Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS DI RUANG STROKE CENTER


RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Kadek Dian Purwata, S.Kep
11194692010074

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN MENINGITIS

Tanggal Februari 2021

Disusun oleh:
Kadek Dian Purwata, S.Kep
11194692010074

Banjarmasin, Februari 2021

Menyetujui,
Program Studi Profesi Ners RSUD. Ulin Banjarmasin
Preseptor Akademik (PA) Preseptor Klinik (PK),

(Bagus Rahmat S., Ns.,M.Kep) (Rahima Fitria, S.Kep., Ns)


NIK. 1166042009021 NIP. 19870321 201101 2 002

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN MENINGITIS

JUDUL KASUS : MENINGITIS


NAMA MAHASISWA : KADEK DIAN PURWATA
NIM : 11194692010074

Banjarmasin, Febbruari 2021

Menyetujui,

Program Studi Profesi Ners RSUD. Ulin Banjarmasin


Preseptor Akademik (PA) Preseptor Klinik (PK),

(Bagus Rahmat S., Ns.,M.Kep) (Rahima Fitria, S.Kep., Ns)


NIK. 1166042009021 NIP. 19870321 201101 2 002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Program Studi PROFESI Ners

Mohammad Basit, S.Kep., Ns., MM


NIP. 1166102012053

LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS
A. Definisi
Meningitis atau radang selaput otak adalah radang pada membran yang
menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang secara kesatuan
disebut meningen (Tarwoto, 2013).
B. Etiologi
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh
berbagai macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis
(Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group A,
Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella,Proteus.
Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak,
infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya
meningitis.
1. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah:
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria
meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri
sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan.
Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai
respon peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang
dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan
serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat
menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis.
Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan
dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang
subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih lanjut dan
peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan
saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema,
membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang
menujuh atau keluar dari sel.

2. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis
ini terjadi sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang
meliputi measles, mumps, herpes simplex dan herpes
zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas korteks
serebral, substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan otak
terhadap berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang
dipengaruhi.Virus herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana
secara cepat menyebabkan perubahan produksi enzim atau
neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi darisel dan kemungkinan
kelainan neurologi.
C. Manifestasi Klinis
Menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis meliputi:
1. Demam merupakan gejala awal
2. Nyeri kepala
3. Mual dan muntah
4. Kejang umum
5. Fotofobia
6. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran
sampai dengan koma
7. Adanya tanda-tanda iritasi meningeal seperti :
a. Kaku kuduk, pasien mengalami kekakuan pada leher sehingga
terdapat kesulitan dalam memfleksikan leher karena adanya spasme
otot-otot leher.
b. Tanda Kernig positif, ketika paha pasien dalam keadaan fleksi lebih
dari 135o karena nyeri.
c. Tanda Brudzinski positif, bila leher paien di fleksikan maka dihasilkan
fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas
bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat pada
sisi ekstremitas yang berlaawanan
Clinical Pathway

Meningitis bakteri : Invasi kuman ke jaringan predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, serebral via nasofaring otak atau spinal
posterior, elinga tengah dan
Neisseria meningitides, dan Staphylococcus aureus mastoid

Meningitis virus : Reaksi peradangan jaringan


serebral Sakit kepala
measles, mumps, herpes simplex dan herpes zoster

Produksi eksudat meningen Tingkat kesadaran


menurun

Trhombus daerah korteks dan


Merangsang tubuh aliran darah serebral Respon pupil menurun
Merangsang
reseptor nyeri untuk melepas pirogen

Penurunan kapasitas
Hypothalamus kebagian Adaptif Intrakranial
termoregulator

Titik patokan suhu


normal

Demam

Hipertermi

Gangguan metabolisme
serebral
Nyeri
berkepanjangan
Kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi, kerusakan endotel,
Sakit kepala nekrosis pembuluh darah Suplai O2 menurun Distori sensori

Respon tidak sesuai


Nyeri Kronis Infeksi/ septicemia jaringan Hipoksia jaringan
otak

kerja pernapasan
Merintih Iritasi meningen dan Perubahan meningkat
fisiologis intrakranial
gelisah
Kelelahan dan
Meningitis kelemahan
Gg. Rasa
nyaman
Edema pada serebral dan Kesulitasn
peningkatan Tekanan intra kranial beraktivitas

Intoleransi Aktivitas
D. Komplikasi
Tarwoto ( 2013), dampak maslah yang ditimbulkan pada pasien meningitis
berupa:
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Hydrosephalus
3. Infark serebral
4. Abses otak
5. Kejang
6. Pnemonia
7. Syok sepsis
8. Defisit intelektual

E. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium 
a. Darah : Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel darah putih
(10.000-40.000/mm3), pemeriksaan koagulasi, kultur adanya
mikroorganisme pathogen.
b. Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam urine.
2. Radiografi :
Untuk menentukan adanya sumber infeksi misalnya Rongen dada untuk
menentukan adanya penyakit paru seperti TBC paru, pneumonia, abses
paru. Scan otak untuk menentukan kelainan otak.
3. Pemeriksaan lumbal pungsi : untuk membandingkan keadaan CSF
normal dengan meningitis.
Data Penujang menurut Hudak dan Gallo(2012):
a. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat,
kadar glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum
meningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K +
turun
5. MRI, CT-Scan
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum :
a. Pasien di isolasi
b. Pasien di istirahatkan/bedrest
c. Kontrol hipertermia dengan kompres, pemberian antipiretik seperti
parasetamol, asam salisilat
d. Kontrol kejang : Diazepam, fenobarbital
e. Kontrol peningkatan tekanan intracranial : Manitol, kortikosteroid
f. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi

2. Pemberian antibiotic
a. Diberikan 10-14 hari atau sedikitnya 7 hari bebas panas
b. Antibiotik yang umum diberikan : Ampisilin, gentamisin, kloromfenikol,
selalosporin.
c. Steroid untuk mengatasi inflamasi
d. Antipiretik untuk mengatasi demam
e. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
f. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
g. Pembedahan : seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton)

3. Pengobatan simtomatis :
a. Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis
b. Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
c. Turunkan panas Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10
mg/kg/dosis
d. Kompres air PAM atau es.

4. Pengobatan suportif :
a. Cairan intravena.
b. Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%
c. Perawatan pada waktu kejang
1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
2) Hisap lender
3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).

G. Fokus Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan
alamat.
b. Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan
klien, pendidikan, prkerjaan dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit
kepala, mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan tingkat
kesadaran
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik
pasien secara PQRST.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang
meliputi pernah kah pasien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan
bedah saraf, riwayat trauma kepala. Riwayat sakit TB paru perlu
ditanyakan kepada pasien terutama jika ada keluhan batuk produktif
dan pernah mengalami pengobatan obat anti tuberkulosa yang sangat
berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam
keluarga yang pernah mengalami penyakit keturunan yang dapat
memacu terjadinya meningitis.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis
biasanya bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa
b. Tanda- Tanda Vital
1) TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal
atau meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK ( N = 90- 140 mmHg).
2) Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
3) Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan
lebih meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).
4) Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu
tubuh lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).
c. Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala
Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.
2) Mata
Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis
yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
3) Hidung
Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman
4) Telinga
Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya tuli
konduktif dan tuli persepsi.
5) Mulut
Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris
Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
6) Leher
Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis.
Palpasi : Biasanya teraba distensi vena jugularis.
Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien meningitis kemampuan
menelan kurang baik
Nerfus XI : Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku
kuduk
7) Dada
a) Paru
I : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat perubahan
pola nafas
Pa : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan
sama
P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba
A : Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti
ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa.
b) Jantung
I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba
Pa : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial
Mid klavikula sinistra RIC IV.
P : Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II
RIC 4-5 midklavikula.
A : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.
8) Ekstremitas
Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada
sendi-sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki).Klien sering
mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara
umum sehingga menggangu ADL.
9) Rangsangan Meningeal
a) Kaku kuduk
Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan karena
adanya spasme otot-otot .Fleksi menyebabkan nyeri berat.
b) Tanda kerinig positif
Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
10) Tanda Brudzinski
Tanda ini didapatkan jika leher pasien difleksikan, terjadi fleksi
lutut dan pingul: jika dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi, gerakan yang sama terlihat pada sisi
ekstermitas yang berlawanan.
11) Pola Kehidupan Sehari-hariAktivitas / istirahat
Biasanya pasien mengeluh mengalami peningkatan suhu tubuh
12) Eliminasi
Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume pengeluaran
urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal.
13) Makanan / cairan
Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual
dan muntah disebabkan peningkatan asam lambung. Pemenuhan
nutrisi pada pasien meningitis menurun karena anoreksia dan
adanya kejang.
14) Hygiene
Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri karena penurunan kekuatan otot.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis
2. Hipertermi
3. Penurunan kapasitas Adaptif Intrakranial
4. Gangguan persepsi sensori
5. Gg. Rasa nyaman
6. Intoleransi Aktivitas
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN

Nyeri kronis Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)

Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawatan selama 1x 30
1. Identifikasi lokasi,
menit diharapkan tingkat
karakteristrik, durasi,
nyeri klien menurun dengan
frekuensi, kualiats dan
kriteria hasil :
intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri dari 2. Identitas skala nyeri
skala 3 (sedang) ke 3. Identifikasi faktor yang
skala 5 (menurun) memperberat nyeri
2. Meringis dari skala 3 Terapeutik
(sedang) menjadi 5
1. Berikan teknik non
(menurun)
farmakologis dalam
3. Gelisah dari skala 3
menangani nyeri
(sedang) menjadi 5
2. Kontrol lingkungan yang
(menurun)
memperberat rasa nyeri
4. Sikap protektif dari
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
skala 3 (sedang)
menjadi 5 (menurun)
Edukasi

1. Jelaskan strategi
mengurangi nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
3. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi

Kolaboratif pemberian analgetik


sesuai order

Hipertermia Standar Luaran : Manajemen hipertermia (I.


15506)
Termoregulasi (L.14134)
Observasi
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan 1 x 8 jam, maka Identifikasi penyebab
diharapkan persepsi suhu hipertermia
tubuh membaik dengan
kriteria hasil Monitor suhu tubuh

Menggigil dari skala 3 Monitor komplikasi akibat


sedang menjadi skala 4 hipertermia
menurun
Teraupetik
Pucat dari skala 3 sedang
menjadi skala 4 menurun Sediakan lingkungan yang
dingin
Suhu tubuh dari skala 3
sedang menjadi skala 4 Berikan cairan oral
cukup membaik
Lakukan pendinginan eksternal
Suhu kulit dari skala 3 (kompres dingin pada dahi)
sedang menjadi skala 4
cukup membaik Edukasi

Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian cairan IV

Penurunan Kapasitas Kapasitas Adaptif Manajemen Peningkatan


Adaptif Intrakranial Intrakranial Tekanan Intrakranial

Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawatan selama 1x24
jam, diharapkan kapasitas Identifikasi penyebab
adaptif intracranial pasien peningkatan TIK (mis; lesi,
meningkat dengan kriteria gangguan metabolism, edema
hasil : serebral)

-Tingkat kesadaran Monitor tanda/gejala


meningkat peningkatan TIK (mis; tekanan
darah meningkat, tekanan nadi
-Gelisah menurun melebar, bradikardia, pola
napas ireguler, kesadaran
-Refleks neurologis membaik menurun

Monitor MAP

Monitor CVP, jika perlu

Monitor PAWP, jika perlu

Monitor PAP, jika perlu

Monitor ICP, Jika tersedia

Monitor CPP

Monitor gelombang ICP

Monitor status pernapasan

Monitor intake dan output


cairan

Monitor cairan serebro-spinalis


(warna, konsistensi)

Terapeutik

Minimalkan stimulus dengan


menyediakan lingkungan yang
tenang

Berikan posisi semifowloer


Hindari maneuver valsava

Cegah terjadinya kejang

Hindari penggunaan PEEP

Hindari pemberian cairan IV


hipotonik

Atur ventilator agar PaCO2


optimal

Pertahankan suhu tubuh


normal

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian sedasi


dan antikonvulsan

Kolaborasi pemberia diuretic


osmosis, jika perlu

Kolaborasi pemberian pelunak


tinja, jika perlu

Gangguan persepsi Standar Luaran : Pemantauan


sensori neurologis
Persepsi (L.09083)
Observasi :
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan 2 - Monitor ukuran,
x 8 jam, maka diharapkan bentuk,
persepsi sensori kesimetrisan, dan
membaik dengan kriteria reaktifitas pupil
hasil :
- monitor ttv
 Verbalisasi melihat
bayangan dari skala Teraupetik :
4 cukup menurun
Tingkatkan
menjadi skala 2
meningkat frekuensi
 Respon sesuai pemantauan
stimulus dari skala
Edukasi :
cukup memburuk 2
menjadi skala 5 Jelaskan tujuan
sedang dan prosedur
pemantauan
Status Neurologis
(L.06053)

 Kongesti konjungtiva
skala 2 cukup
meningkat menjadi
skala 4 cukup
menurun
 Ukuran pupil dari
skala 2 cukup
memburuk menjadi
skala 4 cukup
membaik

Gangguan rasa Standar Luaran : Perawatan kenyamanan


nyaman Status Kenyamanan (I.08245)
(L.08064)
Observasi :
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan 1 x 8 jam, maka 1. Identifikasi gejala yang
diharapkan rasa nyaman tidak menyenangkan
meningkat dengan kriteria Teraupetik :
hasil
1. Berikan posisi yang
1. Perawatan sesuai nyaman
kebutuhan meningkat dari 2. Berikan lingkungan yang
skala 2 (cukup) menjadi aman
skala 5 (meningkat) 3. Dukungan keluarga dan
2. Gelisah dari skala 2 pengasuh terlibat dalam
(meningkat) menjadi pengobatan
skala 5 (menurun) Edukasi :
3. Keluhan sulit tidur dari
skala 2 (meningkat) 1. Ajarkan teknik relaksasi
menjadi skala 5 Kolaborasi :
(menurun) 1. Kolaborasi pemberian
4. Pola hidup dari skala 2 analgesik
(cukup memburuk)
menjadi skala 5
(menungkat)
Intoleransi aktivitas Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan mobilisasi
(1.05173)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
Jam tingkat mobilitas klien
1. Identifikasi adanya nyeri
meningkat dengan kriteria
atau keluhan fisik lainnya
hasil :
2. Monitor frekuensi jantung
1. Kekuatan otot dari skala dan tekanan darah
3 (sedang) ke 5 sebelum memulai
(meningkat) mobilisasi
2. Kelemahan fisik dari Terapeutik
skala 4 (cukup menurun)
1. Fasilitasi klien dalam
menjadi 5 (menurun)
melakukan mobilisasi
2. Libatkan keluarga dalam
membantu mobilisasi klien
Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi
2. Ajarkan mobilisasi
sederhanan yang harus
dilakukan (mis; duduk
ditempat tidur, )

Anda mungkin juga menyukai