Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATAN OBSTETRI
“PERDARAHAN POST PARTUM”

Oleh :
KELOMPOK 7
Fine Potalangi 17061133
Reynaldo Tahulending 17061118
Syntia Jacobs 17061015
Mariah Ponidjan 17061160
Yulita Rumsory 17061039
KELAS C, SEMESTER VI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KEGAWATAN OBSTETRI
“PERDARAHAN POST PARTUM”
A. Pengertian
Perdarahan pasca persalinan (PPH) didefinisikan sebagai kehilangan darah >
500 ml setelah persalinan per vaginam dan > 1000 ml setelah operasi Caesar
(Egenberg S., Masenga G et al., 2017).
Perdarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi sampai 24 jam setelah
kelahiran dan biasanya melibatkan kehilangan banyak darah melalui saluran genital
(Vicky Chapman, 2006).
Perdarahan pasca peralinan dapat juga diartikan sebagai perdarahan yang
terjadi setelah kelahiran bayi sebelum, selama dan sesudah keluarnya plasenta
(Rahayu Eka P Lestari, Hidayah W et al., 2014).

B. Etiologi
Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan pendarahan post partum.
Faktor-faktor yang menyebabkan Pendarahan post partum antara lain adalah 4T (Tone
dimished, Trauma, Tissue, Thrombin). Menurut Sarmini Moedjiarto (2011)
Perdarahan pasca perasalinan disebabkan oleh: Atonia uteri 50-60%, Retensio
Plasenta 23-24% , Robekan Jalan Lahir 5-6% dan Gangguan Pembekuan Darah 0,4-
0,6% Sekitar 20% .

1. Tone Dimished : Atonia uteri

Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak mampu untuk berkontraksi
dengan baik dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.
Perdarahan postpartum secara fisiologis di kontrol oleh kontraksi serat - serat
myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah
pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak
dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek
pada palpusi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha
melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus. Atonia uteri
merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri :

o Manipulasi uterus yang berlebihan.


o General anestesi (pada persalinan dengan operasi ), Anestesi yang dalam.
o Uterus yang teregang berlebihan.
o Kehamilan kembar.
o Fetal macrosomia ( berat janin antara 4500 - 5000 gram ).
o Polyhydramnion.
o Kehamilan lewat waktu, Partus lama.
o Grande multipara ( fibrosis otot-otot uterus ).
o Infeksi uterus ( chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia ).
o Plasenta previa, Solutio plasenta (Fransisca, 2012).

2. Tissue

o Retensio plasenta
o Sisa plasenta
o Plasenta acreta dan variasinya.

Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu
dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena : plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, tapi apabila
terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :

o Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva )


o Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis menembus
desidva sampai miometrium - sampai dibawah peritoneum ( plasenta akreta -
perkreta )

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta ( inkarserasio plasenta ). Sisa
plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20 - 25 % dari kasus perdarahan
postpartum. (Fransisca, 2012).

3. Trauma

Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir akibat :

o Ruptur uterus
o Inversi uterus
o Perlukaan jalan lahir
o Vaginal hematom

Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan antara
lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya, dan
persalinan dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat jaringan parut
section secarea sebelumnya.
Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya terjadi
karena persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam dengan bayi besar,
terminasi kehamilan dengan vacum atau forcep, walaupun begitu laserasi bisa terjadi
pada sembarang persalinan. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan
vulva akan menyebabkan hematom, perdarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi
berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa menyebabkan
terjadinya syok.
Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai artery atau
vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada penundaan antara episitomi dan
persalinan, atau jika ada penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi.
Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah menyala ) dan kontraksi uterus baik
akan mengarah pada perdarahan dari laserasi ataupun episitomi. Ketika laserasi cervix
atau vagina diketahui sebagai penyebab perdarahan maka repair adalah solusi terbaik.
Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kovum uteri, sehingga tundus uteri
sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam
kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri dapat dibagi :

o Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang
tersebut.
o Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
o Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar
vagina.

Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada
korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta
yang belum lepas dari dinding uterus. Pada penderita dengan syok perdarahan dan
fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah
persalinan selesai.
Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas servix uteri
atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan keadaan gawat dengan
angka kematian tinggi ( 15 - 70 % ). Reposisi secepat mungkin memberi harapan yang
terbaik untuk keselamatan penderita. (Fransisca, 2012)

4. Thrombin : Kelainan pembekuan darah

Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun


didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :

o Hipofibrinogenemia,
o Trombocitopeni,
o Idiopathic thrombocytopenic purpura,
o HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet
count ),
o Disseminated Intravaskuler Coagulation,
o Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit
karena darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin dan
trombosit sudah rusak. (Fransisca, 2012)
3. Klasifikasi
Menurut WHO, perdarahan post partum dibagi diklasifikasikan:
a. Perdarahan pasca Salin dini/primer (perdarahan dari jalan lahir ≥ 500 ml dalam 24
jam pertama setelah bayi lahir) Penyebab utama perdarahan pasca persalinan
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan
inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama
b. Perdarahan pasca salin lanjut/sekunder (perdarahan dari jalan lahir ≥ 500 ml
setelah 24 jam pertama persalinan). Perdarahan pasca persalinan sekunder terjadi
setelah 24 jam pertama. Perdarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan
oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik (subinvolusio uteri) atau sisa
plasenta yang tertinggal.
Berdasarkan jumlah perdarahan, dibagi menjadi :
a. Perdarahan pasca salin minor (jumlah perdarahan antara 500-1000 ml tanpa tanda
syok secara klinis) dan
b. Perdarahan pasca salin mayor (jumlah perdarahan > 1000 ml atau <1000 ml
dengan disertai tanda syok).

4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah
banyak (500 ml), nadi lemah, haus, pucat, lochea warna merah, gelisah, letih, tekanan
darah rendah ekstremitas dingin, dapat pula terjadi syok hemorogik
Gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima yaitu :
a. Antonia Uteri
Uterus berkontraksi lembek , terjadi perdarahan segera setelah lahir
Gejala yang kadang timbul : Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan
kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual, dll)
b. Robekan jalan lahir
Terjadi perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir,
konterksi uterus baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul : tali pusat pusut akibat traksi berlebihan,
inversi uteri akibat tarikan, pendarahan lanjutan.
d. Tertinggalnya sisa plasenta
Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal, perdarahan
segera.
Gejala yang kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus
tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa, perdarahan segera, nyeri berat,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok neurogenik dan pucat.
f. Ruptur Uteri
Perdarahan segera (intra abdominal dan/atau pervaginam), nyeri perut yang hebat,
kontraksi hilang
g. Gangguan Pembekuan darah
Perdarahan tidak berhenti, encer, tidak terlihat gumpalan darah
Kegagalan terbentuknya gumpalan pada uji pembekuan darah sederhana
Terdapat faktor prdisposisi : solusio plasenta, IUFD, eklamsia,, dan emboli air
ketuban

Menurut purwadianto, dkk, 2000, menjelaskan tentatng Tanda dan Gejala dari
pendarahan postpartum adalah Terjadi perdarahan rembes atau mengucur, saat
kontraksi uterus keras, darah berwarna merah muda, bila perdarahan hebat timbul
syok, pada pemeriksaan inspekulo terdapat ronekan pada vagina, serviks atau varises
pecah dan sisa plasenta tertinggal

h. Prognosis
Tergantung kepada penyebab, waktu, banyaknya kehilangan darah, kondisi
sebelumnya dan keefektifan pengobatan. Jadi yang lebih penting adalah ketepatan dan
kecepatan diagnosis dan penanganan

i. Pemeriksaan Penunjang (Barbara R. Stright, 2004)


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain:
1. Biakan dan uji sensitivtas (ada luka, drainase atau urine) digunakan untuk
mendiagnosis infeksi
2. Venografi adalah metode yang paling akurat untuk mendiagnosis thrombosis vena
profunda
3. Ultrasnografi Doppler real time dan ultrasonografi Doppler berwarna adalah
metode diagnostic untuk mendiagnosis adanya tromboflebitis dan thrombosis
4. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil koagulasi: peningkatan degradasi kadar produk fibrin/produk spilit fibrin
(SPD/FSP)
6. Sonografi : menentukan adanya jarningan plasenta yang tertahan

j. Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
1. Selalu siapkan tindakan gawat darurat
2. Tata laksana persalinan kala III secara aktif Minta pertolongan pada petugas lain
untuk membantu bila dimungkinkan
3. Lakukan penilaian cepat keadaan umum ibu meliputi kesadaran nadi, tekanan
darah, pernafasan dan suhu
4. Jika terdapat syok lakukan segera penanganan Periksa kandung kemih, bila penuh
kosongkan
5. Cari penyebab perdarahan dan lakukan pemeriksaan untuk menentukan penyebab
perdarahan

2. Intra Hospital
Dua kategori besar dalam upaya penanganan perdarahan postpartum adalah
Active Management of Third Stage of Labor (AMTSL) dan penanganan setelah
perdarahan postpartum teridentifikasi.
a. Active Management of Third Stage of Labor (AMTSL)
Penanganan klinis berdasarkan AMTSL terdiri dari beberapa hal, yaitu
pemberian oksitosin, pengontrolan saat pelepasan plasenta dan pemijatan
segera setelah plasenta lahir..Terdapat dua macam bentuk penanganan klinis
dari persalinan kala III, antara lain pendekatan expectant dan pendekatan
aktif. Pendekatan expectant atau pendekatan fisiologis mencakup, antara lain
menunggu tanda klinis pemisahan plasenta (perubahan bentuk, ukuran uterus,
penurunan dan pemanjangan tali pusat, dan memancarnya darah secara
mendadak dari vagina) dan membiarkan plasenta terlahirkan dengan gravitasi
atau bantuan dari stimulasi puting susu ibu. Di sisi lain, pendekatan aktif
terdiri dari pemberian agen uterotonik, penegangan tali pusat terkendali,
penjepitan tali pusat dini, dan pemijatan uterus setelah kelahiran plasenta.
b. Penanganan setelah post partum teridentifikasi
Penanganan primer saat terdeteksi perdarahan post partum adalah
komunikasi, resusitasi, monitoring dan inverstigasi serta menghentikan
perdarahan. Resusitasi yang dilakukan pada pasien harus mengacu pada
Guideline ATLS.
Jika perdarahan tidak tertangani, pasien segera dipindahkan keruang operasi
untuk mendapat tindakan. Pada pasien dengan inversio uteri, apabila terjadi
pada saat penarikan tali pusat maka manajemen akut kegawatdaruratan
obstetrik harus segera dimulai. Penanganan inversio uteri terdiri dari tindakan
non-operatif yaitu manual replacement dan tehnik replacement O’Sullivan.
Sedangkan tindakan operatif yaitu laparotomi. Untuk syok, penatalaksaan
yang dapat dilakukan yaitu menentukan defisit cairan dan segera melakukan
resusitasi cairan dengan RL, jika tidak adekuat dapat menggunakan cairan
koloid. Jika dosis maksimal cairan koloid tidak dapat mengoreksi kondisi
syok, dapat diberi noradrenaline, selanjutnya apabila tidak terdapat
perbaikan, dapat ditambahkan dobutamine. Terapi resusitasi cairan
dinyatakan berhasil dengan menilai perbaikan outcomehemodinamikklinis.

k. Pencegahan
Pencegahan perdarahan pasca persalinan dapat dilakukan dengan manajemen
aktif kala III. Penanganan aktif pada persalinan kala III dapat menurunkan insidensi
dan tingkat keparahan perdarahan postpartum. Penanganan aktif merupakan
kombinasi dari hal-hal berikut :
- Pencegahan Primer
1) Pemberian Uterotonika (dianjurkan Oksitosin) segera setelah bayi
dilahirkan.
2) Penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cepat dan tepat.

3) Penarikan tali pusat yang lembut dengan traksi balik uterus ketika uterus
berkontraksi dengan baik (Prawiroharjo, 2009: 525)
Penalaksanaan manajemen aktif kala III (pengeluaran aktif plasenta
membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan yang
meliputi:
a) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus
berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta.
(1) Oksitosin dapat diberikan dalam segera setelah kelahiran bayi.
(2) Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting susu atau susukan
bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah memberikan ergometrin
0,2 mg IM.

b) Lakukan Peregangan Tali pusat terkendali ( PTT ) dengan cara:


(1) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simpisis pubis.
Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan
dorso cranial – kearah belakang dan ke arah kepala ibu.
(2) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5 – 6 cm di
depan vulva.
(3) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi
kuat (2 - 3 menit ).
(4) Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang
terus – menerus, dalam, tegangan yang sama dengan tangan ke
uterus.
(5) PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada
uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga memberi tahu petugas
ketika ia merasakan kontraksi.
c) Begitu plasenta lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau
klem pada tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan
gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan sumbu jalan lahir. Kedua
tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta
kearah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
d) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar
menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah
dan dapat mencegah perdarahan pasca persalinan.

- Pencegahan Sekunder
a) Jika uterus tidak berkontraksi kuat selam 10 – 15 detik, atau jika
perdarahan hebat terjadi, segera lakukan kompresi bimanual dalam. Jika
atonia uteri tidak teratasi dalam 1 – 2 menit, ikuti protocol untuk
perdarahan pascapersalinan.
b) Jika menggunakan manajemen aktif kala III dan plasenta belum lahir
dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit I.M dosis kedua, dalam
jarak 15 menit dari pemberian oksotosin dosis pertama.
c) Jika menggunakan manajemen aktif kala III dan plasenta belum juga lahir
dalam waktu 30 menit:
(1) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih
penuh.
(2) Periksa adanya tanda – tanda pelepasan plasenta

(3) Berikan oksitosin 10 unit I.M dosis ketiga, dalam jarak waktu 15
menit dari pemberian oksitosin dosis pertama.
d) Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada
serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi. ( Depkes RI, 2006, hal N-
19 ) .
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PERDARAHAN OBSTETRI

A. Pengkajian
1. Primary Survey
- Airway
Kaji bersihan jalan nafas pasien, apakah ada sumbatan atau tidak. Namun,
pada pasien post partum biasanya tidak ada gangguan pada jalan nafas
- Breathing
Kaji pernafasan pasien, apakah ada sesak nafas dan takipnea, jika ada
berikan oksigen 15L/mnt
- Circulation
Kaji tanda hipotensi, takikardia dan tanda gangguan sirkulasi lainnya.
- Disability
Kaji tingkat kesadaran oasien menggunakan GCS, apakah pasien
mengalami fatique yang dapat berpengaruh pada kontraksi uterus.
- Exposure
-

- Foley Kateter
Dipasang kateter foley 2 arah yang diisi 50 cc- 110 cc salin. (Vesica
urinaria dipertahankan dalam kondisi kosong)
Kondom kateter dimasukkan ke dalam cavum uteri. Ujung kateter
dihubungkan dengan selang infus bagian bawah dan segera alirkan NaCL
fisiologis sebanyak 25-500 ml.

- Gatric Tube
-

- Health Monitor
Jika ada indikasi gangguan irama jantung

2. Secondary Survey
- Identitas pasien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain lain
- Head to Toe
Pengkajian Fisik

1. Tanda-tanda vital

 Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)


 Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
 Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
 Suhu : Normal/ meningkatn
 Kesadaran : Normal / turun (Barbara R.Stright, 2004)

2. Inspeksi

 Inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak, dan karakteristik


episiotomi
 Kaji karakter lokia, yakni warna, bau dan jumlah
 Pervaginam: keluar darah, robekan
 Inspeksi kaki apakah ada edema atau goresan merah
 Inspeksi payudara adakah area kemerahan
 Inspeksi putting susu apakah ada pecah-pecah, memepuh dan
perdarahan( Barbara R. Stright, 2004)

3. Palpasi

 Palpasi apakah uterus lembek, lokasi dan nyeri tekan


 Palpasi adakah nyeri tekan, hangat, benjolan, dan nyeri pada kaki
 Palpasi payudara untuk memeriksa bengkak, benjolan dan nyeri tekan
 Kulit apakah dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refil
memanjang
 Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang ( Barbara
R. Stright, 2004)

4. Pola pengkajian keluarga

 Aktivitas istirahat : Insomia mungkin teramat.


 Sirkulasi : kehilangan darah selama proses post portum
 Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat kira-
kira 3hari setelah melahirkan “post portum blues”
 Eliminasi : BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5
 Makan dan cairan : Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-
kira sampai hari ke 5
 Persepsi sensori: Tidak ada gerakan dan sensori
 Nyeri dan ketidaknyamanan: Nyeri tekan payudara dan pembesaran
dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
 Seksualitas:

 Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun


satu jari setiap harinya
 Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
 Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama
 Pengkajian Psikologis

 Apakah pasien dalam keadaan stabil


 Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan masa
penyembuhan

- Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat
pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat
implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Yang meliputi alasan klien masuk rumah sakit, keluhan yang dirasakan saat ini
yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea
berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas
dingin , mual.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,
penyakit jantung, pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit
menular.

d. Riwayat menstruasi meliputi:Menarche,lamanya siklus, banyaknya, baunya ,


keluhan waktu haid, HPHT
e. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai
hamil, Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
f. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus,
retensi plasenta, Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau
mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir, Riwayat nifas meliputi:
Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu
saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
g. Riwayat Kehamilan sekarang
Hamil muda, keluhan selama hamil muda, Hamil tua, keluhan selama hamil tua,
peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan
tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
h. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,
perawatan serta pengobatannya yang didapat
- Pemeriksaan Dignostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

1. Biakan dan uji sensitivitas (pada luka, drainase atau urine) digunakan untuk
mendiagnosis infeksi
2. Venografi adalah metode yang paling akurat untuk mendiagnosis thrombosis
vena profunda
3. Ultrasonografi Doppler real-time dan Ultrasonografi Doppler berwarna adalah
metode diagnostik untuk mendiagnosis adanya tromboflebitis dan thrombosis.
4. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk spilit
fibrin (SDP/FSP)
6. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan. ( Barbara R.
Stright, 2004)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan pendarahan pervaginam, kehilangan cairan
terus menerus
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan jumlah Hb dalam
darah, perdarahan pasca persalinan
3. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan, luka paska
operasi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entri, luka paska operasi
5. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan aktif pasca
persalinan, berkurangnya jumlah cairan intravaskuler

C. Rencana Keperawatan

1. Hipovolemia berhubungan dengan pendarahan pervaginam, kehilangan


cairan terus menerus
Tujuan: Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan

Rencana tindakan :

1. Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap
terlentang

R/: Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan
memungkinkan darah keotak dan organ lain.

2. Monitor tanda vital

R/: Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat


3. Monitor intake dan output setiap 5-10 menit

R/: Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal

4. Evaluasi kandung kencing

R/: Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus

5. Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan
diatas simpisis

R/: Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan


placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri

6. Batasi pemeriksaan vagina dan rectum

R/: Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan
terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks /
perineum atau terdapat hematom

7. Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan
cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera
kolaborasi. Berikan infus atau cairan intravena

R/: Cairan intravena mencegah terjadinya shock

8. Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )

R/: Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan

9. Berikan antibiotic

R/: Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan pada
subinvolusio

10. Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )

R/: Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan jumlah Hb


dalam darah, perdarahan pasca persalinan

Tujuan : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal

Rencana keperawatan :

1. Monitor tanda vital tiap 5-10 menit


R/: Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital

2. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit

R/: Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer
berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin

3. Kaji ada / tidak adanya produksi ASI

R/: Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam
produksi ASI

4. Tindakan kolaborasi :

 Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH
merupakan tanda hipoksia jaringan )
 Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan
transportasi sirkulasi jaringan)

3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan, luka


paska operasi

Tujuan: skala nyeripada pasien berkurang

Rencana Tindakan :

1. Pertahankan tirah baring selama fase akut

R/: meminimalkan stimulasi dan mengurangi intensitas nyeri

2. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam atau teknik distraksi

R/: untuk mengurangi intensitas nyeri

3. Hindar atau minimalkan aktivitas yang berat

R/: Aktivitas berat dapat memperparah kondisi dan menyebabkan nyeri bertambah

4. Kolaborasi dengan pemberian analgetik

R/: Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf
simpatis

4. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entri, luka paska operasi

Tujuan: Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )

Rencana tindakan :
1. Catat perubahan tanda vital

R/: Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi

2. Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang


lembek, dan nyeri panggul

R/: Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock


yang tidak terdeteksi

3. Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea

R/: Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang
berkepanjangan

4. Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas,


mastitis dan saluran kencing

R/: Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan

5. Tindakan kolaborasi

 Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )


 Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk
keadaan infeksi ).

5. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan aktif pasca


persalinan, berkurangnya jumlah cairan intravaskuler

Tujuan : tidak terjadi syok dan kondisi klien dalam batas normal

Rencana keperawatan :

1. Monitor tanda vital tiap 5-10 menit

R/: Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital

2. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit

R/: Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan


perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin

3. Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )

R/: Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.


DAFTAR PUSTAKA
http://fluvlirocatsdeath.comunidades.net/penatalaksanaan-kegawatdaruratan-obstetri-pdf-
download

https://prezi.com/cnxwdhhaq89-/kegawatdaruratan-obstetri/

http://haerulanwar6.blogspot.com/2016/03/v-behaviorurldefaultvmlo_27.html

https://slideplayer.info/slide/14389719/

https://www.scribd.com/doc/299392339/Asuhan-Keperawatan-Pada-Klien-Dengan-Perdarahan-
Post-Partum

http://repository.poltekeskupang.ac.id/934/1/HANA%20MANIA%20SAMENEL.pdf

http://repository.ump.ac.id/3926/2/LISA%20MARGARETA%20BAB%20I.pdf

https://scholar.google.co.id/scholar?
q=ASUHAN+KEPERAWATAN+KEGAWATAN+DARURAT+PADA+PERDARAHAN+POST+PARTUM&hl=en
&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart

https://www.scribd.com/doc/184727068/Asuhan-Keperawatan-Kegawatan-Maternitas-Perdarahan-
Postpartum-1

https://www.academia.edu/12937320/ASKEP_Perdarahan_postpartum

https://fk.ugm.ac.id/seminar-workshop-penanganan-pendarahan-postpartum-terkini/

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/budi.iman/material/perdarahanpostpartum.pdf

https://www.academia.edu/7503123/PENANGANAN_PERDARAHAN_POST_PARTUM_HAEMORHAGI
_POST_PARTUM_HPP

http://digilib.unila.ac.id/57734/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf

http://repository.unair.ac.id/54700/13/FK.%20BID.%2080-16%20Put%20h-min.pdf

Anda mungkin juga menyukai