Anda di halaman 1dari 37

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien

Gangguan Citra Tubuh


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
ini. Makalah ini kami buat dalam memenuhi tugas mata kuliah
”Keperawatan Jiwa ”. Makalah ini kami buat untuk membantu memahami
tentang “Gangguan Citra Tubuh” baik teori maupun Asuhan Keperawatan
Jiwa yang di buat berdasarkan contoh kasus.

Dengan adanya makalah ini, para pembaca diharapkan mampu


mengembangkan dan menambah pengetahuan mereka disamping adanya
buku – buku referensi dan makalah yang lain, makalah ini bukan suatu hasil
yang sempurna, dengan adanya waktu - waktu yang akan datang diperlukan
proses perbaikan dan penyempurnaan.

Apabila Makalah ini terdapat kekurangan - kekurangan, maka kami


sebagai penyusun makalah ini mengharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi semua pembaca.


Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
pembelajaran berikutnya.

Terima kasih.

Yogyakarta
10 Desember
2011

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya


secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan
perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap
individu (Stuart and Sundeen , 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima
stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan
dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan ( Keliat ,1992 ).
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan
perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti
pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih
besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep
diri. Citra tubuh anak usia sekolah berbeda dengan citra tubuh
seorang bayi. Salah satu perbedaan yang mencolok adalah
kemampuan untuk berjalan. Perubahan ini tergantung pada
kematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama selama masa
remaja dan pada tahun akhir kehidupan juga mempengaruhi citra
tubuh (misalnya menopause selama masa dewasa tengah).
Penuaan mencakup penurunan ketajaman
penglihatan, pendengaran, dan mobilitas; perubahan ini dapat
mempengaruhi citra tubuh. Sikap dan nilai kultural dan sosial
juga mempengaruhi citra tubuh. Mudah, cantik,
dan utuh adalah hal-hal yang ditekankan dalam masyarakat Amerika,
fakta yang selalu ditanyakan dalam program televisi, film bioskop
dan periklanan, dalam kultur timur,
penuaan dipandang sangat positif. Karena orang dengan usia tua
dihormati, kultur barat (terutama di Amerika Serikat) telah
dibiasakan untuk takut dan ketakutan terhadap proses

penuaan yang normal. Misalnya, monopouse dalam kultur yang lain


dipandang sebagai waktu dimanan wanita mencapai kebiasaan
dan kebijaksanaan akhir-akhir ini dalam
kultur barat, monopouse adalah waktu ketika wanita kurang
disenangi secara seksual.
Namun demikian, hal ini bukan lagi menjadi keyakinan yang
umum, dan wanita monopouse dan posmenopeuse mempertahankan
rasa tentang diri mereka dan ketertarikan mereka sendiri bahkan
lebih kuat.
Citra tubuh bergantung hanya sebagian pada realitas tubuh.
Seseorang pada umumnya tidak mengadaptasi cepat terhadap
perubahan dalam fisik tubuh. Perubahan fisik mungkin tidak
dimasukkan ke dalam citra tubuh ideal seseorang. Seiring, misalnya
saja, seseorang yang telah mengalami penurunan berat badan tidak
menganggap diri mereka kurus. Lansia sering mengatakan bahwa
mereka tidak berbeda tetapi ketika mereka melihat diri mereka dalam
cermin, mereka terkejut dengan kulit yang keriput dan rambut
memutih. Sering orang yang dulunya merasa bahwa mereka tetap
dengan berat
badan sebelumnya sampai diingatkan oleh pakaian yang semuanya
menjadi kekecilan/ketika mereka bercermin.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang

tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur,

fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan

tubuh.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa
sebagai calon perawat dapat mengetahui dan mampu mengatasi klien
dengan “Gangguan Citra Tubuh”, dengan menggunakan standar
asuhan keperawatan jiwa yang sesuai.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dimensi dan

peranan citra diri, etiologi, tanda dan gejala, pengkajian


keperawatan.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan jiwa pada pasien
gangguan citra tubuh.
3. Menguraikan prosedur asuhan perawatan jiwa yang digunakan untuk

pasien dengan ganggua citra tubuh.


Memenuhi tugas keperawatan jiwa I.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan
individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran,
bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara
terus menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) dengan
tubuh.Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru.
Gambaran tubuh yang diterima secara realistis akan meningkatkan
keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara


sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan
tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan
pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991).

Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima


stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan
mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan ( Keliat ,1992 ).

Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian.


Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada
aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima
dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar
dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran
dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi
yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Banyak Faktor dapat yang
mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang
dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat
berupa operasi seperti : mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya
mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi
plastik, protesa dan lain-lain.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek
yang sering kontak dengan tubuh.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


1.Kegagalan fu ngsi tu buh .
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu
tadak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan
fungsi saraf. Ham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh seperti
sering terjadi pada klien gangguan jiwa, klien mempersiapkan
penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
Tergantung pada mesin.

Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai


tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan
penggunaan lntensif care dipandang sebagai
gangguan.

2.Peru bahan tubuh berk aitan


Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan
merasakan perubahan
pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang
menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan
juga dirasakan seseorang jika didapati
perubahan tubuh yang tidak ideal.

3.Umpan balik in terpersonal yang negatif


Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan,
makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.
4.Standar d sosial budaya
Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada
setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya
tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti
adanya perasaan minder.
C. Dimensi Dan Peranan Citra Diri

1. Diri sebagai oleh diri sendiri, dapat diwujudkan dalam pernyataan-


pernyataan berikut:

“Saya baik hati”

“Saya hangat dan bersahabat”“Sayaagresif”

“Saya tidak cermat”

Sudah barang tentu, perasaan dan keyakinan seperti itu mempunyai


dampak besar terhadap

apa yang diperbuat individu. Seseorang yang underachieved (hasil rendah


dibanding kemampuan) di sekolah atau pun orang yang tidak cermat
memilih karier akan memandang diri
sangat tidak adekuat dan bereaksi secara tidak tepat dalam bidang-bidang
tersebut.

2. Diri sebagai dilihat oleh orang lain atau “Beginilah saya kira orang
lain memandang saya”, agaknya dapat diwujudkan dalam ungkapan-
ungkapan:

“Anda memandang saya sebagai bersifat bersahabat”“Kakak memandang saya

sebagai percaya diri” “Teman-teman menganggap saya sebagai

menarik” “Paman menganggap saya sebagai gegabah”

Setiap individu juga mengembangkan sikap-sikap menurut bagaimana


orang lain memandang/menganggap dirinya, lalu dia cenderung berbuat
sesuai dengan anggapan-anggapan yang dipersepsi atau diterimanya.

3. Diri idaman, mengacu pada “tipe orang yang saya kehendaki tentang
diri saya”. Aspirasi- aspirasi tujuan-tujuan, dan angan-angan,
semuanya tercermin melalui diri idaman. Ini agaknya terungkap dalam
pernyataan:
“Saya pantasnya seorang guru” “Saya seperti orang tua yang baik”

“Saya ini sepertinya akan menjadi orang kaya”

Diri idaman adalah perlu dalam penentuan cita-cita hidup. Sudah


barang tentu tujuan atau ideal yang terlalu jauh atau sukar/tidak mungkin
terjangkau merupakan citra diri yang tidak sehat.

Bagian lebih khusus citra diri, menurut Einsberg dan Delaney


berkenaan dengan apa yang diketahui dan diyakini individu. Pandangan
khusus seseorang berkenaan dengan diri

meliputi penilaian deskriptif mengenai kemampuan dan keterbatasan, minat


dan bukan minat, dan pola tingkah laku dominan. Ini mencakup
pandangan terhadap diri sekarang, dan harapan
serta peranggapan bagi masa depan. Ada dua jenis pernyataan dalam hal ini:
“Some time these self-referent statement are idiographic (me looking at
self); at other time they are nomothetic (me compared to others). Beberapa
contoh pernyataan yang idiographic (diri saya memandang diri sendiri)
adalah

“Saya tidak dapat membaca dengan baik”

“Saya senang memetik gitar, tapi tidak suka mendengarkan opera”

“Saya sangat marah jika saya mer asa dihadapi secara tidak bersahabat,
namun jarang saya
memperlihatkan kemarahan”

Adapun contoh pernyataan yang nomothelic (diri saya dihubungkan pada


orang lain) adalah:

“Saya terbaik dari antara teman sebaya dalam bergaul dengan lawan jenis
(dan bangga a tas
kemampuan itu)”

“Orang-orang sering tampak tersinggung oleh tindakan saya dan saya tidak
tahu mengapa
demikian (hal ini menyusahkan saya)”

“Saya tidak bisa bermain catur dengan baik dan agaknya akan selamanya
demikian (kekurangan

kemampuan ini tidaklah menyusahkan saya).”PerananCitra diri secara umum yaitu:

a) Citra diri memberikan gambaran tentang seseorang itu. ini tidak hanya
meliputi perasaan terhadap diri seseorang, melainkan mencakup pula tatanan
moral, sikap-sikap, idea-idea, dan nilai-nilai yang mendorong orang
bertindak atau sebaliknya tidak bertindak. Oleh karena citra diri itu
berbeda dari orang ke orang, maka citra diri dapat dianggap sebagai
penunjuk pokok

keunikan individu dalam bertingkah laku.

b) Citra diri sebagai sistem sikap pandang terhadap diri seseorang dan
merupakan dasar bagi
semua tingkah laku, dijelaskan lebih langsung oleh Ariety (1967) bahwa
”the self concept is
basic in all behavior”. Bahwa citra diri juga sangat menentukan tingkah laku
untuk masa depan seseorang terungkap dalam penyataan Einsberg dan
Delaney (1977). “A person’s view toward self appears to be a powerful
determinant of behavior, personal decision making, and aspirations for the
future”. Jadi agaknya tidak ada keraguan bahwa citra diri sangat
menentukan tingkah laku individu sekarang dan masa datang, serta
menentukan pembuatan keputusan dan aspirasi-aspirasi individu bagi masa
depannya.
E. Etiologi

1) Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit

2) Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,

pemasangan, alat di dalam tubuh.

3) Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan

pemasangan 4) Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah

sistem tubuh
5) Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan

6) Makna dan objek yang serang kontak : penampilan dan dandanan berubah,
pemasangan alat
pada tubuh klien (infuse, traksi, respriator, suntik, pemeriksaan tanda vital,

dll) 7) Kemungkinan etiologi (yang berhubungan dengan)

8) Kekurangan umpan balik positif 9) Kegagalan yang dirasakan

10) Harapan-harapan yang tidak realistis (pada bagian dan orang lain) 11)

Perkembangan ego mengalami ketardasi

12) Kebutuhan ketergantungan yang tidak terpenuhi

13) Ancaman terhadap keamanan karena gangguan fungsi pada dinamika-


dinamikakeluarga.

F. Tanda dan Gejala

1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah


2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
8. Citra yang mengalami distorsi, melihat diri sebagai gemuk,
meskipun pada keadaan berat

badan normal atau sangat kurus


9. Penolakan bahwa adanya masalah dengan berat badan yang rendah
10. Kesulitan menerima penguatan positif
11. Kegagalan untuk mengambil tanggung jawab menurut diri
sendiri. Pengobatan diri
12. Tidak berpartisipasi pada terapi
13. Perilaku merusak diri sendiri, muntah yang dibuat sendiri;
penyalahgunaan obat-obat
pencahar dan diuretic, penolakan untuk makan
14. Kontak mata kurang
15. Alam perasaan yang tertekan dan pikiran-pikiran yang mencela diri
sendiri setelah episode dari pesta dan memicu perut
16. Perenungan yang mendalam tentang penampilan diri dan bagaimana
orang-orang lain melihat diri mereka.

G. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien : nama, umur, alamat dll. 2. Alasan masuk

3. Faktor Predispdsisi dan Presipitasi 4. Pengkajian fisik

5. Psikososial

a. Genogram
b. Konsep Diri : Gambaran diri atau citra tubuh, Identitas
Diri, Peran Diri,
Ideal Diri, Harga Diri c. Hubungan Sosial
d. Spiritual : Nilai, Keyakinan dan Ibadah
6. Status Mental a. Penampilan

b. Pembicaraan
c. Aktivitas Motorik : Hipomotorik, Hipermotorik, TIK,
Agitasi, Grimaseren,
Tremor atau Kompulsif d. Alam Perasaan
e. Afek
Dari mana datangnya afek di dapatkan?
Jenis Afek : Appropriate atau inappropriate
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses berpikir : Sirkumtansial, Tangensial, Kehilangan
asosiasi, Flight of Ideas,
Blocking, Reeming, Perseverasi
i. Isi Pikir (dapat di ketahui dari?) : Obsesi, Phobia, Ide terkait,

Depeersonalisasi, Waham ( agama, somatik, kebesaran,


curiga, nihilistic, hipokondria, magik mistik ) atau Waham
yang bizar (ada berapa?)
j. Tingkat kesadaran dan Orientasi
Kesadaran Pasien (bingung, sedasi, atau stupor)
0rientasi terhadap waktu, tempat, orang
k. Memori ( Gangguan daya ingat jangka panjang,
Gangguan daya ingat jangka
pendek, Gangguan daya ingat saat ini, Konfabulasi )
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung (mudah dialihkan, tidak
mampu
berkomunikasi, atau tidak mampu berhitung )
m. Kemampuan Penilaian (gangguan kemampuan penilaian
ringan, gangguan
penilaian hermaka) n. Daya Tilik Diri
7. Masalah Psikososial da Lingkungan 8. Pengetahuan

9. Aspek Medik

Diagnosa Medis
Program terapi obat yang diberikan

H. Deteksi Dini Dan Pencegahan Kunci Utama

Sebagai penatalaksanaan pasien dengan gangguan ini. Maka


psikoterapi memegang
peranan yang penting. Psikoterapi berorientasi tilikan berguna untuk
memperbaiki tilikan pasien terhadap dirinya. Selain juga tentunya obat-
obatan terutama dari golongan antidepresan SSRI

seperti Fluoxetine dan Sertraline dapat bermanfaat. Penelitian di


Amerika mengatakan
pengobatan dengan golongan SSRI seperti Fluoxetine dan juga golongan
Clomipramine dapat menurunkan gejala kepada 50% pasien. Bila terdapat
komorbiditas dengan gangguan mental lain, seperti gangguan depresi atau
gangguan cemas, maka pengobatan secara psikofarmakologi dan psikoterapi
yang tepat perlu juga dilakukan.
Pasien seringkali datang ke dokter bedah plastik untuk memperbaiki
kekurangan yang dia milliki. Dari laporan yang ada, pembedahan dan
perbaikan secara estetik terhadap apa yang dikeluhkan pasien tidak
bermakna menghilang. Sehingga disarankan bagi beberapa pasien yang
ingin melakukan bedah plastik estetik karena gangguan ini berkonsultasi
terlebih dahulu dengan seorang psikiater. Hal ini untuk menilai apakah
terdapat gangguan citra tubuh pada pasien ini. Bila ternyata ada maka
segala usaha operasi untuk memperbaiki diri mereka juga tidak akan
berhasil dan membuat puas si pasien karena sebenarnya yang menjadi
masalah adalah bukan hasil operasinya atau bagaimana fisik mereka
terlihat, tetapi lebih terhadap pandangan mereka terhadap citra tubuh
mereka sendiri. Sehingga perlu adanya kerjasama antara dokter ahli bedah
plastik dengan psikiater untuk menilai kesiapan para pasien bedah plastik
estetik yang ingin menjalani operasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus Terkait
Nn. D 23 tahun datang ke Rumah Sakit Diponegoro tanggal 10
Desember 2011 pada
pukul 09.00 WIB dengan keluhan takut akan perubahan pada kondisi
tubuhnya (bertambah gemuk). Klien mengatakan merasa cemas karena
akhir-akhir ini berat badannya meningkat. Klien juga mengatakan sudah
berusaha menggunakan obat pencahar dan mengurangi porsi makan
bahkan kadang-kadang klien tidak makan agar postur tubuhnya tetap
stabil. Klien mengatakan bahwa dia tidak menerima kondisi
tubuhnya sekarang karena sudah tidak

langsing seperti dulu dan dia stress dengan hal ini. Klien merasa bahwa
dia tidak berguna lagi dan dia tidak mampu untuk melakukan
sesuatu. Saat pengkajian klien tampak gelisah ,
cemas, malu-malu dan kontak mata kurang. Klien juga tampak lemah
dan pucat .
PENILAIAN TERHADAP STRESO
MEKANISME KOPING
JENIS

B. Pengkajian

Tanggal masuk RS : 10 Desember 2011 Bangsal dirawat : Empati

No.Rekam Medik : 09130108

Tanggal pengkajian : 10 Desember 2011 A. Identitas


Pasien :
Nama : Nn.D
Agama : Islam Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
Alamat : Jln. Mangga B. Alasan masuk
Klien masuk dengan alasan takut akan perubahan pada kondisi tubuhnya
C. Faktor predisposisi dan presipitasi

1. Faktor predisposisi

2. Faktor presipitasi

D. Fisik
Nn.D berusia 23 tahun, TB : 160 cm, BB : 60 kg.
E. Psikososial
1. Genogram

KETERANGAN :

= Perempuan = Klien

= Pria

= perkawinan

= meninggal

= Keturunan / sedarah

= Tinggal dalam satu rumah.


2. Konsep diri
a. Gambaran diri atau citra tubuh
Nn. D takut akan perubahan pada kondisi tubuhnya (bertambah
gemuk). Klien mengatakan merasa cemas karena akhir-akhir ini
berat badannya meningkat dan Klien
juga mengatakan bahwa dia tidak menerima kondisi tubuhnya
sekarang karena sudah tidak langsing seperti dulu.
b. Identitas diri
Nn.D adalah seorang lulusan SMA , usia 23 tahun. c. Peran diri
Nn.D adalah anak sulung dari 2 bersaudara. d. Ideal diri

Nn.D ingin tubuhnya langsing seperti dulu. e. Harga diri


Nn.D merasa bahwa dia tidak berguna lagi dan dia tidak mampu
untuk melakukan sesuatu
3. Hubungan sosial

Saudara klien mengatakan sejak klien merasa ada perubahan pada


kondisi tubuhnya yaitu
berat badan meningkat klien jarang berinteraksi dengan orang lain.
Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Nn.D adalah seorang muslimah.
b. Kegiatan ibadah
Nn.D Jarang sekali melakukan sholat .
F. Status mental 1. Penampilan

Rapi, sesuai usia dan jenis kelamin, tampak lemah dan pucat

2. Pembicaraan
Sering tidak fokus, kadang blocking, kontak mata kurang.
3. Aktivitas motorik

Aktivitas motorik terbatas, interaksi cukup kooperatif.


4. Alam perasaan Cemas dan gelisah

5. Afek

Tidak terbatas
6. Interaksi selama wawancara

7. Klien dapat berbicara dengan baik, mengerti apa yang ditanyakan dan

dibicarakan, klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan


menyampaikannya dengan baik. Terkadang
pembicaraannya berhenti.
8. Persepsi

Klien beranggapan bahwa klien tidak bisa ke mana-mana sebelum


kondisi tubuhnya kembali seperti semula.

9. Proses pikir
Tidak ada gangguan dengan proses piker klien,klien menjawab apa
yang ditanyakan
perawat dengan baik..
10. Isi pikir

Tidak ada gangguan dengan isi pikir klien, klien merasa tidak mampu
melakukan sesuatu karena kondisi tubuhnya yang makin gemuk.
11. Tingkat kesadaran dan orientasi

a. Kesadaran pasien
Compos mentis dan daya ingat baik
b. Orientasi terhadap waktu, tempat, orang.
Klien memiliki daya ingat yang baik dan orientasi yang baik terhadap
waktu, tempat, orang.
12. Memori

Klien memiliki ingatan yang baik, terkait jangka panjang, maupun


pendek.
13. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Kemampuan berhitung dan kosentrasi klien baik 14. Kemampuan


penilaian
Klien tidak memiliki gangguan kemampuan penilaian baik ringan
maupun bermakna.
15. Daya tilik diri
Daya tilik diri klien kurang : klien merasa dirinya baik-baik saja
G. Masalah psikososial dan lingkungan

Klien pasif dan jarang berinteraksi dengan orang lain.


H. Pengetahuan

Klien merupakan lulusan SMA dank lien sewaktu masih SMA memiliki
prestasi akademik yang bagus.
I. Aspek medic

Diagnosa Medis : Gangguan Citra Tubuh


C. Analisa Data

Data Problem

Subjektif : Ansietas

- Klien mengeluh takut akan perubahan


pada kondisi tubuhnya
- Klien mengatakan merasa cemas karena akhir-akhir ini berat badannya
meningkat.

Objektif :

- Klien tampak gelisah


- Klien tampak cemas

Subjektif : Harga Diri


Rendah

- Klien mengatakan bahwa dia tidak menerima kondisi tubuhnya


sekarang karena sudah tidak langsing seperti dulu
- Klien merasa bahwa dia tidak berguna lagi dan dia tidak mampu
untuk melakukan sesuatu

Objektif :

- Klien tampak malu-malu


- Kontak mata kurang
- Pasif
- Tidak focus
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas

2. HDR Situasional

3. Koping Individu Tidak Efektif


BAB IV PEMBAHASAN

Nn. D merasa takut akan perubahan pada kondisi tubuhnya


(bertambah gemuk) dan juga merasa cemas dengan peningkatan
berat badannya. Setelah pengkajian klien di
diagnose mengalami gangguan citra tubuh. Pada kasus ini klien di
beri tindakan 1x24
jam.

Dari hasil pengkajian ditegakkan 3 prioritas diagnosa.


Perencanaan dalam proses keperawatan jiwa dilaksanankan setelah
data terkumpul, dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah
keperawatan. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah
yang disesuaikan dengan kondisi klien, kemudian tujuan keperawatn
ditetapkan, tujun di
bagi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, harus jelas dan dapat
diukur, dan realistis. Ditegaskan dalam bentuk perubahan, kriteria
hasil sebagai alat ukur pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan
yang disusun pada rencana keperawatan, pada penyusunan kriteria
hasil penulis menyesuaikan waktu pemberian perawatan yang
dilakukan oleh
penulis yaitu selama 1 hari.
Pengkajian yang dilakukan pada Nn. D dilakukan dengan cara
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik langsung kepada Nn. D,
pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori akan tetapi disesuaikan
dengan kondisi Nn.D pada saat dikaji, pada saat dilakukan
pengkajian Nn. D dan keluarga cukup terbuka dan membangun
hubungan saling percaya.
Pembuatan rencana keperawatn kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanan, implementasi askep jiwa merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan pada Nn. D dengan menerapkan
pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimiliki oleh seorang
perawat. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat
dilaksanakan dengan baik

dan semua diagnosa keperawatan dilakukan dengan baik juga.


Diagnosa keperawatan Jiwa yang di tegakkan berdasarkan
kasus: 1. Ansietas
2. HDR Situasional

3. Koping Individu Tidak Efektif

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan


kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak
yang penting pada aspek psikologinya.
Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan
mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar
dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap
gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap
terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan.
Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang,
seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi
gambaran diri. Stresor- stresor tersebut dapat berupa operasi seperti :
mastektomi, amputasi ,luka operasi yang semuanya mengubah
gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi
plastik, protesa dan lain-lain.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang
tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur,
fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan
tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguam citra tubuh:
1. Kegagalan fungsi tubuh. 2. Perubahan tubuh berkaitan
3. Umpan balik interpersonal yang negatif 4. Standard sosial
budaya
Beberapa etiologi gangguan citra tubuh :
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit

2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi,


suntikan, pemasangan, alat di dalam tubuh.
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh
disertai dengan
pemasanga
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah
sistem tubuh 5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
Beberapa Tanda dan gejala :
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah

2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi


3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh

5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang

Diagnosa yang muncul :


1. Ansietas

2. HDR situasional

3. Koping Individu Tidak Efektif

B. Saran
1. Bagi Perawat

Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan


dalam memberikan
praktik asuhan keperawatan serta pengetahuannya khususnya
gangguan citra tubuh sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator bagi
klien maupun keluarganya.
2. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi mahasiswa


agar dapat membantu dalam pembuatan asuhan keperawatan
Jiwa.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai
tenaga kesehatan lebih memahami gangguan citra tubuh serta
asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan citra tubuh
dan mempermudah masyarakat awam untuk mengetahui
tentang gangguan tersebut tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.masbied.com/2010/06/04/gangguan-citra-diri/#more-3036

file://localhost/E:/SEMESTER%20V/Keperawatan%20Jiwa%20I/Jiwa/ASK
EP.htm

file://localhost/E:/SEMESTER%20V/Keperawatan%20Jiwa%20I/Jiwa/GA
NGGUAN-KONSEP-
DIRI.htm

http://www.masbied.com/2010/06/04/gangguan-citra-diri/

http://kapukpkusolo.blogspot.com/2010/07/askep-klien-dengan-gangguan-

konsep-diri.html

Anda mungkin juga menyukai