GAMBARAN KLINIK :
Perdarahan terjadi pada saat istirahat, tidur.
Perdarahan pertama sedikit, perdarahan berikutnya banyak.
Darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan :
Sinus uterus yang terobek.
Robekan sinus marginalis.
Bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul.
DIAGNOSIS :
Anamnesis
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan inspekulo
Ultrasonografi
Pemeriksaan secara langsung diatas meja operasi (PDMO)
Perabaan fornises
Pemeriksaan melalui kanalis servikalis.
PENANGANAN :
Prinsip dasar kirim ke rumah sakit
Penanganan pasif ( - kehamilan prematur
- perdarahan tidak aktif) :
MRS
Bed rest
Atasi anemia
Penanganan Aktif :
Kehamilan aterm
Perdarahan aktif walau prematur
Cara Persalinan :
Seksio sesarea
Pervaginam :
Pada plasenta previa marginalis Ø > 5 cm
Dalam keadaan darurat :
Cuman Willet (letak kepala)
Versi Braxton Hicks (letak sungsang)
Prognosis :
Tergantung dari :
Cara penanganan
Fasilitas RS.
SOLUSIO PLASENTA
DEFINISI :
Terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir.
Pembagian klinis :
Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta sedang
Solusio plasenta berat
GAMBARAN KLINIK :
Perdarahan pervaginam kehitaman.
Dinding uterus tegang dan nyeri tekan.
Gawat janin.
DIAGNOSIS :
Perdarahan pervaginam kehitaman
Keadaan syok ibu tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang tampak
pervaginam.
Uterus tegang dan nyeri tekan.
Gawat janin s/d tak terdengar denyut jantung janin.
KOMPLIKASI :
Tergantung dari luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta
berlangsung, antara lain :
Pada ibu :
Perdarahan
Kelainan pembekuan darah
Pada janin : gawat janin s/d kematian janin.
Prognosis pada Ibu :
Tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas.
Banyaknya perdarahan
Derajat kelainan pembekuan darah
Etiologi :
Factor genetik
Kelainan kongenital uterus
Autoimmun
Hematologik
Lingkungan.
Pembagian Abortus :
Diagnosis :
Terlambat haid, test kehamilan (+)
Perdarahan pervaginam
Perut nyeri + / -
Osteum uteri masih tertutup.
Besarnya uterus sesuai dengan umur kehamilan.
Penanganan :
Tirah baring
Spasmolitik
Hormon progesteron
Nasehat (jangan berhubungan seksual)
ABORTUS INSIPIENS
Abortus yang sedang berlangsung
Diagnosis :
Perdarahan lebih banyak
Nyeri perut
Osteum uteri telah membuka
Besar uterus sesuai dengan usia kehamilan
Gerak dan denyut janin kadang masih ada.
Penanganan :
Evakuasi / pengeluaran hasil konsepsi
Kuretase bila perdarahan banyak
Uterotonika dan antibiotik.
ABORTUS KOMPLETUS
seluruh hasil konsepsi telah keluar
Diagnosis :
Perdarahan sedikit
Ostium uteri menutup
Besar uterus < usia kehamilan
Penanganan :
Antibiotika dan uterotonika
ABORTUS INKOMPLETUS
sebagian hasil konsepsi telah keluar
Diagnosis :
Perdarahan banyak
Kanalis servikalis masih terbuka
Teraba jaringan dalam kavum uteri
Besar uterus < usia kehamilan
Penanganan :
Kuretase
Antibiotika, uterotonika
MISSED ABORTION
embrio atau fetus telah meninggal, dan hasil konsepsi masih tertahan
dalam kandungan selama 2 bulan atau lebih.
Diagnosis :
Rahim mengecil
Tanda – tanda kehamilan sekunder menghilang
Test kehamilan (-)
Kadang terjadi gangguan pembekuan darah.
Penanganan :
Evakuasi / Kuretase
Induksi dengan prostaglandin
ABORTUS HABITUALIS
abortus spontan yang terjadi 3 x berturut – turut.
Etiologi :
Faktor anatomik
Reaksi imunologik
Inkompetensia serviks
Defisiensi asam folat
Penanganan :
Sesuai dengan faktor penyebab.
ABORTUS INFEKSIOSUS
abortus yang disertai dengan infeksi pada alat genitalia.
Diagnosis :
Sama dengan abortus infeksiosus disertai dengan tanda septik, a.l :
Keadaan umum yang jelek s/d syok
Tekanan darah menurun
Nadi cepat
Temperatur tinggi
Penanganan :
Keseimbangan cairan tubuh
Antibiotika adekuat
Kuretase setelah KU membaik
KEHAMILAN AN EMBRIONIK (Blighted Ovum)
kantong gestasi terbentuk tetapi mudigah tidak terbentuk
Diagnosis :
Dengan ultrasonografi (USG) pada kehamilan 7 – 8 mgu kantong gestasi tidak
berkembang atau pada diameter 2,5 cm, tidak disertai gambaran mudigah.
Penanganan :
Dilatasi dan Kuretase.
Kehamilan hasil konsepsi tidak embrio
Terjadi proliferasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidropik
Diagnosis
• Amenore, perdarahan pervaginam
• Uterus > daripada usia kehamilan
• Balotemen tidak ada
• Denyut jantung tidak terdengar
• Peningkatan h CG
• Dengan USG: - gambaran badai salju ( snow flake pattern), gambaran sarang
lebah (honey comb)
• Keluar tampak gelembung mola
MOLA HIDATIDOSA
1. Perbaikan keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola
Managemen
KEHAMILAN EKTOPIK
Kehamilan dimana hasil konsepsi tidak menempel pada
endometrium kavum uteri
Lebih dari 95% berada pada tuba fallopi
Bisa ____ terjadi pada serviks, ovarium, abdominal
Etiologi:
Faktor tuba
Faktor abnormalisasi zigot
Faktor ovarium
Faktor ovarium
Faktor hormonal
Faktor lain
Masalah:
Konsepsi mati (diresorbsi)
Abortus tuba
Ruptur dinding tuba
Diagnosis
KE yang belum terganggu (dgn USG)
KET (Kehamilan Ektopik Terganggu)
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ginekologi
Terapi: laparatomi
KEHAMILAN DENGAN
PENYAKIT INFEKSI
Yang memberikan pengaruh khusus pada kehamilan adalah infeksi
oleh virus hepatitis B, virus hepatitis D dan virus hepatitis E.
Virus Hepatitis
Virus Hepatitis B (VHB)
Prevalensi VHB pada kehamilan di Indonesia 1 – 5 %.
Kehamilan tidak akan memperberat infeksi VH.
Causa : Virus DNA hepodna virus
Gejala-gejala : malaise, demam, arthritis, urtikaria,
jaundice dan bisa juga glomerulonefritis
Diagnosis :
Dengan pemeriksaan serologis ditemukan adanya :
Virus hepatitis B (dane-particle)
HBc Ag (hepatitis B core antigen)
HBs Ag (hepatitis B surface antigen)
Hbe Ag (hepatitis B e antigen)
Dengan pemeriksaan serologis baru terlihat hasil :
6 – 7 minggu setelah terpapar virus
2 minggu pada infeksi berat
Penularan ke Janin :
Berasal dari transmisi vertikal waktu melahirkan dan melalui ASI
Transplasenta sangat jarang ditemukan
Dengan imunisasi 3 x penularan selama pemberian ASI dapat
diturunkan (Hiil, dkk : 2004)
Infeksi akut pada kehamilan dapat menyebabkan hepatitis fulminan
yang dapat menyebabkan mortalitas pada ibu dan bayi.
Pada Ibu dapat menyebabkan abortus dan perdarahan pasca
persalinan.
Pada Bayi pada masa bayi tidak terdapat gangguan serius. Setelah
dewasa bila terjadi penularan vertikal VHB 60 – 90% mengidap
kronik VHB 30% kemungkinan menderita kanker hati atau sirosis +
40 th kemudian.
Faktor predisposisi terjadinya penularan vertikal :
Titer DNA – VHB tinggi pada ibu.
Terjadinya infeksi akut pada kehamilan trimester III.
Persalinan lama.
Mutasi VHB.
Penatalaksanaan :
Pada ibu hamil lebih banyak bertujuan untuk menurunkan resiko infeksi
terhadap janin.
Diberikan : spiramisin 3 gr sehari selama 3 minggu, diulangi dengan
interval 2 minggu, hingga kehamilan aterm.
ASI dapat diberikan.
Pencegahan :
Jangan makan daging mentah.
Tinja, kencing dibersihkan atau diberi zat anti septik.
Mencegah kontaminasi makanan terhadap lalat atau kecoa.
Mencuci tangan sebelum makan.
Bila berkebun, sebaiknya memakai sarung tangan.
GONORE
Causa
: Neisseria Gonorrhoeae
merupakan kuman diplokokus Gram
negatif bersifat tahan asam.
Gejala klinik :
Pada GO akut adalah : perasaan nyeri saat
kencing, sering kencing, gatal pada vulva,
sekret yang purulen dari urethra, para
urethra, bartholin dan sekresi mukopurulen
dari serviks. Penyebaran dapat ke uterus dan
adexa salpingo – ooforitis.
Pada GO menahun, kuman dapat bersarang
pada serviks uteri tanpa gejala apapun dan
dapat menularkan kepada partnernya.
Diagnosis :
Laboratorium dengan menemukan N gonorrhoeae secara mikroskopis atau
biakan.
Cara penularan
Kontak seksual.
Secara vertikal pada masa kehamilan.
Sifilis tersier :
Terjadi pada 1/3 pasien yang tidak diobati.
Dapat terjadi beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah fase latent
dimulai.
Menimbulkan kerusakan pada sistem saraf pusat, sistem kardiovaskuler,
mata, kulit dan organ lain
Pada sistem kardiovaskuler dapat timbul aneurisma aorta dan
endokarditis.
Sifilis pada kehamilan :
Gejala klinik tidak banyak berbeda dengan saat tidak hamil.
Transmisi treponema dari ibu ke janin setelah plasenta berbentuk utuh
(+ 16 minggu).
Bila lesi primer / sekunder ditemukan setelah 16 minggu kemungkinan
timbul sifilis kongenital.
Efek sifilis pada kehamilan tergantung dari lamanya infeksi terjadi dan
pada pengobatan.
Dapat menyebabkan abortus, partus prematur, kematian janin atau
sifilis kongenital.
Diagnosis :
Menemukan T pallidum dalam spesimen.
Tes non treponemal (VDRL) (tes serologis) untuk sifilis kongenital
diperlukan pemeriksaan IgM pada bayi.
Pengobatan :
Penisilin benzatin 2,4 juta iu untuk sifilis primer, sekunder dan latent
dini.
Sifilis lanjut diberikan 3 dosis.
Eritromisin 4x500 mg /hari selama 30 hari.
Untuk bayi yang lahir dari ibu yang zero positif diberikan benzatin
penisilin 50.000 iu/kg.bb dosis tunggal i.m.
Etiologi :
1. Aktifasi hormonal
2. Inflamasi
3. Perdarahan desidua
4. Peregangan uterus patologik
5. Kelainan pada uterus dan serviks.
Antibiotika :
Eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari
Ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari
• Usia Gestasi :
Uk ≥ 34 minggu dapat ditingkat dasar / primer
Uk < 34 minggu di RS dengan fasilitas Neonatal yang memadai
• Cara Persalinan :
Pervaginam
–Presentasi kepala
–Letak sungsang uk > 34 minggu
Seksio Sesarea
–Presentasi kepala / sungsang dengan indikasi obstetrik
–Letak sungsang uk 30 – 34 minggu
-Metode kanguru
KEHAMILAN POST TERM
KEHAMILAN POST TERM
Nama Lain :
kehamilan lewat waktu
kehamilan serotinus
kehamilan lewat bulan
postdate / posdatisme
pasca maturitas
Definisi : kehamilan yang berlangsung 42 minggu
atau lebih
Etiologi : belum jelas
Beberapa Teori :
pengaruh progesteron
teori oksitosin
teori kortisol / ACTH janin
saraf uterus
herediter
Diagnosis :
Riwayat haid
Riwayat pemeriksaan antenatal
Tinggi fundus uteri
Pemeriksaan Ultrasonografi / USG
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan laboratorium
• Riwayat Haid :
– Harus yakin dengan HPHT nya
– Siklus 28 hari dan teratur
– Tidak minum pil anti hamil 3 bulan terakhir
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan rumus Naegele (tanggal + 7 bulan -3/+9,
tahun +1)
• Riwayat Antenatal:
– Test kehamilan
– Gerak janin
– Denyut jantung janin
• Pemeriksaan U S G :
– Keadaan air ketuban
– Keadaan plasenta
• Pemeriksaan Radiologi :
– Gambaran epifisis / pusat penulangan
• Pemeriksaan Laboratorium :
– Kadar Lesitin / spingomielin
– Aktivitas tromboplastin cairan amnion
– Sitologi cairan amnion, cairan vagina
• Permasalahan :
– Perubahan pada plasenta
– Pengaruh pada janin
– Pengaruh pada ibu
– Aspek Medikolegal
Perubahan pada Plasenta :
Penimbunan kalsium
Selaput vaskulosinsisial menjadi lebih tebal dan jumlahnya berkurang
Degenerasi jaringan plasenta
Perubahan biokimia
Perubahan pada Janin :
Berat Janin
Menurun (Vorkerr)
Naik (Zwerdluig)
Sindroma post maturitas
Stadium I : kulit kehilangan vernik kaseosa
kering, rapuh, mudah mengelupas.
Stadium II : gejala diatas, pewarnaan mekonium.
Stadium III : kekuningan pada kuku, kulit dan
tali pusat
Gawat Janin
• Pengaruh pada Ibu :
– Morbiditas / Mortalitas oleh karena :
• Makrosomia
• Partus lama
– Aspek Emosi
• Pengelolaan :
Aktif : persalinan anjuran pada usia 41 – 42
minggu untuk memperkecil risiko
pada janin.
Pasif : menunggu / ekspektatif : dilakukan
pengawasan sampai ada indikasi.
Sebelum mengambil langkah :
» Tentukan kepastian diagnosis
» Identifikasi kesejahteraan janin
» Periksa kematangan serviks
• Pengelolaan :
Aktif : persalinan anjuran pada usia 41 – 42
minggu untuk memperkecil risiko
pada janin.
Pasif : menunggu / ekspektatif : dilakukan
pengawasan sampai ada indikasi.
Sebelum mengambil langkah :
» Tentukan kepastian diagnosis
» Identifikasi kesejahteraan janin
» Periksa kematangan serviks
• Serviks sudah matang :
dilakukan induksi persalinan
• Serviks belum matang :
pantau keadaan janin dengan pemeriksaan NST dan USG, dan kematangan
serviks setiap kunjungan.
Pengelolaan selama persalinan :
Pemantauan yang baik terhadap ibu dan janin.
Hindari penggunaan obat penenang dan analgetika.
Awasi jalannya persalinan.
Persiapan oksigen.
Cegah terjadinya aspirasi, mekoneum, hipotermia, hipoglikemia.
Hati-hati kemungkinan terjadi distosia bahu.
PERTUMBUHAN JANIN
TERHAMBAT
• BB janin kurang dari 10% dari BB yang harus dicapai pada
usia kehamilan tertentu
• Setelah 2 minggu pertumbuhan tidak ada
Dampak:
▫ Jangka pendek:
Resiko kematian janin 6-10 kali lebih tinggi
▫ Jangka panjang:
Hipertensi
Aterosklerosis
Stroke
Diabetes
• Penyebab:
▫ Hipertensi dalam kehamilan
▫ Gemeli
▫ Anomali janin
▫ Sindrom antipospolipid
▫ SLE
▫ Infeksi Rubela, sifilis, CMV
▫ Penyakit jantung
▫ Asma
▫ Merokok
▫ narkoba
▫ Kekurangan gizi
Pembagian
1. PJT asimetrik
Ok: kelainan sirkulasi uteroplasenta
2. PJT simetrik
Ok:
genetik (faktor janin)
Lingkungan uterus kronik (diabetes, hipertensi)
Diagnosis:
Klinik:
dikenal setelah 28 minggu
Tinggi fundus uteri lebih rendah 3cm dari sebelumnya
USG: biometri dan tafsiran berat janin tidak sesuai dengan
usia gestasi
Doppler: arus darah abnormal pada a. umbilikalis, a.
uterina, dan a. spinalis
Managemen PJT
Terminasi pada usia gestasi optimal 33-34 minggu setelah
dilakukan pematangan paru
Pervaginam (kesejahteraan janin baik)
Seksio Sesarea (kesejahteraan janin buruk)