I. KONSEP TEORI
1. Definisi
Hemoragi post partum biasanya didefinisikan sebagai kehilangan darah
lebih dari 500 ml selama dan/atau setelah kelahiran. Ini adalah salah
satu penyebab mortalitas ibu. Hemoragi dapat terjadi awal, dalam 24 jam
pertama setelah kelhiran, atau lambat, sampai 28 hari pasca partum (akhir dari
puerperium).
Perdarahan pasca persalinan atau perdarahan post partum adalah
perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir. Kehilangan darah
pasca persalinan seringkali diperhitungkan secara lebih rendah dengan
perbedaan 30-50%. Kehilangan darah setelah persalinan per vaginam rata-rata
500 ml, dengan 5% ibu mengalami perdarahan > 1000 ml. Sedangkan
kehilangan darah pasca persalinan dengan bedah sesar rata-rata 1000 ml.
Perkembangan terkini, perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai 10%
penurunan hematokrit sejak masuk atau perdarahan yang memerlukan transfusi
darah. (Errol, 2008)
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih
setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir) (Wiknjosastro, 2000)
Fase dalam persalinan dimulai dari kala I yaitu serviks membuka kurang
dari 4 cm sampai penurunan kepala dimulai, kemudian kala II dimana serviks
sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah tampak,
kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya
bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan post partum
terjadi setelah kala III persalinan selesai (Saifuddin, 2002).
2. Klasifikasi
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu:
a. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang
terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan pascapersalinan yang
terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder
disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa
plasenta yang tertinggal.
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1) Early Hemoragyc Post partum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2) Late Hemoragyc Postpartum: Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah
bayi lahir. 4 jam biasanya antara hari ke 5 sampai 15.
3. Etiologi
a. Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta
lahir. Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum
dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama
untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena
kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol
oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh
darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri
terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi.
b. Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah
jam setelah kelahiran bayi, atau 1 - 2 jam post partum tanpa perdarahan
yang berlebihan jika home birth Plasenta harus dikeluarkan karena
dapat menimbulkan bahaya perdarahan dan infeksi (Aprillia, 2011).
c. Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20 - 25 % dari
kasus perdarahan postpartum. Penemuan Ultrasonografi adanya masa
uterus yang echogenic mendukung diagnosa retensio sisa plasenta. Hal ini
bisa digunakan jika perdarahan beberapa jam setelah persalinan ataupun
pada late postpartum hemorraghe. Apabila didapatkan cavum uteri
kosong tidak perlu dilakukan dilatasi dan curettage.
d. Trauma, Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh trauma
jalan lahir.
- Ruptur uterus, ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko
yang bisa menyebabkan antara lain grande multipara, malpresentasi,
riwayat operasi uterus sebelumnya, dan persalinan dengan induksi
oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat jaringan parut section
secarea sebelumnya.
- Inversi uterus, Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki
kovum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol
kedalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III
atau segera setelah plasenta keluar. Inversio uteri dapat dibagi :
o Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum
keluar dari ruang tersebut.
o Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
o Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian
besar terletak diluar vagina.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada
korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan
plasenta yang belum lepas dari dinding uterus. Pada penderita dengan syok
perdarahan dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim
pada kala III atau setelah persalinan selesai.
Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas servix uteri
atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan keadaan gawat
dengan angka kematian tinggi (15 – 70 %). Reposisi secepat mungkin
memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.
e. Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya
terjadi karena persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam
dengan bayi besar, terminasi kehamilan dengan vacuum atau forcep,
walau begitu laserasi bisa terjadi pada sembarang persalinan. Laserasi
pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan menyebabkan
hematom, perdarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya
karena tidak akan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa menyebabkan
terjadinya syok.
f. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika
mengenai artery atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada
penundaan antara episitomi dan persalinan, atau jika ada penundaan
antara persalinan dan perbaikan episitomi. Perdarahan yang terus terjadi
(terutama merah menyala) dan kontraksi uterus baik akan mengarah pada
perdarahan dari laserasi ataupun episitomi. Ketika laserasi cervix atau
vagina diketahui sebagai penyebab perdarahan maka repair adalah solusi
terbaik.
g. Thrombin : Kelainan pembekuan darah. Gejala-gejala kelainan pembekuan
darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat, kelainan
pembekuan darah bisa berupa :
4. Hipofibrinogenemia,
5. Trombocitopeni,
6. Idiopathic thrombocytopenic purpura,
7. HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count),
8. Disseminated Intravaskuler Coagulation,
9. Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8
unit karena darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin
dan trombosit sudah rusak
4. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh
darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi
terus menerus. Trauma jalan lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi
perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya
pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau
hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu
proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan
postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan
shock hemoragik. Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri
dan robekan jalan lahir adalah:
a. Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir)
1) Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih
tinggi.
2) Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3) Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika,
kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat
b. Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak)
1) Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil
2) Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir.Perdarahan ini terus-
menerus. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3) Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus
mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.
Pathway
Afibrinogen
Robekan
pembuluh Serabut – serabut meometrium
Darah sukar
darah gagal berkontraksi
membeku
Atonia uteri
Anemia
Intoleransi
aktivitas
6. Pemeriksaan penunjang
a. Golongan darah menentukan Rh, ABO dan percocokan silang yang
natinya dapat membantu dalam tindakan transfuse darah.
b. Jumlah darah lengkap menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan
jumlah sel darah putih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil:
10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total
SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. Saat hamil 5.000-15.000)
c. Kultur uterus dan vagina mengesampingkan infeksi pasca partum
d. Urinalisis memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split
fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen: masa tromboplastin partial
diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin
memanjang pada KID
f. Sonografi menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
7. Komplikasi
Komplikasi kehilangan darah yang banyak adalah syok hipovolemik
disertai dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat, anemia. Komplikasi
perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu syok. Bila terjadi
syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu
anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia bisa
berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai oleh
pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi organorgan
seperti gagal ginjal mendadak (Chalik, 2005).
8. Penatalaksanaan
1. Penanganan umum
Perbaikan keadaa umum dengan :
a) Pemasangan infuse
b) Transfusi darah
c) Pemberian antibiotic
d) Pemberian uterotonic
9. Asuhan keperawatan
Pengkajian
Pengkajian fokus pada perdarahan post portum meurut Dongoes dan Marylin
E, (2001) sebagai berikut :
a. Alasan dan keluhan pertama masuk Rumah Sakit Apa yang dirasakan
saat itu ditujukan untuj mengenali tanda atau gajala yang berkaitan
dengan perdarahan post portum misalnya antonio uteri, retensio
plasenta robekan jalan lahir, vagina, perineum, adanya sisa selaput
plsenta dan biasanya ibu nampak perdarahan banyak > 500 CC
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita penyakit
yang bisa menyebabkan perdarahan post portum seperti aspek fisiologis
dan psikososialnya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita penyakit
yang lain yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan atau
mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit diabetus mellitus dan
jantung.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien
ada yang mempunyai riwayat yang sama
e. Riwayat obstetric
1) Riwayat menstruasi meliputi : Menarche, lamanya siklus,
banyaknya,
2) baunya , keluhan waktu haid, HPHT
3) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa,
Usia mulai
4) hamil.
5) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu.
6) Riwayat Kehamilan sekarang
f. Pola pengkajian kesehatan menurut (Dongoes dan Marilyn E,2001),
Sebagai berikut :
1) Aktivitas istirahat -> Insomia mungkin teramat
2) Sirkulasi -> Kehilangan darah selama proses post portum, Rembesan
kontinu atau perdarahan tiba-tiba. Dapat tampak pucat, anemic
3) Integritas ego -> Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat
kirakira 3 hari setelah melahirkan “post portum blues”
4) Eliminasi -> BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5
5) Makan dan cairan->Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan
kira-kira sampai hari ke 5
6) Persepsi sensori -> Tidak ada gerakan dan sensori
7) Nyeri dan ketidaknyamanan-> Nyeri tekan payudara dan pembesaran
dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
8) Ketidaknyamanan: Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta
tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung
(hematoma)
9) Keamanan : Pecah ketuban dini
10) Seksualitas
g. Pengkajian Psiokologis
1) Apakah pasien dalam keadaan stabil
2) Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan masa
penyembuhan
h. Pemeriksaan head to toe
1) B1 Breath : takipnea, sianosis
2) B2 Blood : takikhardia, perdarahan, akral ekstremitas dingin, TD
menurun
3) B3 Brain : pasien kadang mengeluh pusing, bisa disertai
gangguan kesadaran jika perdarahan berlebihan.
4) B4 Bowel : anoreksia
5) B5 Bladder : gangguan eliminasi urine karena pasien takut untuk
miksi
6) B6 Bone : lemas, intoleransi aktivitas
i. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1) Suhu badan, biasanya meningkat sampai 38°C dianggap normal.
2) Nadi, akan meningkat cepat karena nyer
3) Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia
4) Pernafasan juga menjadi tidak normal.
j. Pemeriksaan Diagnostik
1) Golongan darah: Menentukan Rh, golongan ABO dan pencocokan
silang
2) Jumlah darah lengkap
3) Kultur uterus dan vaginal
4) Urinalisis
5) Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk
spilit fibrin (SDP/FSP)
6) Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
Diagnosa 3: Ansietas
No Diagnosa Keperatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Ansietas : NOC NIC
Definisi : perasaan Anxiety self control Anxiety Reduction
tidak nyaman atau Anxiety level (penurunan kecemasan)
kekhawatiran yang Coping Gunakan pendekatan
samar disertai respon Criteria Hasil yang menenangkan
autonom (sumber Klien mampu Nyatakan dengan jelas
sering tidak spesifik mengidentifikasi dan harapan terhadap
atau tidak diketahui mengungkapkan pelaku pasien
oleh individu); gejala cemas Jelaskan semua
perasaan takut yang Mengidentifikasi, prosedur dan apayang
disebabkan oleh mengungkapkan dan dirasakan selama
antisipasi terhadap menunjukan tehnik prosedur
bahaya. Hal ini untuk mengontrol Pahami prespektif
merupakan isyarat cemas pasien terhadap situasi
kewaspadaan yang Vital sign dalam stress
memperingatkan Temani pasien untuk
individu akan adanya batas normal memberikan keamanan
bahaya dan Postur tubuh, dan mengurangi takut
memampukan individu ekspresi wajah, Dorong keluarga untuk
untuk bertindak bahasa tubuh dan menemani anak
menghadapi ancaman tingkat aktivitas Lakukan back/neck rub
Batasan menunjukkan Dengarkan
karakteristik: berkurangnya denganpenuh perhatian
Perilaku: kecemasan Identifikasi tingkat
Penurunan kecemasan
produktivitas Bantu pasien mengenal
gerakan yang situasi yang
ireleven menimbulkankecemasa
Gelisah n
Melihat sepintas Dorong pasien untuk
Insomnia mengungkapkan
Kontak mata yang perasaan,
buruk ketakutan,persepsi
Mengekspresikan Instruksikan pasien
kekawatiran karena menggunakan teknik
perubahan dalam relaksasi
peristiwa hidup Berikan obat untuk
Agitasi mengurangi kecemasan
Mengintai
Tampak waspada
Affektif
Gelisah, distress
Kesedihan yang
mendalam
Ketakutan
Perasaan tidak
adekuat
Berfokus pada diri
sendiri
Peningkatan
kewaspadaan
Iritabilitas
Gugup senang
berlebihan
Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan
Peningkatan rasa
ketidakberdayaan
yang persisten
Bingung, menyesal
Ragu/tidak percaya
diri
Khawatir
Fisiologis
Wajah tegang,
tremor tangan
Peningkatan
keringat
Peningkatan
ketegangan
Gemetar, tremor
Suara bergetar
Simpatik
Anoreksia
Eksitasi
kardiovaskuler
Diare, mulut kering
Wajah merah
Jantung berdebar-
debar
Peningkatan
tekanan darah
Peningkatan
denyut nadi
Peningkatan reflex
Peningkatan
frekuensi
pernafasan, pupil
melebar
Kesulitan bernafas
Vasokontriksi
superficial
Lemah, kedutaan
pada otot
Parasimpatik :
Nyeri abdomen
Penurunan tekanan
darah
Penurunan denyut
nadi
Diare, mual, vertigo
Letih, gangguan
tidur
Kesemutan pada
ekstermitas
Sering berkemih
Anyang-anyangan
Dorongan segera
berkemih
Kognitif
Menyadari gejala
fisiologis
Bloking fikiran,
konfusi
Penurunan lapang
persepsi
Kesulitan
berkonsentrasi
Penurunan
kemampuan untuk
belajar
Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan
masalah
Ketakutan terhadap
konsekwensi yang
tidak spesifik
Lupa, gangguan
perhatian
Khawatir, melamun
Cenderung
menyalahkan orang
lain
Factor yang
berhubungan :
Perubahan dalam
(status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran)
Pemanjaan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi/kontaminan
interpersonal
Krisis maturasi, krisis
situasional
Stress, ancaman
kematian
Penyalahgunaan zat
Ancaman pada( status
ekonomi, lingkungan,
status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran, konsep
diri)
Konflik tidak disadari
mengenai nilai yang
esensial/penting
Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
Daftar Pustaka