KEPERAWATAN JIWA
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Oleh Kelompok 1 :
GangguanHargaDiri :HargaDiriRendah
F. Psikopatologi
Gangguan jiwa pada perilaku kekerasan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor predisposisi dan faktor presipitasi (Yosep,
2007).
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku
kekerasan.
a. Faktor Psikologi
Psychoanalytical Theory; Teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan naluri. Freud berpendapat bahwa perilaku
manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama insting hidup yang
diekpresikan dengan seksualitas, Dan kedua insting kematian yang
diekpresikan dengan agresivitas.
b. Frustation-aggresion theory; Teori yang dikembangkan pengikut
Freud ini ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang
untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan
timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi
perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau obyek yang
menyebabkan frustasi.
c. Faktor Sosial Budaya
1) Social-Learning Theory; Teori yang dikembangkan oleh
Bandura (1977) ini memgemukakan bahwa agresi tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dapat
dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan
untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan
respon yang dipelajari.
2) Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu mendefinisikan ekpresi agresif mana
yang dapat diterima atau tidak dapat diterima, sehingga dapat
membantu individu untuk mengekpresikan marah dengan cara
yang asertif.
d. Faktor Biologis
Neorobilogical Faktor (Montague, 1979) bahwa dalam susunan
persyarafan ada juga yang berubah pada saat orang agresif.Sistem
limbik berperan penting dalam meningkatkan dan menurunkan
agresifitas.Neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku
agresif yaitu; serotonin, dopamim, norepinephrin, acetikolin, dan
asam amino GABA (gamma aminobutiric acid).GABA dapat
menurunkan agresifitas, norepinephrin dapat meningkatkan
agresifitas, serotonin dapat menurunkan agresifitas dan orang yang
epilepsi.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum, sesorang akan berespon dengan marah
apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat
berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman
terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang marasa terancam,
mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber
kemarahanya. Ancaman dapat berupa internal ataupun
eksternal.Contoh stressor internal adalah tidak berprestasi kerja,
kehilangan orang yang dicintai, respon terhadap penyakit kronis.
Contoh stressor ekternal adalah serangan fisik, putus hubungan,
dikritik orang lain. Marah juga bisa disebabkan perasaan jengkel yang
menumpuk di hati atau kehilangan kontrol terhadap situasi.Marah juga
bisa timbul pada orang yang dirawat inap.
H. Intervensi keperawatan
1. Mandiri
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi
pasien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat
harus mengkaji pula afek pasien yang berhubungan dengan
perilaku agresif. Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat dalam
membina hubungan terapeutik dengan pasien, mengkaji perilaku yang
berpontensi kekerasan, mengembangkan suatu perencanaan,
mengimplementasikan perencanaan, dan mencegah perilaku kekerasan.
(Yosep, 2010).
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah
dan mengelola perilaku agresif.Intervensi dapat melalui rentang intervensi
keperawatan.
a. Kesadaran Diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapi dapat
mempengaruhi komunikasinya dengan pasien. Bila perawat tersebut
merasa letih, cemas, marah, atau apatis maka akan sulit baginya
membuat pasien tertarik. Untuk mencegah semua itu, maka perawat
harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan
supervise dengan memisahkan antara masalah pribadi dan masalah
pasien.
b. Pendidikan Pasien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikai dan cara
mengekpresikan marah yang tepat. Banyak pasien yang mengalami
kesulitan mengekpresikan perasaan, kebutuhan, hasrat, dan bahkan
kesulitan mengkomunikasikan semua ini pada orang lain. Jadi dengan
perawat berkomunikasi yang terapeutik diharapkan agar pasien mau
mengekpresikan perasaannya, lalu perawat menilai apakah respon
yang diberikan pasien adaptif atau maladaptif.
c. Latihan Asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat
yaitu mampu berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang,
mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan, sanggup
melakukan komplain, dan mengekpresikan penghargaan dengan tepat.
d. Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan pasien agresif adalah bersikap tenang,
bicara lembut, bicara tidak dengan menghakimi, bicara netral dengan
cara yang kongkrit, tunjukkan sikap respek, hindari kontak mata
langsung, fasilitasi pembicaraan, dengarkan pembicaraan, jangan
terburu-buru menginterpretasikan, dan jangan membuat janji yang
tidak dapat ditepati.
e. Perubahan Lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti:
membaca, kelompok program yang dapat mengurangi perilaku pasien
yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya seperti terapi
aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan
salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok pasien yang mempunyai masalah yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi sedangkan kelompok digunakan sebagai
target sasaran (Keliat dan Akemat, 2005). TAK yang sesuai dengan
perilaku kekerasan adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi: perilaku kekerasan.
f. Tindakan Perilaku
Tindakan perilaku pada dasarnya membuat kontrak dengan pasien
mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima, konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar.
2. Kolaboratif
a. Psikofarmakologi
Obat-obatan yang diberikan adalah antiaanxiety dan sedative-
hipnotics.Obat ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.
BenzodiazepineS seperti lorazepam dan clonazepam, sering digunakan
dalam kedaruratan psikiatri untuk menenangkan perlawanan pasien.
1) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
2) Obat anti depresi, amitriptyline
3) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
4) Obat anti insomnia, phneobarbital
b. Terapi Kejang Listrik atau Elektro Compulsive Therapy (ECT)
ECT merupakan suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran
listrik dan menimbulkan kejang pada pasien baik tonik maupun
klonik.
c. Somatoterapi yang lain
1) Terapi konvulsi kardiasol, dengan menyuntikkan larutan kardiazol
10% sehingga timbul konvulsi
2) Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin sehingga pasien
menjadi koma, kemusian dibiarkan 1-2 jam, kemudian
dibangunkan dengan suntikan gluk
d. Psikoterapi
Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap
suatu gangguan atau penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui
wawancara terapi atau melalui metode-metode tertentu misalnya :
relaksasi, bermain dan sebagainya. Dapat dilakukan secara individu
atau kelompok, tujuan utamanya adalah untuk menguatkan daya tahan
mental penderita, mengembankan mekanisme pertahanan diri yang
baru dan lebih baik serta untuk mengembalikan keseimbangan
adaptifnya.
e. Manipulasi lingkungan
Manipulasi llingkunagan adalah upaya untuk mempengaruhi
lingkungan pasien, sehingga bisa membantu dalam proses
penyembuhannya. Teknis ini terutama diberikan atau diterapkan
kepada lingkungan penderita, khususnya keluarga.Tujuan utamanya
untuk mengembangkan atau merubah/menciptakan situasi baru yang
lebih kondusif terhadap lngkungan. Misalnya dengan mengalihkan
penderita kepada lingkunmgan baru yang dipandang lebih baik dan
kondusif, yang mampu mendukung proses penyembuhan yang
dilakukan.
STRATEGI PELAKSANAAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan
yang diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKnya
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibat dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan
cara fisik pertama (latihan nafas dalam) dan latihan mengendalikan
perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal),
Orientasi :
“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan nama saya perawat Emil. Saya
senang dipanggil Emil. Siapa nama anda kemudian senang di panggil
apa ? baiklah, Saya perawat yang dinas diruangan ini, saya dinas
diruangan ini selama 1 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7
sampai jam 14.00 siang, jadi selama 1 minggu ini saya yang merawat
bapak/ibu. Nama bapak/ibu siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”“
Bagaimana perasaan bapak/ibu saat ini?” masih ada perasaan kesal
atau marah? Apa yang terjadi dirumah ?’’ “ Baiklah sekarang kita akan
berbincang-bincang tentang perasaan marah bapak/ibu,”“ Berapa lama
bapak/ibu mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 20 menit“
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang diruang tamu?”
Kerja :
“ apa yang menyebabkan bapak/ibu marah? Apakah sebelumnya
bapak/ibu pernah marah? Terus penyebabnya apa? Samakah dengan
yang sekarang? Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang
berantakan, makanan yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini
penyebab marah klien), apa yang bapak/ibu rasakan?“ Apakah
bapak/ibu merasa kesal, kemudian dada bapak/ibu berdebar-debar,
mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang
ibu lakukan selanjutnya”“ Apakah dengan bapak/ibu marah-marah,
keadaan jadi lebih baik?“ Menurut bapak/ibu adakah cara lain yang
lebih baik selain marah-marah?“maukah bapak/ibu belajar
mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita
belajar satu cara dulu, “ beginiya bapak/ibu, kalau tanda- marah itu
sudah di rasakan, bapak/ibu berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti
mengeluarkan kemarahan, coba lagi bapak/ibu dan lakukan sebanyak 5
kali. Bagus sekali bapak/ibu sudah dapat melakukan nya.“ nah
sebaiknya latihan ini bapak/ibu lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul, bapak/ibu sudah terbiasa
melakukannya”. “ Kalau ada yang menyebabkan bapak/ibu marah dan
muncul perasaan kesal, selain nafas dalam bapak/ibu dapat memukul
kasur dan bantal.”“ Sekarang mari kita latihan memukul bantal dan
kasur mari ke kamar bapak/ibu? Jadi kalau nanti bapak/ibu kesal atau
marah,langsung kekamar dan lampiaskan marahtersebut dengan
memukul bantal dan kasur.Nah coba bapak/ibu lakukan memukul
bantal dan kasur, ya bagus sekali bapak/ibu melakukannya!”“ Nah cara
ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah,
kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”
Terminasi :
“ Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah berbincang-bincang
tentang kemarahan bapak/ibu? ” Coba bapak/ibu sebutkan penyebab
bapak/ibu marah dan yang bapak/ibu rasakan dan apa yang sudah
lakukan serta akibatnya. Sekarang kita buat jadwal latihan nya ya
bapak/ibu, berapa kali sehari bapak/ibu mau latihan nafas dalam dan
latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua :
pukul kasur dan bantal) ?”“baik bagaimana kalau besok kita latihan
cara lain untuk mencegah dan mengendalikan marah.” tempatnya
disini saja ya ?”Selamat Pagi.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang cara kita minum obat yang benar?”“Coba bapak/ibu sebutkan
lagi jenis jenis obat yang di minum! Bagaiman cara minum obat yang
benar?”“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari? Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum
obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.“Baik, besok
kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana bapak/ibu melaksanakan
kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Selamat siang ,
sampai jumpa.”
SP 3 : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
secara sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik
mengendalikan perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah
secara verbal ( menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik), susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal).
Orientasi :
“Selamat siang bapak/ibu, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu
sekarang kita ketemu lagi”. “Bagaimana bapak/ibu, sudah dilakukan
tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur?”“Coba saya lihat jadwal kegiatan
hariannya. “Bagus, Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri
tulis M, artinya mandiri: kalau diingatkan suster baru dilakukan ditulis
B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T,
artinya belum bisa melakukan. “Bagaiman kalau kita sekarang latihan
cara bicara untuk mencegah marah?”“Dimana enaknya kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat yang sama?”“Berapa
lama bapak/ibu mau kita berbincang-bincang?Bagaiman kalau 15
menit?”
Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara bapak/ibu baik untuk mencegah
marah. Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau
pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan
orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya: 1. Meminta dengan
baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan
kata-kata kasar. Kemarin bapak/ibu mengatakan penyebab marahnya
karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, Coba bapak/ibu
minta sediakan makan dengan baik:” bapak/ibu, tolong sediakan
makan dan bereskan rumah” Nanti biasakan dicoba disini untuk
meminta baju, minta obat dan lain-lain.Coba bapak/ibu praktekkan
.Bagus bu. “2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan
bapak/ibu tidak ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak/ibu praktekkan
.Bagus bu.”3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan
orang lain yang membuat kesal bapak/ibu dapat mengatakan:’Saya jadi
ingin marah karena perkataan mu itu’. Coba praktekkan.Bagus.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah bercakap-cakap tentang
cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?’ “Coba bapak/ibu
sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.”“Bagus
sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari
bapak/ibu mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll.Bagus nanti dicoba ya!”“ Bagaimana kalau besok
kita ketemu lagi?”. “ besok kita akan membicarakan cara lain untuk
mengatasi rasa marah bapak/ibu yaitu dengan cara ibadah, bapak/ibu
setuju? Mau dimana bapak/ibu?Disini lagi? Baik sampai nanti ya
Kerja :
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak/ibu lakukan!
Bagus, yang mana yang mau di coba?”“Nah, kalau bapak/ibu sedang
marah coba langsung duduk dan langsung tarik nafas dalam.Jika tidak
reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga,
ambil air wudhu kemudian sholat”.“bapak/Ibu bisa melakukan sholat
secara teratur untuk meredakan kemarahan.” “Coba ibu sebutkan
sholat 5 waktu?Bagus, mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya?”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang cara yang ketiga ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol
marah yang kita pelajari? Bagus” “Mari kita masukkan kegiatan ibadah
pada jadwal kegiatan bapak/ibu.Mau berapa kali bapak/ibu sholat.
Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai kesebuatan pasien).”
“Coba sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak/ibu lakukan
bilasedang marah”“Setelah ini coba lakukan sholat sesuai jadwal yang
telah kita buat tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu ya ,nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat! “ “Nanti kita
akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah bapak/ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP& SP ) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika :
Jakarta
Townsend C. Mary , 2000, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung; Refika Aditama
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa.Jakarta :EGC
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC