Oleh :
Agustina Yulisa Palayukan
202217005
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak komplet pada kontinuitas struktur
tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Fraktur terjadi ketika
tulang menjadi subjek tekanan yang lebih besar dari yag diserapnya (Brunner &
Suddarth, 2016).
1. Fraktur tertutup (closed) bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar di sebut juga fraktur bersih ( karna kulit masih utuh ) tanpa
ada komplikasi. Pada fraktur tertutup terdapat klasifikasi tersendiri
berdasarkan keadaan jaringan lunak di sekitar trauma yaitu :
1. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera
2. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan
3. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan
4. Tingkat 3 : cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
acaman sindroma kompartemen
2. Fraktur terbuka (open compound) terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Kerusakan jaringan dapat
sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi berdasarkan keparahannya :
Tulang panjang umumnya memiliki poros (diafisis) dan dua pangkal (epifisis
proksimal dan distal). Diafisis adalah celah silinder dari tulang kompak yang
mengitasi celah medular (sumsum). Berjajar di bagian dalam dengan lapisan jaringan
penghubung yang tipis yang disebut endosteum. Pada anak-anak dan dewasa awal,
epifisis terpisah dari diafisis oleh lempeng atau kartilago epifisium, dimana tulang
tumbuh lebih panjang. Ketika pertumbuhan tulang lengkap, kartilago epifisium
digantikan oleh tulang, yang menghubungkannya dengan diafisis.
D. Test Diagnostik
1. Radiografi (Sinar-X)
Merupakan uji non invasive yang paling sering digunakan untuk mendeteksi
abnormalitas pada tulang. Digunakan sebagai alat skrining untuk mengetahui
adanya masalah skeletal; namun tidak memperlihatkan kelainan jaringan
lunak/tendon atau ligament.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Merupakan pemeriksaan yang menggunakan magnet besar untuk
menghasilkan gambaran yang detail akan jaringan lunak begitu pula tulang.
MRI digunakan untuk mendeteksi kondisi yang memengaruhi tendon,
ligament, dan otot.
3. Computed Axial Tomography (CAT)
Pemindaian CAT memungkinkan untuk melihat secara segmental dari area
tertentu; membantu dalam mengetahui tumor pada jaringan lunak dan fraktur
tulang spinal
4. Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DEXA)
Pemindaian DEXA mengukur kehilangan tulang dan dianggap uji standar
utama untuk osteoporosis
E. Penatalaksanaan
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) merupakan tidakan bedah
pemasangan plate dan skrew yang digunakan untuk mempertemukan dan memfiksasi
kedua ujung fragmen tulang yang patah dan untuk mengoptimalkan penyembuhan
(Journal of Orthopaedic Surgery, 2011).
Setelah tulang tersambung (sekitar satu hingga dua tahun) maka plate dan
skrew akan dilepas. Tindakan ini disebut dengan Removal of Inplate (ROI). Apabila
ROI tidak dilakukan maka akan mengganggu pertumbuhan tulang dan akan terjadi
infeksi akibat reaksi penolakan dari tubuh (Prabowo, 2015)
Daftar Pustaka
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapore: Elsevier.
Brunner & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC
Ignatavicius, D. D., dkk. (2017). Medical Surgical Nursing Concepts For Interprofessional
Collaborative Care : ELSEVIER
Prabowo, A. A. (2015). Keperawatan pada Klien dengan Post Remove of Inplate Fraktur
Tibia di RSUD Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta