Anda di halaman 1dari 89

KEPERAWATAN MATERNITAS II

(PERDARAHAN PADA KEHAMILAN)


PHOTO

Ns. Andi Mayasari Usman, M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
 Pada Kehamilan Muda  ABORTUS
 Pada Kehamilan > 22 minggu (= PERDARAHAN ANTEPARTUM)
a. Oleh Karena Kelainan Plasenta :
1. Plasenta Previa
2. Solusio Plasenta (abrupsio plasenta)
b. Oleh karena penyebab lain :
1. Ruptura sinus marginalis
2. Plasenta letak rendah
3. Vasa previa
Tali pusat berjalan melalui pembukaan serviks dan tali pusat
berinsersi pada selaput janin (insersi velamentosa).
PLASENTA PREVIA
 Letak pada segmen bawah uterus.
 Klasifikasi :
 Plasenta previa totalis
 Plasenta previa parsialis
 Plasenta previa marginalis

 Plasenta letak rendah :


 Letak pada segmen bawah uterus, 3 – 4 cm diatas pembukaan.

 Frekuensi : + diantara 200 persalinan.


 ETIOLOGI :
 Dugaan :
 Vascularisasi yang berkurang
 Atropi pada desidua

 GAMBARAN KLINIK :
 Perdarahan terjadi pada saat istirahat, tidur.
 Perdarahan pertama sedikit, perdarahan berikutnya banyak.
 Darah berwarna merah segar.
 Sumber perdarahan :
 Sinus uterus yang terobek.
 Robekan sinus marginalis.
 Bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul.
 DIAGNOSIS :
 Anamnesis
 Pemeriksaan luar
 Pemeriksaan inspekulo
 Ultrasonografi
 Pemeriksaan secara langsung diatas meja operasi (PDMO)
 Perabaan fornises
 Pemeriksaan melalui kanalis servikalis.
 PENANGANAN :
 Prinsip dasar  kirim ke rumah sakit
 Penanganan pasif ( - kehamilan prematur
- perdarahan tidak aktif) :
 MRS
 Bed rest
 Atasi anemia
 Penanganan Aktif :
 Kehamilan aterm
 Perdarahan aktif walau prematur
 Cara Persalinan :
 Seksio sesarea
 Pervaginam :
 Pada plasenta previa marginalis Ø > 5 cm
 Dalam keadaan darurat :
 Cuman Willet (letak kepala)
 Versi Braxton Hicks (letak sungsang)

 Prognosis :
Tergantung dari :
 Cara penanganan
 Fasilitas RS.
SOLUSIO PLASENTA
 DEFINISI :
Terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir.

 Pembagian klinis :
 Solusio plasenta ringan
 Solusio plasenta sedang
 Solusio plasenta berat

 Frekuensi  + 1 diantara 50 persalinan


 ETIOLOGI :
 Belum jelas
 Faktor penyerta :
 Usia ibu
 Multi paritas
 Penyakit hipertensi
 Pre eklampsia
 Trauma
 Tali pusat pendek
 Defisiensi asam folik

 GAMBARAN KLINIK :
 Perdarahan pervaginam kehitaman.
 Dinding uterus tegang dan nyeri tekan.
 Gawat janin.
 DIAGNOSIS :
 Perdarahan pervaginam kehitaman
 Keadaan syok ibu tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang tampak
pervaginam.
 Uterus tegang dan nyeri tekan.
 Gawat janin s/d tak terdengar denyut jantung janin.

 KOMPLIKASI :
 Tergantung dari luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta
berlangsung, antara lain :
 Pada ibu :
 Perdarahan
 Kelainan pembekuan darah
 Pada janin : gawat janin s/d kematian janin.
 Prognosis pada Ibu :
 Tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas.
 Banyaknya perdarahan
 Derajat kelainan pembekuan darah

 Prognosis pada Janian : solusio plasenta berat  100 % terjadi kematian


janin (perdarahan > 2000 ml).
ABORTUS
 Definisi :
Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan ( UK < 20 mggu / BJ < 500 gr)

 Etiologi :
 Factor genetik
 Kelainan kongenital uterus
 Autoimmun

 Defek fase luteal


 Infeksi

 Hematologik

 Lingkungan.
Pembagian Abortus :

 Berdasarkan kejadiannya : Berdasarkan klinis :


I. Abortus spontan (+ 20%)  Abortus iminens
II. Abortus provocatus ( 80%) :
 Abortus insipiens
a. A.P. artificialis / therapeuticus.
 Abortus inkompletus
b. A.P. criminalis.
 Abortus kompletus
 Missed abortion
 Abortus habitualis
 Abortus infeksiosus /
Abortus septik.
 Kehamilan
anembrionik (blighted
ovum)
 ABORTUS IMINENS
 Ancaman terjadinya abortus

 Diagnosis :
 Terlambat haid, test kehamilan (+)
 Perdarahan pervaginam
 Perut nyeri + / -
 Osteum uteri masih tertutup.
 Besarnya uterus sesuai dengan umur kehamilan.

 Penanganan :
 Tirah baring
 Spasmolitik
 Hormon progesteron
 Nasehat (jangan berhubungan seksual)
 ABORTUS INSIPIENS
 Abortus yang sedang berlangsung

 Diagnosis :
 Perdarahan lebih banyak
 Nyeri perut
 Osteum uteri telah membuka
 Besar uterus sesuai dengan usia kehamilan
 Gerak dan denyut janin kadang masih ada.

 Penanganan :
 Evakuasi / pengeluaran hasil konsepsi
 Kuretase bila perdarahan banyak
 Uterotonika dan antibiotik.
 ABORTUS KOMPLETUS
 seluruh hasil konsepsi telah keluar

 Diagnosis :
 Perdarahan sedikit
 Ostium uteri menutup
 Besar uterus < usia kehamilan

 Penanganan :
 Antibiotika dan uterotonika
 ABORTUS INKOMPLETUS
 sebagian hasil konsepsi telah keluar

 Diagnosis :
 Perdarahan banyak
 Kanalis servikalis masih terbuka
 Teraba jaringan dalam kavum uteri
 Besar uterus < usia kehamilan

 Penanganan :
 Kuretase
 Antibiotika, uterotonika
 MISSED ABORTION
 embrio atau fetus telah meninggal, dan hasil konsepsi masih tertahan
dalam kandungan selama 2 bulan atau lebih.

 Diagnosis :
 Rahim mengecil
 Tanda – tanda kehamilan sekunder menghilang
 Test kehamilan (-)
 Kadang terjadi gangguan pembekuan darah.

 Penanganan :
 Evakuasi / Kuretase
 Induksi dengan prostaglandin
 ABORTUS HABITUALIS
 abortus spontan yang terjadi 3 x berturut – turut.

 Etiologi :
 Faktor anatomik
 Reaksi imunologik
 Inkompetensia serviks
 Defisiensi asam folat

 Penanganan :
 Sesuai dengan faktor penyebab.
 ABORTUS INFEKSIOSUS
 abortus yang disertai dengan infeksi pada alat genitalia.

 Etiologi : Komplikasi tindakan abortus


 Diagnosis :
 Anamnesis yang cermat
 Panas tinggi, takikardia
 Perdarahan pervaginam yang berbau
 Uterus membesar dan lunak, nyeri tekan.
 Leukositosis
 Penanganan :
 Mengembalikan keseimbangan cairan tubuh.
 Antibiotik yang adekuat (bila mungkin sesuai dengan hasil kultur dan
sensitivitas) :
 Ampisilin : 4 x 1 gr
 Gentamisin : 2 x 80 mg
 Metronidasol : 2 x 1 gr.

Antibiotika dilanjutkan 2 hari bebas demam.


 Kuretase dilakukan setelah keadaan umum membaik atau 6 jam setelah
pemberian AB adekuat.
 ABORTUS SEPTIK
 abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau
peritoneum.

 Diagnosis :
Sama dengan abortus infeksiosus disertai dengan tanda septik, a.l :
 Keadaan umum yang jelek s/d syok
 Tekanan darah menurun
 Nadi cepat
 Temperatur tinggi

 Penanganan :
 Keseimbangan cairan tubuh
 Antibiotika adekuat
 Kuretase setelah KU membaik
 KEHAMILAN AN EMBRIONIK (Blighted Ovum)
 kantong gestasi terbentuk tetapi mudigah tidak terbentuk

 Diagnosis :
Dengan ultrasonografi (USG) pada kehamilan 7 – 8 mgu kantong gestasi tidak
berkembang atau pada diameter 2,5 cm, tidak disertai gambaran mudigah.

 Penanganan :
 Dilatasi dan Kuretase.
 Kehamilan hasil konsepsi tidak  embrio
 Terjadi proliferasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidropik

Diagnosis
• Amenore, perdarahan pervaginam
• Uterus > daripada usia kehamilan
• Balotemen tidak ada
• Denyut jantung tidak terdengar
• Peningkatan h CG
• Dengan USG: - gambaran badai salju ( snow flake pattern), gambaran sarang
lebah (honey comb)
• Keluar tampak gelembung mola

MOLA HIDATIDOSA
1. Perbaikan keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola

Managemen
KEHAMILAN EKTOPIK
 Kehamilan dimana hasil konsepsi tidak menempel pada
endometrium kavum uteri
 Lebih dari 95% berada pada tuba fallopi
 Bisa ____ terjadi pada serviks, ovarium, abdominal
 Etiologi:
 Faktor tuba
 Faktor abnormalisasi zigot
 Faktor ovarium
 Faktor ovarium
 Faktor hormonal
 Faktor lain
 Masalah:
 Konsepsi mati (diresorbsi)
 Abortus tuba
 Ruptur dinding tuba
 Diagnosis
 KE yang belum terganggu (dgn USG)
 KET (Kehamilan Ektopik Terganggu)
 Anamnesa
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan ginekologi
 Terapi: laparatomi
KEHAMILAN DENGAN
PENYAKIT INFEKSI
 Yang memberikan pengaruh khusus pada kehamilan adalah infeksi
oleh virus hepatitis B, virus hepatitis D dan virus hepatitis E.

Virus Hepatitis
Virus Hepatitis B (VHB)
 Prevalensi VHB pada kehamilan di Indonesia 1 – 5 %.
 Kehamilan tidak akan memperberat infeksi VH.
Causa : Virus DNA hepodna virus
Gejala-gejala : malaise, demam, arthritis, urtikaria,
jaundice dan bisa juga glomerulonefritis
Diagnosis :
 Dengan pemeriksaan serologis ditemukan adanya :
Virus hepatitis B (dane-particle)
HBc Ag (hepatitis B core antigen)
HBs Ag (hepatitis B surface antigen)
Hbe Ag (hepatitis B e antigen)
 Dengan pemeriksaan serologis baru terlihat hasil :
6 – 7 minggu setelah terpapar virus
2 minggu pada infeksi berat

Penularan ke Janin :
 Berasal dari transmisi vertikal waktu melahirkan dan melalui ASI
 Transplasenta sangat jarang ditemukan
 Dengan imunisasi 3 x penularan selama pemberian ASI dapat
diturunkan (Hiil, dkk : 2004)
 Infeksi akut pada kehamilan dapat menyebabkan hepatitis fulminan
yang dapat menyebabkan mortalitas pada ibu dan bayi.
 Pada Ibu  dapat menyebabkan abortus dan perdarahan pasca
persalinan.
 Pada Bayi  pada masa bayi tidak terdapat gangguan serius. Setelah
dewasa bila terjadi penularan vertikal VHB  60 – 90%  mengidap
kronik VHB  30% kemungkinan menderita kanker hati atau sirosis +
40 th kemudian.
Faktor predisposisi terjadinya penularan vertikal :
Titer DNA – VHB tinggi pada ibu.
Terjadinya infeksi akut pada kehamilan trimester III.
Persalinan lama.
Mutasi VHB.

VHB mudah menyebabkan infeksi nosokomial pada tenaga medik dan


para medik, melalui :
Pertolongan persalinan
Operasi.
Pencegahan :
Kewaspadaan universal :
Hindari hubungan seksual dan pemakaian
alat atau bahan dari pengidap.
Vaksinasi HB bagi seluruh tenaga kesehatan.
SkriningHBsAg pada ibu hamil.
Imunisasi :
Peberian vaksinasi HB bagi semua bayi yang
lahir.
Selektif imunisasi pada bayi yang lahir dari
ibu dengan HBsAg positif dengan hepatits B
Globulin (HB1G) + vaksin HB pada hari 0, 1
bulan dan 2 bulan.
Penanganan Kehamilan dan Persalinan
Pada ibu pengidap VHB :
 Padainfeksi akut dan hepatitis fulminan, usahakan persalinan
pervaginam dengan trauma sekecil mungkin.
 Padaibu hamil dengan viral load tinggi, dipertimbangkan
pemberian HBIG atau Lamivudin pada 1 – 2 bl sebelum
persalinan.
 Persalinan
yang berlangsung lama (jangan lebih dari 16 jam)
atau HBsAg positif lebih baik dengan seksio sesarea.
 Tidak ada kontraindikasi untuk menyusui.
Virus Hepatitis Delta (VHD)
 VHD memerlukan HBsAg untuk replikasi. Ada 2 tipe
VHD :
 Super infeksi : awalnya terdapat infeksi VHB, kemudian
baru terinfeksi oleh VHD.
 Koinfeksi : VHB dan VHD menginfeksi bersama – sama
(prognosis lebih jelek).

 Cara penularan : secara seksual dan jarum suntik.


Virus Hepatitis E (VHE)
 Cara penularan : fekal oral.
 Terjadi infeksi akut yang tinggi pada kehamilan jika
terjadi wabah dan kemungkinan bisa terjadi hepatitis
fulminan dengan resiko kematian yang tinggi.
Toksoplasmosis :
 Penyebab : protozoa toksoplasma gondii.
 Cara penularan :
 Makanan yang mengandung kista parasit.
 Tranfusi darah
 Transplantasi organ
 Tangan yang terkontaminasi.
Gejala Klinis :
Pada orang dewasa tidak khas a.l : pembesaran kelenjar
getah benig di leher dengan rasa nyeri.
Pneumonia, miokarditis.
Penyakit yang berat terjadi pada penderita dengan
defisiensi imunologik seperti AIDS, keganasan, janin usia
kehamilan < 6 bulan.
Ibu hamil yang mengalami infeksi primer akan terjadi
parasitemia.
Masuknya darah ibu yang mengandung parasit ke dalam
plasenta terjadi plasentitis.
Wanita hamil dengan toxoplasmosis akut atau menahun
dapat menularkan penyakitnya pada janinnya.
Toxoplasmosis ibu dapat menyebabkan : abortus, kematian
janin, pertumbuhan janin terhambat, partus prematurus,
cacat bawaan seperti : hydrosephalus, an ensefalus,
perkapuran di otak, karioretinitis, hidrop.
 Diagnosis :
 Pemeriksaan laboratorium serologis : kenaikan titer IgG yang bermakna,
IgM yang positif.

 Penatalaksanaan :
 Pada ibu hamil lebih banyak bertujuan untuk menurunkan resiko infeksi
terhadap janin.
 Diberikan : spiramisin 3 gr sehari selama 3 minggu, diulangi dengan
interval 2 minggu, hingga kehamilan aterm.
 ASI dapat diberikan.
 Pencegahan :
 Jangan makan daging mentah.
 Tinja, kencing dibersihkan atau diberi zat anti septik.
 Mencegah kontaminasi makanan terhadap lalat atau kecoa.
 Mencuci tangan sebelum makan.
 Bila berkebun, sebaiknya memakai sarung tangan.
GONORE
Causa
: Neisseria Gonorrhoeae
merupakan kuman diplokokus Gram
negatif bersifat tahan asam.
Gejala klinik :
Pada GO akut adalah : perasaan nyeri saat
kencing, sering kencing, gatal pada vulva,
sekret yang purulen dari urethra, para
urethra, bartholin dan sekresi mukopurulen
dari serviks. Penyebaran dapat ke uterus dan
adexa  salpingo – ooforitis.
Pada GO menahun, kuman dapat bersarang
pada serviks uteri tanpa gejala apapun dan
dapat menularkan kepada partnernya.
 Diagnosis :
 Laboratorium dengan menemukan N gonorrhoeae secara mikroskopis atau
biakan.

 Infeksi GO selama kehamilan diasosiasikan sebagai pelvic inflamatory


desease (PID) sering ditemukan pada trimester I.
 Pada tahap lanjut dapat terjadi ruptur membran yang prematur,
kelahiran prematur, korioamnionitis konyungtivitis gonokokal
(opthalmia neonatorum) dan meningitis.
 Pengobatan :
 Penisillin G Prokain 4, 8 juta IU i.m. pada bokong kiri dan kanan,
didahului oleh 1 gram probenesid oral.
 Ampisillin 3,5 gr oral + 1 gr probenesid oral.
 Spektinomisin 2 gram i.m.
SIFILIS
 Penyakit infeksi sistemik, penyebabnya : Treponema Pallidum.
 Dapat mengenai seluruh tubuh

Cara penularan
 Kontak seksual.
 Secara vertikal pada masa kehamilan.

Infeksi terbagi atas beberapa fase :


 Sifilis primer
 Sifilis sekunder
 Sifilis laten dini dan lanjut
 Sifilis tersier (neuro sifilis)
Lesi primer :
 Tukak pada genital ekterna (dlm 3 minggu setelah kontak)
 Lesi awal berupa papul berindurasi yang tidak nyeri  permukaan
mengalami nekrosis dan ulserasi dengan tepi yang meninggi, teraba
keras dan berbatas tegas.
 Jumlah ulserasi bisa tunggal atau multipel.
Lesi sekunder :
 Malese, demam, nyeri kepala, limfa adenopati generalisata.
 Ruam generalisata dengan lesi palmar plantar, mukosa oral dan genital
dan alopesia.
 Lesi kulit dapat berupa makula, papula, papuloskuamosa.
 T pallidum banyak ditemukan pada lesi selaput lendir atau lesi yang
basah, seperti kondilomata-lata.
Sifilis latent :
 Tanpa gejala klinik, hanya pemeriksaan serologik yang reaktif.
 Dapat berlangsung bertahun-tahun bahkan seumur hidup.

Sifilis tersier :
 Terjadi pada 1/3 pasien yang tidak diobati.
 Dapat terjadi beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah fase latent
dimulai.
 Menimbulkan kerusakan pada sistem saraf pusat, sistem kardiovaskuler,
mata, kulit dan organ lain
 Pada sistem kardiovaskuler dapat timbul aneurisma aorta dan
endokarditis.
Sifilis pada kehamilan :
 Gejala klinik tidak banyak berbeda dengan saat tidak hamil.
 Transmisi treponema dari ibu ke janin setelah plasenta berbentuk utuh
(+ 16 minggu).
 Bila lesi primer / sekunder ditemukan setelah 16 minggu kemungkinan
timbul sifilis kongenital.
 Efek sifilis pada kehamilan tergantung dari lamanya infeksi terjadi dan
pada pengobatan.
 Dapat menyebabkan abortus, partus prematur, kematian janin atau
sifilis kongenital.
Diagnosis :
 Menemukan T pallidum dalam spesimen.
 Tes non treponemal (VDRL) (tes serologis) untuk sifilis kongenital
diperlukan pemeriksaan IgM pada bayi.

Pengobatan :
 Penisilin benzatin 2,4 juta iu untuk sifilis primer, sekunder dan latent
dini.
 Sifilis lanjut diberikan 3 dosis.
 Eritromisin 4x500 mg /hari selama 30 hari.
 Untuk bayi yang lahir dari ibu yang zero positif diberikan benzatin
penisilin 50.000 iu/kg.bb dosis tunggal i.m.

Untuk evaluasi hasil pengobatan :


dengan test serologis 1 bl, 3 bl, 6 bl, 1 th setelah pengobatan selesai
KEHAMILAN PRE TERM
WH0 (1979) membagi umur kehamilan kedalam 3
kelompok :
1. Pre-term : kurang dari 37 minggu
2. Term : mulai dari 37 minggu
3. Post-term : 42 minggu atau lebih

Mengetahui umur kehamilan dengan mengetahui :


1. Hari pertama haid terakhir
2. Bunyi jantung pertama dapat didengar (18-
22 mgg)
3. Fetal Quickening (16-18 mgg)
4. Tinggi fundus
5. Fetal Ultrasound
Definisi:
ACOG (1995) persalinan uk 20-37 minggu
WHO  persalinan uk ≤ 37 minggu
POGI (2005)  persalinan uk 22-37 minggu

Etiologi :
1. Aktifasi hormonal
2. Inflamasi
3. Perdarahan desidua
4. Peregangan uterus patologik
5. Kelainan pada uterus dan serviks.

PERSALINAN PRE TERM


• Faktor Risiko :
– Faktor Janin dan Plasenta

o Perdarahan trimester awal


o Perdarahan ante partum
o Ketuban pecah dini
o Pertumbuhan janin terhambat
o Cacat bawaan janin
o Kehamilan ganda
o Polihidramnion
– Faktor Ibu
o Penyakit berat pada ibu
o Diabetes Millitus
o Pre eklampsia / hipertensi
o Infeksi saluran kemih / genital / intra uteri
o Penyakit infeksi dengan demam
o Stress psikologik
o Kelainan bentuk uterus / serviks
o Riwayat persalinan preterm / abortus berulang
o Inkompetensi serviks
o Pemakaian obat narkotik
o Trauma
o Perokok berat
o Kelainan immunologi / kelainan resus
o Sosial-ekonomi yang rendah
• Diagnosis :
– Usia kehamilan 22 – 37 minggu
– His @ 7 – 8 menit / 2 – 3 kali dalam 10 menit
– Nyeri punggung bawah
– Perdarahan bercak
– Ø 2 cm dan pnipisan 50 – 80%
– Penurunan sampai spina isiadika
– Selaput ketuban sering sudah pecah
 Pencegahan :
 Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda ( <17 tahun).
 Hindari jarak kehamilan terlalu dekat.
 Pelayanan antenatal yang baik.
 Tidak merokok atau mengkonsumsi narkotik.
 Hindari bekerja berat, perlu cukup istirahat.
 Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm.
 Kenali dan obati infeksi genetal / saluran kemih.
 Deteksi faktor resiko terhadap persalinan preterm.
• Pengelolaan :
Tergantung dari beberapa Faktor :

– Keadaan selaput ketuban (sulit bila sudah pecah)


– Pembukaan serviks (sulit bila Ø 4 cm)
– Dapat dipertimbangkan persalinan berlangsung bila TBJ > 2000 gram / uk > 34
minggu
– Penyebab / komplikasi persalinan preterm
– Kemampuan neonatal intensive care facilities
• Langkah pencegahan morbiditas dan mortalitas :
– Menghambat proses persalinan dengan tolcolisis
– Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid
– Pencegahan terhadap infeksi dengan antibiotika

Tolcolisis antara lain :


– Kalsium Antagonis :
• Nifedipin 10 mg/oral diulang 2 – 3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai
kontraksi hilang
– ß mimetik :
• Terbutalin, ritrodin, isoksuprin, salbutamol
– Sulfas magnesikus
– Anti prostaglandin
Kortikosteroid :
Menurunkan RDS dengan pematangan surfaktan paru janin
Diberikan bila umur kehamilan (uk) < 35 minggu
Preparat :
 Betametason 2 x 12 mg i.m. Jarak pemberian 24 jam
 Dexametason 4 x 6 mg i.m. Jarak pemberian 12 jam

Antibiotika :
Eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari
Ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari
• Usia Gestasi :
Uk ≥ 34 minggu dapat ditingkat dasar / primer
Uk < 34 minggu di RS dengan fasilitas Neonatal yang memadai

• Keadaan selaput ketuban :


Bila KPD dan uk < 28 minggu, konseling keluarga dengan baik

• Cara Persalinan :
Pervaginam
–Presentasi kepala
–Letak sungsang uk > 34 minggu
Seksio Sesarea
–Presentasi kepala / sungsang dengan indikasi obstetrik
–Letak sungsang uk 30 – 34 minggu

Dilakukan episiotomi yang lebih luas


Kontraindikasi tindakan Vakum Ekstraksi
• Perawatan Neonatus :
Hindari hipotermia (suhu dibawah 36,5°C), dengan :
-Inkubator

-Metode kanguru
KEHAMILAN POST TERM
KEHAMILAN POST TERM
Nama Lain :
 kehamilan lewat waktu
 kehamilan serotinus
 kehamilan lewat bulan
 postdate / posdatisme
 pasca maturitas
Definisi : kehamilan yang berlangsung 42 minggu
atau lebih
Etiologi : belum jelas
Beberapa Teori :
 pengaruh progesteron
 teori oksitosin
 teori kortisol / ACTH janin
 saraf uterus
 herediter
 Diagnosis :
 Riwayat haid
 Riwayat pemeriksaan antenatal
 Tinggi fundus uteri
 Pemeriksaan Ultrasonografi / USG
 Pemeriksaan radiologi
 Pemeriksaan laboratorium
• Riwayat Haid :
– Harus yakin dengan HPHT nya
– Siklus 28 hari dan teratur
– Tidak minum pil anti hamil 3 bulan terakhir
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan rumus Naegele (tanggal + 7 bulan -3/+9,
tahun +1)

• Riwayat Antenatal:
– Test kehamilan
– Gerak janin
– Denyut jantung janin
• Pemeriksaan U S G :
– Keadaan air ketuban
– Keadaan plasenta

• Pemeriksaan Radiologi :
– Gambaran epifisis / pusat penulangan

• Pemeriksaan Laboratorium :
– Kadar Lesitin / spingomielin
– Aktivitas tromboplastin cairan amnion
– Sitologi cairan amnion, cairan vagina
• Permasalahan :
– Perubahan pada plasenta
– Pengaruh pada janin
– Pengaruh pada ibu
– Aspek Medikolegal
Perubahan pada Plasenta :
 Penimbunan kalsium
 Selaput vaskulosinsisial menjadi lebih tebal dan jumlahnya berkurang
 Degenerasi jaringan plasenta
 Perubahan biokimia
Perubahan pada Janin :
 Berat Janin
 Menurun (Vorkerr)
 Naik (Zwerdluig)
 Sindroma post maturitas
 Stadium I : kulit kehilangan vernik kaseosa
kering, rapuh, mudah mengelupas.
 Stadium II : gejala diatas, pewarnaan mekonium.
 Stadium III : kekuningan pada kuku, kulit dan
tali pusat

 Gawat Janin
• Pengaruh pada Ibu :
– Morbiditas / Mortalitas oleh karena :

• Makrosomia
• Partus lama
– Aspek Emosi

• Cemas (belum lahir juga ? )

• Pengelolaan :
Aktif : persalinan anjuran pada usia 41 – 42
minggu untuk memperkecil risiko
pada janin.
Pasif : menunggu / ekspektatif : dilakukan
pengawasan sampai ada indikasi.
Sebelum mengambil langkah :
» Tentukan kepastian diagnosis
» Identifikasi kesejahteraan janin
» Periksa kematangan serviks
• Pengelolaan :
Aktif : persalinan anjuran pada usia 41 – 42
minggu untuk memperkecil risiko
pada janin.
Pasif : menunggu / ekspektatif : dilakukan
pengawasan sampai ada indikasi.
Sebelum mengambil langkah :
» Tentukan kepastian diagnosis
» Identifikasi kesejahteraan janin
» Periksa kematangan serviks
• Serviks sudah matang :
dilakukan induksi persalinan
• Serviks belum matang :
pantau keadaan janin dengan pemeriksaan NST dan USG, dan kematangan
serviks setiap kunjungan.
 Pengelolaan selama persalinan :
 Pemantauan yang baik terhadap ibu dan janin.
 Hindari penggunaan obat penenang dan analgetika.
 Awasi jalannya persalinan.
 Persiapan oksigen.
 Cegah terjadinya aspirasi, mekoneum, hipotermia, hipoglikemia.
 Hati-hati kemungkinan terjadi distosia bahu.
PERTUMBUHAN JANIN
TERHAMBAT
• BB janin kurang dari 10% dari BB yang harus dicapai pada
usia kehamilan tertentu
• Setelah 2 minggu pertumbuhan tidak ada
Dampak:
▫ Jangka pendek:
 Resiko kematian janin 6-10 kali lebih tinggi
▫ Jangka panjang:
 Hipertensi
 Aterosklerosis
 Stroke
 Diabetes
• Penyebab:
▫ Hipertensi dalam kehamilan
▫ Gemeli
▫ Anomali janin
▫ Sindrom antipospolipid
▫ SLE
▫ Infeksi Rubela, sifilis, CMV
▫ Penyakit jantung
▫ Asma
▫ Merokok
▫ narkoba
▫ Kekurangan gizi
 Pembagian
1. PJT asimetrik
 Ok: kelainan sirkulasi uteroplasenta

2. PJT simetrik
 Ok:
 genetik (faktor janin)
 Lingkungan uterus kronik (diabetes, hipertensi)
 Diagnosis:
 Klinik:
 dikenal setelah 28 minggu
 Tinggi fundus uteri lebih rendah 3cm dari sebelumnya
 USG: biometri dan tafsiran berat janin tidak sesuai dengan
usia gestasi
 Doppler: arus darah abnormal pada a. umbilikalis, a.
uterina, dan a. spinalis
 Managemen PJT
 Terminasi pada usia gestasi optimal 33-34 minggu setelah
dilakukan pematangan paru
 Pervaginam (kesejahteraan janin baik)
 Seksio Sesarea (kesejahteraan janin buruk)

Anda mungkin juga menyukai