Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

HERNIA INGUINALIS
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Dosen Pengampu : Ns. Diah Argarini, S.Kep., M.Kep.
Mata kuliah : Keperawatan Anak II

Disusun Oleh :
Amira Apriliani 194201516119
Anes Rahmawati 194201516025
Alfina Unhanisyah 194201516108
Gabriela Imanuela Anastasya 194201516013
Hofifah 194201516143
Melinda Sekar Sari 194201516047
Ni Made Santi Hartiya 194201516046
Ratna Dila Astuti Arifin 194201516027
Salwa Irlia Yahya 194201516026
Sulistiowati Kususma Hadi 194201516112

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2021
KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Makalah kelompok dapat
terselesaikan. Pokok bahasan makalah ini disesuaikan dengan materi dan kompetensi yang diajarkan
pada Universitas Keperawatan. Makalah ini berisi tentang Materi Hernia Inguinalis telah diberikan
kepada kelompok penyusun.

Atas terselesaikannya makalah ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dari
kelompok penyusun yang telah terlibat, baik secara langsung maupun tidak dalam penyusunan
makalah ini. Dan semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan dalam makalah ini.
Penyusun mengharapkan masukan yang membangun dari pembaca agar makalah ini terus menjadi
lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan.

Penyusun

Jakarta, 18 Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………........................................ i
DAFTAR ISI………………………………………...............................................……….... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………….................................... 1
B. Tujuan Penulisan………………………………………....................................……. 2
C. Manfaat Penulisan………………………………...................................…………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi………………………………………....................................……………… 3
B. Etiologi………………………………………....................................……………… 4
C. Patifisiologi………………………………....................................………………… 4
D. Pathway....................................................................................................................... 5
E. Manifestasi Klinis……………………....................................……………………... 5
F. Pemeriksaan Penunjang………………....................................……………….......... 6
G. Penatalaksanaan………………………....................................…………………….. 7
H. Komplikasi.................................................................................................................. 8
I. Kasus........................................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………....................................……………………………. 17
B. Saran……………………………………………………...................................…… 17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….....................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin,
kantong dan isi hernia (De jong, 2005). Hernia dibagi menjadi 7 berdasarkan letaknya yaitu:
Hernia hiatal, hernia epigastrik, hernia umbilical, hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia
insisional, hernia nucleus pulposi. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan
muncul sebagai tonjolan di selangkangan atau skortum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding
abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah (Townsend, 2004).

Hernia inguinalis merupakan salah satu jenis hernia dimana penonjolan usus keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat, 2010). Hernia inguinalis dapat
terjadi karena bawaan lahir atau karena sebab yang didapat. Kejadian hernia meningkat dengan
bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen
dan jaringan penunjang berkurangkekuatannya (Nettina, 2001). Jika hernia tidak segera diatasi,
bisa menyebabkan pembengkakan atau udem dan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri usus, dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut (Jong, 2004).

Menurut World Health Organization (WHO) terjadinya hernia inguinalis berdasarkan


tingkatan usianya bayi dan anak-anak 0-14 tahun, dewasa 15-59 tahun, sedangkan lansia 59
tahun keatas. Angka terjadinya penyakit hernia pada anak di perkirakan 102 ribu anak menderita
penyakit hernia di Indonesia.

B. TUJUAN PENULISAN
10
1) Tujuan Umum
- Sebagai bahan pengetahuan dan informasi pada masyarakat mengenai Hernia
Inguinalis.
2) Tujuan Khusus
- Menjelaskan konsep Hernia Inguinalis, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi,
penatalaksanaan, pengobatan, serta pemeriksaan penunjang.
- Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia Inguinalis dengan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

C. MANFAAT PENULISAN
- Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan dalam penatalaksanaan asuhan
keperawatan Hernia Inguinalis.
- Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Anak II.

11
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi atau suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau imguinal adalah Hernia Inguinalis. Hernia
inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus merobos ke bawah
melalui celah.

B. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly kongenital. Hernia dapat di jumpai
pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki. Penyebab utama terjadinya hernia
adalah :
1. Kelemahan dinding otot dalam abdomen utntuk menahan rongga abdomen
2. Adanya peningkatan tekanan intra abdomen
Kelemahan otot yang dibawa, sejak lahir (congenital) merupakan salah satu faktor
utama yang menyebabkan terjadinya hernia, selain adanya peningkatan tekanan intra
abdomen. Kelemahan otot memang tidak dapat dicegah, tetapi luntion yang rutin
dapat meningkatkan kekuatan otot yang lemah.
3. Kongenital
Faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia adalah :
1. Kegemukan
2. Angkat berat, karena dapat meningkatkan tekanan intra abdomen. (Deden Dermawan
& Tutik Rahauningsih, 2010)

C. Patofisiologi
Saat perkembangan fetus, testis terletak di dalam ruang peritoneal. Saat testis turun
melewati inguinal canal dan menuju skrotum, dia diikuti oleh ekstensi dari peritoneum
yang seperti kantung yang kita kenal sebagai prosesus vaginalis. Setelah testis turun,
prosesus vaginalis akan menutup pada bayi sehat dan menjadi fibrous cord tanpa lumen.
Dengan ini maka hubungan abdomen dan skrotum akan terputus. Tanpa adanya hubungan
12
ini organ abdomen atau cairan peritoneal tidak akan bisa melalui skrotum atau inguinal
canal. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis
inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka
ini akan menutup pada usia 2 bulan. Apabila prosesus vaginalis tidak tertutup, maka
disebut sebagai patent processus vaginalis (PPV). Bila prosesus terbuka sebagian, maka
akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka
akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Apabila PPV berdiameter kecil dan
hanya cukup untuk dilewati oleh cairan maka kondisi ini disebut sebagai hernia. Banyak
teori yang menjelaskan mengenai gagalnya penutupan processus vaginalis. Ditemukannya
otot halus pada pada jaringan PPV dan bukan pada peritoneum normal merupakan salah
satunya. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan derajat kepatenan.
Sebagai contoh, lebih banyak ditemukan otot polos pada kantung hernia daripada PPV
dari hidrokel. Penelitian masih berlangsung untuk menemukan peran otot polos dalam
patogenesis dari kondisi ini.

D. Pathway

E. Manifestasi Klinis
13
Sebagian besar hernia inguinalis adalah asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus inguinalis superfisialis atau
suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus.
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengedan. Batuk atau mengangkat benda berat, dan menghilang waktu
istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul di lipat
paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia terjadi pada anak atau bayi, gejalanya
terlihat anak sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus
dipikirkan kemungkinan terjadi hernia strangulata. Pada inspeksi diperhatikan keadaan
asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring.
Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri
dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, di raba
konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan
tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak. Cincin hernia dapat
diraba, dan berupa anulus inguinalis yang melebar.
Gambaran klinis yang penting dalam penilaian hernia inguinalis meliputi tipe,
penyebab, dan gambaran. Hernia inguinais direct, isi hernia tidak terkontrol oleh tekanan
pada cincin internal, secara khas menyebabkan benjolan ke depan pada lipat paha, tidak
turun ke dalam skrotum. Hernia inguinalis indirect, isi hernia dikontrol oleh tekanan yang
melewati cincin internal.
Hernia dan Hidrokel dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik. Periksa anak pada
posisi terlentang dan berdiri. Jika tonjolannya jelas terlihat pada saat berdiri, baringkan
anak pada posisi terlentang. Resolusi tonjolan pada posisi terlentang menandakan hernia
atau hidrokel dengan PPV.4 Jika tonjolan tidak terlihat jelas, berikan suatu petunjuk agar
terjadi peningkatan intraabdomen. Contoh, biarkan anak meniup balon atau menekan
perutnya. Pengangkatan kedua tangan anak ke atas kepalanya akan membuat anak
meronta, dan mungkin akan terlihat bayangan atau tanda tonjolan yang sebelumnya tidak
terlihat. Penampakan skrotum yang menunjukan adanya cairan pada tunika vaginalis,
menandakan hidrokel, namun pemeriksaan ini tidak sepenuhnya terpercaya.
Untuk membantu mendignosis hernia dapat digunakan juga pemeriksaan penunjang
seperti laboratorium dan imaging. Evaluasi lab secara umum tidak terlalu esensial untuk
evaluasi hidrokel dan hernia.
Dengan ditemukannya leukositosis mungkin merupakan tanda dari hernia yang
terstrangulasi. Ultrasonografi dipergunakan untuk memeriksa adanya PPV. Namun
14
pemeriksaan ultrasonografi ini masih membutuhkan studi lebih lanjut oleh karena belum
adanya data yang jelas untuk persentase ketepatan diagnosanya. Foto polos abdomen
dapat dipergunakan untuk membedakan obtruksi usus dengan hernia inkarserata atau
strangulata.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit Dapat menunjukan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit) peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan
elektrolit.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis antara lain : (Sjamsulhidayat R,2011)
1. Terapi umum
Terapi konservatif sambil menunggu proses penyembuhan melalui proses selama
dapat dilakukan pada hernia umbilikalis pada anak usia dibawah 2 tahun. Terapi
konservatif berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya adalah pemakaian korslet pada hernia ventralis sedangkan pada hernia
inguinal pemakaian tidak dilanjutkan karena selalu tidak dapat menyebuhkan alat
ini dapat melemahkan otot dinding perut.
2. Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara hati-hati
dengan tindakan yang lembut tetapi pasti.Tindakan ini di hanya dapat di lakukan
pada hernia repobilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu
melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia
melalui leher hernia tadi. Tindakan ini terkadang dilakukan pada hernia irrepobilis
apabila pasien takut oprasi, yaitu dengan cara: bagian hernia di kompres dingin,
penderita di beri penenang valium 10 mg agar tidur, pasien di posisikan
trandelenbrerg. Jika posisi tidak berhasiljangan dipaksa, segera lakukan operasi.

3. Suntikan

15
Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotok untuk memperkecil
pintu hernia.
4. Sabuk hernia
Digunakan pada pasien yang menolak oprasi dan pintu hernia relative kecil.
5. Tindakan oprasi yang merupakan satu-satunya yang rasional
6. Hernioplastik endoscopy

Untuk pengobatan pada hernia inguinalis, antara lain :

1. Pengobatan konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia inguinalis. Reposisi tidak dilakukan
pada hernia strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara
bimanual, tangan kiri memegang isi hernia membentuk cocor sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap
sampai terjadi reposisi.Dilakukan dengan menidurkan pasien dengan pemberian
sodatif dan kompres es diatas hernia.Bila reposisi ini berhasil pasien disiapkan
untuk oprasi besok harinya.Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam
jam harus dilakukan operasi segera.
2. Pengobatan operatif
Merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.Indikasi
operatif sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri
dari herniatomy dan herniaraphy.
3. Herniotomy
Dilakukan pembedahan kantong hernia sampai kelehernya.Kantong dibuka dan isi
hernia di bebaskan kalau ada perlengketan, kemudian reposisi, kantong hernia
dijahit, ikat setinggi mungkin lalu potong.
4. Hernioraphy
Dilakukan tindakan kecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis.

H. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara lain :
16
1. Terjadi pelengketan berupa isi hernia hal ini disebut hernia inguinalis lateralis
ireponsibilis.
2. Terjadi tekanan pada cincin hernia maka akan terjadi banyaknya usus yang masuk.
Kondisi ini mengakibatkan terjadinya isi usus diikuti dengan gangguan vascular.
Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata (Mansjoer, 2012).

I. Kasus
An. R usia 3 tahun dibawa oleh Ibu nya ke RS. Nasional Merdeka pada tanggal 8
Oktober 2021 dengan keluhan ada benjolan di bagian kemaluannya sebelah kiri. An. R
dijadwalkan operasi pada tanggal 5 Oktober 2021. Ny. D mengeluhkan anaknya nyeri
pada benjolan dibagian kemaluannya (inguinal) sebelah kiri, nyeri ketika An. R menangis
atau mengejan dan batuk-batuk kuat.. Hasil dari pengkajian TTV menunjukan: TD:
110/85 mmHg, N: 120 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 38 °C. Klien tampak meringis
kesakitan dengan skala ekspresi wajah menunjukan sedih (7), kulit terasa hangat,
kesadaran composmetis.
Setelah dilakukan pembedahan pada tanggal 6 Oktober 2021, klien masih dirawat di
ruang Perawatan Anak. Klien tampak meringis kesakitan, dengan skala ekspresi wajah
menunjukan sedih (7), nyeri dibagian sebelah kiri bekas operasi, Ny. B mengatakan
anaknya nyeri ketika bergerak dan hilang pada saat istirahat. Hasil TTV post operasi
klien: TD: 120/95 mmHg, N: 125 x/meenit, RR: 20 x/menit, S: 36,6 °C. Klien tampak
lemah dan aktivitasnya dibantu oleh Ibunya. Pada bagian bekas operasi klien tampak
kemerahan.

PENGKAJIAN

1. Data Demografi
A. Biodata
 Nama (nama lengkap, nama panggilan) : An. R
 Usia/tanggal lahir : 3 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat (lengkap dengan No. Tlp) : Jln. Belimbing IV
 Suku/bangsa : Indonesia
 Status pernikahan : Belum menikah
 Agama/keyakinan : islam

17
 Pekerjaan/sumber penghasilan : Belum sekolah
 Diagnosa medik : Hernia
 No. Medical record : 2569478
 Tanggal masuk : 8 Oktober 2020
 Tanggal pengkajian : 8 Oktober 2020
 Therapy medik : Pembedahan
B. Penaggung jawab
 Nama : Ny. D
 Usia : 38 tahun
 Jenis Kelamin : perempuan
 Pekerjaan/sumber penghasilan : ibu rumah tangga
 Hubungan dengan klien : ibu

2. Keluhan utama
Ny. D mengeluhkan ada benjolan di bagian kemaluannya sebelah kiri
anaknya. Ny. D mengeluhkan anaknya nyeri pada benjolan dibagian kemaluannya
(inguinal) sebelah kiri, nyeri ketika An. R menangis atau mengejan dan batuk-
batuk kuat. Hasil dari pengkajian TTV menunjukan: TD: 110/85 mmHg, N: 120
x/menit, RR: 20 x/menit, S: 38 °C. Klien tampak meringis kesakitan dengan skala
ekspresi wajah menunjukan sedih (7), kulit terasa hangat, kesadaran composmetis.

3. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
Ny. D mengeluhkan anaknya nyeri pada benjolan dibagian kemaluannya
(inguinal) sebelah kiri, nyeri ketika An. R menangis atau mengejan dan batuk-
batuk kuat. Klien tampak meringis kesakitan dengan skala ekspresi wajah
menunjukan sedih (7), kulit terasa hangat, kesadaran composmetis.
P: Hernia
Q: Nyeri benjolan terasa sakit pada kemaluan (inguinal) sebelah kiri dan sakit
timbul pada saat menangis atau mengenjan dan batuk batuk kuat.
R: pada bagian kemaluan (Inguinal) sebelah kiri
S: skala nyeri ekspresi wajah sedih (7)

18
T: Saat menangis dan batuk kuat
B. Riwayat kesehatan lalu
An. R tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.
C. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat penyakit selaian An. R

4. Riwayat Psikososial
 Identifikasi klien tentang kehidupan sosialnya : Klien aktif dalam
bersosialisasi
 Identifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri sendiri :
hubungan klien dengan yang lain baik
 Kaji lingkungan rumah klien, hubungkan dengan kondisi RS : lingkungan
rumah klien tampak bersih.
 Tanggapan klien tentang biaya RS: biaya menggunakan bpjs kesehatan
 Tanggapan klien tentang penyakitnya : An. R tampak nyeri, Ny. D dapat
menerima penyakit anaknya.

5. Riwayat spiritual
 Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya : klien
beragama Islam, keluarga klien melakukan ibadah di setiap waktunya.
 Support sistem dalam keluarga : ayah klien yang menjadi support sistem
keluarga ini.
 Ritual yang biasa dijalankan : sholat 5 waktu, berzikir dan membaca Al
Qur’an.

6. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum Klien
kesadaran composmetis.
B. Tanda-tanda Vital
 Suhu : 38°C
 Nadi : 120×/menit
 Pernafasan : 20×/menit
 Tekanan darah : 110/85 mmHg
C. Sistem pernafasan

19
hidung simetris tidak ada nyeri tekan, tidak ada secret, bentuk dada normal,
terdapat pernafasan cuping hidung. Terdengar suara nafas tambahan ronchi.
D. Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, bibir lembab.
E. Sistem pencernaan
 sklera (ikterus/tidak) :-
 bibir (lembab, kering, pecah-pecah, labioskizis) :-
 mulut (stomatitis, apakah ada palatoskizis, jumlah gigi, kemampuan
menalan, gerakan lidah ) :-
 gaster (kembung, gerakan peristaltik ) :-
 abdomen (periksa sesuai dengan organ dalam tiap kuadran ) :-
 anus (kondisi, spinkter ani, koordinasi) :-
F. Sistem Indera
A. Mata: Konjungtiva tidak anemis, tidak ada nyeri dan mata normal
B. Hidung: Penciuman normal, tidak ada polip
C. Telinga: Daun telinga simetris, fungsi pendengaran normal
G. Sistem Saraf
Kesadaran composmentis, saat bicara pasien dapat mengungkapkan dengan
baik, eksermitas atas bawah pasien normal
H. Sistem muskuloskletal
Bentuk kepala normal, bahu simetris, otot bahu normal, tangan normal, tidak
terdapat memar atau lesi pada tangan pasien
I. Sistem Integumen
Rambut: bersih dan tidak berbau
Kulit: kuning langsat dan lembab
J. Sistem endokrin
Suhu tubuh pasien hipertermi tidak ada pembesaran tiroid, keringat tidak
berlebih

VII. Aktivitas Sehari-hari

20
N ADL Sebelum Setelah sakit
o sakit
1. Nutrisi Sebelum Setelah sakit
sakit Ny. D Ny. D
mengatakan mengatakan
An. R makan An. R makan
sehari 3 kali 3 kali sehari
sehari dengan ½
dengan porsi Porsi.
cukup
2. Cairan Sebelum Setelah sakit
sakit Ny. D Ny. D
mengatakan mengatakan
An. R An. R minum
minum 6-7 4-5 gelas per
gelas per hari, jenis air
hari, jenis putih
air putih,
kadang susu
3. Eliminasi Sebelum Setelah sakit
BAK/BAB sakit Ny. D Ny. D
mengatakan mengatakan
An. R BAB An. R
1x/hari terkadang
dengan tidak BAB
konsistensi selama
berbentuk sehari, BAK
lunak 2-3 x/hari
berwarna karena ada
kuning, benjolan di
BAK 4-5 kemaluannya
x/hari sebelah kiri
berwarna
kuning
jernih, bau
khas
4. Istirahat Sebelum Setelah sakit
tidur sakit Ny. D Ny. D
mengatakan mengatakn
An. R tidur An. R tidur 4-
7-8 jam per 5 jam, tidak
hari dan teratur dan
teratur sering
terbangun
5. Personal Sebelum Saat dikaji
hygine sakit Ny. D An. R mandi
mengatakan hanya di lap
An. R mandi dan dibantu
2x/hari dan oleh Ny. D
keramas
21
1x/hari
6. Aktivitas Sebelum Saat dikaji
mobilitas sakit Ny. D An. R hanya
fisik mengatakan bisa
An. R aktif beraktifitas
bermain terbatas
bersama
teman
seusianya.

ANALISA DATA

 Pre-Operasi

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM/MASALAH


1. DS : Respon penyakit Hipertermia
- Ny. D mengatakan
An. R menangis
atau mengejan dan
batuk-batuk kuat.
DO :
- Hasil TTV :

22
TD: 110/85 mmHg
N: 120 x/menit
RR: 20 x/menit
S: 38 °C

DS : Agen pencederaan Nyeri akut


- Ny. D mengatakan fisik
An. R nyeri pada
benjolan dibagian
kemaluannya
(inguinal) sebelah
kiri
2.
DO :
- Klien tampak
meringis kesakitan
dengan skala
ekspresi wajah
menunjukan sedih
(7)

- Post-Operasi

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM/MASALAH


1. DS : Terputusnya insisi Nyeri akut
- Ny. B mengatakan jaringan
An. R nyeri ketika
bergerak dan
hilang pada saat
istirahat.
DO :
- Hasil TTV :
TD: 120/95 mmHg
N: 125 x/meenit

23
RR: 20 x/menit
S: 36,6 °C.
- Klien tampak
meringis kesakitan,
dengan skala
ekspresi wajah
menunjukan sedih
(7)
2. DS : - Kelemahan Intoleransi aktivitas
DO :
- Klien tampak
lemah dan
aktivitasnya
dibantu oleh
Ibunya
3. DS : - Efek prosedur Risiko infeksi
DO : invasi
- Pada bagian bekas
operasi klien
tampak kemerahan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

- Pre Operasi:
1. Hipertermia b.d respon penyakit
2. Nyeri akut b.d agen pencederaan fisik
- Post Operasi:
1. Nyeri akut b.d terputusnya insisi jaringan
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif

INTERVENSI KEPERAWATAN
- Pre Operasi

24
Diagnosa Perencanaan Keperawatan Intervensi
Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Manajemen

Hipertensi b.d Termogulasi Hipertermia

respon penyakit Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 (I.03115)


1. Observasi :
jam, diharapkan suhu tubuh tetap berada dalam rentang
- Identifikasi
normal. penyebab
Pengertian Kriteria Hasil : hipertermia
Suhu tubuh Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun (mis. Dehidrasi,
meningkat menurun terpapar
meningkat di atas
1. Menggigil lingkungan
rentang normal 1 2 3 4 5 panas,
tubuh Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik penggunaan
memburuk membaik incubator)
- Monitor suhu
tubuh
1. Suhu tubuh - Monitor kadar
1 2 3 4 5
elektrolit
2. Suhu kulit
- Monitor
haluaran urine
- Monitor
komplikasi
akibat
hipertemia
2. Teraputik :
- Sediakan
lingkungan yang
dingin
- Longgarkan
atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan
kipasi
permukaan
tubuh
- Berikan cairan
oral
- Ganti linen
setiap hari
3. Edukasi :
- Anjurkan tirah
baring

25
4. Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena

1 2 3 4 5

Diagnosa Perencanaan Keperawatan Intervensi


Keperawatan

26
Tujuan Kriteria Hasil Manajemen nyeri

Nyeri akut bd Tingkat nyeri


agen pencedera
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24
fisik
jam, diharapkan tingkat nyeri menurun

Pengertian Kriteria Hasil :


Pengalaman Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
sensorik atau
1. Keluhan nyeri
emosional yg 1 2 3 4 5
berkaitan dengan 2. Meringis
1 2 3 4 5
kerusakan 3. Gelisah
jaringan actual 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membai
atau potensial, memburuk membaik
k
dengan onset
1. Frekuensi Nadi
mendadak atau 1 2 3 4 5
2. Pola Nafas
lambat dan
1 2 3 4 5
berintensitas
ringan hingga
berat yang
berlangsung
kurang dari 3
bulan

- Post Operasi

Diagnosa Perencanaan Keperawatan Intervensi


Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Manajemen nyeri


Nyeri akut bd Tingkat nyeri I.08238
terputusnya Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Observasi :
insisi jaringan … x 24 jam, diharapkan tingkat nyeri menurun - Identifikasi
Pengertian Kriteria Hasil : lokasi,
Pengalaman Meningkat Cukup Sedan Cukup Menurun
27
sensorik atau meningkat g menurun karakteristik,
1. Keluhan nyeri
emosional yg durasi,
1 2 3 4 5
berkaitan 2. Meringis frekuensi,
dengan 1 2 3 4 5 kualitas,
3. Gelisah
kerusakan 1 2 3 4 5 intensitas
jaringan nyeri
Memburuk Cukup Sedan Cukup Membaik
actual atau
memburuk g membaik
potensial, 1. Frekuensi Nadi
dengan onset
1 2 3 4 5 3.
mendadak - Identifikasi
atau lambat skala nyeri
dan - Identifikasi
berintensitas respons nyeri
ringan hingga non verbal
berat yang - Identifikasi
berlangsung factor yang
kurang dari 3 memperberat
bulan dan
memperingan
nyeri
2. Terapeutik:
- Berikan
teknik non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri
(mis. Terapi
music,
hypnosis,
aromaterapi
dll)
- Control

28
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi
istirahat dan
tidur
3. Edukasi :
- Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik
yang tepat
- Ajarkan
teknik non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik,
jika perlu
2. Pola Nafas
1 2 3 4 5

29
Diagnosa Perencanaan Keperawatan Intervensi

30
Keperawata
n
Tujuan Kriteria Hasil Manajemen energi I.
Intoleransi Toleransi aktivitas
05178
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …
aktivitas bd
x 24 jam, diharapkan toleransi aktivitas meningkat 1. Observasi :
kelemahan
- Identifikasi
Pengertian Kriteria Hasil :
Ketidak Menurun Cukup sedang Cukup Meningka bagian tubuh
cukupan
menurun meningkat t yang
energi untuk
1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari mengakibatkan
melakukan
aktivtas 1 2 3 4 5
2. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah kelelahan
sehari-hari
1 2 3 4 5

Meningkat Cukup Sedan Cukup menurun


meningkat g menurun
1. Keluhan lelah
1 2 3 4 5

Diagnosa Perencanaan Keperawatan Intervensi


Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Pencegahan infeksi


Resiko infeksi Tingkat infeksi
(I.14539)
dd efek Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatam … x24
1. Observasi
prosedur jam diharapkan tidak terjadinya infeksi pada luka operasi.
- Monitor tanda
infasive
dan gejala infeksi
Pengertian Kriteria Hasil :
Berisiko Menurun Cukup sedang Cukup Meningka local dan
mengalami
menurun meningkat t sistemik.
peningkatan
1. Kebersihan tangan 2. Terapeutik
terserang
organismpe 1 2 3 4 5
patogenik 2. Kebersihan badan
1 2 3 4 5

31
Meningkat Cukup Sedan Cukup menurun
meningkat g menurun
1. Demam
1 2 3 4 5
2. Kemerahan
1 2 3 4 5

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
- Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi yang telah dibuat.

EVALUASI KEPERAWATAN
- Evaluasi tindakan keperawatan yang telah dibuat.

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi atau suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia Inguinalis adalah tonjolan di selangkangan atau
inguinal. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus merobos
ke bawah melalui celah. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly kongenital. Hernia dapat
di jumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki. Hernia terjadi pada anak atau bayi,
gejalanya terlihat anak sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang perut kembung,
harus dipikirkan kemungkinan terjadi hernia strangulata. Tanda dan gejala yang lain, yakni:
benjolan ketika batuk-batuk keras atau mengedan, serta benjolan tersebut dapat menyebabkan
nyeri. Disamping itu anak yang mengidap hernia inguinalis gejalanya demam dan juga nafsu
makan menurun. Pemeriksaan penunjang pada hernia inguinalis, yakni pemeriksaan
laboraturium seperti: Sinar X pada abdomen, hitung darah lengkap dan elektrolit.

B. Saran
Dengan disusunya makalah ini kami mengharapkan kepada pembaca. agar dapat menelah dan
memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini, sehingga sedikit banyak bisa menambah
pengetahuan pembaca. Disamping kami juga mengharapkan sarn dan kritikan dari para pembaca
sehingga kamil bisa berorientasi lebih baik pada makalah ini selanjutnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. NANDA NIC-NOC Jilid 2 2015, Hal.74-75 Hernia.


2. Zahro, Asi. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Op Hernia Inguinal
Lateralis Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Flamboyan Rsud Dr
Harjono Ponorogo. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
3. https://id.scribd.com/document/207562652/Askep-Hernia-Pada-Anak diakses pada
tanggal 14 Oktober 2021.
4. Amrizal, 2015, Hernia Inguinalis, Progaram Pendidikan Dokter Spesialis Departemen
Ilmu Bedah, Rumah Sakit Umum Pusat dr. Djamil Padang, Syifa Medika Volume 6.
Nomor 1.
5. http://eprints.umpo.ac.id/6112/3/bab%202.pdf diakses pada tanggal 17 Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai