Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

GANGGUAN REPRODUKSI PERDARAHAN POST PARTUM

Nama Kelompok 14 :
1. NIKADEK N. R. NATI 010217A025
2. RENI FERMIATI 010217A026
3. RIANTO TRISAPUTRO 010217A027

FAKULTAS S1 KEPERAWATAN REGULAR TRANSFER


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan postpartum adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan
atau hilangnya darah sebanyak lebih dari 500cc yang terjadi setelah
melahirkan anak baik sebelum, selama, atau sesudah kelahiran plasenta.
perdarahan postpartum sendiri dapat dibagi atas perdarahan postpartum
primer yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir, dan perdarahan
postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6
minggu setelah kelahiran bayi (I.B.G Manuaba, 2007).
Kematian yang terjadi pada ibu hamil diklasifikasikan menurut
penyebab mediknya sebagai obstetric “langsung” dan “tidak langsung”.
Menurut laporan WHO (2008), kematian ibu di dunia disebabkan oleh
perdarahan sebesar 25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%,
aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8% dan
penyebab lain 7% (Depkes RI, 2008).
Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca
persalinan. Separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24
jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terjadi perdarahan
abnormal. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup jika
mengalami perdarahan setelah persalinan, namun hal tersebut tetap saja
dapat mengakibatkan ibu mengalami anemia yang tergolong berat.
Di Indonesia sendiri diperkirakan terjadi 14 juta kasus perdarahan
dalam kehamilan. Setiap tahun sedikitnya terdapat sebanyak 128.000
perempuan mengalami perdarahan hingga meninggal. Perdarahan pasca
persalinan terutama perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan
yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan postpartum
primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam
pertama kelahiran (Darmin Dina, 2013).
Menurut WHO, Negara yang berkembang memiliki kemungkinan
angka kematian ibu hingga 25%. Hal tersebut dapat disebabkan karena
adanyaPerdarahan Post Partum. Terhitung setidaknya lebih dari 100.000
kematian maternal pertahun. Menurut bulletin “American Collage of
Obstetrician and Gynecologists” menempatkan perkiraan ada setidaknya
140.000 kasus kematian ibu pertahun (Darmin Dina, 2013).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Postpartum ?
2. Apa penyebab terjadinya Postpartum?
3. Apa saja tanda dan gejala pada Postpartum?
4. Bagaimana ptofisiologi Postpartum ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada Postpartum ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan kritis pasien dengan
perdarahan post partum
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan kritis pada pasien
perdarahan post partum
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnose keperawatan
kritis pada pasien perdarahan post partum
c. Dapat membuat perencanaan keperawatan kritis pada pasien
perdarahan post partum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PERDARAHAN POST PARTUM

A. Definisi
Perdarahan post partum adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan
melebihi 500 ml pasca persalinan setelah bayi lahir .Perdarahan postpartum
adalah kondisi terjadinya pendarahan yang terjadi sampai kurun waktu hingga
24 jam setelah kelahiran dan biasanya melibatkan kehilangan banyak darah
yang abnormal melalui saluran genital (Ambar Dwi, 2010). Perdarahan pasca
partum adalah perdarahan yang terjadi setelah kelahiran bayi, sebelum, selama
dan sesudah keluarnya plasenta (Harry Oxorn, 2010).

B. Pembagian Perdarahan Post Partum


Menurut waktu kejadiannya, perdarahan post partum dapat dibagi atas :
 Perdarahan postpartum primer yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir
dengan jumlah 500 cc atau lebih.
 Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam sampai
dengan 6 minggu setelah kelahiran bayi, dengan jumlah 500cc atau lebih
(I.B.G Manuaba, 2007).

C. Etiologi
Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya perdarahan post
partum, penyebab tersebutadalah 4T, yaitu Tone dimished, Trauma, Tissue,
dan Thrombin.
1. Tone Dimished : Atonia uteri
Atonia uteri adalah keadaan dimana uterus tidak mampu berkontraksi
dengan baik dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan
postpartum secara fisiologis di kontrol oleh kontraksi serat - serat
myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang bertugas
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi
ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia
uteri, uterus akan membesar dan teraba lembek pada saat palpasi. Atonia
uteri juga dapat timbul karena kesalahan penanganan kala III persalinan,
dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha
melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus. Atonia
uteri merupakan penyebab utama perdarahan postpartum. Beberapa hal yang
dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri :
- Manipulasi uterus yang berlebihan
- General anestesi (pada persalinan dengan operasi)
- Uterus yang teregang berlebihan
- Kehamilan kembar
- Fetal macrosomia (berat lahirjanin antara 4500 - 5000 gram)
- Polyhydramnion
- Kehamilan lewat waktu, Partus lama
- Grande multipara (fibrosis otot-otot uterus)
- Infeksi uterus (chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia)
- Plasenta previa, Solutio plasenta (Fransisca, 2012).
2. Tissue
- Retensio plasenta
Apabila plasenta belum lahir hingga setengah jam setelah
kelahiran janin. Hal ini kemungkinan bisa disebabkan karena
plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas
akan tetapi belum dilahirkan.
- Sisa plasenta
Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20 - 25 % dari
kasus perdarahan postpartum. (Fransisca, 2012)
- Plasenta acreta
- Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab
vilis komalis menembus desidva sampai miometrium - sampai
dibawah peritoneum (plasenta akreta - perkreta)
3. Trauma
Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma jalan
lahir akibat :
- Ruptur uterus
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa
menyebabkan adanya ruptur antara lain grande multipara,
malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya, dan persalinan
dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat
jaringan parut section secarea sebelumnya.
- Inversi uterus
Pada inversion uteri, bagian atas uterus memasuki kovum
uteri, sehingga tundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam
kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III atau
segera setelah plasenta keluar.Inversio uteri yang dapat terjadi
diantaranya adalah fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri
tetapi belum keluar dari ruang tersebut, korpus uteri yang terbalik
sudah masuk kedalam vagina, dan terskhir adalah uterus dengan
vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar
vagina. Penyebab inversion uteri ialah perasat crede pada korpus
uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat
dengan plasenta yang belum lepas dari dinding uterus.
- Perlukaan jalan lahir
- Vaginal hematom
4. Thrombin : Kelainan pembekuan darah
Gejala-gejala kelainan pembekuan darah dapat disebabkan penyakit
keturunan ataupun didapat, kelainan pembekuan darah yang bisa terjadi
berupa :
- Hipofibrinogenemia
- Trombocitopeni
- Idiopathic thrombocytopenic purpura
- HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet
count)
- Disseminated Intravaskuler Coagulation
- Dilutional coagulopathy
o Terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit karena darah donor
biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin dan trombosit
sudah rusak. (Fransisca, 2012)

D. Faktor Resiko Perdarahan Post Partum


Riwayat hemorraghe postpartum pada persalinan sebelumnya merupakan
faktor resiko paling besar untuk terjadinya perdarahan postpartum. Sehingga
segala upaya harus dilakukan untuk menentukan keparahan dan penyebab
terjadinya perdarahan. Beberapa faktor lain diantaranya adalah:
- Grande multipara
- Perpanjangan persalinan
- Chorioamnionitis
- Hipertensi
- Kehamilan multiple
- Injeksi Magnesium sulfat
- Perpanjangan pemberian oxytocin (Fransisca, 2012)

E. Manifestasi Klinik Perdarahan Post Partum


Perdarahan postpartum dapat berupa perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh mengalami syok.
Atau dapat berupa perdarahan yang merembes perlahan - lahan tapi terjadi
terus menerus sehingga akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu lemas
ataupun menjadi syok. Tanda dan gejala yang mungkin terjadi diantaranya :
- Pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil
- Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan
tekanan darah (sistolik <90 mmHg) nadi (>100x / menit) dan napas
cepat, pucat (Hb <8%), extremitas dingin, sampai terjadi syok (Ambar,
2010).
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
1. Atonia Uteri
- Gejala yang selalu ada : Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer)
- Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok (tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan
lain-lain)
2. Robekan jalan lahir
- Gejala yang selalu ada : perdarahan segera, darah segar mengalir
segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik
- Gejala yang kadang - kadang timbul : pucat, lemah, menggigil.
3. Retensio plasenta
- Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
- Gejala yang kadang - kadang timbul : tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
- Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera
- Gejala yang kadang - kadang timbul : Uterus berkontraksi baik tetapi
tinggi fundus tidak berkurang.
5. Inversio uterus
- Gejala yang selalu ada : uterus tidak teraba, lumen vagina terisi
massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan
segera, dan nyeri sedikit atau berat.
- Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok neurogenik dan pucat
(I.B.G Manuaba, 2007)
F. Patofisiologi Perdarahan Post Partum
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus - sinus maternalis ditempat insersinya plasenta
terbuka. Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka
tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan
darah sehingga perdarahan akan terhenti.
Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska
persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan
servix, vagina dan perinium. Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di
uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atonia uteri dan
subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh
darah yang melebar tadi tidak menutup sempura sehingga terjadi per darahan
terus menerus.
Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan
rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh
darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia
karena tidak ada kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah
juga merupakan penyabab dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang
sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih
melekat pada tempat implementasinya yang akan menyebabkan terganggunya
retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah terbuka
serta menimbulkan perdarahan. Perdarahan placenta rest dapat diterangkan
dalam mekanisme yang sama dimana akan terjadi gangguan pembentukan
thrombus di ujung pembuluh darah, sehingga menghambat terjadinya
perdarahan. Terjadi pembekuan jaringan epitel, sehingga hal tersebut dapat
menimbulkan terjadinya perdarahan berkepanjangan. (I.B.G Manuaba, 2007).
G. Komplikasi Perdarahan Post Partum
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat perdarahan postpartum
diantaranya:
1. Anemia yang dapat memperlemah kondisi klien, menurunkan daya tahan
dan menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi nifas.
2. Kematian akibat kehilangan darah sehingga terjadi syok yang tidak dapat
ditangani. (Harry Oxorn, 2010)

H. Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum


1. Penatalaksanaan Medis
Terapi Medis yang dapat digunakan
- Methergine 0,2 mg peroral setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. Dukung
dengan analgesik bila terjadi kram
- Pitocin 10 - 20 unit dalam 1000 cc cairan IV
- Methergine 0,2 mg IM bila tidak ada riwayat hipertensi
- Prostin supositoria pervagina, uterus atau rectum
- Bila perdarahan terus berlanjut beri Hernabate 1 ampul per IM setiap
5 menit sebanyak tiga kali. Berikan dosis pertama 10 menit setelah
pemberian Prostin (Geri Morgan, 2009).
2. Penatalaksanaan Keperawatan Penunjang Medis
- Tekan bagian segmen uterus bagian bawah dan keluarkan bekuan
darah
- Periksa konsistensi uterus
- Bila terjadi atonia, pijat uterus
- Bila tidak ada respon, lakukan kompresi bimanual
- Lanjutkan kompresi bimanual
- Pantau TTV dan tanda syok
- Bila uterus terus berkontraksi dan perdarahan terus berlanjut,
perhatikan apakah ada laserasi
- Bila laserasi vagina atau perineum derajat pertama atau kedua,
segera perbaiki
- Bila laserasi serviks atau laserasi vagina atau laserasi perineum
derajat tiga atau empat: jepit perdarahan dan lakukan perbaikan bila
terjadi hemostasis
3. Bila terjadi tanda - tanda syok:
- Berikan infuse RL dengan cepat
- Baringkan pasien dengan kaki sedikit dinaikkan
- Berikan oksigen melalui masker
- Jaga pasien agar tetap hangat, beri selimut
- Pantau tanda - tanda vital
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN
PERDARAHAN PASCA PARTUM

A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
Keluhan utama yang sering didapatkan dari klien dengan
perdarahan post partum adalah perdarahan dari jalan lahir,
badan lemah, limbung, keluar keringat dingin, kesulitan nafas,
pusing, pandangan berkunang-kunang.
- Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi / eklamsia,
bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida,
primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan
tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus
lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi
kala II dan III. (Reza Syahbandi, 2013)
b. Riwayat kesehatan :
- Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah
menderita penyakit yang lain yang menyertai dan bisa
memperburuk keadaan atau mempersulit penyambuhan. Seperti
penyakit diabetus mellitus dan jantung (hipertensi)
- Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga
pasien ada yang mempunyai riwayat yang sama
2. Pengkajian Fisik
a. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
- Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
- Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
- Suhu : Normal/ meningkatn
- Kesadaran : Normal / turun (Barbara R.Stright, 2004)
b. Inspeksi
- Inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak, dan karakteristik
episiotomi
- Kaji karakter lokia, yakni warna, bau dan jumlah
- Pervaginam: keluar darah, robekan
- Inspeksi kaki apakah ada edema atau goresan merah
- Inspeksi payudara adakah area kemerahan
- Inspeksi putting susu apakah ada pecah-pecah dan perdarahan
(Barbara R. Stright, 2004)
c. Palpasi
- Palpasi apakah uterus lembek, lokasi dan nyeri tekan
- Palpasi adakah nyeri tekan, hangat, benjolan, dan nyeri pada kaki
- Palpasi payudara untuk memeriksa bengkak, benjolan dan nyeri
tekan
- Kulit apakah dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary
refil memanjang
- Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang (
Barbara R. Stright, 2004)
3. Pola pengkajian keluarga
a. Aktivitas istirahat : Insomia mungkin teramat.
b. Sirkulasi : kehilangan darah selama proses post portum
c. Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat
kira-kira 3hari setelah melahirkan “post portum blues”
d. Eliminasi : BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5
e. Makan dan cairan : Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan
kira-kira sampai hari ke 5
f. Persepsi sensori: Tidak ada gerakan dan sensori
g. Nyeri dan ketidaknyamanan: Nyeri tekan payudara dan pembesaran
dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
h. Seksualitas:
- Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran
menurun satu jari setiap harinya
- Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
- Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama
i. Pengkajian Psikologis
- Apakah pasien dalam keadaan stabil
- Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan
masa penyembuhan
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biakan dan uji sensitivitas (pada luka, drainase atau urine) digunakan
untuk mendiagnosis infeksi
b. Venografi adalah metode yang paling akurat untuk mendiagnosis
thrombosis vena profunda
c. Ultrasonografi Doppler real-time dan Ultrasonografi Doppler
berwarna adalah metode diagnostik untuk mendiagnosis adanya
tromboflebitis dan thrombosis.
d. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk
spilit fibrin (SDP/FSP)
Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
(Cunningham, F.G. dkk.2012 )
B. Diagnosa Keperawatan
1. ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan jumlah
hemoglobin dalam darah, perdarahan pervagina
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan
3. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan aktif
pascapersalinan, berkurangnya cairan vaskuler
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,statis cairan tubuh,
penurunan hemoglobin.

C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan jumlah
hemoglobin dalam darah,pedarahan pervagina
Domain 4 : aktivitas/istirahat
Kelas 4 : respon kardiovaskuler/pulmonal
Definisi: penurunan sirkulasi darah keperifer yang dapat menggangu
kesehatan.
Batasan karakteristik:
- Edema
- Penurunan nadi perifer
- Perubahan funsgsi motorik
- Perubahan karakteristik kulit (misalnya, warna, elastisitas rambut,
kelembaban, kuku,sensasi, suhu)
- Perubahan tekanan darah di ekstremitas
- Tidak ada nadi perifer
- Waktu pengisian kapiler> 3 dertik
- Warna kulit pucat saat elevasi
- Warna tidakkembali ketungkai 1 menit setelah tungkai di turunkan.
NOC:
Perfusi jaringan: perifer
Domain 2: kesehatan fisiologis
Kelas E: jantung paru
Definisi: kecukupan aliran pembuluh darah kecil di ujung kaki dan tangan
untuk mempertahankan fungsi jaringan
Skala target outcome: di pertahankan pada deviasi yang cukup besar dari
kisaran normal (2) ditingkatkan ke deviasi ringan dari kisaran normal (4)
Skala outcome keseluruhan:
- Pengisian kapiler jari
- Pengisian kapiler jari kaki
- Suhu kulit jari kaki dan tangan
- Kekuatan denyut nadi karotis kanan
- Kekuatan denyut nadi karotis kiri
- Kekuatan denyut nadi brakialis kanan
- Kekuatan denyut nadi brakialis kiri
- Kekuatan denyut radial kanan
- Kekuatan denyut radial kiri
NIC:
Perawatan sirkulasi: insufisiensi arteri
Domain 2: fisologi kompleks
Kelas N: manajemen perfusi jaringan
Definisi :meningkatkan sirkulasi arteri
Aktivitas-aktivitas:
- Lakukan pemeriksaan fisik system kardiovaskuler atau penilaian
yang komprehensif pada sirkulasi perifer (misalnya, memeriksa
denyut nadi perifer, edema, waktu pengisian kapiler, warna dan
suhu)
- Evaluasi edema
- Inspeksi kulit untuk adanya luka pada arteri (arterial ukers) atau
kerusakan jaringan
- Tempat kan ujung kaki dan tangan dalam posisi tergantung yang
tepat
- Pelihara hidrasi yang tepat untuk menurukan keketalan darah
- Monitor jumlah cairan yang masuk dan yang keluar
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan
Domain 12: kenyamanan
Kelas 1: kenyamanan fisik
Definisi: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang di
gambarkan sebagai kerusakan (Internasional for the Study of pain), awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat di antisipasi atau di prediksi
Batasan karakteristik:
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan ancaman kematian
Tujuan: Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan
mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang
- Intervensi:
Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
R/: Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
- Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
R/: Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
- Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
R/: Memberikan dukungan emosi
- Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
R/: Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak
diketahui
- Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
R/: Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
- Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
R/: Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping
yang tepat.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan prosedur yang kurang
steril
Tujuan: Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas
normal)
Intervensi:
- Catat perubahan tanda vital
R/: Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi
- Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang
lembek, dan nyeri panggul
R/: Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia,
shock yang tidak terdeteksi
- Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
R/: Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea
yang berkepanjangan
- Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran
nafas, mastitis dan saluran kencing
R/: Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
- Tindakan kolaborasi
a. Berikan zat besi (Anemi memperberat keadaan)
b. Beri antibiotika (Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk
keadaan infeksi)
5. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : tidak terjadi syok dan kondisi klien dalam batas normal
Intervensi :
- Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
R/: Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
- Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
R/: Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di
jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit
yang dingin
- Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )
R/: Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
D. Evaluasi Tindakan
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
1. Tanda vital dalam batas normal :
- Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
- Denyut nadi : 70-80 x/menit
- Pernafasan : 20 – 24 x/menit
- Suhu : 36 – 37 Celcius
2. Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
3. Gas darah dalam batas normal
4. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang
komplikasi dan pengobatan yang dilakukan
5. Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam
mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinya
6. Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
7. Klien tidak merasa nyeri
8. Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya
(Cunningham, F.G. dkk.2012)
KESIMPULAN
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam
setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post
partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam
setelah anak dan plasenta lahir. Perdarahan postpartum dapat disebabkan karena
Atonia uteri, sisa plasenta dan selaput ketuban, Jalan lahir : robekan peritonium,
vagina servik, forniks, dan rahim serta penyakit darah, kelainan pembekuan darah
sering dijumpai pada pendarahan yang banyak, solusio plasenta, kematian janin
yang lama dalam kandungan, pre-eklamsi dan eklamsi, infeksi, hepatitis, dan
septik syok.
DAFTAR PUSTAKA

Helen Varney, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Ed.4 Vol 2. Jakarta :EGC
NANDA. 2015. Nursing Diagnosa Prinsip dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC
NIC. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC).USA: Elsevier
NOC.2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA: Elsevier
Cunningham, F.G. dkk.2012. Obstetri Williams (edisi 23). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai