Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA TN. C.

T DENGAN PENYAKIT
HERNIA UMBILIKAL DI RS. HERMANA LEMBEAN

Di susun oleh :
IRMA REGINA LINTJEWAS 17061001
SYNTIA VEREN PH. JACOBS 17061015
INJILIA AFERLY ROBOT 17061019
MELINIA MARIA DAMARE 17061020
JEZITCHA VERENZIA DJANIMO 17061027
LYDIA IREINE LINTONG 17061170
GEBBY JEKWELIN LIS SAULISA 17061035
ESTER EUNIKE DALEGI 17061167
LAPORAN PENDAHULUAN
A.Definisi
Hernia merupakan suatu keadaan menojol isi usus suatu rongga melalui lubang
(Sriningsi, 2016). Menurut Mutakin (2015), hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan
atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang terisi bagian-bagian tersebut.
Hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular
abdomen konginental. Sedangkan Hernia umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di
daerah pusat (Monika Ester, 2016).
Hernia merupakan penonjolan yang tidak normal organ dalam perut melalui suatu defek
(bukaan). Nama hernia berdasarkan lokasi lubang defeknya, misalnya hernia inguninalis, hernia
femoralis, hernia umbilikalis, dan lain sebagainya. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan
organ dalam perut keluar dari daerah pusar akibat kelemahan jaringan penyambung dan otot
perut. Umbilikalis (bodong) pada anak-anak biasanya tidak sakit atau berbahaya namun bodong
yang muncul pada orang dewasa dapat menyebabkan perut terasa tidak nyaman (Monika Ester,
2016).
Hernia umbilikal merupakan hernia kongenital pada umbilicus yang hanya ditutup
peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui
cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya jika bayi menangis, angka
kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi premature. Hernia umbilikal pada orang dewasa
merupakan lanjutan hernia umbilikal pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas
atau asites merupakan factor predisposisi (Oswari, 2015).
Dari definisi diatas Kami mengambil kesimpulan bahwa Hernia umbilikal merupakan
penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat
peninggian tekanan intra abdomen.

B. Etiologi
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini
mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh hernia
bawaan adalah hermia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak
segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka. Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia
dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi
pula pada anaknya. Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia
umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang
dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari. 2015: 217).
Penyebab hernia umbikalis yaitu :
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna, bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada
tempat-tempat tertentu.
b. Hernia congenital tidak sempurna, bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi
dia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1
tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh
kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).

C. Anatomi dan Fisiologi

Hernia umbilical adalah jenis paling berbahaya dari hernia dan cenderung sangat sering pada
bayi baru lahir. Penyakit ini berbahaya yang berkembang di daerah pusar atau umbilikus.
Beberapa anak baru lahir memiliki kelemahan dalam otot terletak di daerah pusar atau umbilikus
dan setelah mereka lahir dan tali pusat (kabel penghubung seorang ibu untuk memberikan
anaknya semua zat yang dia butuhkan untuk bertahan hidup) adalah memotong, karena
kelemahan otot ini menyerah pada tekanan dan memungkinkan terbentuknya lubang kecil ,
dimana isi perut keluar dan menciptakan benjolan atau tonjolan. Hernia umbilikalis kongenital
adalah hernia utuh ditutup kulit yang terdapat waktu lahir. Hernia ini dapat menonjol kedalam
tali pusat, disebut hernia ke dalam tali pusat (Sriningsi, 2016).

 Pada mudigah 5 minggu, usus tengah tergantung pada dinding abdomen dorsal oleh
sebuah mesentrium pendek dan berhubungan dengan yolk sac melalui duktus vitelinus
 Perkembangan usus tengah ditandai oleh pemanjangan cepat usus dan mensentriumnya
sehingga terbentuk lengkung usus primer
 Akibat pertumbuhan yang pesat dan ekspansi hati, rongga abdomen untuk sementara
menjadi terlalu kecil untuk menampung semua lekung usus, dan lekung tersebut masuk
ke rongga ekstraembrional ditali pusat selama minggu ke 6 perkembangan
(Herdhi Kusuma, 2015).

D. Patofisiologi
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup. Bila
tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus) memotong
suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah
kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena
kekurangan suplai darah (Ester, 2015 : 55).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi
untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di
dalam fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering
terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi ini sangat
menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es
akan membantu mengurangi nyeri (Long 2016 : 246).
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat
atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada
daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan
dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu
ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan  pekerjaan yang berat dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan
kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam
perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan
gangguan menyebabkan ganggren (Ester, 2015 : 55).

F. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang muncul menurut Herdman (2015) pada pasien hernia secara umum:
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang sering terjadi tampak benjolan pada dilipat
paha
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual
3. Terdapat gejala mual dan muntah distensi bila lelah ada komplikasi.
Tanda gejala pada pasien bayi atau anak-anak :
1. Anak menangis dan gelisah
2. Si kecil akan mudah menangis dan terus menerus terlihat gelisah. Benjolan di lipatan
paha tersebut juga akan terlihat hilang timbul ketika si kecil menangis
3. Rewel
4. Demam
Gejala-gejala hernia umbilikalis yang diwakili hanya oleh tonjolan yang muncul dan tidak
lebih. Dalam kebanyakan kasus benjolan ini mendorong dirinya kembali ke dalam jika bayi
sedang duduk di punggungnya, tapi ketika dia batuk, bersin, atau berdiri lurus itu sangat terlihat.
Nyeri pada umbilikalis. Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, maka akan terasa nyeri.
Apalagi bila akhirnya terjadi infeksi, penderita akan merasakan nyeri yang hebat, dan infeksi
tersebut akhirnya menjalar kemana-mana serta meracuni seluruh tubuh. Jika sudah terjadi
keadaan seperti ini, maka disebut gawat darurat yang harus segera ditangani, karena dapat
mengancam nyawa penderita
Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya ditutup
peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui
cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya jika bayi menangis. Angka
kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi premature. Hernia umbilikalis pada orang dewasa
merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan,
obesitas atau asites merupakan factor predisposisi.

G. Komplikasi
Hernia umbilikus yang tanpa komplikasi umumnya dapat tertutup sendiri pada usia anak lebih
besar, sekitar usia 2-5 tahun, namun selama itu pusar atau umbilikus akan kelihatan menonjol
besar sehingga secara kosmetis orang tua pasien menganggap itu suatu masalah. Pengobatan
pada hernia umbilikalis dengan pembedahan diperlukan jika lubang yang terjadi ukurannya 2 cm
atau lebih, karena tidak mungkin akan menutup sendiri. Atau, jika hernia sampai anak usia
sekolah, maka dapat dilakukan pembedahan berencana (Nettina, 2016 : 253).

H. Penatalaksaan
Medis :
1. Tindakan operasi
2. Lakukan perawatan rutin jalur IV
3. Kolaborasi pemberian obat anti nyeri dan antibiotika.
4. Berikan tindakan kenyamanan.
Keperawatan :
a. Beri posisi semi-fowler (H. Diafragmatik), terlentang (H. Femoralis)
b. Hindari tindakan sendiri (mis. Siagen, koin)
c. Jaga agar kontong atau visera tetap lembab
d. Gunakan tindakan kenyamanan
e. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
Bila cincin hernia kurang dari 2 cm, umumnya regresi spontan akan terjadi sebelum bayi
berumur 6 bulan, kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha untuk mempercepat
penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan kemudian
memancangkannya dengan pita perekat (plester) untuk 2 – 3 minggu. Dapat pula digunakan uang
logam yang dipancangkan di umbilicus untuk mencegah penonjolan isi rongga perut. Bila
sampai usia 1,5 tahun hernia masih menonjol maka umumnya diperlukan koreksi operasi. Pada
cincin hernia yang melebihi 2 cm jarang terjadi regresi spontan dan lebih sukar diperoleh
penutupan dengan tindakan konservatif. Saat pemeriksaan, dokter akan meraba isi hernia dengan
ujung jarinya. Dengan begitu, ia bisa tahu apakah isi hernia masih bisa dimasukkan kembali ke
tempatnya semula tanpa operasi atau tidak.
Tutup saja lubang hernia dengan kain kasa yang diberi uang logam di dalamnya, lalu tempelkan
di atas pusar. Umumnya, cincin hernia pada pusar yang tanpa komplikasi ini akan tertutup
sendiri ketika ia berusia 12-18 bulan. Operasi baru dilakukan bila ukuran lubang hernia bayi
sekitar 1,5 cm atau lebih. Pada kondisi seperti ini, lubang tidak mungkin menutup sendiri. Meski
begitu, operasi bisa saja dilakukan secara terencana bila hernia tetap ada sampai anak memasuki
usia sekolah. Untuk hernia pada lipatan paha, operasi adalah terapi terbaik. Karena, pada hernia
jenis ini risiko untuk terjadi jepitan jauh lebih besar. Operasi harus segera dilakukan untuk
menyelamatkan organ yang terjepit dalam kantung hernia. Biasanya, operasi dilakukan bila
hernia menetap sampai bayi berusia 3 bulan. Usai operasi, orang tua sebaiknya tetap memantau
kondisi bayi. Sebab, hernia dapat kambuh lagi bila terjadi peningkatan tekanan di dalam perut.
Misalnya, ia batuk hebat atau sembelit (Oswari, 2015).
I. Patoflow

Pekerjaan Tekanan intra abdominal Obesitas Congenital/


(mengangkat barang berat) Keturunan
Peningkatan tekanan Penumpukan lemak
Peningkatan tekanan pada abdomen pada area abdomen
Intra abdomen
Kelemahan pada lapisan dinding abdomen

Terbentuknya suatu kantong dengan pintu berupa cincin

Usus keluar ke tempat yang tidak seharusnya (cincin umbilicus)

Terjadi penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilicus

Hernia Umbilikal

PRE OPERASI Terjepitnya isi hernia oleh cincin hernia


Terjepitnya pembuluh darah
Oleh materi padat Merangsang pengeluaran mediator inflamasi

Terganggunya aliran darah ke jaringan


Pengeluaran bradikinin Merangsang pirogen
Merangsang nosiseptor Merangsang
pengeluaran
prostaglandin
Penurunan aliran darah Impuls dibawah ke corno
ke jaringan Dorsalis medulla spinalis Merangsang
interleukin
1
Penurunan suplai darah Merangsang thalamus
ke jaringan Peningkatan set point

dihipotalamus Korteksi serebri


Penurunan O2 ke jaringan
Interpretasi nyeri Demam
Pucat, sianosis

MK : Nyeri Akut MK : Hipertensi


MK : Perfusi Perifer
Tidak Efektif

Penurunan kemampuan gerak

MK : Gangguan Mobilitas Fisik

POST OPERASI
Pembedahan Luka bekas operasi/jahitan Kurang pengetahuan tentang
penyakit dan
prosedur Insisi pembedahan Penurunan kemampuan perawatan
luka
Menarik nafas
Luka bekas jahitan/operasi Cemas, gelisah

MK : Ketidakefektifan Pola
Pernafasan
MK : Kerusakan MK : Ansietas
Integritas Kulit
Luka tidak terawatt

Masuknya mikroorganisme

Inflamasi

Merangsang pengeluaran
MK : Resiko Infeksi

Nesiseptor

Impuls dibawah ke korno dorsalis medulla spinalis

Merangsang thalamus

Korteks serebri

Intepretasi nyeri

MK : Nyeri Akut
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF

PENGKAJIAN

I. PRA- OPERATIF (DI LUAR KAMAR OPERASI)

Nama Pasien : Tn. C.T

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 70 tahun

Alamat : Kema II Jaga III

Nomor RM : 116246

Nomor Reg. : 0459

Dokter Bedah : dr.Alsep D Luntungan ,SpAn

Dokter Anestesi : dr.Lingkan Ngantung,SpB

Instalasi /Bagian : ICU / Interna

No. Kamar : Bedah 4 bed 1

Keluhan Utama : Benjolan di pusar

Diagnosa Pra Bedah : Hernia Umbilikal

Rencana Operasi : Hermorafi

Tipe Operasi :

Tanggal Operasi : 27 Januari 2021

Tanda Vital TD Nadi RR Suhu TB BB


170/84 80 x/mnt 16 x/mnt 36,5 ͦ C 160 67
mmHg
Jam: 09.00

Perfusi perifer :

 Hangat ☐ Dingin ☐ Merah Muda

☐ Kering ☐ Lembab ☐ Kebiruan

Respirasi : ☐ Spontan  Dengan Oksigen: Nasal 3 liter/menit

Kesadaran : Dengan Alat Bantu

 Compos mentis ☐ Somnolen ☐Koma

☐ Apatis ☐ Soporo

GCS : E =4 V =5 M =6

Riwayat Penyakit : Asam urat

Riwayat Alergi : Tidak ada riwayat alergi

Riwayat Operasi : Operasi Katarak

Tahun : 2018

Alat invasive yang terpasang :  Infus

Jalur/lokasi: Vena Sefalika

Jenis cairan: NS 0.9 %

Kecepatan: 20 tts/mnt

Makan/minum terakhir : Bubur

Obat pra bedah :

1. Jam :

2. Jam :
3. Jam :

4. Jam :

5. Jam :

Hasil Laboratorium :  Ya ☐ Tidak

Hasil terlampir :  Ya ☐ Tidak

Pemeriksaan Hematologi

Hemoglobin : 16.8 g/dL

Hematokrit : 45.1%

Leukosit : 9.1 1000/µL

Trombosit : 295 1000/µL

Eritrosit : 5.20 1jt/µL

Hasil Radiologi : Jenis

Jumlah:… Lembar

Persiapan Darah :  Ya ☐Tidak

Jenis : WB / PRC / lainnya :

Jumlah: 2 Kantong/ 500 ml

Surat Ijin Operasi :  Ada ☐Tidak

Surat Ijin Anestesi :  Ada ☐Tidak

Persiapan Kulit : Cukur :  Ya ☐ Tidak lokasi : rambut kemaluan

Desinfeksi: Ya ☐Tidak

Gigi palsu :tidak menggunakan gigi palsu

Lensa Kontak : tidak menggunakan kacamata

Pacu jantung : tidak ada


DIAGNOSA

1. Ansietas b/d kekhawatiran mengalami kegagalan


KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif

- Pasien mengatakan bahwa merasa - Tekanan darah meningkat


khawatir terhadap keberlangsungan TD : 170/84 mmHg
operasi N : 100 x/mnt
- Muka tampak pucat
- Frekuensi nadi meningkat
ANALISA DATA

No DATA (SIGNS & PENYEBAB MASALAH


(PROBLEM)
SYMSTOMS) (ETIOLOGY)
1. DS : Kekhawatiran Ansietas
- Pasien mengatakan mengalami
bahwa merasa kegagalan
khawatir terhadap
keberlangsungan
operasi Merasa khwatir
DO : dengan akibat dari
- Tekanan darah kondisi yang
meningkat dihadapi
TD : 170/84 mmHg
N : 100 x/mnt
- Muka tampak pucat Klen tampak
- Frekuensi nadi tegang dan gelisah
meningkat

Tekanan darah
meningkat

Ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN

PRIORITAS DIAGNOSA ( Rumus P-E-S) TANGGAL TANGGAL RASIONAL PENENTUAN


DITEMUKAN TERATASI PRIORITAS
27-01-2021 27-01-2021 Ansietas merupakan suatu
1 Ansietas b/d kekhawatiran mengalami responterhadap situasi tertentu
kegagalan yang mengancam dan merupakan
Yang ditandai dengan : hal normal yang terjadi menyertai
DS : perkembangan dan perubahan
- Pasien mengatakan bahwa merasa khawatir kondisi kesehatan ( Fitri , 2017 )
terhadap keberlangsungan operasi
DO :
- Tekanan darah meningkat
TD : 170/84 mmHg
N : 100 x/mnt
- Muka tampak pucat
- Frekuensi nadi meningkat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

HARI/TGL DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA PERENCANAAN


INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
Rabu , 27 – 01 - 2021 Ansietas b/d Setelah dilakukan - Monitor - Untuk
kekhawatiran tindakan keperawatan 1 x tingkat ansietas mengetahui
mengalami 8 jam diharapkan ansietas dalam kondisi
kegagalan yang dialami oleh pasien seperti apa
Yang ditandai dapat teratasi klien
dengan : Dengan kriteria hasil : merasakan
DS : - Perilaku gelisah ansietas
- Pasien menurun
mengatakan - Perilaku tegang - Monitor tanda- - Untuk
bahwa merasa menurun tanda ansietas mengetahui
khawatir terhadap - Verbalisasi (verbal- apakah ansietas
keberlangsungan khawatir akibat nonverbal) yang dirasakan
operasi kondisi yang ringan sedang
DO : menurun atau berat
- Tekanan darah - Verbalisasi
meningkat kebingungan
- Teknik
TD : 170/84 menurun - Ajar teknik
mmHg relaksasi ( relaksasi
N : 100 x/mnt Teknik napas adalah suatu
- Muka tampak dalam) teknik yang
pucat dapat membuat
Frekuensi nadi pikiran dan
meningkat tubuh menjadi
rileks melalui
sebuah prosess
yang secara
progresif akan
melepaskan
ketegangan
otot disetiap
tubuh
- Untuk
- Edukasi klien memudahkan
mengenai klien untuk
penyebab mengetahui apa
ansietas penyebab dari
ansietas
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA DAN
DX KEP/
HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TANDA
INTERVENSI
TANGAN
Rabu Ansietas b/d 08.00 1. Mengidentifikasi tingkat ansietas S:
kekhawatiran
27 – 01 – Hasil : Tingkat ansietas yang dialami Klien mengatakan merasa
mengalami
2021 kegagalan klien sedang ( 4 ) cemas

2. Memonitor tanda-tanda ansietas O:


08.30
(verbal-nonverbal) Klien tampak tegang dan
gelisah
Hasil : Klien tampak tegang

08.35 A:
3. Mengajarkan teknik relaksasi
Hasil : pasien dapat mengerti dan Masalah belum tertasi
melakukan teknik yang diajarkan

08.40 4. Mengedukasikan klien mengenai


penyebab ansietas
Hasil : pasien mengerti tentang apa yang
diedukasikan oleh perawat
P: Intervensi dilanjutkan di
ruangan operasi
ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF
PENGKAJIAN

II. INTRA – OPERATIF (DI DALAM KAMAR OPERASI)


Tanda Vital Pra-Induksi Anestesi :
∙ TD : 170/80 mmHg
∙ Nadi : 98 x/mnt
∙ RR : 20 x/mnt
∙ Suhu : 36,2
∙ SpO2 : 99
EKG Monitor :  Terpasang ☐Tidak terpasang
Status Emosi :  Rileks ☐ Gelisah  Tidak Ada Respon  Lainnya
GCS : E = 1 V=1 M=1
Pasien Koma
Anestesi : Mulai jam : 09.40
Lamanya anestesi : 90 menit
Jenis Pembiusan:
∙ Regional :  SAB
Kesadaran intraoperatif :  Terjaga
Dalam pengaruh obat sedasi :  Sedang
Respirasi :  menggunakan alat bantu pernafasan oksigen
Pemberian Oksigen :  Nasal cannula oksigen
Alat bantu jalan napas :  tidak memakai alat bantu jalan napas
Pemeriksaan Kulit : utuh
Posisi operasi : Supine
Posisi Lengan Tangan : Abduksi
Desinfeksi kulit : Yodium
Pemasangan tourniquet : Tidak
∙ Lokasi : umbilikal
∙ Jenis insisi : Midline
∙ Panjang insisi : -/+ 5 cm
immobilisasi mulai jam : 9.50-10.25
Jenis : Gyps/Traksi/Kulit
Alat invasive yang : Infus terpasang Jalur/lokasi: tangan kiri
Jenis cairan: delatusal
Kecepatan : 30x/menit
Kateter urin : terpasang
Pemeriksaan kuit sesudah operasi : Utuh

Balance Masuk Keluar


cairan
Kistaloid 800ml Urine 40 ml
Koloid 500 ml Perdarahan -/+
100 ml
Jumlah 1300 ml -/+500 ml

Tanda Vital selama operasi:

∙ TD : 110/69 mm/hg

∙ Nadi : 75x/menit

∙ RR : 60x/minit

∙ Suhu : 36,2

∙ SpO2 : 99

∙ EKGMonitor : terpasang

Respirasi : Spontan

Kesadaran : Terjaga
Dalam pengaruh obat sedasi : Ringan

Perfusi perifer : Dingin

Status Emosi : Rileks

Obat Anestesi Jumlah Manfaat Efek Samping


yang digunakan
(dalam mg atau
%)

Dst…

Instrumen Jumah Manfaat


Bedah yang
digunakan

Dst….

ANALISA DATA
Dx tanggal Data fokus Problem
1 27 januari 2021 Ds: - Resiko
Do: adanya luka insisi Perdarahan
sepanjang 5 cm di
abdomen umbilikal

DIAGNOSA
Resiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan

INTERVENSI
Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
Resiko Setelah dilakuakan 1. Monitor Mengetahui jumlah
perdarahan Tindakan keperawatan perdarahab pada cairan
berhubungan selama 50 menit daerah
dengan diharapkan masalah pembedahan
proses resiko perdarahan tidak setelah dilakukan
pembedahan terjadi insisi.
Indicator IR ER 2. Monitor vital
Tidak 3 5 sign Mengetahui balance
terjadi cairan, dan
perdarahan mencegah
Tidak ada 3 5 kekurangan cairan
peningkata 3. Monitor cairan
n output
cairan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/ jam Implementasi Evaluasi
1. Monitor perdarahan pada Perdarahan -/+ 50 cc
daerah pembedahaan setelah
dilakukan insisi S : 36,5
Nadi : 75x/mnt
2. Monitor vital sign RR : 20x/mnt
TD : 110/69

Pemberian RL dan gelatusal untuk


3. Monitor cairan mainternance cairan, tidak terjadi
perdarahan

Evaluasi
Dx Tanggal/jam Evaluasi
keperawatan
Resiko Rabu 27 januari 2021 jam 11.10 S:-
perdarahan O : perdarahan -/+ 50 cc, tampak
b/d proses pucat, akral dingin
perdarahan
S : 36,5
Nadi : 75x/mnt
RR : 20x/mnt
TD : 110/69

A: Masalah resiko perdarahan tidak


terjadi.

P : hentikan intervensi dan berikan


informasi tentang perawatan luka post
op

PENGKAJIAN POST OPERATIF (DIRUANG PULIH)


Masuk ke :
☐Ruang Pulih
☐Unit Perawatan Intensive
Langsung ke ruang perawatan
Tanggal : 27/01/2021 Jam : 11.00
Tanda Vital post anestesi (sebelum keluar OK)
- TD : 110/70mmHg
- Nadi : 64 x/menit
- RR : 16x/menit
- Suhu : 36.50C
- SpO2 : 95%
- EKG Monitor:

Respirasi
☐Spontan
Pemberian Oksigen : Nasal Canulla ☐Masker Oksigen ☐Bag & Mask
Alat Bantu Napas : ☐ OPA ☐ ETT ☐ LMA
☐ Dengan ventilator anestesi ☐ Tracheostomy tube
Kesadaran :
 Terjaga
☐ Dalam pengaruh obat sedasi : ☐ Ringan ☐ Sedang ☐ Berat/Dalam
Perfusi perifer :
☐ Hangat  Dingin ☐ Merah Muda
☐ Kering ☐ Lembab ☐ Kebiruan
Lainnya
Status Emosi : ☐ Rileks  Gelisah ☐ Tidak ada respon ☐ Lainnya
GCS : 3 E= 3 V= 3 M=
Posisi pasien :
☐ Lateral : ☐ Kanan ☐ Kiri
 Datar
☐ Head Up 300
☐ Semi Fowler
☐ Lainnya
Tingkat nyeri : ☐ Tidak  Ya, Skala (1-10) = skala nyeri 6 (nyeri sedang)
Resiko jatuh : ☐ Ringan  Sedang ☐ Berat
Catatan lain :
- Klien mengatakan merasakan nyeri dibagian luka operasi
- Klien mengatakan tidak mampu untuk beraktivitas secara mandiri

- Klien mengatakan sulit untuk menggerakan kaki dan tangan klien

- Keluarga mengatakan semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga


Format Asuhan Keperawatan

KLASIFIKASI DATA
NO. DATA SUBJEKTIF (DS) DATA OBJEKTIF (DO)
1. - Pengkajian Nyeri
Klien mengatakan merasakan nyeri P = Luka post operasi
dibagian luka operasi Q= nyeri yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk
2. R= Umbilikus
Klien mengatakan tidak mampu untuk S= Skala nyeri 6(nyeri sedang)
beraktivitas secara mandiri

3.
Klien mengatakan sulit untuk
menggerakan kaki dan tangan klien - Klien tampak lemah
- Skala kekuatan otot = 5
4.
Keluarga mengatakan semua aktivitas
klien dibantu oleh keluarga - Terdapat luka operasi dibagian
umbilical
- Pemeriksaan Hematologi
Leukosit = 9.1 1000/µl

ANALISA DATA
Tanggal :
Nama Mahasiswa :
Nim :
Inisial Klien : Tn. C.T RS
: RS HERMANA LEMBEAN
NO. DATA (SIGNS & PENYEBAB (ETIOLOGY) MASALAH
SYMPTOMS) (PROBLEM)
1 DS : Hasil pembedahan Nyeri Akut
- Klien mengatakan
merasakan nyeri
dibagian luka
operasi
Inkontinuitas jaringan
DO :
P = Luka post operasi
Q= nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk
R= Umbilikus Nyeri akut
S= Skala nyeri 6(nyeri
sedang)

2 DS : Kelemahan otot progresif Gangguan


- Klien mengatakan mobilitas fisik
tidak mampu untuk
beraktivitas secara
mandiri
- Keluarga mengatakan
semua aktivitas klien Mobilitas terganggu
dibantu oleh
keluarga

- Klien mengatakan
sulit untuk
menggerakan kaki
dan tangan klien
DO Gangguan mobilitas fisik
- Klien tampak lemah
- Skala kekuatan otot =
5

3 DS : Luka tidak terawatt Resiko Infeksi


- Klien mengatakan
merasakan nyeri
dibagian luka
operasi
DO : Masuknya mikroorganisme
- Terdapat luka
operasi dibagian
umbilical
- Pemeriksaan
Hematologi
Leukosit = 9.1
1000/µl Inflamasi

Resiko Infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Nim :
Inisial Klien : Tn. C.T RS : RS HERMANA LEMBEAN
TANGGAL TANGGAL RASIONAL PENETUAN
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN (Rumus P-E-S)
DITEMUKAN TERATASI PRIORITAS
Nyeri akut b/d agen pencedera fisik(prosedur 27/01/2021 29/01/2021 Pengalaman sensorik atau
1 operasi emosional yang berkaitan
Yang ditandai dengan : dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional,
DS : dengan onset mendadak atau
- Klien mengatakan merasakan nyeri dibagian lambat dan berintensitas
luka operasi ringan hingga berat.
(SLKI,2019)

DO :
P = Luka post operasi
Q= nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
R= Umbilikus
S= Skala nyeri 6(nyeri sedang)

2 Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri 27/01/2021 29/01/2021 Kemampuan dalam gerakan
Yang ditandai dengan : fisik dari satu atau lebih
ektremitas secara mandiri .
DS : (SLKI, 2019)
- Klien mengatakan tidak mampu untuk
beraktivitas secara mandiri
- Keluarga mengatakan semua aktivitas klien
dibantu oleh keluarga
- Klien mengatakan sulit untuk menggerakan kaki
dan tangan klien
DO
- Klien tampak lemah
Skala kekuatan otot = 5
3 Resiko Infeksi b/d efek prosedur invasif 27/01/2021 29/01/2021 Resiko infeksi dipercaya
Yang ditandai dengan : disebabkan oleh insufisiensi
DS : vaskular yang membatasi
- Klien mengatakan merasakan nyeri dibagian luka respons inflamasi, ketidak
operasi normalan neurologis yang
DO : membatasi kesadaran akan
- Terdapat luka operasi dibagian umbilical trauma dan predisposisi
- Pemeriksaan Hematologi terhadap infeksi bakteri dan
Leukosit = 9.1 1000/µl jamur (Angelina, 2016).
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Nim :
Inisial Klien : Tn. C.T RS : RS HERMANA LEMBEAN
Dx. Medis :
DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA PERENCANAAN
HARI/TGL
KEPERAWATAN HASIL INTERVENSI RASIONAL
27/01/2021 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV 1. Tanda – tanda vital
pencedera fisik(prosedur keperawatan selama 2 x 16 merupakan bagian
operasi jam diharapkan nyeri yang penting dalam
Yang ditandai dengan : dirasakan dapat menurun melakukan
Dengan Kriteria Hasil : tindakan atau
DS : - Keluhan nyeri dapat pemeriksaan pada
- Klien mengatakan berkurang pasien
merasakan nyeri - Gelisah dapat
dibagian luka operasi berkurang
2. Nyeri sebagai
- TTV dalam batas 2. Observasi lokasi,
pengalaman
normal karakteristik, durasi,
R = 16-24 x/menit frekuensi, kualitas dan subjektif dan harus
DO : N = 60-100x/menit intensitas nyeri. digambarkan oleh
P = Luka post operasi TD= 120/80 mmHg pasien
Q= nyeri yang dirasakan S = 36, 50C – 37,2 0C
seperti tertusuk-tusuk 3. Bantu pasien
R= Umbilikus 3. Identifikasi skala nyeri untuk menilai nyeri
S= Skala nyeri 6(nyeri dengan
sedang) membandingkannya
dengan pengalaman
lain
4. Membantu
dalam
penurunan
4. Anjurkan Teknik persepsi/respon
nonfarmakologis untuk nyeri.
mengurangi rasa nyeri. Memberikan
(Teknik napas dalam). kontrol situasi,
meningkatkan
perilaku positif
5.Kolaborasi pemberian
analgetic jika perlu 5. Analgetik
termasuk obat
anti inflamasi
yang digunakan
sebagai Pereda
nyeri
27/01/2021 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi adanya nyeri Membantu
b/d nyeri keperawatan selama 2 x 16 atau keluhan fisik lainnya mengidentifikasi
Yang ditandai dengan : jam diharapkan dan untuk
kemampuan klien dalam pemberian
DS : pergerakan fisik dapat intervensi
- Klien mengatakan tidak meningkat lanjutan
mampu untuk beraktivitas Dengan kriteria Hasil :
secara mandiri - Pergerakan ekstremitas 2.
- Keluarga mengatakan dapat meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik Mengidentifikasi
semua aktivitas klien - Kekuatan otot dapat melakukan ambulasi kekuatan dan
dibantu oleh keluarga meningkat kemampuan
- Nyeri dapat berkurang klien dalam
- Kaku sendi dapat mobilisasi
- Klien mengatakan sulit berkurang
untuk menggerakan kaki 3. Monitor frekuensi jantung 3. Untuk
dan tangan klien dan tekanan darah sebelum mengetahui
DO memulai ambulasi keadaan umum
- Klien tampak lemah klien
- Skala kekuatan otot = 5
4. Bantu untuk memberikan 4. Menurunkan
posisi yang nyaman resiko terjadinya
trauma

5. Jelaskan tujuan dan proses 5. Agar pasien


ambulasi dapat mengerti
dan memahami
tentang masalah
kesehatan dan
tindakan
pencegahannya
27/01/2021 Resiko Infeksi b/d efek Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda – tanda infeksi 1. Pasien pasca
prosedur invasif keperawatan selama 2 x 24 operasi sangat
Yang ditandai dengan : jam diharapkan penyebaran rentan terhadap
DS : infeksi tidak terjadi. infeksi, baik
- Klien mengatakan Dengan kriteria Hasil : infeksi dari virus
merasakan nyeri dibagian - Nyeri dapat maupun bakteri .
luka operasi berkurang ataupun jamur.
DO : - Leukosit dalam
- Terdapat luka operasi batas normal
dibagian umbilical - Dapat 2. Jadwalkan perubahan posisi
- Pemeriksaan mengidentifikasi setiap 2 jam atau sesuai 2. Perubahan posisi
Hematologi tanda – tanda dengan kondisi pasien dapat menghindari
Leukosit = 9.1 1000/µl infeksi adanya luka tekan
- Dapat mengenali
perubahan status 3. Jelaskan tanda dan gejala 3. Tanda infeksi yang
kesehatan infeksi muncul yaitu
dolor(nyeri), kalor
(panas),
tumor(bengkak),
rubor(kemerahan),
fungsio
laesa(perubahan
fungsi dari
jaringan).
4. Ajarkan cara memeriksa 4. Keadaan yang
kondisi luka atau luka membutuhkan
operasi intervensi
perawatan
terhadap proses
penyebuhan luka

5. Kolaborasi pemberian 5. Mencegah


antibiotic, jika perlu terjadinya infeksi
dan penyebarannya
ke jaringan..
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Nim :


Inisial Klien :Tn. C.T RS/Ruangan : RS HERMANA LEMBEAN

NAMA
DX TUJUAN DAN DAN
HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEP. KRITERIA TANDA
TANGAN
Rabu/ I Setelah dilakukan 11.00 1. Memonitor TTV
27-01-2021 tindakan keperawatan Hasil : S=
selama 2 x 16 jam - TD : - Klien mengatakan merasa
diharapkan nyeri yang 110/70mmHg nyeri di bagian luka
dirasakan dapat - Nadi : 64 x/menit operasi
menurun - RR : 16x/menit - Klien mengatakan nyeri
Dengan Kriteria Hasil : - Suhu : 36.50C bertambah saat klien
- Keluhan nyeri dapat bergerak
berkurang 11.35 2. Mengobservasi lokasi,
- Gelisah dapat karakteristik, durasi, O = TTV
berkurang frekuensi, kualitas dan - TD : 110/70mmHg
- TTV dalam batas intensitas nyeri - Nadi : 64 x/menit
normal Hasil : - RR : 16x/menit
R = 16-24 x/menit P = Luka post operasi - Suhu : 36.50C
N = 60-100x/menit Q= nyeri yang dirasakan - Klien tampak meringis
TD= 120/80 mmHg seperti tertusuk-tusuk kesakitan
S = 36, 50C – 37,2 0C R= Umbilikus
S= Skala nyeri 6(nyeri A = Masalah belum teratasi
sedang)
11.50 3. Identifikasi skala nyeri P = Intervensi 4 dan 5
Hasil :
S= Skala nyeri 6(nyeri
sedang)

4. Mengajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
12.40
mengurangi rasa nyeri
Hasil :
Klien belum mengerti dan
dilanjutkan
memahami Teknik yang
diajarkan

5. Mengkolaborasikan
pemberian analgetic jika
13.00
perlu
Hasil :
Klien masih merasakan nyeri
dibagian luka operasi

Rabu/ II Setelah dilakukan 11.00 1. Mengkaji adanya nyeri S=


27-01-2021 tindakan keperawatan atau keluhan fisik lainnya - Nyeri yang dirasakan
selama 2 x 16 jam Hasil : klien belum berkurang
diharapkan nyeri yang Tidak ada keluhan nyeri O=
dirasakan dapat - TD : 120/80mmHg
menurun 2. Mengobservasi toleransi - Nadi : 70 x/menit
Dengan Kriteria Hasil : 11.05 fisik melakukan ambulasi - RR : 18x/menit
- Kekuatan otot (5) Hasil : - Suhu : 36.50C
- Rentang gerak ROM Klien masih dapat - Klien dapat
(5) menggerakan ekstremitas menggerakan
- Gerakan tidak dengan intensitas sedang ekstremitas saat
terkoordinasi (5) dibantu
- Kelemahan fisik (5) 11.50 3. Monitor frekuensi jantung - Nyeri tampak belum
dan tekanan darah
sebelum memulai
ambulasi
Hasil :
- TD :
120/80mmHg
- Nadi : 80 x/menit

4. Membantu untuk
memberikan posisi yang
- Gerakan terbatas (5) nyaman
- Pergerakan Hasil : berkurang
Ekstremitas (5) Klien dapat menggerakan - Skala nyeri 5
ekstremitas saat dibantu
A = Masalah belum teratasi
12.40 5. Mengkolaborasikan
dengan Teknik
nonfarmakologis untuk P = Intervensi 5 dilanjutkan
mengurangi nyeri (mis,
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
13.00 aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
compres hangat/dingin,
terapi bermain, Teknik
napas dalam
Hasil :
Nyeri yang dirasakan klien
belum berkurang
Rabu/ III Setelah dilakukan 15.00 1. Monitor tanda – tanda S=
27-01-2021 tindakan keperawatan infeksi - Klien masih merasa
selama 2 x 16 jam Hasil : nyeri
diharapkan penyebaran - Klien masih merasa O=
infeksi tidak terjadi. nyeri di bagian luka
Dengan kriteria Hasil : operasi - TD : 120/80mmHg
- Nyeri dapat - Nadi : 70 x/menit
berkurang - RR : 18x/menit
- Leukosit dalam - Suhu : 36.50C
batas normal 15.05 2. Jadwalkan perubahan - Pemeriksaan
- Dapat posisi setiap 2 jam atau Hematologi
mengidentifikasi sesuai dengan kondisi Leukosit = 9.1 1000/µl
tanda – tanda pasien
A = Masalah belum teratasi
infeksi Hasil :
- Dapat Klien masih dibantu untuk
P = Intervensi 1dan 5
mengenali melakukan perubahan posisi
dilanjutkan
perubahan status yang dibutuhkan klien
kesehatan
15.10 3. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Hasil :
Klien dapat mengerti dan
memahami tentang tanda
dan gejala infeksi

4. Ajarkan cara memeriksa


15.15 kondisi luka atau luka
operasi
Hasil : Klien dapat
mengerti dan memahami
tentang cara memeriksa
kondisi luka operasi baik
secara mandiri dan dibantu
17.00
keluarga

5. Kolaborasi pemberian
antibiotic, jika perlu
Hasil : Tampak kemerahan di
sekitar luka

Kamis/ I Setelah dilakukan 14.30 1. Mengajarkan Teknik S=


28-01-2021 tindakan keperawatan nonfarmakologis untuk - Klien mengatakan sudah
selama 2 x 16 jam mengurangi rasa nyeri tidak merasa nyeri di
diharapkan nyeri yang Hasil : bagian luka operasi
dirasakan dapat Klien dapat mengerti dan
menurun memahami Teknik yang O = TTV
Dengan Kriteria Hasil : 16.00 diajarkan - TD : 110/70mmHg
- Keluhan nyeri dapat - Nadi : 64 x/menit
berkurang 2. Mengkolaborasikan - RR : 16x/menit
- Gelisah dapat pemberian analgetic jika - Suhu : 36.50C
berkurang perlu
- TTV dalam batas Hasil :
normal Klien tidak lagi merasakan A = Masalah teratasi
R = 16-24 x/menit nyeri dibagian luka operasi
N = 60-100x/menit
TD= 120/80 mmHg P = Intervensi dihentikan
S = 36, 50C – 37,2 0C
S=
- Nyeri yang dirasakan
klien berkurang
Setelah dilakukan 1. Mengkolaborasikan O=
tindakan keperawatan dengan Teknik - TD : 120/80mmHg
selama 2 x 16 jam nonfarmakologis untuk
- Nadi : 70 x/menit
diharapkan nyeri yang mengurangi nyeri (mis,
- RR : 18x/menit
dirasakan dapat TENS, hypnosis,
- Suhu : 36.50C
menurun akupresur, terapi music,
Dengan Kriteria Hasil : biofeedback, terapi pijat, - Klien dapat
Kamis/ - Kekuatan otot (5) aromaterapi, Teknik menggerakan
II 14.30 ekstremitas saat
28-01-2021 - Rentang gerak ROM imajinasi terbimbing,
(5) compres hangat/dingin, dibantu
- Gerakan tidak terapi bermain, Teknik - Nyeri tampak
terkoordinasi (5) napas dalam berkurang
- Kelemahan fisik (5) Hasil : - Skala nyeri 1
- Gerakan terbatas (5) Nyeri yang dirasakan klien
- Pergerakan berkurang A = Masalah teratasi
Ekstremitas (5)
P = Intervensi dihentikan

Kamis/ III Setelah dilakukan 08.30 1. Monitor tanda – tanda S=


28-01-2021 tindakan keperawatan infeksi - Nyeri yang dirasakan
selama 2 x 16 jam Hasil : berkurang
diharapkan penyebaran - Nyeri yang dirasakan O=
infeksi tidak terjadi. berkurang - TD : 120/80mmHg
Dengan kriteria Hasil : 10.00 2. Kolaborasi pemberian - Nadi : 70 x/menit
- Nyeri dapat antibiotic, jika perlu - RR : 18x/menit
berkurang Hasil : - Suhu : 36.50C
- Leukosit dalam - Nyeri yang dirasakan
batas normal berkurang A = Masalah teratasi
- Dapat
mengidentifikasi
tanda – tanda
infeksi
- Dapat
P = Intervensi dihentikan
mengenali
perubahan status
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2015). Buku ajar keperawatan medikal bedah.
Jakarta: EGC
Doengoes, M.E. (2015). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Nanda NIC-NOC. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan diagnosa medis. Yogyakarta: Media
Action Publishing
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018.STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN
INDONESIA. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai