Puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Femur Sinistra”. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
Makalah ini disusun dengan memperhatikan berbagai pandangan dari
beberapa aspek. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi pembaca, demikian pula dengan makalah ini. Kami menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun makalah ini.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................1
1.3 Manfaat...................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSAKA.............................................................................2
2.1 Pengertian Fraktur Femur....................................................................2
2.2 Etiologi....................................................................................................2
2.3 Patofisiologi............................................................................................4
2.4 Tanda dan Gejala...................................................................................4
2.5 Penatalaksanaan.....................................................................................5
2.6 Pemeriksaan Penunjang........................................................................9
2.7 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Femur Sinistra............10
BAB III PENUTUP..............................................................................................44
3.1 Kesimpulan...........................................................................................44
3.2 Saran.....................................................................................................44
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui faktor
pengetahuan mengenai Fraktur Femur, serta untuk mengetahui cara
memberi asuhan keperawatan pada pasien Fraktur Femur.
1.3 Manfaat
Meberikan pengetahuan mengenai Fraktur Femur, khususnya pada
pemberian asuhan keperawatan pada pasien Fraktur Femur.
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2.2 Etiologi
Klasifikasi fraktur: (Chairuddin,2003)
a) Klasifikasi etiologis :
1. Fraktur traumatic.
2. Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan
atau penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang
(infeksi, tumor, kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara
spontan atau akibat trauma ringan.
3. Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan
berulang-ulang pada daerah tulang yang menopang berat badan.
Fraktur stress jarang sekali ditemukan pada anggota gerak atas.
b) Klasifikasi klinis :
1. Fraktur tertutup (simple fraktur) bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (compoun fraktur) bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan di
kulit.
Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat (menurut R.Gustino) yaitu:
Derajat I :
- Luka <1cm.
- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka
remuk.
- Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan .
2
- Kontaminasi minimal.
Derajat II :
- Laserasi>1cm.
- Kerusakan jaringan lunak,tidak luas,flap/avulsi.
- Fraktur kominutif sedang.
- Kontaminasi sedang
Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur
kulit,otot,dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat
tinggi.
Fraktur dapat dikategorikan berdasarkan sebagai berikut:
Jumlah garis
- Simple fraktur : terdapat satu garis fraktur.
- Multiple fraktur : lebih dari satu garis fraktur.
- Comminutive fraktur : lebih banyak garis fraktur
dan patah menjadi fragmen kecil.
Luas garis fraktur
- Fraktur inkomplit : tulang tidak terpotong secara
total.
- Fraktur komplikasi : tulang terpotong total.
- Hair line fraktur : garis fraktur tidak tampak
Bentuk fragmen
- Green stick : retak pada sebelah sisi dari tulang
(sering pada anak anak).
- Fraktur transversal : fraktur fragmen melintang.
- Fraktur obligue : fraktur fragmen miring.
- Fraktur spiral : fraktur fragmen melingkar
3. Fraktur dengan komplikasi, misal malunion, delayed, union,
nonunion, infeksi tulang
c) Klasifikasi radiologis :
1. Lokalisasi : diafisal, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan
dislokasi
3
2. Konfigurasi : F.transfersal, F.oblik, F.spiral, F.Z, F,segmental,
F.komunitif (lebih dari deaf ragmen), F.baji biasa pada vertebra
karena trauma, F.avulse, F.depresi, F.pecah, F.epifisis.
3. Menurut ekstensi : F.total, F.tidak total, F.buckle atau torus,
F.garis rambut, F.greenstick .
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya:
tidak bergeser, bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi,
distraksi, over-riding, impaksi).
2.3 Patofisiologi
Fraktur
Pelepasan histamin
Ganguan fungsi Metabolisme asam lemak
ekstremitas
Protein histamin hilang
Hambatan mobilitas Bergabung dgn trombosit
fisik
Edema
Emboli
Laserasi kulit Menyumbat pembulu
Penekanan pembuluh
darah darah
2.5 Penatalaksanaan
Nyeri dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan terapi non
farmakologi yaitu teknik relaksasi, massage, kompres, terapi musik,
murotal, distraksi, dan guided imaginary. (Smeltzer et al., 2008).
Teknik non farmakologi merupakan salah satu intervensi keperawatan
secara mandiri untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika nyeri muncul
dan dapat digunakan pada seseorang sehat ataupun sakit (Perry &
Potter, 2005).
1. Terapi Farmakologi
a) Analgesik narkotika (opioid)
Opioid berfungsi sebagai pereda nyeri yang akan
memberikan efek euphoria karena obat ini menyebabkan ikatan
dengan reseptor opiate dan mengaktifkan penekanan nyeri
endogen yang terdapat di susunan saraf pusat. Digunakan untuk
paasien dengan tingkat nyeri sedang hingga berat. Obat-obat
yang termasuk opioid aldalah morfin, metadon, meperidin
(petidin), fentanyl, buprenorfin, dezosin, butorfanol, nalbufin,
nalorfin dan pentasozin. Jenis obat tersebut memiliki rata-rata
waktu paruh selama 4 jam (Ghassani, 2016).
5
b) Analgesik non narkotika (non opioid)
Nonsteroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) obat jenis
ini tidak hanya memiliki efek anti nyeri namun dapat
memberikan efek antiinflamasi dan antipiretik. Terapi ini
digunakan untuk pasien nyeri ringan hingga sedang. Obat yang
termasuk dalam jenis ini adalah aspirin, asaminofen, ibuprofen,
ketorolac, dan parasetamol (Ghassani, 2016).
c) Ketorolak
Ketorolak termasuk anti inflamasi non-steroid dengan sifat
analgesik yang kuat dan efek antiinflamasi sedang. Ketorolak
bekerja secara selektif menghambat COX-1. Absorpsi ketorolak
berlangsung cepat, baik itu melalui oral, maupun intramuskular.
Ketorolak dapat dipakai sebagai pengganti morfin dan
penggunaannya dengan analgesik opioid dapat mengurangi
kebutuhan opioid sebesar 20-50%. Dosis intramuskular ketorolak
sebesar 30-60 mg, secara intravena sebesar 15-30 mg, dan secara
oral sebesar 5-30 mg. Ketorolak bersifat toksik pada beberapa
organ, seperti hati, lambung, dan ginjal jika digunakan dalam
jangka waktu lebih dari 5 hari.
d) Morfin
- Farmakodinamik
Morfin bekerja secara agonis pada reseptor. Morfin
menimbulkan analgesik dengan cara berikatan pada reseptor
opioid pada SSP dan medula spinalis yang berperan pada
transmisi dan modulasi nyeri. Pemberian morfin dalam
dosis kecil (5-10 mg) akan menyebabkan euforia pada
pasien yang sedang nyeri. Namun, pemberian morfin
dengan dosis 15-20 mg, pasien akan tertidur cepat dan
nyenyak. Efek analgetik morfin dan opioid lain sangat
selektif dan tidak disertai hilangnya fungsi sensorik lain.
Yang terjadi adalah perubahan reaksi terhadap stimulus
6
nyeri, jadi stimulus nyeri tetap ada namun reaksinya
berbeda.
- Farmakokinetik
Pada umumnya, morfin diberikan secara oral maupun
parenteral dengan efek analgetik yang ditimbulkan
pemberian oral jauh lebih rendah daripada pemberian
parenteral. Kemudian, morfinakan mengalami konyugasi
dengan asam glukoronat di hati. Ekskresi morfin terutama
dilakukanoleh ginjal dan sebagian kecil morfin bebas
terdapat di tinja dan keringat. Morfin dan opioid lain
terutama diindikasikan untuk meredakan nyeri hebat yang
tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Morfin
sering digunakan untuk nyeri yang menyertai trauma
misalnya luka bakar, fraktur, dan nyeri pasca bedah.
e) Metedon
Metadon diberikan untuk meredakan jenis nyeri yang dapat
dipengaruhi morfin. Pada dosis yang ekuianalgetik, metadon
sedikit lebih kuat dari pada morfin. Selain sebagai penghilang
rasa nyeri yang ada, manajemen farmakologi pada fraktur juga
bersifat profilaksis. Hal ini dilakukannya khususnya pada fraktur
terbuka dan fraktur yang akan segera dilakukan fiksasi interna.
Umumnya, diberikan antibiotik cephalosporin generasi 1 dengan
dosis 1 gram pada fraktur yang akan segera difiksasi interna.
Untuk fraktur terbuka,antibiotik yang diberikan disesuaikan
besar luka yang terbentuk.
Jika lukanya bersih dan luasnya kurang dari 1 cm,
cephalosporin generasi pertama dengan dosis 1 gram sudah
cukup. Jika lukanya lebih luas, harus ditambahkan pemberian
antibiotik khusus gram negatif. Jika lukanya tampak agak kotor,
pemberian 1,5 mg gentamicin juga harus dilakukan dan jika
lukanya tampak sangat kotor harus dilakukan pemberian
penicillin untuk mencegah infeksi clostridium.
7
2. Terapi Nonfarmakologi
Teknik non farmakologi banyak digunakan untuk mengatasi nyeri
pada pasien fraktur, selain itu terapi non farmakologi tidak memiliki
efek samping. Dalam studi ini, penulis ingin membahas tentang
teknik non farmakologi untuk mengatasi nyeri pada pasien
fraktur.Terapi non farmakologis tersebut diantaranya terapi musik,
meditasi dzikir, kompres dingin, terapi Asmaul Husna, cold pack,
relaksasi nafas dalam dan ROM. Terdapat 4 terapi non farmakologi
yang efektif dalam menurunkan skala nyeri pada pasien fraktur
yaitu, teknik distraksi, relaksasi nafas dalam, kompres dingin (Cold
Pack) dan Range of Motion (ROM).
1. Distraksi pendengaran
Distraksi pendengaran tersebut adalah terapi musik
instrumental dan terapi mendengarkan Asmaul Husna.
Berdasarkan hasil penelitian terapi tersebut efekti dalam
menurunkan skala nyeri pada pasien fraktur. Musik atau
sejenisnya memberikan efek distraksi dan sisasosiasi opiat
endogen di beberapa fosi didalam otak, termasuk hipotalamus
dan sistem limbik (Joyce & Jane, 2014).
2. Relaksasi Nafas Dalam
Hasil penelitian yang didapatkan menurut dengan hasil
relaksasi nafas dalam efektif digunakan untuk menurunkan skala
nyeri yang dirasakan oleh pasien pre maupun post operasi
fraktur. Relaksasi nafas dalam dapat memberikan perubahaan
yang dirasakan pada oleh tubuh secara fisiologis yang bersifat
emosional serta sensorik.
3. Kompres Dingin (Cold Pack)
Kompres dingin (Cold Pack) efektif digunakan untuk
menurunkan nyeri yang dirasakan oleh pasien. Kompres dingin
merupakan salah satu tindakan keperawatan dan banyak
digunakan untuk menurunkan nyeri. Sensasi dingin yang
dirasakan memberikan efek fisiologis yang dapat menurunkan
8
respon inflamasi, menurunkan alirah darah, mampu menurunkan
edema serta mengurangi rasa nyeri local.
4. Range of Motion (ROM)
Hasil penelitian yang didapatkan ROM efektif digunakan
untuk menurunkan skala nyeri pada pasien post operasi fraktur.
ROM merupakan upaya pengobatan yang penatalaksanaannya
menggunakan latihan gerak baik secara aktif maupun secara
pasif. ROM diberikan untuk mengatasi gangguan fungsi gerak,
mecegah komplikasi, mengurangi nyeri dan edema dan melatih
aktivitas akibat operasi. ROM diberikan pada bagian yang
mudah kontraksi dan relaksasi sehingga pasien yang telah
menjalani operasi fraktur tidak mengalami kekakuan otot
(Hendrik, 2012).
9
2.7 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Femur Sinistra
KASUS
Seorang klien laki-laki bernama Tn. A umur 25tahun datang ke
UGD Rumah sakit C diantar oleh keluarga (istrinya) pada jam 19.00
tanggal 28 September 2021 setelah mengalami kecelakaan sepeda
motor saat hendak pulang kerja. Klien mengeluh nyeri pada bagian
kaki kiri dengan sensasi seperti tertimpa beban berat dengan skala
nyeri 8 (1-10). Klien mengatakan nyeri nya berfokus pada satu
titik .klien mengatakan nyerinya muncul secara terus menerus. Klien
tampak meringis kesakitan. Pada area kaki sebelah kiri terdapat
laserasi panjang ± 10 cm dan kedalaman luka 0,5 cm, luka kotor,
berwarna kemerahaan, tidak terbalut kassa, dan terdapat oedema,
deformitas, krepitasi, spasme otot dan nyeri. Klien mengeluh
kesakitan pada saat mengangkat kaki kiri. Klien mengatakan cemas
dan takut karena baru pertama kali akan dilakukan tindakan operasi.
Kalien tampak cemas. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum klien saat dilakukan pengkajian bedrest/berbaring,
kesadaran compos metis (CM), GCS : 4,5,6, TD : 150/90 mmhg,
Nadi: 90 ×/menit, RR: 26 ×/menit, S: : 37,5℃, TB : 165 cm, BB : 70
kg. Hasil laboratorium : Hemoglobin 9,8 Gr/dl, Leukosit 13.000
Sel/mm3, Hematokrit 38 %, Trombosit 450.000 Sel/mm3,
Natrium/Na 140 mEq/L, Kalium/K 4.0 mEq/L, Kalsium/Ca 3.6
mEq/L, Ureum 28 mg/dl, hasil foto rontgen menunjukkan pasien
fraktur femur 1/3 distal (sinistra) sehingga pasien di diagnosa
Fraktur Femur Sinistra dan klien dijadwalkan operasi pada tanggal
29 September 2021. Untuk mempersiapkan operasi klien dirawat
diruang anggrek pada tanggal 28 September 2021.
10
Pada tanggal 30 September 2021 jam 20.00 wib, setelah
dilakukan tindakan post operasi klien dirawat di ruang anggrek.
klien mengatakan sakit pada bekas operasi, luas luka operasi ± 19
cm jenis jahitan vertikal, Tampak disekitar kulit kemerahan di
daerah luka bekas operasi dan disekitar jahitan. Klien tampak lemah,
dalam melakukan aktivitas klien, aktivitas klien tampak dibantu oleh
keluarga dan klien mengeluh tidak bisa beraktivitas/ mobilisasi
secara normal. Hasil pemeriksaan fisik TD : 145/80 mmhg, Nadi: 85
×/menit, RR : 26 ×/menit, S: 37,0℃. Klien mendapatkan terapi Infus
RL 20 tpm, Injeksi cefotaxime 2x1 gram, Injeksi ketorolac 3x30 mg,
Injeksi Antrain 3x500 mg.
11
FORMAT PENGKAJIAN
1. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn..A
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Pria
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku Bangsa : Timur
Alamat : Depok II
Tanggal Masuk : 28 September 2021
Tanggal Pengkajian : 28 September 2021
No. Register : 002345
Diagnosa Medis : Fraktur femur sinistra
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.Y
Umur : 24 tahun
Hub. Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Depok II
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) :
Pre op pada tanggal 28 September 2021 :
12
Klien setelah mengalami kecelakaan sepeda motor saat
hendak pulang kerja. Klien mengeluh nyeri pada bagian
kaki kiri dengan sensasi seperti tertimpa beban berat
dengan skala nyeri 8 (1-10)
Post op pada tanggal 30 September 2021 :
Klien mengatakan sakit pada bekas operasi, luas luka
operasi ± 19 cm jenis jahitan vertikal, Tampak disekitar
kulit kemerahan di daerah luka bekas operasi dan
disekitar jahitan
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat
ini :
Pre op pada tanggal 28 September 2021:
Klien setelah mengalami kecelakaan sepeda motor saat
hendak pulang kerja. Klien mengeluh nyeri pada bagian
kaki kiri dengan sensasi seperti tertimpa beban berat
dengan skala nyeri 8 (1-10). Klien mengatakan nyeri
nya berfokus pada satu titik .klien mengatakan nyerinya
muncul secara terus menerus. Klien tampak meringis
kesakitan. Pada area kaki sebelah kiri terdapat laserasi
panjang ± 10 cm dan kedalaman luka 0,5 cm, luka
kotor, berwarna kemerahaan, tidak terbalut kassa, dan
terdapat oedema, deformitas, krepitasi, spasme otot dan
nyeri. Klien mengeluh kesakitan pada saat mengangkat
kaki kiri. Klien mengatakan cemas dan takut karena
baru pertama kali akan dilakukan tindakan operasi.
Kalien tampak cemas.
Post op pada tanggal 30 September 2021:
Klien mengatakan sakit pada bekas operasi, luas luka
operasi ± 19 cm jenis jahitan vertikal, Tampak disekitar
kulit kemerahan di daerah luka bekas operasi dan
disekitar jahitan. Klien tampak lemah, dalam
melakukan aktivitas klien, aktivitas klien tampak
13
dibantu oleh keluarga dan klien mengeluh tidak bisa
beraktivitas/mobilisasi secara normal.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Tidak dilakukan pengkajian.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami :
Klien mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit
2. Pernah dirawat :
Klien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya
3. Alergi :
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi.
4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) :
Klien mengatakan tidak merokok
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien megatakan tidak memiliki identifikasi berbagai
penyakit keturunan umumnya menyerang serta penyakit.
d. Diagnosa Medis dan Therapy
1. Diagnosa : Fraktur femur sinistra
2. Therapy : Infus RL 20 tpm, Injeksi cefotaxime 2x1
gram, Injeksi ketorolac 3x30 mg, Injeksi Antrain 3x500
mg.
14
- Selama sakit : Klien mengatakan nafsu
makan menurun
c. Pola Eliminasi
1. BAB :
- Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB
lancer.
- Selama sakit : Klien mengatakan BAB
dalam batas normal ditempat tidur
2. BAK
- Sebelum sakit : Klien mengatakan BAK
lancer.
- Selama sakit : Klien mengatakan BAK
dalam batas normal ditempat tidur.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1. Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri
0 1 2 3 4
Makan dan Minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0 : mandiri, 1: alat bantu,
3 : dibantu orang lain dan alat 2: dibantu orang
4 : tergantung total
2. Latihan
- Sebelum sakit : Klien mengatakan sehari-hari
beraktivitas, bekerja sebagai karyawan swasta.
- Selama sakit : Klien mengeluh tidak bisa
beraktivitas/ mobilisasi secara normal
15
e. Pola Kognitif dan Persepsi
- Sebelum sakit : Klien merasa sehat dan
senang dalam beraktivitas.
- Selama sakit : Klien mengatakan cemas rasa
ketidakmampuan untuk melalukan aktivitas secara
normal.
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Tidak dilakukan pengkajian
g. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit : Klien mengatakan tidur
dengan waktu yang cukup.
- Selama sakit : Klien mengatakan mengalami
kesulitan untuk tidur karena nyeri dan susah bergerak.
h. Pola Peran-Hubungan
Klien mengatakan selama di rumah sakit klien tidak dapat
menjalankan peran sebagai kepala keluarga dalam keluarga
serta menjadi seorang karyawan swasta pada suatu
perusahaan.
i. Pola Seksual-Reproduksi
- Sebelum sakit : Klien mengatakan melakukan
hubungan 2x dalam seminggu.
- Selama sakit : Klien mengatakan tidak
melakukan hubungan selama sakit.
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Klien mengatakan cemas dan takut karena baru pertama kali
akan dilakukan tindakan operasi.
k. Pola Nilai Kepercayaan
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan beragama
islam dan selalu beribadah 5 waktu.
- Selama sakit : Pasien mengatakan beragama
islam dan selalu berdoa kepada Allah SWT untuk
diberikan kesembuhan.
16
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Sedang
- Tingkat kesadaran : Composmetis.
- GCS : Verbal : 4, Psikomotor : 5, Mata : 6
b. Tanda-tanda Vital :
1) TTV pada tangga 28 September 2021
- Nadi : 90x/menit.
- Suhu : 37,5°C.
- TD: 150/90 Mmhg.
- RR: 26 x/menit.
2) TTV pada tanggal 30 September 2021
- Nadi : 85 x/menit.
- Suhu : 37°C.
- TD: 145/80 Mmhg.
- RR: 26 x/menit.
c. Keadaan Fisik
1) Kepala dan leher
- Kepala :
Berbentuk oval , tidak ada luka atau cedera
kepala, kulit kepala bersih.
- Mata :
Mata lengkap dan simetris, tidak ada
pembengkakkan pada kelopak mata, dan kornea
mata keruh.
- Telinga :
Bentuk telinga simetris kanan dan kiri, ukuran
berukuran sedang, ketegangan telinga elastis, dan
lubang. telinga tidak ada serumen.
- Leher
Tidak ada kelainan pada kelenjar getah bening
dan tekanan vena jugularis (tidak mengalami
17
pembesaran) tidak kaku kuduk.
2) Dada
- Paru
Pemeriksaan paru-paru, pada saat inspeksi thorak
berbentuk simetris kanan dan kiri dan pasien
tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan,
palpasi taktil premitus getaran paru kanan dan
kiri sama pada saat pasien mengucapkan 77,
perkusi terdengar suara sonor dan pada saat
melakukan auskultasi terdengar suara nafas
vesikuler.
3) Payudara dan ketiak :
Klien mengatakan tidak ada gangguan.
4) Abdomen :
Abdomen terdengar tympani dan tidak ada asites.
5) Genetalia :
Klien mengatakan tidak ada masalah.
6) Integumen :
- Pre op : Tampak kotor, berwarna kemerahaan
pada area kaki sebelah kiri terdapat laserasi
panjang ± 10 cm dan kedalaman luka 0,5 cm.
- Post op : Tampak disekitar kulit kemerahan di
daerah luka bekas operasi dan disekitar jahitan. ±
19 cm jenis jahitan vertical.
7) Ekstremitas :
Klien mengalami spasme otot, terdapat oedema,
deformitas, krepitasi dan nyeri . Hasil foto rontgen
menunjukkan pasien fraktur femur 1/3 distal (sinistra).
8) Neurologis :
- Status mental dan emosi : Orientasi, daya ingat,
perhatian dan perhitungan, Bahasa dalam batas
normal.
18
- Pengkajian saraf kranial : Saraf kranial (I s/d
XII) : Normal.
- Pemeriksaan refleks : Elstremitas atas,
bawah dan superficial dalam batas normal.
5. Pemeriksaan Penunjang
- Data laboratorium yang berhubungan :
19
DATA FOKUS
20
- Hasil pemeriksaan fisik
- TD 145/80 mmhg.
- Nadi: 85 ×/menit.
- RR : 26 ×/menit.
- S: 37,0℃.
- Luas luka operasi ± 19 cm jenis
jahitan vertical.
- Tampak disekitar kulit kemerahan
di daerah luka bekas operasi.
21
ANALISA DATA
Pre Operasi
22
- Pada area kaki sebelah kiri
terdapat laserasi panjang ±
2 cm dan dalam 0,5 cm,
luka kotor, berwarna
kemerahaan, tidak terbalut
kassa, dan terdapat
oedema, deformitas,
krepitasi, spasme otot dan
nyeri.
- Klien mendapatkan terapi
Infus RL 20 tpm, Injeksi
cefotaxime 2x1 gram,
Injeksi ketorolac 3x30 mg,
Injeksi Antrain 3x500 mg.
2 DS : Krisis situasional Ansietas
- Klien mengatakan cemas
dan takut karena baru
pertama kali akan
dilakukan tindakan
operasi.
DO :
- Kalien tampak cemas.
- Dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan
umum klien saat dilakukan
pengkajian
bedrest/berbaring,TD :
150/90 mmhg, Nadi: 90
×/menit, RR : 26 ×/menit,
S: : 37,5℃
Post Operasi
23
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Kerusakan Gangguan
- Klien mengeluh tidak bisa
integritas struktur mobilitas fisik
beraktivitas/ mobilisasi
tulang
secara normal.
DO :
- Klien tampak lemah,
dalam melakukan aktivitas
klien, aktivitas.
- Klien tampak dibantu oleh
keluarga.
- Hasil pemeriksaan fisik
TD : 145/80 mmhg, Nadi:
85 ×/menit, RR : 26
×/menit, S: 37,0℃
2 DS : Luka Insisi Resiko infeksi
- Klien mengatakan sakit (Efek prosedur
pada bekas operasi. invasive)
DO :
- Luas luka operasi ± 19 cm
jenis jahitan vertical.
- Tampak disekitar kulit
kemerahan di daerah luka
bekas operasi dan disekitar
jahitan luka tampak masi.
INTERVENSU KEPERAWATAN
Pre Operasi
24
Diagnosa Perencanaan Keperawatan Intervensi
Keperawata
n
Tujuan Kriteria Hasil Manajemen Nyeri
Kecelakaan) karakterstik
25
imajinasi
terbimbing,
kompres
hanat /
dingin, terapi
bermain).
2. Control
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
(mis : suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan).
3. Fasilitasi
istirahat dan
tidur.
Edukasi
1. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri.
2. Anjurkan
menggunakan
analgetic
secara tepat.
3. Ajarkan
Teknik non
farmakologis
untuk
mengurangi
26
rasa nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetic,
jika perlu.
27
ansietas.
6. Dengarkan
dengan penuh
perhatian.
Edukasi
7. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi.
8. Latih Teknik
relaksasi.
Post Operasi
integritas 1. Identifikasi
28
Pengertian Kriteria Hasil : 2. Identifikasi
kemampuan
Keterbatasan Meningkat Cukup Sedan Cukup Menurun
meningkat g menurun pasien dalam
dalam
1. Keluhan Nyeri mobilisasi
gerakan fisik 1 2 3 4 5
dari satu atau 2. Meringis
1 2 3 4 5
lebih 3. Gelisah
ekstermitas 1 2 3 4 5
secara
Memburu Cukup Sedan Cukup Membaik
mandiri. k memburuk g membaik
1. Frekuensi Nadi
1 2 3 4 5
29
Memburu Cukup Sedang Cukup membaik
k memburu membaik
k
1. Gangguan kognitif
1 2 3 4 5
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
30
nyeri yang dirasakan oleh R : Pasien mengatakan
pasien. rasa nyeri nya berfokus
pada satu titik.
S : Skala nyeri 8 rentang
nyeri 1-10.
T : Pasien mengatakan
rasa nyeri nya muncul
- Mengajarkan tekhnik secara terus menerus.
mengontrol lingkungan yg
memperberat rasa nyeri. Hasil :
menumbuhkan mandiri.
tidur.
Hasil :
Rasional : Untuk
- Pasien dapat tidur dan
mengurangi rasa nyeri yang
beristirahat dengan baik.
dirasakan pasien.
- Menjelaskan strategi
meredakan nyeri.
Hasil :
Rasional : Untuk
- Pasien dapat mengalihkan
mengontrol mengatasi nyeri
rasa nyeri dengan teknik
ketika nyeri muncul.
relaksasi nafas dalam.
- Mengajarkan menggunakan
31
analgetic secara tepat dan Hasil :
memonitor efek samping - Injeksi ketorolac 3x30 mg
pengunaan analgetic. dan injeksi Antrain 3x500
Rasional : Kolaborasi mg telah diberikan melalui
dengan dokter untuk IVFD.
mengurangi rasa nyeri.
- Mengidentifikasi
kemampuan mengambil Hasil :
keputusan. - Pasien mampu mengambil
2 Rasional : Untuk keputusan dengan tepat.
mengetahui kemampuan
pasien dalam mengambil
keputusan.
- Memonitor tanda-tanda
ansietas (Verbal dan non Hasil :
verbal). - Pasien mengatakan takut
Rasional : Untuk dan cemas karena akan
mengurangu tanda-tanda dilakukan operasi dan
kecemasan yang mungkin pasien mengatakan takut
terjadi pada pasien. terjadi hal-hal yang tidak
- Menciptakan suasana di inginkan.
terapeutik untuk Hasil :
menumbuhkan - Pasien tampak terlihat
kepercayaan dan nyaman saat bercerita
menemani pasien untuk dengan perawat dan
mengurangi rasa cemas, pasien merasakan tanang
jika memungkinkan. karena sudah ditemani
Rasional : Untuk oleh perawat Ketika
mengurangi rasa cemas pasien merasakan cemas.
pasien dan suasana
teraupetik dapat
mempengaruhi
32
kenyamanan pasien.
- Memahami situasi yang
membuat ansietas dan
Hasil :
mendengarkan dengan
- Pasien menjelaskan
penuh perhatian.
tentang penyebab
Rasional : Meminimalisir
kecemasan yang terjadi
situasi yang menyebabkan
pada diri pasien dan
pasien cemas serta dapat
pasien merasa dihargai
memberikan ketenangan
karena didengarkan saat
pada pasien.
bercerita tentang
- Menganjurkan
kecemasannya.
mengungkapkan perasaan
dan persepsi.
Rasional : Dapat Hasil :
33
mana pasien mampu Hasil :
melakukan mobilisasi. - Pasien dapat melakukan
- Memonitor kondisi umum aktivitas sedikit demi
selama melakukan sedikit.
mobilisasi.
Rasional : Mengetahui
kondisi umum pasien dalam Hasil :
melakukan mobilisasi. - Tampak disekitar kulit
2 - Memonitor tanda dan gejala kemerahan di daerah luka
infeksi local dan sistemik. bekas operasi dan
Rasional : Mengetahui disekitar jahitan sudah
tanda dan gejala infeksi mulai menghilang.
local dan sistemik pada
pasien.
Hasil :
- Pasien mengatakan rasa
- Memberikan perawatan sakit pada area bekas
kulit pada area kemerahan. operasi mulai menghilang.
Rasional : Membantu
mengurangi rasa sakit pada Hasil :
area bekas operasi. - Luka bekas operasi pada
- Mempertahankan teknik pasien tetap terjaga.
aseptic.
Rasional : Mencegah
terjadi nya infeksi yang Hasil :
lebih parah. - Pasien memahami tanda
- Menjelaskan tanda dan dan gejala apa saja pada
gejala infeksi. infeksi.
Rasional : Memberikan
informasi mengenai tanda
dan gejala infeksi.
Jum’at, 1 - Melibatkan keluarga untuk Hasil :
01 membantu pasien dalam - Keluarga pasien tampak
34
Oktober melakukan aktivitas. bersedia dan sudah terlibat
2021 Rasional : Keluarga dapat langsung dalam
07.00 memberi dukungan lebih membantu aktivitas
kepada pasien. pasien.
- Menganjurkan mobilisasi
sederhana yang harus Hasil :
dilakukan (mis. Duduk - Pasien dapat melakukan
ditempat tidur, duduk disisi mobilisasi dengan baik.
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi).
Rasional : Membantu
pasien untuk bisa
bergerak/berjalan kembali
sedikit demi sedikit.
- Memberikan perawatan
kulit pada area kemerahan. Hasil :
Rasional : Membantu - Pasien mengatakan rasa
mengurangi rasa sakit pada sakit pada area bekas
area bekas operasi operasi sudah menghilang.
- Mengajarkan cara mencuci
tangan yang benar. Hasil :
Rasional : - Pasien mengatakan
Untuk mencegah terjadi mengerti cara untuk
nya infeksi berkelanjutan. mencuci tangan dengan
- Mengajarkan bagaimana baik dan benar.
cara memeriksa kondisi Hasil :
luka atau luka operasi. - Pasien mengatakan
Rasional : Membantu mengerti cara memeriksa
pasien dalam memeriksa kondisi luka operasi yang
kondi luka atau luka operasi telah diajarkan
secara mandiri.
35
EVALUASI KEPERAWATAN
36
0,5 cm, luka kotor, berwarna
kemerahaan, tidak terbalut kassa, dan
terdapat oedema, deformitas,
krepitasi, spasme otot dan nyeri.
A:
- Masalah nyeri teratasi Sebagian.
P:
- Intervensi dilanjutkan.
- Identifikasi lokasi, karakterstik
nyeri, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Monitor penggunaan analgetic.
- Berikan Teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis : TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofitback, terapi
pijat, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hanat /
dingin, terapi bermain).
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis :
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
- Fasilitasi istirahat dan tidur.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan menggunakan analgetic
secara tepat.
- Ajarkan Teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
- Kolaborasi pemberian analgetic,
jika perlu
2 S:
37
- Klien mengatakan sudah tidak cemas
dan takut terhadap tindakan operasi.
O:
- Klien tampak tidak cemas.
A:
- Masalah ansietas teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
Kamis, Post Operasi
30 September 1 S:
2021 - Pasien mengatakan mulai bisa
beraktivitas/mobilisasi sedikit demi
sedkit.
O:
- Klien masih tampak lemah dalam
melakukan aktivitas.
- Klien masih tampak dibantu oleh
keluarga.
- Hasil pemeriksaan fisik TD : 145/80
mmhg, Nadi: 85 ×/menit, RR : 26
×/menit, S: 37,0℃
A:
- Masalah gngguan mobilitas fisik
belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi kemampuan pasien
dalam mobilisasi
3. Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi.
4. Libatkan keluarga untuk
38
membantu pasien dalam
melakukan aktivitas
5. Anjurkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur, duduk disisi
tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi).
2 S:
- Klien mengatakan masih merasakan
sakit pada bekas operasi.
O:
- Tampak disekitar kulit masih ada
kemerahan di daerah luka bekas
operasi dan disekitar jahitan luka
masih terdapat masi.
A:
- Masalah resiko infeksi belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
local dan sistemik.
2. Berikan perawatan kulit pada area
kemerahan.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien.
4. Pertahankan Teknik aseptic.
5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi .
6. Ajarkan cara mencuci tangan yang
benar.
7. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi.
8. Anjurkan meningkatkan asupan
39
nutrisi.
Jum’at, 1 S:
01 Oktober - Pasien mengatakan sudah bisa
2021 beraktivitas/mobilisasi secara normal
O:
- Klien tidak tampak lemah dalam
melakukan aktivitas.
- Klien sudah tidak dibantu oleh
keluarga.
- Hasil pemeriksaan fisik TD : 120/80
mmhg, Nadi: 80 ×/menit, RR : 24
×/menit, S: 36,5℃
A:
- Masalah gngguan mobilitas fisik
teratasi
P:
- Intervensi dihentikan, klien pulang.
2 S:
- Klien mengatakan tidak lagi
merasakan sakit pada bekas operasi.
O:
- Tampak disekitar kulit sudah tidak
ada kemerahan di daerah luka bekas
operasi.
A:
- Masalah resiko infeksi teratasi
P:
- Intervensi dihentikan, klien pulang.
40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Fraktur
Femur Sinistra dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang mencangkup pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi. Maka kami menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian telah dilakukan pada Tn. A dengan Fraktur Femur
Sinistra dengan hasil Tn. A mengatakan penyebab rasa nyeri akibat
kecelakaan dari motor, klien mengatakan nyerinya berfokus pada
satu titik, klien mengatakan nyerinya muncul secara terus menerus,
klien mengeluh kesakitan pada saat mengangkat kaki kiri.
2. Diagnosa keperawatan yang didapat pada Tn. A dengan Fraktur
Femur Sinistra disesuaikan dengan teori dan kondisi klien pada saat
itu berjumlah 4 diagnosa keperawatan.
41
3. Intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang muncul sehingga masalah yang dialami
klien dapat teratasi.
4. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan Fraktur
Femur Sinistra dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat. Dalam waktu 4 hari masalah yang dialami klien dapat
teratasi.
5. Hasil evaluasi SOAP yang dilakukan selama 4 hari adalah klien
sudah bisa beraktivitas secara normal , sudah tidak dibantu oleh
keluarga, sudah tidak lagi merasakan sakit pada bekas operasi,
sekitar kulit sudah tidak ada kemerahan didaerah bekas operasi,
masalah teratasi, intervensi dihentikan, dan klien pulang
3.2 Saran
Makalah ini bisa menjadi motivasi dalam melakukan asuhan
keperawatan dan peningkatan pelayanan pada klien fraktur femur
dengan masalah nyeri dengan cara pemberian penyuluhan kepada klien
dan di harapkan keluarga klien dapat menerapkan.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
Nyeri Akut pada Fraktur : Systematic Review. Journal of islamic
nursing. Volume 4(2) : 77-87.
44