang dapat muncul untuk
pasien dengan hernia inguinalis antara lain :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya insisi dari
pembedahan atau trauma jaringan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat benjolan di lipatan
paha
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang
penyakitnya
4. Gangguan eliminasi urin : retensi urin berhubungan dengan adanya benjolan
besar di lipatan paha
5. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi pada operasi
18
12. Melakukan pendekatan dengan pasien dan keluarga melalui komunikasi yang
baik
Sedangkan, secara pengelompokan diagnosa keperawatan yang muncul,
intervensi yang dapat dilakukan perawat adalah sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya insisi dari
pembedahan atau trauma jaringan.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang dan rasa nyaman terpenuhi selama asuhan
keperawatan 3x24 jam.
Kriteria Hasil :
a. Klien mengungkapkan nyeri berkurang
b. Klien bebas dari rasa nyeri
c. Ekspresi wajah klien tenang dan santai
d. Klien dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
Rencana :
a. Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang
baik.
Rasional : Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga pasien dan keluarga lebih
kooperatif
b. Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
Rasional : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda-tanda nyeri hebat
sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya.
c. Beri penjelasan pada pasien mengenai penyebab terjadinya nyeri
Rasional : Pasien tidak merasa cemas dan mengerti penyebab nyeri.
d. Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran
darah sehingga dapat mengurangi nyeri.
e. Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
Rasional : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah
tertentu
f. Laksanakan instruksi dokter untuk pemberian obat analgesik
Rasional : Analgesik berfungsi sebagai depresan sistem syaraf pusat
sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri.
19
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan : Pasien mampu mobilisasi dengan baik selama asuhan keperawatan
3x24 jam
Kriteria Hasil :
a. Pasien mampu melakukan pergerakan secara bertahap
b. Pasien bisa beraktifitas mandiri
Rencana :
a. Beri motivasi & latihan pada pasien untuk beraktifitas
Rasional : Meningkatkan perasaan untuk beraktivitas
b. Ajarkan teknik mobilisasi di tmpat tidur
Rasional : Melatih menggerakan anggota tubuh
c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi dan membantu melatih mobilisasi
pasien
Rasional : Keluarga punya peran penting membantu pasien
d. Tingkatkan aktifitas secara bertahap
Rasional : Meningkatkan mobilitas pasien
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka pada operasi.
Tujuan : Luka operasi pasien tidak terjadi infeksi selama asuhan keperawatan
3x24 jam
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda infeksi/radang (color, dolor, rubor, tumor, functio laesa)
selama asuhan keperawatan 3x24 jam
Rencana:
a. Beri penjelasan pada pasien perlunya menjaga kebersihan daerah luka
operasi
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan pasien mengerti tentang
pentingnya menjaga kebersihan daerah luka operasi.
b. Observasi tanda-tanda infeksi pada daerah operasi
Rasional : Respon jaringan terhadap infeksi dimanifestasikan dengan
oedema, kemerahan, dan berkurangnya epitelisasi atau granulasi kulit.
c. Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi.
Rasional : Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi
adalah sumber kontaminasi luka.
d. Rawat luka operasi dengan teknik aseptik
20
Rasional : Tindakan aseptik akan menghangat pertumbuhan kulitan dan
menjaga luka operasi dari infeksi.
e. Observasi gejala kardinal
Rasional : Mengetahui perkembangan kesehatan pasien dan peningkatan
suhu yang merupakan salah satu tanda infeksi.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.
Rasional : Antibiotik berfungsi untuk membunuh kuman dan mencegah
infeksi
21
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS HERNIA INGUINALIS
3.1 PENGKAJIAN
Nama Kelompok : Kelompok 2
Tempat : Ruang Mangga
Tanggal Pengkajian : 17-07-2019 (09.00 WIB)
22
4. Faktor Pencetus : Jika melakukan pergerakan
5. Lamanya keluhan : Pasien mengatakan keluhan di rasakan setelah tindakan
operasi
6. Timbulnya keluhan : Pasien mengatakan keluhan datang secara bertahap
7. Faktor yang memberatkan : Pasien mengatakan faktor yang memperberat nyerinya
adalah jika melakukan pergerakan
8. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Pasien berobat ke RS dan mengikuti
saran yang diberikan petugas kesehatan
23
Nafsu makan : Kurang – alasan karena pasien masih merasa nyeri di
bagian operasi
c. Pola Eliminasi :
a) Buang air besar
Sebelum sakit :
Frekuensi : BAB 1 x sehari
Kosistensi : Bentuknya lunak
Warna : Warnanya kuning kecoklatan
Waktu : Setiap pagi
Setelah sakit :
Frekuensi : BAB 1 x sehari
Kosistensi : Bentuknya lunak
Warna : Warnanya kuning kecoklatan
Waktu : Pagi atau Siang hari
b) Buang air kecil
Sebelum sakit :
Frekuensi : BAK 5 kali sehari
Warna : Kuning jernih
Bau : Amoniak
Setelah sakit :
Frekuensi : BAK 5 kali sehari
Warna : Kuning jernih
Bau : Amoniak
d. Pola tidur dan istirahat
- Sebelum sakit : Pasien tidur ± 7 jam /24 jam, tidak ada kesulitan saat tidur
dan tidak mudah terbangun
- Setelah sakit : Pasien tidur ± 6 jam /24 jam, pasien mengatakan mudah
terbangun saat tidur
e. Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum Sakit : Pasien mengatakan beraktifitas seperti biasanya, bekerja
dan mengikuti kegiatan di lingkungan rumahnya
- Setelah sakit : Pasien mengatakan aktifitasnya terbatas setelah post operasi
dan hanya badrest di tempat tidur
24
f. Pola Kerja
Pasien bekerja sebagai karyawan swasta disebuah perusahaan di Jakarta
Selatan setiap hari senin sampai jumat 7-8 jam. Pasien biasa melakukan
monitoring barang eksport import dan sering mengangkat beban berat di
tempat kerjanya.
Keterangan :
: Garis keturunan
V. RIWAYAT LINGKUNGAN
- Kebersihan lingkungan : pasien mengatakan lingkungannya bersih
- Bahaya : Tidak terdapat bahaya apapun
- Polusi : Pasien mengatakan dilingkungannya banyak asap kendaraan
25
a. Hal yang dipikir saat ini : pasien ingin cepat sembuh dari sakitnya
b. Harapan setelah menjalani perawatan : pasien berharap bisa sembuh
c. Perubahan yang dirasa setelah sakit : pasien tidak bisa melakukan aktivitas
seperti biasanya seperti bekerja dan mengikuti kegiatan dilinkungan rumahnya
3) Suasana hati : pasien merasa sedih karena hanya bisa berbaring ditempat tidur
4) Hubungan/komunikasi :
a. Pasien berbicara jelas dan menggunakan Bahasa Indonesia
b. Tempat tinggal : Bersama Istri dan anaknya
c. Kehidupan keluarga
- Pembuatan keputusan dalam keluarga : pasien mengambil keputusan bersama
istrinya
- Keuangan memadai : Berkecukupan
d. Kesulitan dalam keluarga : Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam
berhubungan dengan orang tua dan keluarga
5) Kebiasaan seksual : Tidak ada gangguan hubungan seksual dengan istrinya dan
pasien merasa paham terhadap fungsi seksual yang dapat menambah keturunan
keluarganya saat ini.
6) Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan : pasien mengambil keputusan bersama istri
b. Yang disukai tentang diri sendiri : pasien menyukai dirinya karena kuat selama
sakit
c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : pasien ingin sehat terus
d. Yang dilakukan jika stress : Berdiskusi dengan istri dan makan camilan saat stres
e. Harapan Anda kepada Perawat selama anda di Rawat : Pasien mengatakan
perawat harus mampu memberikan pelayanan terbaik
7) Sistem nilai – kepercayaan
a. Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan yang Maha Esa
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan, penting untuk anda : Pasien mengatakan
Tuhan dan Agama sangat penting
c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi): Pasien
mengatakan biasa melaksanakan solat 5 waktu dan mengaji
d. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama dirumah sakit :
pasien mengatakan ingin sholat namun sulit karena terpasang infuse
26
VII. PENGKAJIAN FISIK
1) Keadaan umum : Composmetis
2) GCS : E : 4 M : 6 V :5
3) Tanda-tanda Vital
- TD : 130/90 mmHg
- N : 106 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,0 oC
4) Keadaan fisik
Kepala :
- Inspeksi : bentuk Normocepal , Rambut hitam, penyebaran rambut merata,
tidak terdapat ketombe atau kutu rambut, tidak ada lesi di kulit kepala atau
di wajah
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan didaerah kepala
Mata
- Inspeksi : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik, pupil isokor,
tidak ada edema palpebra, mata tidak cekung
Hidung
- Inspeksi : simetris, penyebaran rambut silia merata, tidak terdapat secret,
tidak ada lesi, tidak ada kemerahan tidak ada edema, tidak ada pernapasan
cuping hidung.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada sinus frontalis, ethmoidalis, maksilaris.
Mulut :
- Inspeksi : tidak ada cyanosis, tidak ada karies, tidak ada stomatitis,bibir
simetris, mukosa bibir kering
Telinga :
- Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada luka, tidak ada serumen dan
discharge.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kartilago.
Pernafasan : suara paru vesikuler
- Pola nafas : normal
27
Sirkulasi :
- Nadi perifer : teraba kuat
- Capillary reffil : > 3 detik
- Distensi vena jugularis : tidak ada peningkatan vena jugularis
- Suara jantung : BJ1 dan BJ 2
- Suara jantung tambahan : tidak ada suara jantung tambahan
- Irama jantung (monitor) : Reguler
Abdomen :
- Inspeksi : Terdapat luka post operasi hernia
- Perkusi : Tympani
- Palpasi : Simetris, tidak ada hepatomegali
- Auskultasi : Bising usus 15 x/menit
Nutrisi :
- Jenis diet : Lunak
- Nafsu makan : menurun
- Rasa mual : Tidak ada
Reproduksi : Kondisi prostat baik, rambut pubis sedikit, penis tidak mengalami
hipospadia/epispadia, skrotum tidak mengalami keemerahan/pembengkakan,
tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan di penis.
Neurologi : tingkat kesadaran : Kompos mentis. GCS E4M6V5, kekuatan
menggenggam baik, reflek normal, pergerakan ekstermitas atas baik,
ekstermitas bawah sulit bergerak bebas karena ada luka post operasi.
Muskuloskletal
- Ekstremitas atas : tangan kanan terpasang infus Ringer Laktat 500 ml/8 jam
- Ekstremitas bawah : tidak ada deformitas dan tidak ada edema
Kulit :
- Warna : sawo matang
- Turgor : Menurun
- Kulit teraba hangat
28
VIII. DATA LABORATORIUM
Nama Klien : Tn. A Tanggal Pemeriksaan : 17-07-2019
Ruangan : Ruang Mangga
Dx. Medis : Post Operasi Hernia Repair Residif
29
IX. PENGOBATAN
30
intratekal atau epidural.
31
DATA FOKUS
32
ANALISA DATA
MASALAH
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF ETIOLOGI
KEPERAWATAN
- Pasien mengatakan
nyeri di bagian luka - Keadaan umum : Sakit
post operasi Sedang
- Skala : - Kesadaran : Composmetis
P : mengangkat - GCS : E : 4 M : 6 V :5
beban berat dan - Tanda-tanda Vital
mengejan TD : 130/90 mmHg
Q : seperti tertekan N : 106 x/menit Tindakan
R : lipatan paha RR : 20 x/menit Gangguan Rasa diskontinuitas
sebelah kiri S : 36,0 oC Nyaman : Nyeri jaringan, insisi
S : 7 (sedang) - Terdapat luka post operasi luka operasi
T : Nyeri bertahap hernia
- Pasien mengatakan - Pasien tampak lemas
pernah mengalami - Pasien tampak meringis
kondisi seperti ini - Data Labolatorium :
sebelumnya dan Hemoglobin 12.0 g/dL
melakukan operasi Kalsium 3.2 mmol/L
di bagian yang sama
33
baring
terbatas setelah
- Kebutuhan pasien dibantu
operasi
oleh perawat dan keluarga
34
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri b.d Tindakan diskontinuitas jaringan, insisi luka
operasi
2. Hambatan Mobilitas Fisik b.d Keterbatasan Rentang Gerak
3. Resiko infeksi b.d Infasiv kuman terhadap luka operasi
35
RENCANA KEPERAWATAN
36
melakukan tindakan
untuk diajak
bekerjasama dalam
melakukan tindakan
7. Jelaskan strategi meredakan 7. Untuk memberikan
nyeri pemahaman kepada
pasien terkait tindakan
Kolaborasi : yang akan diberikan
8. Kolaborasi dengan dokter 8. obat-obat analgesic
untuk pemberian analgesic : dapat membantu
Ketorolac 3x30 mg mengurangi nyeri
pasien
Hambatan Setelah dilakukan Mandiri :
Mobilitas tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri 1. Identifikasi
Fisik b.d selama 3x24 jam atau keluhan fisik lainnya karakteristik nyeri dan
Keterbatasa diharapakan faktor yang
n Rentang kemampuan untuk bisa berhubungan
Gerak bergerak bebas di
merupakan hal penting
tempat dengan atau
untuk memilih
tanpa bantuan tidak
intervensi yang cocok
terganggu dengan KH :
dan untuk mengealuasi
1. Tidak terjadi
keefektifan dari terapi
gangguan
yang diberikan
pergerakan 2. Identifikasi toleransi fisik
2. Pergerakan yang
2. Dapat melakukan melakukan pergerakan
terbatas dapat
aktifitas sehari-hari
memunculkan tindakan
tanpa bantuan
baru sebagai intervensi
3. Keseimbangan
tambahan
pergerakan tidak
3. Kondisi umum yang
terganggu 3. Monitor kondisi umum
baik dapat membantu
selama melakukan
keefektifan tindakan
mobilisasi
yang diberikan
4. Monitor tingkat
37
kemandirian pergerakan 4. Untuk mengetahui
kefektifan intervensi
5. Dampingi dalam yang diberikan
melakukan mobilisasi atau 5. Untuk memberikan
perawatan diri sampai edukasi dan
mandiri kepercayaan kepada
keluarga terkait
6. Fasilitasi melakukan perawatan pasien
pergerakan 6. Untuk memudahkan
dan memberikan
keamanan pada pasien
saat melakukan
7. Libatkan keluarga untuk mobilisasi
membantu pasien 7. Peran keluarga efektif
meningkatkan pergerakan membantu
meningkatkan
kesehatan pasien dan
mengoptimalkan
intervensi yang
8. Jelaskan tujuan dan diberikan
prosedur mobilisasi 8. Sebagai pemahaman
kepada keluarga dan
pasien terkait setiap
tindakan yang akan
9. Anjurkan mobilisasi dilakukan
bertahap yang harus 9. Agar tidak terjadi
dilakukan (Mis. Duduk di kekakuan dan
tempat tidur, duduk di sisi kelemahan pada pasien
tempat tidur, pindah dari akibat tirah baring
tempat tidur ke kursi)
10. Berikan motivasi dan 10. Untuk meyakinkan
latihan pada pasien untuk pasien bahwa adanya
beraktifitas peningkatan jika
intruksi ataupun saran
38
yang diberikan
dilakukan dengan tepat
Resiko Setelah dilakukan Mandiri : 1. Untuk mengetahui
infeksi b.d tindakan keperawatan 1. Monitor karakteristik luka keadaan luka dan
Infasiv selama 3x4 jam (Mis. Drainase, Warna, perkembangannya
kuman diharapakan tingkat Ukuran, Bau)
terhadap regenerasi sel dan 2. Monitor adanya tanda-tanda 2. Adanya tanda-tanda
luka operasi jaringan setelah infeksi infeki tanpa ditangani
penutupan luka tidak dengan tepatdapat
terganggu dengan KH : memperparah kondisi
1. Pembentukan bekas luka
luka sangat bagus 3. Berikan tindakan perawatan 3. Untuk mengoptimalkan
2. Tidak ada lebam luka sesuai indikasi penyembuhan luka
dikulit sekitar luka 4. Pertahankan teknik steril
3. Tidak ada bau luka pada perawatan luka 4. Agar tidak terjadi
busuk infeksi dan terpapar
4. Eritema dikulit oleh kuman atau
sekitarnya tidak bakteri
terjadi 5. Jadwalkan perubahan posisi 5. Agar tidak terjadi luka
setiap 2 jam atau sesuai tekan akibat teralu lama
kondisi pasien berbaring
6. Jelaskan tanda dan gejala 6. Agar keluarga pasien
terjadinya infeksi mengetahui tanda dan
gejala dari infeksi
7. Anjurkan mengkonsumsi 7. Sebagai penunjang
makanan tinggi kalori dan intervensi agar
protein penyembuhan luka post
operasi optimal
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan dokter 8. Sebagai obat pereda
untuk pemberian antibiotic nyeri dan menghindari
infeksi
CATATAN KEPERAWATAN (1)
39
Ruangan : Mangga Tanggal pengkajian : 17-07-2019
Dx medis : Post Operasi Herniotomi
WAKTU
HARI
DX. KEP TINDAKAN RESPON PARAF
TANGGAL
JAM
Gangguan Rabu, 17 Juli Mandiri :
Rasa 2019 1. Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan nyeri di
Nyaman : 08.15 lokasi, bagian luka post operasi
Nyeri b.d karakteristik, skala, O : Pengkajian Nyeri
Tindakan durasi, frekuensi, P :Nyeri dirasakan jika melakukan
diskontinuit kualitas dan pergerakan dan mengejan
as terhadap intensitas nyeri Q : seperti tertekan
tindakan R : abdomen bawah bagian kiri
insisi luka S : 7 (sedang)
operasi T : Nyeri bertahap
3. Memonitor tanda- S : -
08.30 tanda vital O:
TD : 130/90 mmHg
N : 106 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,0 oC
40
pemberian posisi) diberikan
41
08.15 4. Memonitor kondisi S :
umum selama O : Pasien tampak meringis dan
melakukan memegang luka post operasi saat
mobilisasi (Mika- dilakukan mobilisasi
Miki, abduksi dan
adduksi kaki kanan
dan kiri)
42
Prosedur mobilisasi diantaranya :
1. Bantu pasien untuk duduk di atas
tempat tidur
2. Minta pasien untuk menggerakan
ekstermitas atas dan ekstermitas
bawah (Abduksi dan Adduksi)
3. Minta pasien Mika Miki
4. Monitor pergerakan
43
2. Memonitor adanya S :
09.05 tanda-tanda infeksi O : Terdapat luka post operasi pasien,
tidak ada pus ataupun pembengkakan
pada luka post operasi
3. Mempertahankan S:
teknik steril pada O : Membalut luka dengan kassa
09.10 perawatan luka steril
Gunakan sett perawatan luka dan
pertahankan kondisi steril pada
perawatan luka
Kolaborasi :
44
1. Kolaborasi dengan S : pasien mengatakan sudah
09.50 dokter untuk mendapatkan obat dari perawat
pemberian O : Tidak ada respon alergi pada
ceftriaxone 2 gr vial pasien
via IV
45
CATATAN PERKEMBANGAN (1)
46
- Pasien mengatakan sulit untuk melakukan mobilisasi
- Pasien mengatakan merasa lebih baik setelah mendapatkan
motivasi dari keluarga dan perawat
O:
- Pasien tampak sulit bergerak karena luka post operasi
- Pasien tampak meringis dan memegang luka post operasi
saat dilakukan mobilisasi
- Kebutuhan pasien masih dibantu oleh keluarga dan perawat
- Pasien hanya bisa mika miki beberapa detik
47
CATATAN KEPERAWATAN (2)
3. Memonitor tanda- S : -
08.30 tanda vital O:
TD : 135/90 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,0 oC
48
08.35 untuk mengurangi diberikan
rasa nyeri (Mis. O : Berikan teknik relaksasi dan
Terapi relaksasi dan pemberian posisi yang nyaman
pemberian posisi)
49
tanda vital O:
TD : 135/90 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,0 oC
4. Memonitor kondisi S :
08.15 umum selama O : Pasien tampak meringis dan
melakukan memegang luka post operasi saat
mobilisasi (Mika- dilakukan mobilisasi
Miki, abduksi dan Pasien bisa melakukan mobilisasi
adduksi kaki kanan secara perlahan
dan kiri)
50
10-15 menit di atas tempat tidur
pasien, tujuannya untuk mencegah
terjadinya luka tekan pada punggung,
mempertahankan kesehatan dan
mengoptimalkan fungsi tubuh
Prosedur mobilisasi diantaranya :
1. Bantu pasien untuk duduk di atas
tempat tidur
2. Minta pasien untuk menggerakan
ekstermitas atas dan ekstermitas
bawah (Abduksi dan Adduksi)
3. Minta pasien Mika Miki
4. Monitor pergerakan
9. Menganjurkan
mobilisasi S : Pasien mengatakan bisa
08.40 sederhana yang melakukan mobilisasi secara perlahan
harus dilakukan O : Pasien bisa melakukan Mika Miki
(Mis. Duduk di dan menggerakan ekstermitas secara
tempat tidur, duduk perlahan
di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
51
prosedur (Mis. Drainase, Ukuran luka + 5 cm
invasif Warna, Ukuran,
Bau)
09.05 2. Memonitor adanya S :
tanda-tanda infeksi O : Terdapat luka post operasi pasien,
tidak ada pus ataupun pembengkakan
pada luka post operasi
09.10 3. Mempertahankan S:
teknik steril pada O : Membalut luka dengan kassa
perawatan luka steril
52
kalori dan protein bubur
Pasien mendapatkan Diet lunak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan S : pasien mengatakan sudah
dokter untuk mendapatkan obat dari perawat
pemberian O : Tidak ada respon alergi pada
10.00 ceftriaxone 2 gr vial pasien
via IV
53
CATATAN PERKEMBANGAN (2)
54
- Pasien mengatakan merasa lebih baik setelah mendapatkan
motivasi dari keluarga dan perawat
O:
- Pasien mulai bisa melakukan pergerakan secara perlahan
- Kebutuhan pasien masih dibantu oleh keluarga dan perawat
- Pasien bisa melakukan Mika Miki dan Menggerakan
Ekstermitasnya
O:
- terdapat luka operasi pasien dan tidak terdapat bau
- Ukuran luka + 5 cm
- Terdapat luka post operasi pasien, tidak ada pus ataupun
pembengkakan pada luka post operasi
- Membalut luka dengan kassa steril
- Keluarga membantu pasien melakukan perubahan posisi
- Jelaskan pada pasien tanda gejala infeksi (adanya kemerahan,
pembengkakan, rasa nyeri/panas pada luka)
- pasien makan 3x sehari ½ porsi bubur
- Pasien mendapatkan Diet lunak
- Tidak ada respon alergi pada pasien
A : Masalah tidak terjadi
P : Intervensi di hentikan
55
CATATAN KEPERAWATAN (3)
56
an Juli 2019 1. Mengidentifikasi adanya S : pasien mengatakan tidak nyeri
Mobilita 08.00 nyeri atau keluhan fisik jika melakukan pergerakan ringan
s Fisik lainnya O : pasien bisa melakukan
b.d pergerakan
Keterbat S:
asan 2. Memonitor tanda-tanda O :
Rentang 08.05 vital TD : 130/80 mmHg
Gerak N : 106 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,0 oC
3. Memonitor kondisi S : -
08.10 umum selama O : Pasien bisa melakukan mobilisasi
melakukan mobilisasi tanpa bantuan
(Mika-Miki, abduksi
dan adduksi kaki kanan
dan kiri)
4. Melibatkan keluarga S : Pasien mengatakan keluarga
08.15 untuk membantu pasien selalu mendampingi saat melakukan
meningkatkan pergerakan
pergerakan O : Keluarga tampak mendampingi
pasien melakukan pergerakan
57
08.30 untuk beraktifitas dari keluarga dan perawat
O : tampak keluarga selalu
memberikan motivasi dan membantu
pasien melakukan mobilisasi
58
CATATAN PERKEMBANGAN (3)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
59
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 KESIMPULAN
Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang
abnormal. Hernia merupakan protrusi (penonjolan) kantong peritoneum atau suatu organ
atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan) melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding perut, dan terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.
Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia
ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia femoralis
sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Sedangkan jika ditemukan hernia ingunalis
pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau berkembangnya menjadi hernia
ingunalis sebanyak 50%. Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7:1.
Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur.
Menurut tempat kejadiannya, terdiri atas (Amrizal, 2015):
1. Hernia femoralis 4. Hernia epigastrika 6. Hernia lumbalis
2. Hernia umbilikalis atau linea alba 7. Hernia littre
3. Hernia 5. Hernia ventralis 8. Hernia spiegheli
paraumbilikus atau insisional dan 9. Hernia obturatoria
sikatriks; 10. Hernia perinealis
Faktor risiko timbulnya hernia inguinalis adalah usia tua, jenis kelamin laki-laki,
pekerjaan fisik yang menimbulkan peningkatan tekanan intraabdomen yang dilakukan
terus-menerus, batuk kronis, dan obesitas. Sekitar 75% hernia terjadi di regio inguinalis,
50% merupakan hernia inguinalis indirek dan 25% adalah hernia inguinal direk.
Kegagalan obliterasi mengakibatkan berbagai anomali inguinal. Kegagalan total obliterasi
akan menghasilkan hernia inguinalis total. Obliterasi distal dengan bagian distal patensi
akan menghasilkan hernia inguinalis lateralis.
DAFTAR PUSTAKA
60
Mansjoer, Arif dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I. Medica Aesculapius
FKUI, Jakarta.
R. Syamsuhidayat & Wim de Jong. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. EGC, Jakarta.
Barbara Engran (2015). Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah Volum 1. EGC,
Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien,ed.3. EGC, Jakarta.
61