oleh
Alvivo D. Chandra, S.Kep.
NIM 102311101092
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN FRAKTUR CRURIS
oleh: Alvivo D. Chandra. S.Kep
1. Kasus
Fraktur Cruris
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Cruris berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti tungkai bawah
yang terdiri dari tulang tibia dan fibula. Fraktur cruris adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang
tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang mendapatkan stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorbsinya.
Fraktur pada shaft (batang) tibia dan fibula yang sering disebut fraktur
cruris merupakan fraktur yang sering terjadi dibandingkan dengan fraktur pada
tulang panjang lainnya. Periosteum yang melapisi tibia agak tipis terutama
pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah
dan biasanya fragmen frakturnya bergeser karena berada langsung dibawah
kulit sehingga sering juga ditemukan fraktur terbuka.
Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula
yang biasanya terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis atau
persendian pergelangan kaki.
b. Etiologi
Penyebab fraktur diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada
tempat yang terpapar, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan
lunak disekitarnya. jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka
dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan
kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada. Fraktur
karena trauma dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Trauma langsung. Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
b. Trauma tidak langsung. Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.
2) Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan.
Tulang juga bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut
tidak mampu mengabsorpsi energi atau kekuatan yang menimpanya.
3) Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
4) Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses
pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang
bermetastase atau osteoporosis.
c. Patofisiologi
Kondisi ketika tulang patah pada periosteum, pembuluh darah di bagian
korteks, sumsum tulang dan jaringan lunak didekatnya (otot) mengalami cidera.
Hal ini merupakan keadaan derajat yang memerlukan pembedahan segera sebab
dapat menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang terakumulasi akan
menimbulkan pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera yang apabila di tekan
atau di gerakan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang mengakibatkn syok
neurogenik (Mansjoer Arief, 2002).
d. Computed Tomografi-Scanning
Menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana
didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
g. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi rekognisi, traksi, reduksi imobilisasi dan
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
1) Rekognasi
Pergerakan relatif sesudah cidera dapat mengganggu suplai neurovascular
ekstremitas yang terlibat. Karena itu begitu diketahui kemungkinan fraktur
tulang panjang, maka ekstremitas yang cedera harus dipasang bidai untuk
melindunginya dari kerusakan yang lebih parah. Kerusakan jaringan lunak
yang nyata dapat juga dipakai sebagai petunjuk kemungkinan adanya
fraktur, dan dibutuhkan pemasangan bidai segera dan pemeriksaan lebih
lanjut. Hal ini khususnya harus dilakukan pada cidera tulang belakang
bagian servikal, di mana contusio dan laserasio pada wajah dan kulit
kepala
menunjukkan
perlunya
evaluasi
radiografik,
yang
dapat
sendi
panjang
untuk
mempertahankan
4) Imobilisasi Fraktur
bentuk
dengan
h. Komplikasi
1) Komplikasi awal
a) Kerusakan arteri : Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai
dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, sianosis pada bagian distal.
b) Sindrom kompartemen : Merupakan komplikasi yang serius yang
terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah
dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan
yang menekan otot saraf dan pembuluh darah, atau karena tekanan
dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
c) Fat Embolism Syndrome : Komplikasi serius yang sering terjadi
pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-se lemak
yang dihasilkan marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Hal
tersebut ditandai dengan gangguan pernapasan, takikardi, hipertensi,
takipnea dan demam.
d) Infeksi : Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma pada
dan jaringan. Pada trauma ortopedi, infeksi dimulai pada kulit dan
masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka,
tetapi dapat juga karena penggunaan bagian lain dalam pembedahan,
seperti pin (ORIF & OREF) dan plat.
e) Syok : Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya
permeabilitas
oksigenasi menurun.
2) Komplikasi lanjut
kapiler
sehingga
menyebabkan
i. Rehabilitasi Exercise
Terapi
latihan
merupakan
salah
satu
modalitas
fisioterapi
yang
mobilisasi
thorak,
untuk
meningkatkan
oksigenasi
dan
menggunakan
walker
kemudian
ditingkatkan
dengan
a. Pohon Masalah
Fraktur
Perubahan
status
kesehatan
Kurang
informa
si
Kuran
g
penge
tahun
Cedera sel
Degranulasi
sel mast
Pelepas
an
mediato
r kimia
Gg. Mobilitas
fisik
Lepasnya
lipid pada
sum-sum
tulang
Terabsorbsi
masuk
kealiran
darah
Nociceptor
Korteks
serebri
Nyeri
Terapi
restrictif
Diskontuinitas
fragmen tulang
Emboli
Medulla
spinali
Gangguan
pertukaran gas
Luka terbuka
Port de entri
kuman
Gg. Integritas
kulit
Penurunan
laju difusi
Edema
Penekanan
pada jaringan
vaskuler
Resiko Infeksi
Oklusi arteri
paru
Reaksi
peradangan
Nekrosis
Jaringan
paru
Luas
permukaan
paru menurun
Penurunan
aliran darah
Resiko
disfungsi
neurovaskule
r
2.
3.
4.
5.
Tujuan
Kriteria Hasil
Diagnosis: Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang
Klien mengatakan nyeri
1.
Tingkat
1. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,
berkurang atau hilang dengan
kenyamanan:
perasaan
secara
psikologis.
2.
penggunaan keterampilan
fisik
Perilaku
perubahan posisi)
mengendalikan nyeri.
2.
Intervensi
Nyeri:
efek
merusak dari nyeri 6. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai
individual
terhadap emosi
keperluan.
3. Pergerakan sendi
aktif.
4. Perawatan diri:
fungsional meningkatkan
aktivitas kehidupan
sehari-hari.
5. Pelaksanaan
berpindah
memampukan melakukan
aktivitas
3.
mukosa.
2. Penyembuhan luka
kulit/memudahkan
(penyatuan kulit,
terjadi
pen/traksi.
Daftar pustaka
Mansjoer, Arif. dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapsis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Marilynn, Doenges. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta: EGC..
Price, Sylvia. 2006. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer , Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC