Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR PADA Tn. N


DENGAN DIAGNOSA MEDIS NSTEMI

Oleh :
Yoyon
NIM :2019.C.11a.1072

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Yoyon
NIM : 2019.C.11a.1072
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Pada Tn. N dengan diagnosa medis NSTEMI

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklinik Keperawatan I (PPK I) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Ketua Program Studi Ners

Yelstria Ulina .T., S.Kep. Ners Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Dengan “Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Pada Tn.N dengan diagnosa medis
NSTEMI” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan
pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-katanyang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan.

Palangkaraya, 5 Juli 2021

Yoyon

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................
1.4.1 Untuk Mahasiswa.....................................................................
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarganya..................................................
1.4.3 Untuk Institusi..........................................................................
1.4.4 Untuk IPTEK............................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................


2.1 Konsep Penyakit .......................................................................................
2.1.1 Definisi...........................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................
2.1.3 Etiologi...........................................................................................
2.1.4 Klasifikasi......................................................................................
2.1.5 Patofisiologi...................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinik..........................................................................
2.1.7 Komplikasi.....................................................................................
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..................................................................
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar..........................................................................
2.3 Menajeman Asuhan Keperawatan.............................................................
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................
2.3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................

4
2.3.4 Implementasi Keperawatan.............................................................
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................


3.1 Pengkajian......................................................................................
3.2 Diagnosa........................................................................................
3.3 Intervensi.......................................................................................
3.4 Implementasi .................................................................................
3.5 Evaluasi..........................................................................................

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................


4.1 Kesimpulan.....................................................................................
4.2 Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

5
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi, yang tentunya untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Haswita, dkk,2017) .
Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Orang yang sakit sering kali
memerlukan istirahat dan tidur lebih banyak dibandingkan biasanya. Sering kali, orang yang
lemah karena sakit menghabiskan sejumlah besar energi untuk kembali sehat atau
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Akibatnya, orang tersebut mengalami
keletihan yang meningkat dan sering serta membutuhkan istirahat dan tidur tambahan.
Istirahat memulihkan energi seseorang, yang memungkinkan orang tersebut untuk
menjalankan fungsi dengan optimal. Apabila waktu istirahat seseorang berkurang, orang
tersebut seringkali mudah marah, depresi, dan lelah, serta memiliki control emosi yang buruk.
Menyediakan lingkungan yang tenang untuk klien merupakan hal yang penting bagi perawat.
Makna istirahat dan kebutuhan tidur bervariasi pada setiap individu.
Istirahat bermakna ketenangan relaksasi tanpa stres emosional dan bebas dari ansietas.
Oleh karena itu, istirahat tidak selalu bermakna tidak selalu beraktivitas: pada kenyataannya,
beberapa orang menemukan ketenangan dari beberapa aktivitas tertentu seperti berjalan
diudara segar. Tidur merupakan sebuah proses biologis yang umum pada semua orang. Tidur
merupakan kebutuhan dasar manusia. Tidur telah dianggap sebagai perubahan status
kesadaran yang didalamnya persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungannya mengalami
penurunan.Tidur dicirikan dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran bervariasi. Siklus
alami tidur diperkirakan dikendalikan oleh pusat yang terletak dibagian bawah otak. Pusat ini
secara aktif menghambat keadaan terjaga, sehingga menyebabkan tidur. Ada dua tipe tidur
yang telah diidentifikasi: tidur NREM (non-REM) dan tidur REM (rapid eye movement).
Gangguan tidur umum: Parasmonia, Insomnia, Hipersomnia, Narkolepsi, Apnea Tidur.
(Kozier, dkk, 2010).
Penyakit NSTEMI disebabkan oleh obstruksi atau sumbatan yang terjadi dikoroner
sehingga akan terjadi penurunan suplai oksigen dan memperberat kerja jantung (Starry,2015).
Obstruksi pada pasien NSTEMI disebakan karena adanya trombosis akut dan proses
vasokonstriksi koroner. Terjadinya trombosis akut diawali dengan ruptur plak aterom yang

6
tidak stabil. Plak tersebut akan mnyebabkan proses inflamasi dilihat dari jumlah makrofag
dan limfosit T (Hendriarto, 2014).
Faktor risiko NSTEMI meliputi jenis kelamin, usia, riwayat keluarga dengan
kardiovaskuler serta adanya faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi meliputi hipertensi, hyperlipidemia, diabetes melitus, gaya hidup dan merokok
(Jeff C, 2010).
Berdasarkan data diatas penulis tertarik melakukan tindakan mengajarkan klien teknik
relaksasi dan memberikan lingkungan yang nyaman agar klien NSTEMI dapat terpenuhi
kebutuhan istirahat dan tidurnya. Relaksasi merupakan teknik mengatasi kekhawatiran atau
kecemasan atau stress. Teknik relaksasi merupakan suatu teknik yang dapat mengendurkan
syaraf-syaraf sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman. Ada berbagai macam teknik
relaksasi: teknik nafas dalam, meditasi, pijatan, music dan aromaterapi. Selain teknik
relaksasi, juga dapat memberikan lingkungan yang nyaman dapat membantu klien NSTEMI
dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas bagaimana rencana keperawatan yang dapat dilakukan
pada Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Pada Tn. N dengan diagnosa medis NSTEMI

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan Kebutuhan
Dasar Manusia Pada Tn. N dengan diagnosa medis NSTEMI.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar penyakit Tn. N dengan diagnosa medis
NSTEMI.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Pada Tn. N
dengan diagnosa medis NSTEMI.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Keperawatan Pada Tn. N dengan
diagnosa medis NSTEMI.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. N dengan diagnosa medis
NSTEMI.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun Intervensi pada Tn. N dengan
diagnosa medis NSTEMI.

7
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Tn. N dengan diagnosa medis
NSTEMI.
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn. N dengan diagnosa medis NSTEMI.
1.3.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi Pada Tn. N dengan diagnosa medis
NSTEMI.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan
menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui gambaran umum tentang NSTEMI beserta
penanganan yang benar, agar klien mendapatkan perawatan yang tepat didalam keluarganya.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi dan menambah koleksi sumber referensi di
perpustakaan dalam mengembangkan asuhan keperawatan dengan Pemenuhan
Kebutuhan Istirahat Tidur dengan diagnosa medis NSTEMI.
3.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan asuhan keperawatan
dengan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur dengan diagnosa medis NSTEMI.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat membantu
serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan klien

8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang digunakan dalam
menggambarkan suatu keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina pektoris
tidak stabil/APTS (unstable angina/UA) infark miokard gelombang nonQ atau infark miokard
tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark
miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation
myocardial infarction/STEMI) (Morton, 2012). Infark miokard akut adalah sebagai nekrosis
miokardium yang disebabkan tidak adekuatnya aliran darah akibat sumbatan pada arteri
koroner. Sumbatan ini sebagian besar di sebabkan karena terjadinya trombosis vasokontriksi
reaksi inflamasi, dan microembolisasi distal. (Muttaqin,A, 2013).
Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidak seimbangan permintaan
dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan oleh arteri koroner akan
menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia, 2009).

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Jantung adalah sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung adalah jaringan
istimewa saat dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara
kerja menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita. Jantung terlihat menyerupai jantung
pisang, bagian atas tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Di sebelah bawah
terlihat runcing yang disebut apeks kordis. Jantung terletak di dalam rongga dada di sebelah
depan (kavum mediastinum anterior), disebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di
atas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di
bawah papilla mamae. Pada daerah ini teraba adanya denyutan jantung disebut iktus kordis.
Ukurannya kira-kira sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya mencapai 250-300 gram.
Di antara dua lapisan jantung terdapat lendir sebagai pelicin dalam menjaga supaya
pergesekan antara pericardium pleura tidak menimbulkan gangguan pada jantung
(Syaifuddin, 2013).
Jantung terdiri dari jaringan dengan memiliki fungsi kontraksi. Dan hampir dari
seluruh berat jantung, terdiri dari otot bergaris. Jika ia berkontraksi dan berelaksasi, maka

9
timbul perubahan tekanan di daerah jantung atau pembuluh darah, yang menyebabkan aliran
darah di seluruh jaringan tubuh. Otot jantung, merupakan jaringan sel-sel yang bersifat
“Kontraktif” (pegas) dan terdapat di dalam atrium maupun ventrikel, serta memiliki
kemampuan meneruskan rangsang listrik jantung secara mudah dan cepat di seluruh bagian
otot-otot jantung.
Tiap sel otot jantung di pisahkan oleh satu sama lain “intercalated discs” dan
cabangnya membentuk suatu anyaman di daerah jantung. “intercalated discs” inilah yang
dapat mempercepat aliran rangsang listrik potensial di antara serabut-serabut sel otot-otot
jantung. Proses demikian itu terjadi karena intercalated discs memiliki tahanan aliran listrik
potensial yang sedikit rendah dibandingkan bagian otot jantung lainnya. Namun keadaan
inilah yang mempermudah timbulnya mekanisme “Excitation” di semua daerah jantung. Otot
jantung tersusun sedemikian rupa, sehingga membentuk ruang jantung dan menjadikan
jantung sebagai a globular muscular organ. Jaringan serabut elastisnya membentuk suatu
lingkaran yang mengelilingi katup-katup jantung. Otot-otot atrium umumnya tipis dan terdiri
dari dua lapisan yang berasal dari sudut sebelah kanan jantung, namun otot ventrikelnya lebih
tebal dan terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan superficial, lapisan tengah dan laipsan dalam.
Ventrikel kiri memiliki dinding 2-3 kali lebih tebal daripada dinding ventrikel kanan dan
mendominasi bangunan dasar otot jantung dalam membentuk ruang-ruangnya. Ketiga lapisan
otot jantung tersebut berkesinambungan satu dengan lainnya, dengan lapisan superficial
berlanjut menjadi lapisan tengah dan lapisan dalam. Di dalam ventrikel, ketiga lapisan otot
jantung tersebut mengandung berkas-berkas serabut otot (Masud Ibnu, 2012).
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot jantung, bentuk dan susunannya
sama dengan otot serat lintang tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar
kesadaran.
a) Bentuk Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul dan disebut juga basis
cordis. Disebelah bawah agak ruang disebut apexcordis.
b) Letak Di dalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum arteriol), sebelah kiri
bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya dibelakang
kiri ICS 5 dan ICS 6 dua jari dibawah papilla mammae. Pada tempat itu teraba adanya
pukulan jantung yang disebut Ictus Cordis.
c) Ukuran Kurang lebih sebesar kepalan tangan dengan berat kira-kira 250-300 gram.

d) Lapisan
1) Endokardium : Lapisan jantung sebelah dalam, yang menutupi katup jantung.

10
2) Miokardium : Lapisan inti dari jantung yang berisi otot untuk berkontraksi.
3) Perikardium : Lapisan bagian luar yang berdekatan dengan pericardium viseralis.

Jantung sebagai pompa karena fungsi jantung adalah untuk memompa darah sehingga
dibagi jadi dua bagian besar, yaitu pompa kiri dan pompa kanan. Pompa jantung kiri:
peredaran darah yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh dimulai dari ventrikel kiri – aorta –
arteri - arteriola-kapiler – venula - vena cava superior dan inferior - atrium kanan.

Sumber : hellosehat.com

2.1.3 Etiologi
NSTEMI disebabkan karena penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang dialami oleh obstruksi Koroner. NSTEMI terjadi akibat thrombosis
akut atau prosesvasokonstrikai koroner, sehingga terjadi iskemia miokard dapat
menyebabkan jaringan nekrosis miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas pada
sub endokardium. Keadaan ini dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun penyebab
pelepasan penanda nekrosis. Penyebab paling umum yaitu penurunan perfusi miokard
penghhasil dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombusnonocclusive namun
telah dikembangkan daerah plak aterosklerotik terganggu.
1) Faktor resiko yang tidak dapat dirubah :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Riwayat penyakit jantung
d. Hereditas

11
e. Ras

2) Faktor resiko yg dapat di ubah :


a. Mayor : hipertensi, merokok, obesitas, diet tinggi lemak jenuh, diabetes, kalori,
hyperlipidemia,
b. Minor : emosional, agresif, inaktifitas fisik, stress psikologis berlebihan, ambisius.

3) Faktor penyebab
a) Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada Penyebab yang sering SKA yaitu
penurunan perfusi miokard karena penyempitan arteri koroner sebagai akibat dari
trombus pada plak aterosklerosis yang robek atau pecah namun biasanya tidak sampai
menyumbat. Mikroemboli (emboli kecil) dari agregasi trombosit beserta
komponennya dari plak yang ruptur, yang mengakibatkan infark di daerah distal,
Penyebab keluarnya tanda kerusakan miokard pada banyak pasien.
b) Obstruksi dinamik Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang
mungkin diakibatkan oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri
koroner epikardium (angina prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh
hiperkontraktilitas otot polos pembuluh darah dan/atau akibat disfungsi endotel.
Obstruksi dinamik koroner juga mengakibatkan oleh konstriksi abnormal pada
pembuluh darah yang kecil.
c) Obstruksi mekanik yang progresif Penyebab ke tiga SKA adalah penyempitan begitu
hebat namun bukan karena spasme atau trombus. Ini terjadi pada beberapa pasien
dengan aterosklerosis progresif dengan stenosis ulang setelah intervensi koroner
perkutan (PCI).
d) Inflamasi dan infeksi
Penyebab ke empat yaitu inflamasi, disebabkan karena yang terhubung dengan
infeksi, dan mungkin menyebabkan sempitan arteri, destabilisasi plak, ruptur dan
trombogenesis. Makrofag pada limfosit-T di dinding plak ditingkatkan ekspresi enzim
seperti metaloproteinase, yang dapat berakibat penipisan dan ruptur plak, sehingga
bisa mengakibatkan SKA.
e) Faktor atau keadaan pencetus
Penyebab ke lima SKA yang merupakan akibat sekunder dari kondisi pencetus diluar
arteri koroner. Pada pasien ini ada beberapa penyebab berupa penyempitan arteri

12
koroner dan mengakibatkan terbatasnya perfusi miokard, namun mereka biasanya
menderita angina stabil begitu kronik. SKA jenis ini antara lain karena:
1) Peningkatan kebutuhan takikardi, oksigen miokard, seperti tirotoksikosis, dan
demam.
2) Kurangnya aliran darah coroner.
3) Kurangnya pasokan oksigen miokard, seperti pada hipoksemia dan anemia

2.1.4 Klasifikasi
Sindroma koroner akut, penyebab kematian tertinggi secara global, merupakan
kumpulan dari gejala dan tanda klinis dari iskemik miokardium akut yang erat disebabkan
oleh penyakit aterosklerosis. Sulit untuk membedakan klasifikasi dari sindroma koroner akut
pada pemeriksaan awal. Klasifikasinya adalah:
 Angina tidak stabil atau unstable angina (UA),
 non-ST segment elevation miocardial infarction (NSTEMI), dan
 ST segment elevation myocardial infarction (STEMI)
Sindroma koroner akut ditandai dengan riwayat nyeri dada, nyeri yang menjalar ke
bahu dan lengan kiri, keringat dingin, mual dan muntah.
2.1.5 Patofisiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI dapat terjadi karena
trombosis akut atau proses vasokontriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner
disebabkan dengan adanya ruptur plak yang tidak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya
mempunyai lipid yang besar,densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan
konsentrasifaktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur mempunyai
konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada daerah
ruptur plak dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang menunjukkan adanya proses
inflamasi.Sel-sel ini akan mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF α, dan IL-6.
Selanjutnya IL-6 merangsang pengeluaran hsCRP di hati.(Sudoyono Aru W, 2010).

13
Kelainan metabolisme Faktor pencetus:
WOC NSTEMI (lemak,koagulasi darah, dan Hiperkolesterole mia
keadaanbiofisika biokimia dinding DM
arteri Merokok
Hipertensi
aterosklerosis Usia Lanjut
Kegemukan

Akumulasi / penimbunan ateroma plak di intima arteri

Pembentukan trombus

Penurunan aliran darah koroner

Kebutuhan O2
Iskemia N-stemi
metabolisme

Kontraksi miokard

Prosuksi asam laktat


Td naik Penurunan perfusi
Cardiac output
jaringan

penurunan kemampuan
Meransang nosiseptor
tubuh untuk menyediakan Kebutuhan O2

MK Penurunan
Angina pektoris curah jantung Kompensasi RR
Kelemahan

MK.Nyeri MK Intoleransi aktifitas Takipnea / dispnea

14 MK Ketidak efektifan
pola nafas
2.1.5 Manifestasi Klinis (tanda dan gejala)
a) Nyeri di dada, berlangsung selama 30 menit sedangkan pada angina kurang. Selain itu
pada angina, nyeri akan hilang saat dibawa beristirahat namun lain halnya dengan
NSTEMI.
b) Sesak Nafas, disebabkan oleh adanya peningkatan mendadak antara tekanan diastolik
ventrikel kiri, disaat itu perasaan cemas juga menimbulkan hipervenntilasi. Pada
infark tanpa gejala nyeri ini, sesak nafas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel
kiri yang bermakna.
c) Gejala gastrointestinal, meningkatkan aktivitas vagal di sebabkan muntah dan mual,
namun biasanya sering terjadi pada infark inferior,dan stimulasi diafragma pada infak
inferior bisa menyebabkan cegukan.
d) Gejala lain termasuk palpitasi, gelisah, rasa pusing, atau sinkop dan aritmia ventrikel.

2.1.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:
a) Syok kardiogenik Syok kardiogenik ditandai dengan gangguan fungsi ventrikel kiri
yang berakibat gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan pada
perfusi jaringan atau penghantaran oksigen pada jaringan yang khas pada syok
kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40 %
atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel
akibat tidak seimbang antara kebutuhan atau supply oksigen miokardium.
b) Edema paru Edema paru terjadi di dalam tubuh dengan cara yang sama,. Faktor
apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari negative menjadi
batas positif. Penyebab kelainan paru yang umum terjadi adalah:
a) Gagal jantung sebelah kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat peningkatan
tekanan kapiler paru yang membanjiri ruang alveoli dan interstitial.
b) Kerusakan di membrane kapiler paru yaitu disebabkan oleh infeksi seperti
pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti gas sulfur
dioksida dan gas klorin. Masing-masing di sebabkan kebocoran protein plasma
atau cairan secara cepat keluar dari kapiler.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan Elektro Kardiogram (EKG)

15
Segmen ST merupakan hal penting untuk menentukan risiko terhadap pasien.
Pada Trombolisis Myocardial (TIMI) III Registry, adanya depresi segmen ST baru
yaitu 0,05 mV merupkan predikat outcome yang buruk. Kauletal meningkat secara
progresif yaitu memberatnya depresi segmen ST maupun perubahan troponin T
keduanya memberikan tambahan informasi prognosis pasien dengan NSTEMI.
b) Pemeriksaan Laboratorium
Troponin T dan Troponin I merupakan tanda nekrosis miokard lebih spesifik dari
pada CK atau CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan Troponin di darah perifer
saat 3-4 jam dan dapat tinggal sampai 2 minggu.

2.1.8 Penatalaksaan Medis


Pasien yang mengalami NSTEMI di istirahat ditempat tidur atas pemantauan EKG untuk
memantau segmen ST dan irama jantung. Beberapa komponen utama harus di berikan setiap
pasien NSTEMI yaitu:
a) Istirahat
b) Diet jantung,rendah garam, makanan lunak.
c) Memberi digitalis untuk membantu kontraksi jantung atau memperlambat frekuensi
d) Pada jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung menurun.
e) Vena dan volume darah peningkatan diuresis dapat mengurangi edema. Pada pemberian
ini pasien harus dipantau agar hilangnya ortopnea, dispnea, berkurangnya krekel, dan
edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan mual dan muntah, anoreksia,
namun selanjutnya terjadi perubahan pada irama, ventrikel premature, bradikardi kontrak,
gemini (denyut normal dan premature saling berganti ), dan takikardia atria proksimal.
1) Pemberian Diuretic, untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. jika sudah
diresepkan harus diberikan pada waktu siang hari supaya tidak terganggu istirahat
pasien pada malam hari, intake dan output pasien perlu dicatat agar pasien tidak
mengalami kehilangan cairan saat diberikan diuretic, pasien juga perlu menimbang
berat badan setiap hari, supaya tiadak terjadi perubahan pada turgor kulit, perlu di
perhatikan tanda-tanda dehidrasi.
2) Morfin, diberikan agar mengurangi nafas sesak pada asma cardial, namun hati-hati
depresi pada pernapasan.
3) Pemberian oksigen

16
4) Terapi natrium nitropurisida dan vasodilator, obat-obatan vasoaktif merupakan
pengobatan pertama pada pasien gagal jantung dalam mengurangi impedansi
(tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Kebutuhan Fisiologis : Istirahat Tidur)


Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua
orang. (Wahit & Nurul, 2008)
Istirahat dan tidur memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum,
istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari
perasaan gelisah. Dalam arti lain istirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama
sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat.
Sedangkan pengertian tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri dimana
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun/hilang dan dapat dibangunkan
kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup (Guyton, dalam buku Haswita, 2017).

Tabel : Pola Tidur Normal Berdasarkan Usia


Usia Tingkat Jumlah Kebutuhan Tahapan Tidur
Perkembangan Tidur
0-3 bulan Neonatus 14-18 jam/hari REM 50% (minggu
pertama kelahiran)
1-18 bulan Bayi 12-14 jam/hari REM 20-30%
18 bulan- 3 tahun Anak 11-12 jam/hari REM 25%
3 tahun – 6 tahun Prasekolah 11jam/hari REM 20%
6 tahun – 12 tahun Sekolah 10 jam/hari REM 18.5%
12 tahun – 18 tahun Remaja 8,5 jam/hari REM 20%
18 tahun – 40 tahun Dewasa Muda 7-8 jam/hari REM 20-25%
40 tahun – 60 tahun Dewasa Pertengahan 7 jam/hari REM 20%
60 tahun ke Usia Tua 6 jam/hari REM 20-25%
atas NREM IV menurun
kadang Absen

 Fisiologi Tidur
Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu medulla, tepatnya
di RAS (Recticular Activating System) dan BSR (Bulbar Synchronizing Region). RAS
terdiri dari neuron-neuron di medulla oblongata, pons dan midbrain. Pusat ini terlibat

17
dalam mempertahan status bangun dan mempermudah beberapa tahap tidur. Perubahan-
perubahan fisiologis dalam tubuh terjadi selama tidur. Ada dua teori tentang tidur :
- Pasif : RAS di otak mengalami kelelahan sehingga menyebabkan tidak aktif.
- Aktif : (Diterima sekarang) suatu bagian di otak yang menyebabkan tidur dihambat
oleh bagian lain.
RAS dan BSR adalah pikiran aktif kemudian menekan pusat otak secara bergantian.
RAS berhubungan dengan status jaga tubuh dan menerima sensory input (pendengaran,
penglihatan, penghidupan, nyeri dan perabaan). Rangsangan sensory mempertahankan
seseorang untuk bangun dan waspada. Selama tidur tubuh menerima sedikit rangsangan
dari korteks serebral (Haswita, dkk, 2017)

 Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada manusia,
bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan (mis: cahaya,
kegelapan, gravitasi, dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum
adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi
denyut jangtung, tekanan darah, temperature tubuh, sekresi hormone, metabolism, dan
penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah
salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkornisasi sirkadian terjadi jika
individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan
bangun pada saat ritme fisiologisnya dan psikologis paling tinggi atau paling aktif dan
akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah (Lilis, Taylor, Lemone, dalam buku
Wahit, Nurul, 2007)

 Tahapan Tidur
Tidur yang normal melibatkan 2 fase yaitu: Pergerakan mata yang tidak cepat NREM
(Non Rapid Eye Movement) dan pergerakan mata yang cepat REM (Rapid Eye
Movement). Selama NREM seseorang yang tidur mengalami kemajuan melalui 4 tahap
yang memerlukan waktu kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan, tidur tahapan
REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit sebelum tidur berakhir.
Kondisi dari memori dan pemulihan psikologis terjadi pada waktu ini, faktor yang
berbeda dapat meningkatkan atau mengganggu tahapan siklus tidur yang berbeda.
1. Tahapan tidur NREM

18
Tidur NREM ditandai dengan berkurangnya mimpi, tekanan darah turun,
kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun dan gerakan mata lambat. Masa
NREM ini dibagi menjadi 4 tahap yang memerlukan waktu 90 menit siklus tidur dan
masing-masing tahap ditandai dengan pola gelombang otak.
a) Tahap 1 NREM
1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dan tidur.
2) Tahap berlangsung selama 5 menit, yang membuat orang beralih dari tahap
sadar menjadi tidur.
3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap
tanda-tanda vital dan metabolisme.
4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara.
5) Ketika terbangun, seseorang merasa telah melamun.
b) Tahap 2 NREM
1) Tahap 2 merupakan tidur ringan.
2) Kemajuan relaksasi otot, tanda vital dan metabolisme menurun dengan jelas.
3) Untuk terbangun masih relative mudah.
4) Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles” dan gelombang komplek.
5) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit.
c) Tahap 3 NREM
1) Tahap 3 meliputi tahap awal tidur yang dalam, yang berlangsung selama 15
sampai 30 menit.
2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarak bergerak.
3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh dan tanda-tanda vital menurun tetapi
tetap teratur.
4) Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang
delta yang lambat.
d) Tahap 4 NREM
1) Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam/nyenyak.
2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur.
3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi
malam yang seimbang pada tahap ini.
4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibandingkan selama jam terjaga.
5) Ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat. Perubahan
Fisiologis Selama Tidur NREM :

19
o Tekanan darah arteri menurun
o Denyut nadi menurun
o Pembuluh darah tepi mengalami dilatasi
o Curah jantung menurun
o Otak rangka rileks
o Laju metabolisme basal menurun 10% sampai 30%
o Kadar hormone pertumbuhan mencapat puncak
o Tekanan intracranial menurun. (Kozier, dkk, 2010)
2. Tahap Tidur REM
Tidur tipe ini disebut “paradoksikal” karena hal ini bersifat “paradoks”, yaitu
seseorang dapat tetap tidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM
merupakan pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun,
aktivitas otak tidak disalurkan kearah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh
terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Tidur ini dapat berlangsung
pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode
pertama terjadi selama 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah,
maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada.
Ciri-cirinya sebagai berikut:
a) Biasanya disertai dengan mimpi aktif.
b) Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang lambat.
c) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
d) Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak tertidur.
e) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
f) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat dan metabolisme
meningkat.
g) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar,
memori dan adaptasi (Haswita, dkk, 2017).

 Siklus Tidur
Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang
komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui empat

20
hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang
berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian
diteruskan ke tahap IV selama kurang lebih 20 menit. Setelah itu, individu kembali
melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan
berlangsung selama 10 menit (Wahit, dkk, 2010).

Siklus Tidur Normal (Haswita, dkk, 2017)

 Fungsi Dan Tujuan Tidur


Fungsi tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat
digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stress
pada paru, kardiovaskuler, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga
dapat diarahkan kembali pada fungsi selular yang penting. Secara umum terdapat dua
efek fisiologis dari tidur, yang pertama, efek dari system saraf yang diperkirakan dapat
memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf dan
yang kedua yaitu pada efek struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi
dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan. (Haswita, dkk, 2017)

 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Tidur


Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas dapat
menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat
sesuai dengan kebutuhannya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya adalah:

21
1) Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang
mengharuskan untuk istirahat dan tidur, misalnya penyakit yang disebabkan infeksi
(infeksi limpa) akan membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi
keletihan. Banyak juga keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur,bahkan tidak
bias tidur.
2) Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat
terjadinya proses tidur.
3) Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan tetap bangun
dan waspada menahan kantuk.
4) Latihan dan Kelelahan
Keletihan akibat aktivitas tinggi memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga
keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Maka orang tersebut akan lebih cepat
untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya (NREM) diperpendek.
5) Stress Psikologis
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidurnya.
6) Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat
mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7) Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein
yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya triptofan yang
merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan
gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk
tidur.
8) Obat-obatan
Obat juga dapat mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi proses tidur antara lain:
a) Diuretik : menyebabkan insomnia
b) Antidepresan : menyupresi REM
c) Kafein : meningkatkan saraf simpatis d) Beta-bloker : menimbulkan insomnia

22
d) Narkotika : menyupresi REM (Haswita, dkk, 2017)
9) Gaya Hidup
Seorang yang kerjanya bergeser dan sering kali berganti jam kerja harus mengatur
aktivitas untuk siap tertidur di saat yang tepat. Olahraga sedang biasanya kondusif
untuk tidur, tetapi olahraga berlebihan dapat memperlambat waktu tidur. Kemampuan
seseorang untuk relaks sebelum istirahat adalah factor terpenting yang mempengaruhi
kemampuan untuk tertidur.
10) Diet
Penurunan berat badan telah dihubungkan dengan pengurangan waktu tidur total serta
tidur yang terputus dan bangun tidur lebih awal. Di sisi lain, pertambahan berat badan
tampak berhubungan dengan peningkatan total waktu tidur, berkurangnya tidur yang
terputus, dan bangun lebih lambat. L-triptofan dalam makananmisalnya, dalam keju
dan susu dapat mengindikasi tidur, sebuah bukti yang mungkin dapat menjelaskan
mengapa susu hangat membantu sesorang untuk tidur. (Kozier, 2010)

 Gangguan Tidur Yang Umumnya Terjadi


1) Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memebuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa.
Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan
gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:
a) Insomnia inisial. Kesulitan untuk memulai tidur
b) Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
c) Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain dengan
mengembangkan pola tiduristirahat yang efektif melalui olahraga rutin, menghindari
rangsangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur (mis: membaca,
mendengarkan music), dan tidur jika benar-benar mengantuk.
2) Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang
tidur. Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia
anatara lain sering terjaga (mis: tidur berjalan, night terror), gangguan transisi

23
banguntidur (mis: mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (mis:
mimpi buruk), dan lainnya (mis: bruksisme).
3) Hypersomnia
Hypersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan utama pada
siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti
kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan
metabolisme (mis: hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hypersomnia dapat
digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang
hari.
4) Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombnag kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-
tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep
attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetic system
saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur REM. Alternative
pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti amfetamin atau metilpenidase
hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramine hidroklorida.
5) Apnea Saat Tidur
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya napas secara periodic
pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras,
sering terjaga di malam hari, insomnia, mengantuk berlebihan pada siang hari, sakit
kepala di pagi hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti
hipertensi atau aritmia jantung. (Haswita, dkk, 2017)

 Kontrol Tidur
Kontrol tidur adalah pengawasan, pemeriksaan, pengendalian suatu keadaan tidak
sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun/hilang
dan dapat dibangunkan kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup. Kebanyakan
dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6-8 jam, tetapi hal ini berfariasi. Akan tetapi,
adalah hal umum yang mengganggu kebutuhan tidur seperti stress pekerjaan, aktivitas
yang mengarah pada insomnia, penyakit fisik tertentu. (Universitas Sumatera Utara PDF.
2016. Diakses di: repositoryusu.ac.id. Pada tanggal 11 Mei 2019)
Teknik kognitif-behavioral menekankan pada jangka pendek dan berfokus pada
penurunan langsung fisiologis yang timbul, memodifikasi kebiasaan tidur yang

24
maladaptive dan menggunakan pemikiran yang disfungsional. Terapi kognitif-behavioral
biasanya menggunakan kombinasi dari berbagai teknik, termasuk kontrol stimulus,
pemantapan siklus tidur-bangun yang teratur, latihan relaksasi. Dibawah control normal,
kita belajar untuk mengasosiasikan stimulus yang menghubungkan berbaring ditempat
tidur dengan tidur sehingga pemaparan terhadap stimulus ini dapat meningkatkan
perasaan ngantuk. Teknik kontrol stimulasi bertujuan untuk memperkuat hubungan antara
tempat tidur dan tidur dengan sebisa mungkin membatasi aktivitas. Berikut adalah cara
kontrol pola tidur menjadi normal:
1) Buatlah rutinitas tidur
Mungkin akan kesulitan untuk mengatur siklus tidur saat malam hari dengan tertidur
pada jam yang sama. Namun, bisa berusaha menjaga siklus terjaga dengan bangun
tidur pada jam yang sama di pagi hari.
2) Ciptakan lingkungan ruang tidur yang nyaman
3) Minum obat dan terapi
Orang-orang penderita sakit kronis sudah harus minum banyak obat untuk untuk
mengontrol rasa sakit mereka. Sehingga mereka tidak ingin mengkonsumsi obat lebih
untuk mendapatkan tidur yang baik.
4) Berhenti memikirkan hal yang negative terhadap penyakit
Menghabiskan waktu memikirkan rasa sakit dapat membawa pikiran-pikiran negative
lain yang mempengaruhi tidur.
(Diakses di: https://hellosehat.com Pada tanggal 11 Mei 2019)

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2009). Tahap pengkajian merupakan
dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu
(pasien). Oleh karena itu, pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan
kenyataan sangat penting sebagai data untuk merumuskan diagnosis keperawatan dan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu yang sesuai dengan standar
praktik yang telah ditentukan oleh American Nurse Association (ANA).
Pada pengkajian terdapat dua tipe data, yaitu data subjektif dan data objektif. Data
subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu

25
situasi dan kejadian (lyer et al dalam Nursalam 2009). Data tersebut tidak dapat ditentukan
oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau wawancara dengan pasien.
Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien, perasaan, dan
ide tentang status kesehatannya. Sedangkan, data objektif adalah data yang dapat diobservasi
dan diukur oleh perawat (lyer et al dalam Nursalam 2009). Data ini diperoleh melalui
kepekaan perawat (senses) selama melakukan pemeriksaan fisik melalui 2S (sight, smell) dan
HT (hearing, touch/taste). Yang termasuk data objektif adalah frekuensi pernapasan, tekanan
darah, adanya edema dan berat badan. (Nursalam, 2009).
Pengkajian data ini meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan melalui
pemeriksaan diagnostik. Untuk memudahkan dalam pengkajian sebaiknya dilakukan secara
berurutan, terutama pada pemeriksaan fisik yang dimulai dari mata, hidung, mulut dan bibir,
vena leher, kulit, jari dan kuku, serta dada dan thoraks. (Andarmoyo, 2012).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatau pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan mengubah (Carpenito dalam Nursalam
2009).
Mendefinisikan bahwa diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan
potensial dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat mampu dan
mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan. kewenangan tersebut dapat
diterapkan berdasarkan standar praktik keperawatan dan kode etik perawat yang berlaku di
Indonesia (Gordon dalam Nursalam 2009).
Dalam menegakkan diagnosis, kenali signifikansi yang dimiliki spiritualitas pada
berbagai jenis masalah kesehatan. Ada tiga diagnosis keperawatan berhubungan dengan
spiritual yang disetujui yaitu, kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual, tekanan
spiritual atau distress spiritual dan resiko tekanan spiritual atau resiko distress spiritual (Potter
& Perry, 2010).

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Tahap perencanaan memberikan kesempatan kepada perawat, pasien, keluarga dan
orang terdekat pasien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi
masalah yang dialami pasien. Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk tertulis yang

26
menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien
sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.
Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan
sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin
dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan
melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan untuk klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal.
(Asmadi, 2008). Fokus pada perencanaan spiritual bersifat sangat pribadi, standar otonomi
dan tujuan diri penting dalam mendukung keputusan klien tentang rencana perawatan.

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan lain-lain. (Nursalam, 2009)

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan daridiagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasinya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respons klien terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan mengakhiri rencana asuhan
keperawatan, memodifikasi rencana asuhan keperawatan, meneruskan rencana asuhan
keperawatan. (Nursalam, 2009).

27
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Yoyon


Nim : 2019.C.11a.1072
Ruang Praktek :
Tanggal Praktek :10 Maret 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 10 Maret 2021 jam 08:00 WIB

3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. N
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Petani
Pendidikan :-
Status Perkawinan : Menikah
Alamat :
Tgl MRS : 5 Juli 2021
Diagnosa Medis : NSTEMI

B. Riwayat Kesehatan/Perawatan
1. Keluhan Utama :
Pasien masuk Rumah Sakit pada tanggal 5 Juli 2021 pukul 20.00 WIB datang
diantar oleh keluarganya ke IGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri saat
istirahat menjalar ke punggung sejak ± 4 jam sebelum masuk Rumah Sakit dan
disertai dengan keringat dingin.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :

28
Saat dilakukan pengkajian, keadaan pasien tampak lemah, pasien mengatakan
nyeri dada masih terasa hilang timbul di dada sebelah kiri, nyeri menjalar ke
punggung, nyeri terasa memberat , skala nyeri 3, durasi ± 20 menit, akral teraba
hangat, CRT < 2 detik, pasien terpasang O2 binasal 4 liter/menit. Pasien
terpasang cairan RL 500cc/24 jam. Tekanan darah = 143/79 mmHg, pernapasan = 14
kali/menit, nadi = 71 kali/menit.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya ( Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi )
Pasien mengatakan pernah mengalami sakit seperti ini 2 tahun yang lalu dan
dilakukan kateterisasi dirawat di RS. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak ±
4 tahun yang lalu. Riwayat Diabetes Mellitus tidak ada. Pasien memiliki riwayat
merokok.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga tidak pernah menderita penyakit seperti pasien sebelumnya. Orang
tua laki-laki pasien memiliki riwayat Hipertensi.

GENOGRAM KELUARGA
GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :
: Hubungan keluarga
- - - - - - : Tinggal serumah

: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Klien

29
C. DATA PSIKOSOSIAL
1. Kemampuan Berkomunikasi :
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan keluarga setiap saat
selalu memperhatikan dan mendampingi Nn. A selama dirawat di rumah sakit.
2. Bahasa sehari-hari :
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa dayak dan bahasa Indonesia
3. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat berkomunikasi juga
dengan keluarga serta orang lain.
4. Orang berarti/terdekat
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah keluarga nya.
5. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
sebelum sakit biasanya digunakan untuk bertani dan berladang serta meluangkan
waktu untuk keluarga, sesudah sakit aktivitas klien dibatasi.

D. DATA SPIRITUAL
Sebelum sakit Tn. N mengatakan selalu mengikuti kegiatan Ibadah di Gereja setiap hari
minggu. Setelah sakit Tn. N tidak dapat beribadah di gereja.

E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah = 143/79 mmHg, pernapasan = 20 kali/menit, nadi = 71 kali/menit, suhu =
36,7oC.
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun Tn. N menutup, keadaan cembung, tidak terdapat kelainan
b. Rambut : rambut bersih, tidak ada kotoran, tidak ada rontok, penyebaran rambut
merata, kulit kepala bersih.
c. Kepala : Keadaan kulit kepala : bersih, berminyak, tidak terdapat benjolan atau
kelainan.

30
d. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
penglihatan baik, pupil isokor.
e. Telinga : simetris kiri dan kanan, pendengaran baik, tidak ada serumen.
f. Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada pernafasan cuping hidung.
g. Mulut : mukosa bibir lembab dan pucat, lesi tidak ada, gigi lengkap, tidak ada
kesulitan dalam menelan.
h. Gigi : tidak terdapat carries, gigi lengkap.
4. Leher dan tenggorokan
Tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening
5. Dada
Inspeksi : Bentuk dada normal : diameter anterior posterior-transversal=1:2
Auskultasi : bunyi napas vesikuler
Perkusi : di temukan sonor
Palpasi : fremitus kiri dan kanan
6. Punggung
Tidak ada kelainan.
7. Abdomen
Inspeksi : tidak membuncit, acites (-), tidak distensi
Auskultasi : bising usus (+) 5 kali/menit
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba
Perkusi : timpani
8. Ektremitas
Inspeksi : tidak ada edema, kulit tidak pucat
Palpasi : akral teraba hangat, CRT < 2 detik
9. Genetalia
Pada wanita : tidak terkaji
Pada pria : tidak terkaji

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG (RADIOLOGIS.LABORATORIUM, PENUNJANG


LAIN)
Tangal 5 Juli 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 12,8 g/dl 14 – 18

31
Leukosit 16.820 / mm3 5000 – 10.000
Trombosit 274.000 / mm3 150.000 – 400.000
Hematokrit 37 % 40 – 48
Glukosa sewaktu 143 Mg/dl < 200
Troponim I 6,95 Ng/dl < 0,02
Ureum darah 15 Mg/dl 10,0 – 50,0
Kreatinin 1,2 Mg/dl 0,8 – 1,3
Natrium 141 Mmol/L 136 – 145
Klorida serum 3,4 Mmol/L 3,5 – 5,1
kalsium 110 Mmol/L 97 - 111

G. Terapi Medis
a) Obat oral
 Aspilet 1 x 80 mg
 Clopidogrel 1 x 75 mg
 Atorvastatin 1 x 40 mg
 Ramipril 1 x 2,5 mg
 Laxadyn 1 x 10cc
 Bisoprol 1 x 2,5 mg
 Alprazolam 1 x 0,5 mg
 KSR 600 mg
 ISDN 5 mg

b) Obat dan cairan maintenance


 RL 500 cc/24 jam

c) Obat injeksi
 Ranitidin 2 x 50 mg
 Lovenox 2 x 0,6

Palangka Raya, 5 Juli 2021

Yoyon

NIM 2019.C.11a.1072

32
3.2 Tabel Analisis Data
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
DATA OBYEKTIF
DS:
- Pasien mengatakan badan
terasa
letih
- Pasien mengatakan ada riwayat
merokok sejak umur 20 tahun Penurunan Curah
dan menghabiskan ± 1 bungkus Perubahan kontraktilitas Jantung
rokok perhari, dan sekarang
masih merokok
- Pasien mengatakan nyeri dada
di sebelah kiri
- Pasien mengatakan pasien
memiliki riwayat hipertensi

DO :
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak gelisah

- TD = 143/79 mmHg
- Nadi = 71 kali/menit
- Pernapasan = 14 kali/menit
- Suhu = 360C

33
DS:
Tn. N mengeluh lelah dan
merasa lemas

DO:
-Klien terlihat lemah Kelemahan Intoleransi aktivitas
-Klien tampak pucat

- TD = 143/79 mmHg
- Nadi = 71 kali/menit
- Pernapasan = 14 kali/menit
- Suhu = 360C

34
PRIORITAS MASALAH

1. Penurunan Curah Jantung berhubungan


dengan perubahan kontraktilitas. (D.0008) hal.34
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan. (D0056) hal.128

35
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. N
Ruang Rawat :
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
Penurunan Curah Setelah dilakukan Secara rutin Mengetahui
Jantung intervensi keperawatan mengecek pasein baik perkembangan
berhubungan 1x24 jam, secara fisik dan dari hasil tindakan
dengan perubahan Diharapkan curah psikologis sesuai perawatan
kontraktilitas jantung teratasi dengan dengan kebijakan
kriteria hasil : tiap agen atau
A. Keefektifan penyedia layanan.
pompa jantung 1) Pastikan
Indikator : tingkat aktivitas
1) Tekana pasien yang tidak
n darah membahaykan curah
sistol dalam jantung atau
rentang normal memprovokasi
2) Tekana serangan jantung.
n darah 2) Dorong
diastol dalam adanya peningkatan
rentang normal aktivitas bertahap
3) Denyut ketika kondisi pasien
jantung sudah distabilkan
apikal dalam (misalnya :
rentang dorong aktivitas
normal Denyut yang lebih ringan
nadi perifer atau waktu yang lebih
dalam rentang singkat dengan
normal waktu istirahat
4) Urin yang sering dalam
output melakukan aktivitas).
5) Keseim 3). Instruksikan
bangan pasien tentang

36
antara intake pentingnya untuk
dan output segera melaporkan
bila merasa nyeri
B. Status sirkulasi dada.
Indikator : 4). Evaluasi nyeri
1) Tekanan darah dada (intensitas,
sistolik dalam lokasi, radiasi, durasi
rentang normal. dan faktor yang
2) Tekanan darah memicu serta
diastolik dalam meringankan
rentang normal nyeri dada).
3) nadi dalam 5). Monitor EKG
rentang normal adakah perubahan
4) CVP (Central segmen ST,
Venous Pressure) sebagaimana mestinya.
tidak meningkat. 6). Evaluasi
5) MAP dalam perubahan tekanan
rentang darah. Instruksikan
normal pasien dan keluarga
6) AGD (PaO2dan mengenai terapi
PaCO2) modalitas, batasan
dalam rentang aktivitas dan kemajuan.
normal 7). Batasi merokok.
7) Saturasi O2 8). Instruksikan pasien
dalam dan keluarga
rentang normal mengenai tujuan
8) Tidak asites 9). Perawatan
dan bagaimana
kemajuannya akan
diukur. D.Monitor
tanda – tanda vital
10). Monitor TD,
nadi, suhu dan RR 17)
Catat adanya
37
fluktuasi tekanan darah

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1) Manaje Mengetahui


berhubungan intervensi keperawatan men energi perkembangan
dengan Kelemahan 3x24 jam, 2) Terapi dari hasil tindakan
Diharapkan Kondisi aktivitas perawatan
lemah klien teratasi 3) Pemanta
dengan kriteria hasil : uan tanda vital
1. Curah jantung dalam 4) Pemberi
batas normal an obat Itravena
2. Tingkat keletihan 5) Pemberi
menurun an obat oral
6) Promosi
dukungan
keluarga

38
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. N
Ruang Rawat :
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD
Perawat
Senin, 6 Juli 2021 Secara rutin mengecek S: Pasien
Jam 09.00 WIB pasein baik secara fisik mengatakan badan
dan psikologis sesuai sudah tidak terasa
dengan kebijakan tiap letih lagi
agen atau penyedia O : KU baik, akral
layanan. hangat,
1) Pastikan TD= 120/63 mmHg,
tingkat aktivitas pasien HR = 70 x/menit,
yang tidak RR = 20 x/menit
membahaykan curah A : Masalah teratasi
jantung atau P:Intervensi
memprovokasi serangan dihentikan
jantung.
2) Dorong
adanya peningkatan
aktivitas bertahap ketika
kondisi pasien sudah
distabilkan
(misalnya : dorong
aktivitas yang lebih
ringan atau waktu yang
lebih singkat dengan
waktu istirahat yang
sering dalam melakukan
aktivitas). 3).
Instruksikan pasien
tentang pentingnya
untuk segera
melaporkan bila merasa

39
nyeri dada.
4). Evaluasi nyeri
dada (intensitas,
lokasi, radiasi, durasi dan
faktor yang memicu
serta meringankan
nyeri dada).
5). Monitor EKG
adakah perubahan
segmen ST,
sebagaimana mestinya.
6). Evaluasi
perubahan tekanan
darah. Instruksikan
pasien dan keluarga
mengenai terapi
modalitas, batasan
aktivitas dan kemajuan.
7). Batasi merokok.
8). Instruksikan pasien
dan keluarga
mengenai tujuan
9). Perawatan
dan bagaimana
kemajuannya akan
diukur. D.Monitor tanda
– tanda vital
10). Monitor TD, nadi,
suhu dan RR.
Selasa, 7 Juli 2021 1) Manajeme S: klien mengatakan
Jam 09.00 WIB n energi sudah mampu
2) Terapi beraktivitas biasa
aktivitas secara mandiri.
3) Selalu O: Klien sudah

40
Pantau tanda- mampu melakukan
tanda vital Klien aktivitas biasa
4) Pemberian seperti mengurus
obat Itravena diri.
pada klien A: Masalah Teratasi
5) Pemberian P: Intervensi
obat oral dihentikan
6)
keluarga klien
bahwa dukungan
keluarga
berpengaruh pada
proses
pengobatan klien.

41
BAB 4
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
NSTEMI merupakan salah satu jenis serangan jantung yang perlu segera ditangani. Oleh
karena itu, jika mengalami keluhan nyeri dada kiri yang menjalar ke lengan kiri dan leher,
segeralah periksakan diri atau anggota keluarga ke klinik kesehatan untuk mengetahui
penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang tepat.

4.2 Saran
1) Pasien hendaknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran demi perbaikan
keadaannya dan menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan hal yang lebih
buruk.
2) Keluarga dapat memberikan saran ataupun peringatan pada pasien bila melanggar
apa-apa yang sudah dianjurkan oleh perawat dan keluarga sebaiknya dapat
meningkatkan fungsi keluarga sebagaimana mestinya.
3) Ruangan ataupun lingkungan rumah dapat memberikan asuhan keperawatan secara
lebih baik lagi untuk hasil yang optimal, lebih melengkapi sarana yang terkait dengan
penyakit NSTEMI.

42
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Standar Pelayanan
Keperawatan di ICU. Jakarta: Depkes
Morton G.P. 2012, Keperawatan Kritis, Edisi 2, Jakarta: EGC
Tamsuri A.(2007). Konsep Dan Penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Muttaqin, Arif
dan Sari, Kumala, 2009,Asuhan Keperawatan Perioperatif:Konsep, Proses, dan
Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta. Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G,
2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth(Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh
AgungWaluyo...(dkk), EGC, Jakarta
Sylvia. M, Lorraine. (2009). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Hidayat AA. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Kemenkes. 2011. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah
Sakit. Arif, Muttaqin., 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan hematologi. Salemba Medika, Jakarta. Kemenkes. Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2015. Notoatmodjo, S. (2007). Pengantar Pendidikan
Kesehatan Dan Ilmu
PerilakuKesehatan.Jakarta: PT.Rineka Cipta
Potter & Perry., 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &
Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC. Solehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih.,2015.
Konsep dan Aplikasi Relaksasi
dalam Keperawatan Maternitas. Bandung : PT. Refika Aditama
Tamsuri, A.,2007. Konsep dan Penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Aru W,
Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta:
Interna Publishing
Puji Astutik, Asuhan Keperawatan Dengan Kasus N-STEMI (Non ST-Elevation
Myocard Infark) di ruangan ICU RS Baptis Batu
Mutia Anwar, 2018 Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pasien Paska Operasi Sectio Caesarea
Dasna Efektifitas Terapi Aroma Lavender (lavandula angustifolia) Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Dada Pada Klien Infark Miokard

43

Anda mungkin juga menyukai