Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

REGIMEN TERAPEUTIK

A. MASALAH UTAMA
Putusnya pemberian pengobatan pada pasien gangguan jiwa ( Regimen Terapeutik)
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Regimen terapeutik adalah pengobatan yang terputus pada saat dirumah sehingga
terapi yang dijalani oleh pasien berhenti yang mengakibatkan gangguan jiwa yang
dialami pasien terjadi kembali. (Wardani, 2012)
Ketidakefektifan individu dalam melakukan pemberian regimen terapetik atau
pemberian obat secara rutin dan tepat karena ketidakefektifan keluarga dalam
melakukan terapi sehingga menyebabkan keputusasaan klien. (Eko Prabowo,
2014)
Terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan dalam upaya
mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.
Sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. (Prabowo Eko, 2014)
2. Penyebab
1) Kompleksitas regimen
Banyaknya obat yang harus diminum dan toksisitas serta efek samping obat
dapat merupakan faktor penghambat dalam penyelesaian terapi pasien. Secara
umum, semakin kompleks regimen pengobatan, semakin kecil kemungkinan
pasien akan mematuhinya. Indikator dari kompleksitas dari suatu pengobatan
adalah frekuensi pengobatan yang harus dilakukan oleh pasien itu sendiri,
misalnya frekuensi minum obat dalam sehari. Pasien akan lebih patuh pada
dosis yang diberikan satu kali sehari daripada dosis yang diberikan lebih
sering, misalnya tiga kali sehari. (Badan POM RI, 2006 : 3).
2) Keluarga yang tidak kooperatif
Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kesembuhan
pasien gangguan jiwa. Keluarga merupakan lingkungan terdekat pasien.
Dengan keluarga yang bersikap terapeutik dan mendukung pasien, masa
kesembuhan pasien dapat dipertahankan selama mungkin. Sebaliknya, jika
keluarga kurang mendukung, angka kekambuhan menjadi lebih cepat.
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa angka kambuh pada pasien
gangguan jiwa tanpa terapi keluarga sebesar 25-50%, sedangkan angka
kambuh pada pasien yang mendapat terapi keluarga adalah sebesar 5-10%
(Ulpa, 2012)

3) Faktor lainnya seperti: psikologis, perilaku, dan sosial budaya

3. Rentang Respon

Jika klien gagal dalam melakukan terapi misalkan klien belum bisa diterima oleh
keluarga dan lingkungannya maka kemungkinan besar klien akan kambuh dan
bisa melakukan hal-hal seperti :
1) Marah
Merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.
Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa
menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan
masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon
pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang.
2) Agresif
Adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.
3) Mengamuk atau kekerasan
Adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
4) Pasif
Adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk mengungkapkan
perasaan yang sedang dialami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
(Wahyudi, 2010).

4. Proses Terjadinya Masalah


Klien gangguan jiwa kurang mendapat dukungan dari keluarga untuk melakukan
terapi atau pengobatan, dan masyarakat belum bisa menerima keadaan klien
setelah keluar dari rumah sakit jiwa dan klien merasa dikucilkan sehingga
berakibat klien merasa cemas, mudah marah, sering menyendiri, dan stres
sehingga menjadi gangguan jiwa. Akibat pola pikir yang keliru di masyarakat,
banyak keluarga pasien penyakit jiwa yang tidak mau menerima anggota
keluarganya setelah sembuh secara medis. Akhirnya, penyakit pasien kambuh dan
terpaksa dirawat kembali kerumah sakit. (Budi Anna K & Akemat, 2007)
Stresor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan kehidupan tersebut dapat
berupa:
1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan ataupun
situasional
2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik
3) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego
4) Pola mekanisme koping keluarga atau menangani klien akan mempengaruhi
individu dalam respon terhadap konflik (Hawari, 2007)
5. Tanda dan gejala
Gejala-gejala awal orang yang menderita regimen terapeutik sangat banyak
wujudnya tidak menyangkut kondisi fisik, bisa berupa perasaan curiga, depresi,
cemas, suasana perasaan yang mudah berubah, tegang, cepat tersinggung, atau
marah tanpa alasan yang jelas.( Hawari, 2007)
Gejala-gejala awal orang yang menderita regimen terapeutik sangat banyak
wujudnya tidak menyangkut kondisi fisik, bisa berupa :
1) Emosional tidak stabil
2) Kemampuan berhubungan interpersonal menurun
3) Halusinasi, agresi, waham, delusi, menarik diri meningkat
4) Perilaku sulit diarahkan
5) Proses berpikir ke arah tidak logic (Ulpa, 2012)
6. Akibat
Jika klien gagal dalam terapi atau putus obat maka akibatnya klien akan kambuh
jiwanya misalkan klien akan depresi, sering menyendiri menarik diri, cemas,
suasana perasaannya mudah tersinggung (Wahyudi, 2010). Dampak-dampak
gangguan jiwa bagi keluarga, seperti:
1) Penolakan
Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita gangguan jiwa,
pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut. Sangat penting bahwa
keluarga menemukan sumber informasi yang membantu mereka untuk
memahami bagaimana penyakit itu mempengaruhi orang tersebut. Mereka
perlu tahu bahwa dengan pengobatan, psikoterapi atau kombinasi keduanya,
mayoritas orang kembali ke gaya kehidupan normal.
2) Stigma
Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua dalam anggota
keluarga mengetahuinya.
3) Frustrasi, Tidak berdaya dan Kecemasan
Ketika klien stabil pada obat, apatis dan kurangnya motivasi bisa membuat
frustasi. Anggota keluarga memahami kesulitan yang penderita miliki.
Keluarga dapat menjadi marah marah, cemas, dan frustasi karena berjuang
untuk mendapatkan kembali ke rutinitas yang sebelumnya penderita lakukan
4) Kelelahan dan Burnout
Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang yang dicintai
yang memiliki penyakit mental. Keluarga dalam hal ini perlu dijelaskan
kembali bahwa dalam merawat penderita tidak boleh merasa letih, karena
dukungan keluarga tidak boleh berhenti untuk selalu men-support penderita
5) Duka
Keluarga berduka ketika orang yang dicintai sulit untuk disembuhkan dan
melihat penderita memiliki potensi berkurang secara substansial bukan sebagai
yang memiliki potensi berubah

7. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego
seperti :
a. Sublimasi adalah kehendak pikiran atau tindakan sadar yang tidak dapat di
terima oleh lingkungan atau masyarakat disalurkan menjadi aktivitas nilai
sosial yang tinggi, contoh : seseorang yang suka berkelahi beralih menjadi
atlet petinju
b. Represi adalah implus yang diterima oleh ege dari ide tidak dapat diterima
oleh kesadaran karena ada ancaman dari super ego, sehingga menimbulkan
kecemasan. Untuk menghalau kecemasan tersebut, ego menekan implus
tersebut kealam bawah sadar dengan kata lain seseorang berusaha sekuat
mungkin untuk melupakan dorongan yang harus dipuaskan sebagai sesuatu
yang tidak pernah ada. (Wardani, 2012)

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif merupakan ketidakmampuan
klien mematuhi, menjalankan dan mengambil tindakan pada perogam pengobatan
untuk mencapai peningkatan status kesehatan kedalam rutinitas sehari-hari.
(Wardani, 2012)
Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif menurut Mc Closkey dan
Bulechek (2008) sebagai berikut:
1. Pendidikan kesehatan mengenai proses penyakit dan prosedur perawatan
2. Restrukturisasi kognitif dan modifikasi perilaku
3. Hubungan baik antara klien dengan petugas kesehatan melalui konseling,
intervensi krisis, memberi dukungan emosional dan keluarga
4. Memperbaiki sistem kesehatan
5. Identifikasi terhadap faktor resiko dan memberi bantuan self modifikasion
(Ulpa, 2012)

9. Pohon Masalah

Regimen Terapeutik Gelisah

Koping Individu Inefektif Bosan Mengkonsumsi


Obat

Koping Keluarga Tidak Efektif Lemas


dalam Merawat Klien

10. Diagnosa Keperawatan


Gangguan regimen terapetik berhubungan dengan putusnya pengkonsumsian obat
11. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan umum: pasien mau mengkonsumsi obat dengan rutin
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil:
Setelah….X pertemuan, pasien dapat menunjukkan rasa kepercayaanya kepada
perawat, ada kontak mata, mau diajak berjabat tangan, mau menyebutkan nama,
mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi:
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik:
1) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
7) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar.
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab ketidakmauan dalam meminum obat
Kriteria hasil:
Setelah…X pertemuan, pasien dapat mengetahui jenis-jenisobat yang diminum,
perlunya minum obat yang teratur, mengetahui 5 benar dalam minum obat,
mengetahui efek samping obat, mengetahui akibat bila putus mengkonsumsi obat
Intervensi:
a. Tindakan lanjut dan pengobatan yang teratur
b. Berikan lingkungan yang tepat untuk pasien
c. Ajar kan dan beri pejelasan tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek samping,
akibat penghentian obat
d. Anjurkan pasien konsultasi segera jika dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. (2006). Kepatuhan Pasien Faktor Penting dalam Keberhasilan Terapi. PDF,
03.
Eko Prabowo. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Hawari.
(2007). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Balai FKUI.
Hawari. (2007). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta: Gaya Baru.
Keliat, dkk. (2006). Modul IC Manajemen Kasus Gangguan Jiwa dalam Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: World Health Organization Indonesia.
Prabowo E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Ulpa, D. (2012). Keperawatan Klinis . Jurnal Keperawatan Klinis Vol 2 No 1.
Wardani, I. Y. (2012). Dukungan Keluarga: Faktor Penyebab ketidakpatuhan klien
menjalani pengobatan. Jurnal Keperawatan Indonesia Vol.15 No.1.

Budi Anna K & Akemat. (2007). Model Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai