Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah

konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum. Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang spesifik . Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum, laserasi vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks uteri.

BAB II
1

TINJAUAN PUSTAKA

PERDARAHAN POST PARTUM


Definisi
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah anak lahir. Pritchard dkk mendapatkan bahwa sekitar 5% wanita yang melahirkan pervaginam kehilangan lebih dari 1000 ml darah.

Epidemiologi Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas. Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala III adalah 6 menit dan 3,3% berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan untuk mengatasi perdarahan, termasuk kuretase atau transfusi, menigkat pada kala tiga yang mendekati 30 menit atau lebih. Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat banyak . Klasifikasi Klasifikasi perdarahan postpartum :1,4,9 Perdarahan post partum primer / dini ( early postpartum hemarrhage), yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat ( late postpartum hemorrhage), yaitu- perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.

Etiologi

Etiologi dari perdarahan post partum berdasarkan klasifikasi di atas, adalah : Etiologi perdarahan postpartum dini : 1. Atonia uteri Faktor predisposisi terjadinya atoni uteri adalah : Umur yang terlalu muda / tua Prioritas sering di jumpai pada multipara dan grande mutipara Partus lama dan partus terlantar Uterus terlalu regang dan besar misal pada gemelli, hidromnion / janin besar Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couveloair pada solusio plasenta Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi Laserasi Jalan lahir : robekan perineum, vagina serviks, forniks dan rahim. Dapat menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera di reparasi. Hematoma Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami laserasi atau pada daerah jahitan perineum. Lain-lain Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus, sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka, Ruptura uteri, Inversio uteri Etiologi perdarahan postpartum lambat : Tertinggalnya sebagian plasenta Subinvolusi di daerah insersi plasenta Dari luka bekas seksio sesaria Diagnosis Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok . perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu ada. Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes, perdarahan yang deras biasanya 3

akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung dan dicatat. Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina dan didalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah urikeluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam. Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta. Pencegahan dan Penanganan Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kalaII dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi. Penanganan umum pada perdarahan post partum : Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk) Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan) Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang persalinan)dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung). Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat. Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk

menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung

masalah dan komplikasi. Atasi syok . Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit. Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir. Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah. Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan. Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik

II. RETENSIO PLASENTA DAN SISA PLASENTA ( PLACENTAL REST ) Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta atau selaput janin. Bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di kuretase disusul dengan pemberian obat-obat uterotonika intravena. Perlu dibedakan antara retensio plasenta dengan sisa plasenta (rest placenta). Dimana retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir seluruhnya dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau perdarahan post partum sekunder. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. Sebab-sebab plasenta belum lahir, bisa oleh karena: Plasenta belum lepas dari dinding uterus Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus bisa karena: Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium. Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan 5

tidak adanya usaha untuk melahirkan, atau salah penanganan kala tiga, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta. Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta : Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan. Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g oral dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan 3 x 500mg oral. Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta denganAMV atau dilatasi dan kuretase. Bila kadar Hb <8 gr % berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 10 hari. III. TINDAKAN OPERATIF DALAM KALA URI Tindakan operatif yang dapat dilakukan dalam kala uri persalinan adalah : Perasat Crede Perasat crede bermaksud melahirkan plasenta yang belum terlepas dengan ekspresi : Syarat : Uterus berkontraksi baik dan vesika urinaria kosong Teknik pelaksanaan Fundus uterus dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga ibu jari terletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan permukaan belakang. Setelah uterus dengan rangsangan tangan berkontraksi baik, maka uterus ditekan ke arah jalan lahir. gerakan jari-jari seperti meremas jeruk. Perasat Crede tidak boleh dilakukan pada uterus yang tidak berkontraksi karena dapat menimbulkan inversion uteri Perasat Crede dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan plasenta secara manual
.

MANUAL PLASENTA Indikasi Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus. Teknik Plasenta Manual Sebelum dikerjakan, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salahsatu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.

Gambar 1. Meregang Tali Pusat dengan jari-jari membentuk kerucut Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan constrition ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan diatas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu kebawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.

Gambar 2. ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan diatas fundus uteri. Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya kalau memungkinkan), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus perforasi) dapat dihindarkan.

Gambar 3. Mengeluarkan plasenta Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu eksplorasi sebaiknya sarungtangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonika oksitoksin) satu ampul intramuscular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan speculum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apa bila ditemukan segera dijahit. Eksplorasi Kavum Uteri indikasi Persangkaan tertinggalnya jaringan plasenta plasenta lahir tidak lengkap, setelah operasi vaginal yang sulit, dikapitasi, versi dan ekstraksi, perforasi dan lain-lain, untuk menentukan apakah ada rupture uteri. Eksplorasi juga dilakukan pada pasien yang pernah mengalami seksio sesaria dan sekarang melahirkan pervaginam. Teknik Pelaksanaan Tangan masuk secara obstetrik seperti pada pelepasan plasenta secara manual dan mencari sisa plasenta yang seharusnya dilepaskan atau meraba apakah ada kerusakan dinding uterus. Untuk menentukan robekan dinding rahim eksplorasi dapat dilakukan sebelum plasenta lahir dan sambil melepaskan plasenta secara manual.

DAFTAR PUSTAKA Alhamsyah. Retensio plasenta. Disitasi dari:http:// www.scribid.com Setiawan Y. Perawatan Perdarahan Pos Partum. Disitasi dari: http:// www. Siaksoft. Net Wiknjosastro H, Hananda. Perdarahan pasca persalinan. Disitasi dari: http:// www.scribid.com Prawirohardjo S. perdarahan pasca persalinan. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: YBP SP. 2002. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom KD. Uterine Leiomyomas. In: Williams Obstetrics. 22nd Edition. Mc Graw-Hill. New York: 2005

STATUS PASIEN
ANAMNESA PRIBADI
Nama Umur Pekerjaan Agama Pendidikan Alamat Tgl. Masuk : Rusnani : 20 tahun : Ibu Rumah Tangga : Islam : SMP : Jln. Manggis Kel. Umau mukur, Binjai :12 11 2012, Pukul 20 : 00 WIB

Suku/Bangsa : Jawa

Nama Suami : Basir (Alm)

ANAMNESA PENYAKIT
KU Telaah : Perdarahan Pervaginam : Os datang ke RSUD dr. RM. Djoelham dengan keluhan keluar darah

dari vagina berwarna merah segar dan menggumpal. Sebelumnya pasien melahirkan seorang anak pada tanggal 12 November 2012 jam 16:00 ditolong bidan, dengan usia kehamilan 29 minggu, bayi lahir tidak menangis dan sianosis, berat badan janin 1200 gram. Plasenta tidak dapat dilahirkan sampai 45 menit dan lahir dalam keadaan pecah. Riwayat Persalinan: 11

Anak 1

: laki-laki, immatur, lahir tidak menangis dan sianosis, ditolong bidan, BBL 1200, Meninggal 1 hari

RPT

: Ibu tidak memiliki riwayat hipertensi, DM, jantung, malaria, dan hepatitis Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keluarga yang menurun Ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular seksual

RPO

: ciprofloksasin, as. Mefenamat, metronidazol, viferon

PEMERIKSAAN FISIK Status Present Keadaan Umum Sensorium Tekanan Daarah Pulse Respirasi rate Temperatur Keadaan Penyakit Anemia Sianosis Dyspnoe Ikterus Edema Status Lokalisata kepala Mata Wajah Mulut Leher : Konjungtiva palpebra inferior anemis (+/+) Tidak ada oedema Ekspresi wajah meringis bila bergerak : Bibir agak pucat Karies 1 buah :Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, vena jugularis, dan :(-) :(-) :(-) :(-) :(+) : Compas mentis : 120/70mmHg : 87 x/menit : 23 x/menit : 35,5 C

kelenjar limfe Thoraks Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Ekstremitas : DBN Tidak ada oedema dan varises Terpasang IVFD RL 28 tetes/menit pada lengan kiri Status Obstetri dan Ginekologi Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Genitalia Eksterna Inspeksi Genitalia Interna Vaginal Toucher : Terdapat bercak darah : Perdarahan pervaginam (+), Massa (-), Lesi (-). : TDP : DBN : kontraksi uterus lemah, konsitensi lembek, nyeri tekan (+) : TDP : DBN : DBN : DBN : DBN : DBN : DBN : DBN

PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium Dilakukan pada tanggal 13 /November / 2012 (Setelah masuk RS ) Darah rutin: Hb Leukosit Eritrosit : 8,5 gr/dl : 8.100/mm3 : 3,00 106 /mm3 13 N = (12 14 gr/dl) N = (4.000 12.000/mm3 ) N = (4,00 5,1o x 106 /mm3)

HCT

: 33,4%

N = (34 47 % )

Trombosit : 193 x 103/UI N = (150 450 x 103/UI) Golongan Darah O Urin rutin: Warna Protein Reduksi Bilirubin Urobilinogen Eritrosit Leukosit Epitel USG Dilakukan pada tanggal 13 11 2012 ( Sesudah masuk RS ), dengan hasil: Plasenta Rest. RESUME ANAMNESIS Os datang ke RSUD dr. RM. Djoelham dengan keluhan keluar darah dari vagina berwarna merah segar dan menggumpal. Sebelumnya pasien ada melahirkan anak pada tanggal 12 November 2012 jam 18:00 ditolong bidan, dengan usia kehamilan 29 minggu, bayi lahir tidak menangis dan sianosis, berat badan janin 1200 gram. Plasenta tidak dapat dilahirkan sampai 45 menit dan lahir dalam keadaan pecah. Pada pemeriksaan obsetri dan ginekologi ditemukan kontraksi uterus lemah, konsitensi lembek, nyeri tekan (+), dan ditemukan Perdarahan pervaginam (+), Massa (-), Lesi (-), pada pemeriksaan lab didapat Hb : 8,5 gr/dl dan hasil USG disimpulkan terdapat plasenta Rest. DIAGNOSIS BANDING Perdarahan Pos Partum e.c Plasenta Rest + Post Partum Luar Perdarahan Post partum e.c Ruptura Uteri + Post Partum Luar Perdarahan Post Partum e.c Atonia Uteri + Post Partum Luar DIAGNOSA KERJA : Kuning jernih :(-) :(-) :(-) :(-) :(-) : 1-3/LP : 10-15/LP

Perdarahan Pos Partum e.c Plasenta Rest + Post Partum Luar PENATALAKSANAAN IVFD RL 20 gtt/menit Injeksi Cefotaksime 1 gr/12 jam Rencana Kuretase

LAPORAN KURETASE Dilakukan pada taanggal 14 November 2012 pukul 13:00 WIB Operator : dr. Sugianto, Sp.OG Ibu dalam posisi litotomi. Operator melakukan teknik sterilisasi. Dilakukan anastesi lokal sebelumnya infus terpasang baik. Dilakukan higien vulva. Vagina di buka dengan menggunakan sepekulum sehingga tampak darah dan mulut rahim dijepit dengan menggunakan canum cerviks. Dimasukkan sonde uterus untuk menentukan kedalaman uterus. Setelah sonde uterus dikeluarkan maka dimasukkan alat untuk mengikis sisa plasenta dalam rahim. Setelah uterus bersih dikikis maka spekulum dikeluarkandan diberi betadin kasa untuk mendensifeksi vagina. Kesan : Bersih

TERAPI POST KURETASE IVFD RL + Syntosinon 1 ampul 10 UI ) 20 gtt/menit Injeksi metergin 1 ampul Ciprofloxasin 3 x 1 Metronidazol 3 x 1 Asam mefenamat 3 x 1 15

Viferon 1 x 1

Follow Up KU Kesadaran Keluhan Vital Sign

Tgl 15/11/2012 Baik Compas Mentis TD RR T : 120/90 mm Hg : 20 x/menit :36,5C

Tgl 16/11/2012 Baik Compas Mentis TD RR T : 130/90 mmHg : 24 x/menit : 36,2C

Pluse : 74 x/menit

Pluse : 94 x/menit

Terapi

- Ciprofloksasin 500 mg 3 x1 - As. Mefenamat 500 mg 3 x1 - Metronidazol 500 mg 3 x 1 - Viferon 3x1

- Ciprofloxacin 500 mg 3 x 1 - As. Mefenamat 500 mg 3 x 1 - Metronidazol 500 mg 3 x 1 - Viferon Darah rutin 1. Hb 2. Leukosit 3. Eritrosit 4. HCT 5. Trombosit : 8,5 gr/dl : 8.100/mm : 3,100 x 10/mm : 19,4% : 193 x 10/UI 3x1

Pemeriksaan

TDP

Pasien PBJ pada tanggal 17/11/2012 pada pukul 09:00 WIB dengan diberikan terapi:

Ciprofloxasin 3 x 1 Metronidazol 3 x 1 Asam mefenamat 3 x 1 Viferon 1 x 1

KESIMPULAN Pasien dapat didiagnosa dengan perdarahan post partum e.c plasenta rest dari hasil anamnesa di mana diketahui telah terjadi perdarahan 5 hari, dari hasil pemeriksaan obstetri dan ginekologi didapatkan kontaraksi uterus yang lemah, konsistensi lembek, terdapat nyeri tekan, terdapat perdarahan pervaginam, serta pemeriksaan penunjang dari USG yang disimpulkan terdapat plasenta rest. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva palpebra inferior anemis, dan hasil laboratorium dengan Hb 8,5 gr/dl, Eritrosit 3,00 x 106/mm3, HCT, 19,3% maka diketahui pasien mengalami anemia akibat perdarahan tersebut. Pasien dengan plasenta rest dapat diterapi dengan melakukan evakuasi plasenta yang tertinggal/tersisa, yang dapat dilakukan dengan kuretase.

17

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Plasenta Rest Laporan kasus ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepanitraan klinik senior di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi yang dilaksanakan di RSUD. Dr. R. M. Djoelham, Binjai. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Anwar Affandi Harahap, SpOG selaku pembimbing dan dokter-dokter di SMF obgyn, yaitu: dr. Arusta Tarigan, SpOG dr. Herizal B. Razali, SpOG dr. Sugianto, SpOG

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan agar laporan kasus ini lebih akurat dan bermanfaat. Sehingga penulisan laporan kasus ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun ilmu pengetahuan. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

PLASENTA REST
Laporan Kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan Mengikuti

19

Kepaniteraan klinik Senior di bagian Obstetri & Ginekologi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai

Disusun oleh : Ade Nur Anwar (03310004) Pembimbing : dr. Anwar Affandi Hrp, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR OBSTETRI & GINEKOLOGI UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI

21

Anda mungkin juga menyukai