Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

REGIMENT TERAPEUTIK

1. Kasus (Masalah Utama) :


Regiment Terapeutik

2. Proses terjadinya masalah :


a. Pengertian
Regimen terapeutik adalah pengobatan yang terputus pada saat
dirumah sehingga terapi yang dijalani oleh pasien berhenti yang
mengakibatkan gangguan jiwa yang dialami pasien terjadi kembali.
(Wardani, 2012).
Terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan dalam
upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif. Sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. (Eko Prabowo, 2014)
Regimen terapeutik adalah pengobatan yang terputus pada saat dirumah
sehingga terapi yang dijalani oleh pasien berhenti yang mengakibatkan
gangguan jiwa yang dialami pasien terjadi kembali (Wahyudi,2014:26).
Manajemen regimen terapeutik adalah pola dalam mengatur dan
mengintegrasikan progam terapi ke dalam kehidupan yang memuaskan dan
mencukupi sesuai dengan tujuan pemulihan kesehatan yang ingin dicapai.
(NANDA, 2010).

b. Tanda dan gejala:


Gejala-gejala awal orang yang menderita regimen terapeutik sangat
banyak wujudnya tidak menyangkut kondisi fisik, bisa berupa :
1) Emosional tidak stabil
2) Kemampuan berhubungan interpersonal menurun
3) Halusinasi, agresi, waham, delusi, menarik diri meningkat
4) Perilaku sulit diarahkan
5) Proses berpikir ke arah tidak logic (Ulpa, 2012)

1
c. Rentamg Respon

Jika klien gagal dalam melakukan terapi misalkan kien belum bisa di trima
oleh keluarga dan lingkungannya maka kemungkinan besar klien akan
kambuh dan bisa melakukan hal-hal seperti:
1) Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman. Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan
atau diungkapkan tampa menyakiti orang lain akan memberikan
kelegaan dan tidak menimbulkan masalah. Kegagalan yang
menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan
diri atau respon melawan dan menentang.
2) Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontrol.
3) Mengamuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan
yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan

2
4) Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari
suatu tuntutan nyata. (Wahyudi, 2010).

d. Faktor Predisposisi:
1) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk.
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan
sering mengobserpasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan
3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membahas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
4) Bioneorologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus
prontal, lobus temporal, dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut
berperan dalam terjadinya kekerasan (Wardani, 2012)

e. Faktor Presipitasi
Karena ketidak kooperatifan pasien dalam melakukan terapi obat seperti
bosan meminum obat dan terjadi depresi dan keputusasaan. Karena
ketidak kooperatifan keluarga dalam melakukan pemberian terapi
dikarenakan malu dan mengucilkan. Keluarga merupakan faktor yang
sangat penting dalam proses kesembuhan pasien gangguan jiwa. Keluarga
merupakan lingkungan terdekat pasien. Dengan keluarga yang bersikap
terapeutik dan mendukung pasien, masa kesembuhan pasien dapat
dipertahankan selama mungkin. Sebaliknya, jika keluarga kurang
mendukung, angka kekambuhan menjadi lebih cepat. Berdasarkan
penelitian ditemukan bahwa angka kambuh pada pasien gangguan jiwa
tanpa terapi keluarga sebesar 25-50%, sedangkan angka kambuh pada
pasien yang mendapat terapi keluarga adalah sebesar 5-10% (Ulpa, 2012)

3
f. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
kontruktif dalam mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping
yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti :
1) Sublimasi adalah kehendak pikiran atau tindakan sadar yang tidak
dapat di terima oleh lingkungan atau masyarakat disalurkan menjadi
aktivitas nilai sosial yang tinggi, contoh : seseorang yang suka
berkelahi beralih menjadi atlet petinju (Hawari, 2007)
2) Represi adalah implus yang diterima oleh ege dari ide tidak dapat
diterima oleh kesadaran karena ada ancaman dari super ego,
sehingga menimbulkan kecemasan. Untuk menghalau kecemasan
tersebut, ego menekan implus tersebut kealam bawah sadar dengan
kata lain seseorang berusaha sekuat mungkin untuk melupakan
dorongan yang harus dipuaskan sebagai sesuatu yang tidak pernah
ada. ( Hawari, 2007)
3) Proyeksi (sumber-sumber ancaman) adalah dari dunia luar dan
bukan bersumber dari implus primitifnya. Pengubahan menjadi
lebih mudah karena ketakutan neurotis dan ketakutan mora itu
kedua-duanya bersumber dari dunia luar. Proyeksi memiliki tujuan
rangkap yaitu mengurangi ketegangan dan alasan (yang sebenarnya
pura-pura) mempertahankan diri agar daam posisi aman ( Hawari,
2007)
4) Menurut Koeswara (1991:47), displacement ialah pengungkapan
dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu
yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibandingkan
dengan objek atau individu yang semula. Adapun menurut Corey
(2003:19) displacement adalah suatu mekanisme pertahanan ego
yang mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila
objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau.

4
5) Menurut Hall dan Gardner (1993:88) pembentukan reaksi atau
reaksi formasi ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang
mengantikan suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan
kecemasan dengan lawan atau kebalikannya dalam kesadarannya.
Adapun menurut Koeswara (1991:48) ialah mekanisme pertahanan
ego yang mengendalikan dorongan-dorongan primitif agar tidak
muncul sambil secara sadar mengungkapkan tingkah laku
sebaliknya.

3. Pohon Masalah

4. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
Regiment terapeutik DS :
- Klien mengatakan pernah mengalami gangguan
jiwa tetapi klien tidak minum obat secara rutin
dan tidak kontrol ulang lagi sehingga kambuh
kembali dan keluarga yang membawa ke RSJ.
- Klien mengatakan bosan karena selalu minum
obat

5
DO :

- keluarga tidak pernah mengujungi klien selama


dirawat.

- Obat tidak dihabiskan

5. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan Regiment terapeutik berhubungan dengan koping keluarga in
efektif
6. Rencana Tindakan Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
O
1 Regiment terapeutik Klien dapat menggunakan obat Sp 1
inifektif d/d : dengan benar dengan kriteria a. Membina hubungan
hasil : saling percaya
DS : - Klien mengindentifikasi b. Mengidentifikasi
- Klien mengatakan masalah yang dihadapi klien masalah dimasa lalu
pernah mengalami
- Klien dapat menyebutkan Sp 2
gangguan jiwa dan
obat-obat yang diminum
klien tidak minum
dan kegunaannya (jenis, a. Mengidentifikasi
obat secara rutin
waktu, dosis dan efeknya). tentang lingkungan
dan tidak kontrol
dan rutinitas klien
ulang lagi sehingga - Klien dapat minum obat
b. Memberi kesempatan
kambuh kembali sesuai program pengobatan.
pada pasien untuk
dan keluarga yang
mengungkapkan
membawa ke RSJ
perasaan penyebab
ini.
ketidakkooperatifan
- Klien mengatakan
dalam melakukan
bosan karena selalu
terapi obat
minum obat

6
DO :
Sp 3
- Keluarga tidak
pernah mengujungi
a. Diskusikan dengan
klien selama
pasien tentang
dirawat.
kerugian tidak minum
- Obat tidak
obat serta karakteristik
dihabiskan
obat yang di minum
-
b. Beri reinforcement
positif bila pasien
menggunakan obat
dengan benar

c. Anjurkan pasien untuk


konsultasi dengan
dokter/perawat apabila
terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan

DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hawari. (2007). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
Balai FKUI.
Rahmawati, A. (2015). Hubungan regimen terapeutik dengan kejadian kebutaan .
Artikel Jurnal Program Studi S1 Keperawatan UMJ.
Ulpa, D. (2012). Keperawatan Klinis . Jurnal Keperawatan Klinis Vol 2 No 1.
Wardani, I. Y. (2012). Dukungan Keluarga: Faktor Penyebab ketidakpatuhan
klien menjalani pengobatan. Jurnal Keperawatan Indonesia Vol.15 No.1.

7
8

Anda mungkin juga menyukai