Disusun Oleh :
i
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan berkat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn.S dengan Diagnosa Medis Post Operasi Laparatomy
Perforasi Gaster hari ke 4 Di Ruang Hibiscus Rumah Sakit Bethesda Pada Tanggal
23-25 Januari 2023.” Selama proses penyusunan asuhan keperawatan ini, penulis
banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan. Untuk
itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan
selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
III
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................iv
LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................2
C. Waktu Dan Tempat Praktik............................................................4
D. Manfaat.........................................................................................4
LAPORAN KASUS...................................................................................5
A. KONSEP MEDIS...........................................................................5
1. Definisi.....................................................................................5
2. Anatomi Fisiologi.....................................................................6
3. Etiologi.....................................................................................9
4. Patofisiologi.............................................................................10
5. Manifestasi Klinik.....................................................................13
6. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................13
7. Penatalaksanaan.....................................................................14
8. Komplikasi...............................................................................14
B. KONSEP KEPERAWATAN..........................................................15
1. Pengkajian...............................................................................15
2. Diagnosa Keperawatan............................................................19
3. Intervensi Keperawatan (Nursing Care Plan)...........................21
4. Discharge planning..................................................................39
PENGELOLAAN KASUS ........................................................................26
A. Pengkajian.....................................................................................26
B. Analisa Data..................................................................................44
C. Diagnosis Keperawatan.................................................................46
D. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................49
E. Catatan Perkembangan................................................................54
Daftar Pustaka ........................................................................................62
IV
LAPORAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan pada perut sering terjadi di masyarakat, salah satu
penyakit pada perut yaitu perforasi gaster. Penyakit perforasi gaster
merupakan perforasi gasterintestinal (bentuk penetrasi yang komplek dari
dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke
dalam rongga perut) yang disebabkan oleh komplikasi ulkus peptikum (ulkus
gaster dan ulkus duodenum). Komplikasi yang paling sering dari ulkus
peptikum yaitu perdarahan dan perforasi. Penyebab perforasi ulkus peptikum
bervariasi antara area geografis dikaitkan dengan faktor-faktor
sosiodemografi dan lingkungan. Populasi di negara berkembang kebanyakan
laki-laki berusia muda dengan predominan, pasien terlambat dating, dan
kebiasaan merokok. Untuk di daerah barat kejadian perforasi ulkus peptikum
sering ditemukan pada pasien lanjut usia dengan Riwayat pengguna obat-
obatan ulserogenik. Penyakit ulkus gaster di Indonesia menurut data BPPK
tahun 2008 menempati peringakat 10 sebagai penyakit kematian pada laki-
laki berusia 45-54 tahun (Sayuti, 2020).
Perforasi yang menembus rongga peritonial akibat inflamsi, infeksi, iskemia,
trauma dapat menenyebabkan peritonitis, dimana pada kasus peritonitis
terjadi proliferasi bacterial kemudian terjadi edema jaringan dan dalam waktu
singkat terjadi eksudasi cairan yang dimana cairan dalam rongga peritoneal
menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris
seluler, dan darah. Respon segera dari saluran usus adalah hipermotilitas,
diikuti ileus paratilitik disertai akumulasi udara dan cairan dalam usus.
Seringkali, inflamasi tidak local dan seluruh rongga abdomen menjadi terkena
sepsis umum. Sepsis sendiri merupakan penyebab umum dari kematian
pada peritonitis. Syok juga dapat diakibatkan dari septikemia atau
hypovolemia (Kartawijaya, 2017).
Penatalaksanaan pasien perforasi gaster dan sampai mengalami peritonitis
dapat dilakukan operasi pembedahan laparatomi dengan melakukan
pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Masalah yang biasa
1
muncul pada post operasi laparatomi adalah resiko infeksi, kekurangan
volume cairan, nyeri akut dan kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. Dari 4 masalah yang
mungkin muncul, masalah yang paling sering didapatkan pada klien post
operasi laparatomi adalah nyeri akut (Doenges, 2014).
Kasus tindakan laparatomi meningkat di beberapa negara di dunia, salah
satunya Afrika yang pada tahun 2015 terdapat 1276 kasus laparatomi
dengan 449 kasus (35%) dibagian obsetri dan 876 (65%) pada 2 bagian
bedah umum (Ngowe, N.M., et al, 2014). Untuk di Indonesia jumlah tindakan
operasi terhitung pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa dan diperkirakan
32% merupakan tindakan bedah laparatomi (Kemenkes RI, 2013). Pasien
post operasi yang mengalami nyeri akut harus segera dikendalikan agar tidak
menjadi nyeri kronis, karena nyeri yang tidak diatasi akan memperlambat
masa penyembuhan dan perawatan dan akan membuat pasien yang
mengalami nyeri akan cemas untuk melakukan mobilisasi dini sehingga
pasien cenderung untuk berbaring. Pasien pasca operasi yang melakukan
tirah baring terlalu lama juga dapat meningkatkan resiko terjadinya kekakuan
atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah,
gangguan buang napas dan gangguan peristaltik maupun berkemih bahkan
terjadinya dekubitus atau luka tekan (Kartawijaya 2017)
Perawat memiliki peran sangat penting untuk memberikan pendidikan dan
penyediaan layanan kesehatan sebagai acuan untuk pasien mengetahui
penyebab terjadinya perforsi gaster, sehingga hal ini perlu dilakukan
pengkajian, intervensi, evaluasi sesuai dengan kondisi pasien serta
mengedukasi pasien guna mencegah terjadinya perforasi gaster secara
berulang. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan asuhan
keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.S dengan
Diagnosa Medis Post Operasi Laparatomy Perforasi Gaster hari ke 4 Di
Ruang Hisbiscus Rumah Sakit Bethesda pada tanggal 23-25 Januari 2023.”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Post Operasi Laparatomy Perforasi gaster hari ke 4 Di
2
Ruang Hisbiscus Rumah Sakit Bethesda pada tanggal 23-25 Januari
2023.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan pada pasien
Post Operasi Laparatomy Perforasi Gaster.
b. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.S dengan Diagnosa Medis
Post Operasi Laparatomy Perforasi Gaster hari ke 4 Di Ruang
Hisbiscus Rumah Sakit Bethesda.
c. Mampu menganalisa data hasil pengkajian pada Tn.S dengan
Diagnosa Medis Post Operasi Laparatomy Perforasi Gaster hari ke
4 Di Ruang Hisbiscus Rumah Sakit Bethesda.
d. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
pada Tn.S dengan Diagnosa Medis Post Operasi Laparatomy
Perforasi Gaster hari ke 4 Di Ruang Hisbiscus Rumah Sakit
Bethesda.
e. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Tn.S dengan
Diagnosa Medis Post Operasi Laparatomy Perforasi Gaster hari ke
4 Di Ruang Hisbiscus Rumah Sakit Bethesda.
f. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn.S dengan
Diagnosa Medis Post Operasi Laparatomy Perforasi Gaster hari ke
4 Di Ruang Hisbiscus Rumah Sakit Bethesda.
g. Mampu mengevaluasi hasil keperawatan yang telah dilaksanakan
pada Tn.S dengan Diagnosa Medis Post Operasi Laparatomy
Perforasi Gaster hari ke 4 Di Ruang Hisbiscus Rumah Sakit
Bethesda.
h. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn.S
dengan Diagnosa Medis Post Operasi Laparatomy Perforasi Gaster
hari ke 4 Di Ruang Hisbiscus Rumah Sakit Bethesda.
i. Penulis mampu melakukan pembahasan asuhan keperawatan pada
Tn.S dengan Diagnosa Medis Post Operasi Laparatomy Perforasi
Gaster hari ke 4 Di Ruang Hisbiscus Rumah Sakit Bethesda.
3
C. Waktu dan Tempat Praktek
Asuhan keperawatan dilakukan secara luring. Pengkajian dilakukan sejak
hari Senin, 23–25 Januari 2023. Pengkajian secara luring dilakukan dengan
observasi, pemeriksaan fisik dan wawancara langsung kepada pasien dan
keluarga.
D. Manfaat
1. Bagi pendidikan
Manfaat yang di harapkan dapat dirasakan oleh institusi pendidikan dari
penulis karya tulis ilmiah ini adalah :
a. Dengan adanya asuhan keperawatan pada pasien Post Operasi
Laparatomy Perforasi Gaster hari ke 4, pendidikan dapat
mengaplikasikannya ke peserta didik tentang keterkaitan antara teori
dan kasus.
b. Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan
datang.
2. Bagi penulis
Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis
dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada pasien
Post Operasi Laparatomy Perforasi Gaster sebagai salah satu syarat
menyelesaikan tugas Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Bagi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Mampu menerapkan perawatan dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Post Operasi Laparatomy Perforasi Gaster di ruangan rawat inap
Hibiscus Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, sehingga bisa di aplikasikan
dan dapat peningkatkan sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit
4. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan khususnya bagi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami
Post Operasi Laparatomy Perforasi Gaster dan sebagai pertimbangan
syarat dalam mendiagnosa kasus sehingga perawat mampu memberikan
tindakan yang tepat kepada pasien.
4
LAPORAN
KASUS
A. Konsep Medis
1. Definisi
a. Perforasi
Perforasi adalah lubang atau luka di dinding suatu organ tubuh.
Kondisi ini dapat terjadi pada esofagus, lambung, usus kecil, usus
besar, anus, atau kantung empedu. Perforasi bisa disebabkan oleh
berbagai penyakit, mulai dari radang usus buntu (apendisitis), radang
kantong usus besar (divertikulitis), hingga luka seperti luka tusuk atau
luka tembak. Lubang atau luka yang terjadi di saluran pencernaan
(intestinal perforation) atau kantong empedu dapat memicu peritonitis,
yakni peradangan pada lapisan tipis jaringan yang melapisi perut
(peritoneum) (Sayuti, 2020).
b. Gaster/lambung terletak di bagian kiri atas abdomen tepat dibawah
diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J. Secara
anatomis lambung terbagi atas fundus, badan, dan antrum pilorikum
atau pylorus. Pada pylorus terdapat otot sfingter pada kedua ujung
lambung yang mengatur pemasukan atau pengisian dan pengeluaran
atau pengosongan lambung. Sfingter kardia atau sfingter esofagus
bawah, mengalirkan makanan masuk kedalam lambung dan
mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Di saat
sfingter pilorikum berelaksasi, makanan masuk ke dalam duodenum
dan ketika berkontraksi, sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran
balik isi usus halus ke dalam lambung (Diyono dan Mulyani, 2013).
c. Perforasi gaster adalah suatu penetrasi yang kompleks dari dinding
lambung, usus besar, usus halus akibat dari bocornya isi dari usus ke
dalam rongga perut. Perforasi dari lambung berkembang menjadi
suatu peritonitis kimiayang disebabkan karena kebocoran asam
lambung dalam rongga perut (Warsinggih, 2016).
d. Laparatomi adalah salah satu pembedahan mayor yang dilakukan
dengan cara penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk
5
mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah seperti
hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi (ANA, 2016). Operasi post
laparatomi dilakukan apabila terjadi masalah kesehatan yang berat
pada area abdomen, misalnya adanya perforasi gaster.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perforasi
merupakan lubang atau luka di dinding suatu organ tubuh, perforasi
gastrointestinal umum, yang sering disebabkan oleh karena komplikasi
penyakitulkus peptikum (ulkus gaster dan ulkus duodenum). Perforasi
gaster juga disebut penetrasi yang kompleks dari dinding lambung, usus
besar, usus halus akibat daribocornya isi dari usus ke dalam rongga
perut. Perforasi dari lambung berkembang menjadi suatu peritonitis kimia
yang disebabkan karena kebocoran asam lambung dalam rongga perut.
Adanya perforasi gaster dilakukan tindakan pembedahan untuk
mencegah terjadinya komplikasi, tindakan pembedahan tersebut yaitu
operasi laparatomi dengan cara dilakukan penyayatan pada lapisan
dinding abdomen.
6
Pada sistem pencernaan atas proses makanan masuk melalui mulut,
kemudian di analisis serta adanya proses mekanis dari gigi, lidah dan
permukaan platum di rongga mulut. Saat di rongga mulut, lidah akan
mengaduk makanan, sebagai pengecap, menelan, serta merasakan
makanan dan minuman yang masuk, kemudian material makanan
tersebut masuk melalui faring yang sebagai jalan makanan, cairan, dan
udara, lalu makanan di bawa ke esofagus untuk disalurkan ke lambung
(Diyono dan Mulyani, 2013).
Lambung (ventrikulus) terletak di bagian kiri atas abdomen tepat dibawah
diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J seperti
kantong besar. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus (bagian
tengah yang membulat), kardiak (bagian atas), dan antrum pilorikum atau
pylorus (bagian bawah). Kardiak berdekatan dengan hati dan
berhubungan dengan kerongkongan. Pada pylorus berhubungan
langsung dengan usus dua belas jari. Di bagian ujung kardiak dan pilorus
terdapat otot sfingter yang mengatur masuk dan keluarnya makanan ke
dan dari lambung. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah,
mengalirkan makanan masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi
lambung memasuki esofagus kembali. Di saat sfingter pilorikum
berelaksasi, makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika
berkontraksi, sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus
halus ke dalam lambung (Diyono dan Mulyani, 2013).
7
Pada dinding lambung terdiri dari otot yang tersusun melingkar,
memanjang, dan menyerong. Otot-otot membuat lambung berkontraksi
sehingga membuat makanan teraduk dengan baik dan bercampur merata
dengan getah lambung dimana getah lambung dihasilkan oleh hormone
gastrin. Getah ini bersifat asam dan berfungsi untuk membunuh kuman
penyakit atau bakteri yang masuk bersama makanan, selain itu getah
lambung berfungsi mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin dimana
pepsin akan memecah protein menjadi proteose. Lambung juga memiliki
enzim renin yang berfungsi menggumpalkan protein susu (kasein) yang
terdapat dalam susu. Adanya enzim renin dan enzim pepsin menunjukan
terjadinya proses kimiawi dalam lambung. Di dalam lambung terjadi
gerakan mengaduk. Gerakan mengaduk dimulai dari kardiak sampai di
daerah pilorus. Gerak mengaduk terjadi terus menerus baik pada saat
lambung berisi makanan maupun pada saat lambung kosong. Jika
lambung berisi makanan, gerak mengaduk lebih giat dibanding saat
lambung dalam keadaan kosong. Makanan umumnya bertahan tiga
sampat empat jam di dalam lambung. Makanan berserat bahkan dapat
bertahan lebih lama. Dari lambung, makanan sedikit demi sedikit keluar
menuju usus dua belas jari melalui sfingter pilorus (Tresnaasih, 2020).
Gaster berlanjut kedalam duodenum yang berjalan secara anatomis dan
visual sulit dibedakan dan jejenum dan ileum, hanya saja panjang
duodenum kira-kira 25 cm dan berakhir pada ligament-ligament treltz
berupa sebuah ligament yang berjalan dari sisi kanan diafragma dekat
dengan hiafus esophagus dan melekat pada perbatasan duodenum dan
jejenum sisa dari usus halus adalah jejenum ¾ bagian akhir disebut
ileum. Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri,
sedangkan ileum dibagian kanan. Makanan masuk melalui sphincter
pylorium keduodenum, maka sisa makanan akan melalui katub ileoccal
valve, yang mencegah berbaliknya makanan dari usus besar kedalam
usus halus. Pada ujung caecum terdapat appendix vermicularis. Colon
(usus besar) lebih besar dari usus halus yang terdiri dari caecum, colon
pars desendens, colon pars aseenden, colon transversum dan rectum,
lapisan usus besar terdiri dari tunika serosa, tunika submukosa, tunika
muskularis, tunika mukosa (Diyono dan Mulyani, 2013).
8
3. Etiologi
Penyebab perforasi gaster menurut Azimi, et al (2020) sebagai berikut:
a. Cedera tembus pada dada bagian bawah atau perut (misalnya cedera
pisau)
Pada kasus trauma tembus, usus kecil merupaka organ intra-
abdominal yang sering terluka karena posisinya yang melingkar di
perut dan menempati Sebagian besar area peritoneum, selain itu
usus kecil melekat pada mesenterium
b. Trauma tumpul perut
Trauma ini terkait kendaraan, cedera stang sepeda, dan sindrom
sabuk pengaman
c. Menelan aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan steroid
NSAID untuk pasien dengan penyakit diverticular membawa
peningkatan risiko perforasi kolon.
d. Adanya kondisi presdiposisi
Kondisi presdiposisi meliputi: ulkus peptikum, akut radang usus buntu,
akut diverticulitis, dan meradang diverticulum meckel
e. Infeksi bakteri
Misalnya demam tifoid dapat dipersulit oleh perforasi usus pada
sekitar 5% pasien, perforasi pada pasien dapat terjadi secara tidak
terduga setelah kondisinya mulai membaik
f. Penyakit radang usus
Perforasi usus dapat terjadi pada pasien dengan colitis ulseratif, dan
perforasi ileum terminal dapat terjadi pada pasien dengan penyakit
Crohn (CD); gen terkait CDSLCO3A1 telah terbukti memediasi proses
inflamasi pada sel epitel usus dan dengan demikian menghasilkan
insiden perforasi usus yang lebih tinggi pada pasien CD
g. Tertelan zat kaustik
Zat kaustik contohnya minuman bersoda dapat menyebabkan
perforasi usus akaut dan peritonitis, perforasi tertunda dapat terjadi
hingga 4hari setelah paparan asam
h. Benda asing (misalnya tusuk gigi)
9
Penggunaan tusuk gigi dapat menyebabkan perforasi kerongkongan,
lambung, atau usus kecil dengna infeksi intraabdominal, peritonitis
dan sepsis.
4. Patofisiologi
Seperti yang kita ketahui bahwa gaster merupakan organ yang paling
penting untuk menyimpan dan mencerna makanan baik secara mekanik
maupun secara kimiawi. Penyebab perforasi gaster bisa dari non trauma
yaitu demam tipoid, ulkus, infeksi bakteri, adanya kondisi predisposisi
(ulkus peptikum, apendiksitis), peritonitis dan sepsis. Kemudian bisa
disebabkan dari trauma yaitu terkena benda tajam, benda tumpul,
tusukan pisau, dll. Baik dari penyebab trauma dan juga non trauma ini
terkait dengan proses keseimbangan perlindungan antara lambung itu
sendiri dengan faktor-faktor agresif yang ada diluar, dimana lambung
merupakan suatu organ yang dilengkapi dengan pertahanan terdiri dari
beberapa lapis yaitu epitel, otot-otot serosa, dsb. Diluarnya lambung
terjadi pembentukan lendir atau mukosa yang berfungsi untuk melindungi
permukaan lambung, disamping itu juga ada sel darah putih, makrofag,
dsb yang berkaitan dengan sistem imun untuk pertahanan tubuh.
Keseimbangan dari faktor-faktor ketahanan dapat terganggu oleh faktor
agresif yaitu asam lambung itu sendiri yang di produksi oleh lambung itu
sendiri. Jika ada gangguan keseimbangan oleh faktor tertentu seperti
kebiasaan makan yang telat, kemudian mengkonsumsi makanan yang
pedas, terlalu asam, atau kebiasaan minum-minuman beralkohol, diet
ekstream, merokok dimana dapat membuat iritasi pada lambung
sehingga lambung menjadi rusak. Saat kondisi lambung rusak, asam
lambung langsung akan menyerang dan akan semakin dalam lagi
sehingga terjadi perdarahan bahkan sampai tembus/bolong pada
dindidng lambung, maka isi lambung akan keluar dan mengkontaminasi
rongga perut dan organ-organ sekitarnya (Azimi, et al, 2020).
Kebocoran asam lambung kedalam rongga peritoneum sering
menimbulkan peritonitis kimia. Bila kebocoran tidak ditutup dan partikel
makanan mengenai rongga peritoneum, peritonitis kimia akan diperparah
oleh perkembangan yang bertahap dari peritonitis bakterial. Pasien dapat
10
asimptomatik untuk beberapa jam antara peritonitis kimia awal dan
peritonitis bakterial lanjut. Mikrobiologi dari usus kecil berubah dari
proksimal samapi ke distalnya. Beberapa bakteri menempati bagian
proksimal dari usus kecil dimana, pada bagian distal dari usus kecil
(jejunum dan ileum) ditempati oleh bakteri aerob (E.Coli) dan anaerob
(Bacteriodes fragilis (lebih banyak)). Kecenderungan infeksi
intraabdominal atau luka meningkat pada perforasi usus bagian distal.
Adanaya bakteri di rongga peritoneal merangsang masuknya sel-sel
inflamasi akut. Omentum dan organ-oragan viceral cenderung melokalisir
proses peradangan, mengahasilkan phlegmon (biasa terjadi pada
perforasi kolon). Hypoksia yang diakibatkannya didaerah itu memfasilisasi
tumbuhnya bakteri anaerob dan menggangu aktifitas bakterisidal dari
granulosit, yang mana mengarah pada peningkatan aktifitas fagosit
daripada granulosit, degradasi sel-sel, dan pengentalan cairan sehingga
membentuk abscess, efek osmotik, dan pergeseran cairan yang lebih
banyak ke lokasi abscess, dan diikuti pembesaran abscess pada perut.
Jika tidak ditangani terjadi bakteriemia, sepsis, multiple organ failure dan
shock (Azimi, et al, 2020).
11
Pathway
(Peradangan)
Terjadi difusi Sintesis prostaglandin
balik HCL
Pengikisan
lapisan Ketahanan mukosa
lambung Terjadi kerusakan
jaringan pada
lambung
Lesi akut mukosa lambung
Terjadinya
ulkus peptikum Merangsang
mediator inflamator Terjadi kerusakan mukosa
histamin lambung usus dua belas
Erosi Lambung
Meningkatkan produksi
asam lambung
Perforasi Gaster
5. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala perforasi gaster adalah (Haryono, 2014):
1. Kesakitan hebat pada perut dan kram diperut.
2. Nyeri di daerah epigastrium
3. Hipertemi
4. Takikardi
5. Hipotensi
6. Demam menggigil
7. Muntah dan kolaps (pingsan)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Azimi (2020) pada perforasi gaster
adalah:
a. Foto polos abdomen pada posisi berdiri
Foto polos abdomen digunakan dalam penilaian organ abdomen,
seperti saluran pencernaan, ginjal, dinding abdomen, dan tulang.
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah metode awal untuk kebanyakan kondisi akut
abdomen. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi cairan bebas
dengan berbagai densitas, yang pada kasus ini adalahsangat tidak
homogen karena terdapat kandungan lambung).
c. CT-scan
CT-scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk
mendeteksi udara setelah perforasi, bahkan jika udara tampak seperti
gelembung dan saat pada foto rontgen murnidinyatakan negatif. 0leh
karena itu, CT-Scan sangat efisien untuk deteksi dini perforasi gaster
7. Penatalaksanaan
Penderita yang lambungnya mengalami perforasi harus diperbaiki
keadaan umumnyasebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi
13
elektrolit, pemasangan pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotik mutlak
diberikan./ika gejala dan tanda-tanda peritonitis umum tidak ada,
kebijakan nonoperatif mungkin digunakan dengan terapiantibiotik
langsung terhadap bakterigram-negatif dan anaerob (Japanesa, 2016).
8. Komplikasi
Komplikasi Perforasi Gaster antara lain (Hart, 2016):
a. Infeksi luka
Angka kejadian infeksi berkaitan dengan muatan bakteri pada gaster
jikaterjadi peritonitis.
b. Kegagalan luka operasi
Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau total pada setiap
lapisan lukaoperasi) dapat terjadi segera atau lambat. Factor-faktor
berikut ini dihubungkan dengan kegagalan luka operasi menurut
(Azimi et al., 2020)
1) Malnutrisi
2) Sepsis
3) Uremia
4) Kegemukan
5) Hematoma
c. Gagal ginjal ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan pH
d. Perdarahan mukosa gaster
B. Konsep Keperawatan
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang tahapan dalam proses
keperawatan, tahap dimulai dengan: tahap pengkajian, tahap diagnosa
keperawatan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan serta tahap evaluasi.
(Budiono, 2016).
1. Pengkajian Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. (Budiono, 2016).
Pengkajian pada klien post laparatomi antara lain sebagai berikut:
14
a. Identitas Klien Nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, suku / bangsa, tanggal
masuk RS, tanggal pengkajian, tanggal operasi, no medrec, diagnosa
medis dan alamat.
b. Keluhan Utama Pada klien dengan post operasi laparatomi biasanya
terdapat rasa sakit, mual dan muntah (Jitowiyono dan Kristiyanasari,
2015).
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat kesehatan sekarang
ditemukan pada saat pengkajian yang dijabarkan dari keluhan
utama dengan menggunakan teknik PQRST, yaitu:
- P (Provokatif atau Paliatif), hal-hal yang dapat mengurangi
atau memperberat. Biasanya klien mengeluh nyeri pada
daerah luka post operasi. Nyeri bertambah bila klien bergerak
atau batuk dan nyeri berkurang bila klien tidak banyak
bergerak atau beristirahat dan setelah diberi obat.
- Q (Quality dan Quantity), yaitu bagaimana gejala dirasakan
nampak atau terdengar, dan sejauh mana klien merasakan
keluhan utamanya. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
dengan skala ≥ 5 (0-10) dan biasanya membuat klien kesulitan
untuk beraktivitas.
- R (Regional/area radiasi), yaitu dimana terasa gejala, apakah
menyebar? Nyeri dirasakan di area luka post operasi, dapat
menjalar ke seluruh daerah abdomen.
- S (Severity), yaitu identitas dari keluhan utama apakah sampai
mengganggu aktivitas atau tidak. Biasanya aktivitas klien
terganggu karena kelemahan dan keterbatasan gerak akibat
nyeri luka post operasi.
- T (Timing), yaitu kapan mulai munculnya serangan nyeri dan
berapa lama nyeri itu hilang selama periode akut. Nyeri dapat
hilang timbul maupun menetap sepanjang hari.
15
2) Riwayat Penyakit Dahulu Kaji apakah klien pernah menderita
penyakit sebelumnya dan kapan terjadi. Biasanya klien memiliki
riwayat penyakit gastrointestinal
3) Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji apakah ada anggota keluarga
yang memiliki penyakit serupa dengan klien, penyakit turunan
maupun penyakit kronis. Mungkin ada anggota keluarga yang
memiliki riwayat penyakit gastrointestinal.
d. Perubahan Aktivitas Sehari-hari Perbandingan kebiasaan di rumah
dan di rumah sakit, apakah terjadi gangguan atau tidak. Kebiasaan
sehari-hari yang perlu dikaji meliputi: makan, minum, eliminasi buang
air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), istirahat tidur, personal
hygiene, dan ketergantungan. Biasanya klien kesulitan melakukan
aktivitas, seperti makan dan minum mengalami penurunan, istirahat
tidur sering terganggu, BAB dan BAK mengalami penurunan, personal
hygiene kurang terpenuhi.
e. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang anda lakukan dengan
menggunakan metode atau teknik P.E. (Physical Examination) yang
terdiri dari:
1) Inspeksi, yaitu: teknik yang dapat anda lakukan dengan proses
observasi yang dilaksanakan secara sistematik.
2) Palpasi, yaitu: suatu teknik yang dapat anda lakukan dengan
menggunakan indera peraba. Langkah-langkah yang anda perlu
perhatikan adalah:
a) Ciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman, dan santai
b) Tangan anda harus dalam keadaan kering, hangat, kuku
pendek
c) Semua bagian nyeri dilakukan palpasi yang paling akhir
3) Perkusi, adalah: pemeriksaan yang dapat anda lakukan dengan
mengetuk, dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan pada
setiap daerah permukaan tubuh dengan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk: mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk
dan konsistensi jaringan. Contoh suara-suara yang dihasilkan:
Sonor, Redup, Pekak, Hipersonor/timpani.
16
4) Auskultasi, adalah: pemeriksaan yang dapat anda lakukan dengan
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop.
Permeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien post laparatomi,
antara lain, sebagai berikut.
1) Keadaan Umum Kesadaran dapat compos mentis sampai koma
tergantung beratnya kondisi penyakit yang dialami, tanda-tanda
vital biasanya normal kecuali bila ada komplikasi lebih lanjut,
badan tampak lemas.
2) Sistem Pernapasan Terjadi perubahan pola dan frekuensi
pernapasan menjadi lebih cepat akibat nyeri, penurunan ekspansi
paru.
3) Sistem Kardiovaskuler Mungkin ditemukan adanya perdarahan
sampai syok, tanda-tanda kelemahan, kelelahan yang ditandai
dengan pucat, mukosa bibir kering dan pecah-pecah, tekanan
darah dan nadi meningkat.
4) Sistem Pencernaan Mungkin ditemukan adanya mual, muntah,
perut kembung, penurunan bising usus karena puasa, penurunan
berat badan, dan konstipasi.
5) Sistem Perkemihan Jumlah output urin sedikit karena kehilangan
cairan tubuh saat operasi atau karena adanya muntah. Biasanya
terpasang kateter.
6) Sistem Endokrin Dikaji riwayat dan gejala-gejala yang
berhubungan dengan penyakit endokrin, periksa ada tidaknya
pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening. Biasanya tidak ada
keluhan pada sistem endokrin.
7) Sistem Persarafan Dikaji tingkat kesadaran dengan menggunakan
GCS dan dikaji semua fungsi nervus kranialis. Biasanya tidak ada
kelainan pada sistem persarafan.
8) Sistem Integumen Adanya luka operasi pada abdomen. Mungkin
turgor kulit menurun akibat kurangnya volume cairan.
9) Sistem Muskuloskeletal Biasanya ditemukan kelemahan dan
keterbatasan gerak akibat nyeri.
17
10) Sistem Penglihatan Diperiksa kesimetrisan kedua mata, ada
tidaknya sekret/lesi, reflek pupil terhadap cahaya, visus
(ketajaman penglihatan). Biasanya tidak ada tanda-tanda
penurunan pada sistem penglihatan.
11) Sistem Pendengaran Amati keadaan telinga, kesimetrisan, ada
tidaknya sekret/lesi, ada tidaknya nyeri tekan, uji kemampuan
pendengaran dengan tes Rinne, Webber, dan Schwabach.
Biasanya tidak ada keluhan pada sistem pendengaran.
f. Riwayat Psikologi
1) Data Psikologi Biasanya klien mengalami perubahan emosi
sebagai dampak dari tindakan pembedahan seperti cemas.
2) Data sosial Kaji ubungan klien dengan keluarga, klien lain, dan
tenaga kesehatan. Biasanya klien tetap dapat berhubungan baik
dengan lingkungan sekitar.
3) Data spiritual Kaji Pandangan klien terhadap penyakitnya,
dorongan semangat dan keyakinan klien akan kesembuhannya
dan secara umum klien berdoa untuk kesembuhannya. Biasanya
aktivitas ibadah klien terganggu karena keterbatasan aktivitas
akibat kelemahan dan nyeri luka post operasi.
g. Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan laboratorium:
1) Elektrolit: dapat ditemukan adanya penurunan kadar elektrolit
akibat kehilangan cairan berlebihan
2) Hemoglobin: dapat menurun akibat kehilangan darah
3) Leukosit: dapat meningkat jika terjadi infeksi
h. Terapi Biasanya klien post laparotomy mendapatkan terapi analgetik
untuk mengurangi nyeri,antibiotik sebagai anti mikroba, dan
antiemetik untuk mengurangi rasa mual.
18
potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab (Budiono, 2016).
Tujuan diagnosis keperawatan adalah memungkinkan anda sebagai
perawat untuk menganalisis dan mensintesis data yang telah
dikelompokkan, selain itu diagnosis keperawatan digunakan untuk
mengidentifikasi masalah, faktor penyebab masalah, dan kemampuan
klien untuk dapat mencegah atau memecahkan masalah (Budiono, 2016).
19
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada klien dengan Perforasi Gaster Post Operasi Laparatomi menurut SIKI (2018) meliputi :
20
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
harus ditoleransi, jenis nyeri apa yang
Terapeutik harus dilaporkan, kepada siapa harus
1. Berikan terapi nonfarmakologis melaporkan nyeri, dan apa jenis terapi
untuk mengurangi rasa nyeri yang harus dicari.
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, 7. Untuk mengetahui apakah nyeri yang
terapi musik, biofeedback, terapi dirasakan pasien berpengaruh terhadap
pijat, aromaterapi, Teknik yang lainnya
imajinasi terbimbing, kompres 8. Untuk mengetahui perkembangan terapi
hangat/dingin, terapi bermain). yang diberikan.
2. Kontrol lingkungan yang 9. Untuk mencegah terjadinya komplikasi
memperberat rasa nyeri (mis. pada pasien.
suhu ruangan, pencahayaan, Terapeutik
kebisingan). 1. Tindakan non analgesik diberikan
3. Fasilitas istirahat dan tidur. dengan sentuhan lembut dapat
4. Pertimbangkan jenis dan sumber menghilangkan ketidaknyamanan dan
nyeri dalam pemilihan strategi memperbesar efek terapi analgesik.
meredakan nyeri. 2. Sikap klien yang menunjukkan
Edukasi kegelisahan menunjukkan rasa tidak
1. Jelaskan penyebab, periode, dan nyaman apa yang dirasakan saat ini
pemicu nyeri. sehingga perawat harus memberikan
2. Jelaskan strategi meredakan terapi atau tindakan untuk mengurangi
nyeri. nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri secara 3. Fasilitas istirahat dan tidur.
mandiri. 4. Untuk mengetahui jenis dan sumber
4. Anjurkan menggunakan analgetic nyeri yang dirasakan pasien agar dapat
secara tepat. menentukan strategi untuk pengurangan
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis nyeri yang dirasakan.
untuk mengurangi rasa nyeri . Edukasi
Kolaborasi 1. Untuk memberikan pemahaman agar
1. Kolaborasi pemberian analgetic, pasien tidak gelisah saat nyeri timbul
21
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
jika perlu. 2. Untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien. Meningkatkan fungsi
bagian tubuh yang sakit. Meningkatkan
kualitas hidup.
3. Agar pasien dapat melalukan
pencegahan mandiri terhadap nyeri yang
dirasakan.
4. Mencegah terjadinya komplikasi dan
efek samping yang berbahaya bagi
tubuh pasien jika dalam penggunaan
analgetic tidak sesuai dengan anjuran
dokter.
5. Untuk mengurangi nyeri.
Kolaborasi
1. Dalam pemberian nalgetic ini mampu
mengurangi rasa nyeri sehingga pasien
merasa nyaman dan nyeri hilang.
Pemberian analgetic dapat memblok
nyeri pada susunan saraf pusat.
22
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Tgl / Jam : … Tgl / Jam : … Tgl / Jam : … Tgl / Jam : …
Resiko Infeksi dibuktikan Tingakat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539) Observasi
dengan faktor risiko Efek Setelah dilakukan intervensi Observasi 1. Mengetahui tanda dan gejala adanya
prosedur invasif keperawatan selama … x 24 1. Monitor tanda dan gejala infeksi infeksi
(D.0142) jam maka tingkat infeksi lokal dan sistemik Terapeutik
menurun, dengan kriteria Terapeutik 1. Untuk mengurangi penyebaran risiko
hasil : 1. Batasi jumlah pengunjung infeksi
1. Demam menurun 2. Berikan perawatan kulit pada 2. Untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Kemerahan menurun area edema 3. Mengurangi risiko kontaminasi
3. Nyeri menurun 3. Cuci tangan sebelum dan mikroorganime
4. Bengkak menurun sesudah kontak dengan pasien 4. Mengurangi kontaminasi
5. Kadar sel darah putih dan lingkungan pasien mikroorganisme
membaik 4. Pertahankan teknik aseptic Edukasi
pada pasien berisiko tinggi 1. Memberikan infoemasi kepada pasien
Edukasi terkait tanda dan gejala infeksi
1. Jelaskan tanda dan gejala 2. Cuci tangan mengurangi risiko
infeksi kontaminasi mikroorganisme
2. Ajarkan cara mencuci tangan 3. Mencegah penyebaran mikroorganime
dengan benar saat batuk
3. Ajarkan etika batuk 4. Memberitahu pasien dan keluarga agar
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi segera melaporkan jika terdapat tanda-
luka atau luka operasi tanda infeksi
5. Anjurkan meningkatkan asupan 5. Nutrisi seperti protein dapat membantu
nutrisi proses penyembuhan luka dengan
6. Anjurkan meningkatkan asupan cepat
cairan 6. Asupan cairan dapat membantu
Kolaborasi melembabkan kulit sehingga
1. Kolaborasi pemberian mengurangi risiko infeksi
imunisasi, jika perlu Kolaborasi
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi
23
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
3. Tgl / Jam : … Tgl / Jam : … Tgl / Jam : … Tgl / Jam : …
Defisit perawatan diri Perawatan diri (L.11103) 1. Monitor kebersihan tubuh, (mis. 1. Untuk mengetahui kebersihan diri
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi rambut, mulut, kulit, kuku) pasien
kelemahan (D.0109) keperawatan selama … x 24 2. Sediakan peralatan mandi (mis. 2. Memudahkan perawat dalam
jam maka perawatan diri sabun, sikat gigi, sampo, memandikan pasien
meningkat, dengan kriteria pelembap kulit) 3. Untuk menjaga kebersihan gigi pasien
hasil : 3. Fasilitasi menggosok gigi, jika 4. Untuk menjaga kebersihan badan
1. Kemampuan mandi perlu pasien
meningkat 4. Fasilitasi mandi, jika perlu 5. Supaya badan pasien tetap bersih dan
2. Kemampuan 5. Pertahankan kebiasaan terjaga dari kuman penyakit
mengenakan pakaian kebersihan diri 6. Agar keluarga pasien dapat memahami
meningkat 6. Ajarkan kepada keluarga cara cara memandikan pasien secara benar
3. Kemampuan makan memandikan pasien, jika perlu dan tepat
meningkat 7. Jelaskan kepada keluarga mandi 7. Agar pasien dapat memahami bahwa
4. Kemampuan ke toilet dan dampak tidak mandi memandikan pasien secara teratur
(BAB/BAK) meningkat terhadap kesehatan dapat membuat pasien nyaman dan
5. Verbalisasi keinginan terhindar dari penyakit
melakukan perawatan
diri meningkat
6. Minat melakukan
perawatan diri
meningkat
me
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
A. Pasien :
1. Nama : Tn.S
2. Tempat/tgl lahir (umur) : Sleman, 13 April 1955 (67 tahun)
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : Kawin
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Pensiunan Pemkot
7. Lama bekerja : 67 tahun
8. Suku / bangsa : Jawa, Indonesia
9. Tgl. Masuk RS : 18 Januari 2023
10. No. RM : 0210xxxx
11. Ruang : Ruang Hibiscus No. 12
12. Diagnosa Kerja/medis : Kolik Abdomen, Peritonitis Suspect
Perforasi Gaster
13. Alamat : Ngaglik, Sleman
B. Keluarga / Penanggungjawab
1. Nama : Ny. T
2. Hubungan : istri
3. Umur : 60 tahun
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Alamat : Ngaglik, Sleman
C. Kesehatan Pasien
1. Keluhan utama saat dikaji : pasien mengatakan nyeri
25
O (Onzet) : Nyeri sejak post operasi laparatomi dan
pemasangan drain
drain
untuk
nyeri timbul
dideritanya.
hilang
26
Pantopraazole 3x40mg tablet secara oral sebelum makan, tetapi
pasien merasa sakitnya bertambah parah dan memeriksakan diri ke
RS Panti Nugroho pada tanggal 18 Januari 2023 pukul 09.00 WIB.
Saat di RS Panti Nugroho pasien sudah diberikan tindakan
pemasangan IV line, pemasangan NGT ukuran 16 dengan residu
keluar berwarna coklat, pasang DC ukuran 16, pemberian injeksi:
Metoclorpramide 1 ampul, Pethidine 50mg, drib Levoflaxcin 500mg,
Pantoprazole 40mg, Kalnex 500mg. pasien sudah dilakukan
pemeriksaan CD bedah, Rontgen thorax, rontgen abdomen 3 posisi
pada tanggal 18 Januari 2023 dengan hasil preperitoneal fatline
tegas, renal retnal outline dan psoas line samar, distribusi udara usus
normal dengan fecal prominent, tak tampak distensi sistema usus
dan masih tampak udara di cavum pelvis, tampak udara bebas di
intraabdominal extraluminer, kemudian sudah dilakukan pemeriksaan
darah pada tanggal 18 Januari 2023 dengan hasil Natrium rendah
134,1, kreatinin tinggi 1,48, ureum tinggi 67,2, lalu pemeriksaan
antigen dan EKG. Pasien di rujuk dari RS Panti Nugroho ke IGD RS
Bethesda pada tanggal 18 Januari 2023 pukul 16.40 WIB dengan
keluhan nyeri bagian perut, kesadaran composmentis, TD:143/81
mmHg, N:111x/menit, RR:22x/menit, SpO2: 98%, suhu: 37,2°C.
Kemudian pasien masuk IMC pada tanggal 18 Januari 2023 pukul
17.00 WIB dengan kesadaran composmentis, TD:90/60 mmHg,
N:97x/menit, skala nyeri 6. Selama di IMC diberikan terapi
Pantoprazole 40mg, Cefoperadone Sulbactam 1gr, Norages 2ml,
Ondansentron 4mg, Metronidazole 500ml dan infus RL, diberikan
transfuse darah sebanyak 4kolf. Tanggal 19 Januari 2023 hasil
hemoglobin 10,2 sehingga dilakukan operasi laparatomi dari pukul
10.00 WIB sampai dengan pukul 12.30 pasien kembali ke IMC. Pada
tanggal 22 Januari 2023 pasien dipindahkan ke ruang Hibiscus pukul
19.00 WIB dengan post op laparatomy hari ke 2, kesadaran
composmentis, TD:160/73 mmHg, N:73x/menit, RR:21x/menit.
Selama di Hibiscus pasien diberikan terapi Pantoprazole 40mg,
Cefoperadone Sulbactam 1gr, Norages 2ml, Ondansentron 4mg,
Metronidazole 500ml dan infus RL.
27
Saat pengkajian tanggal 23 Januari 2023 pasien mengeluh nyeri
pada perut di bawah ulu hati bekas operasi laparatomi sejak 4hari
yang lalu, nyeri di rasa seperti disayat-sayat dengan skala 5, hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu TD : 181/106 mmHg, N : 89
x/mnt, respirasi : 22 x/menit, suhu : 36,5 0C, pemeriksaan head to toe
terdapat luka bekas operasi di perut bawah ulu hati tertutup kasa dan
hepafix, BAB hitam dengan konsistensi jemek, keadaan umum
pasien baik, dengan kesadaran compos mentis, GCS : E: 4, V: 5, M:
6.
5. Riwayat penyakit yang lalu :
a. Nama penyakit / waktu : asam lambung sejak 2022 awal puasa
b. Upaya pengobatan : priksa ke dokter pribadi jika sakit
c. Hasil : pasien hanya periksa ke dokter pribadi jika sakit
6. Alergi : Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi baik makanan
atau obat
D. Kesehatan Keluarga/Penganggungjawab
Genogram
Keterangan :
: laki-laki : anggota serumah
: perempuan : pasien
28
: perempuan meninggal
: laki-laki meninggal
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, istri pasien
merupakan merupakan anak tunggal. Pasien mempunyai 1 orang
anak laki-laki dan 1 anak perempuan
Perhitungan
BMR BB (kg) / TB (cm) -100 x 100
29
%
= 80 / 175-100 x 100 %
= 80 / 75 x 100 %
= 106,6
= 107 % (normal)
Kalori 80 x 30 kalori
= 80 x 30
= 2400 kalori
Protein 10-15% total energi
= 10 % x 2400
= 240% gram
= 15 % x 2400
= 360% gram
Lemak 10 – 25% total energi
= 10 % x 2400
= 240 gram
= 25 % x 2400
= 600 gram
Karbohidrat 60 – 75% total energi
= 60 % x 2400
= 1440 gram
= 75 % x 2400
= 1800 gram
B. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit :
a. Buang air besar (BAB)
1) Frekuensi : Sehari sekali kadang 2 hari sekali
2) Waktu : Paling sering pagi hari
3) Warna : Kuning kadang kecoklatan
4) Konsistensi : Lembek kadang padat
5) Posisi waktu BAB : Jongkok
6) Pemakaian obat : Tidak ada
7) Keluhan : Tidak ada
8) Upaya yang dilakukan : Tidak ada
b. Buang air kecil (BAK)
1) Frekuensi : 4-5 x sehari
2) Jumlah : 250-500 cc / 24 jam
3) Warna : Bening kekuningan
4) Bau : Amoniak khas urine
5) Keluhan : Tidak ada
30
6) Upaya yang dilakukan : Tidak ada
2. Selama sakit
a. Buang air besar (BAB)
1) Frekuensi : 1x/24 jam
2) Waktu : Tidak menentu, kadang pagi, siang, sore atau malam.
3) Warna : Kehitaman
4) Konsistensi : lembek
5) Keluhan : masih jarang BAB
b. Buang air kecil (BAK)
1) Frekuensi : Pasien BAK spontan 5-6x kali sehari melalui
selang kateter urin
2) Jumlah : 250-500 cc / 24 jam
3) Warna : Bening kekuningan
4) Bau : Khas urine
5) Keluhan : Tidak ada
6) Pasien terpasang DC ukuran 16 sejak tanggal 18 Januari
2023
C. Pola Aktivitas-Tidur
1. Sebelum sakit
a. Keadaan aktivitas sehari-hari
1) Kebiasaan olahraga : Pasien jarang berolahraga
2) Lingkungan rumah : Cukup luas
3) Alat bantu untuk memenuhi aktivitas setiap hari : Tidak ada
4) Pasien biasa beraktivitas di rumahnya. Kegiatan sehari-hari
dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan alat, orang lain, atau
bahkan sangat tergantung.
AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi
Pindah
31
Ambulasi
Naik tangga
Memasak
Belanja
Merapikan rumah
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung total
b. Kebutuhan tidur
1) Jumlah tidur dalam sehari :
a. Pasien tidur malam ±6-7 jam per hari
b. Pasien tidak terbiasa tidur siang
2) Pasien lebih mengutamakan tidur malam daripada tidur siang
3) Kebiasaan pengantar tidur : Tidak ada
4) Klien selalu tidur bersama istrinya
5) Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : Bantal,
guling, selimut, dan kasur springbed
6) Keluhan dalam hal tidur : Tidak ada
c. Kebutuhan istirahat
1) Kapan : Pasien istirahat jika sudah merasa ngantuk dan lelah
2) Berapa lama : Tidak tentu
3) Kegiatan untuk mengisi waktu luang : Menonton tv, bermain
dengan cucu
4) Pasien dapat beristirahat dan mengisi waktu luang dalam
suasana yang tenang dan saat pasien merasa santai.
2. Selama sakit
a. Keadaan aktivitas
Aktivitas pasien hanya dilakukan di tempat tidur saja.
32
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
Diri
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi di TT √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung total
b. Kebutuhan tidur
1) Jumlah tidur dalam sehari :
a) Pasien tidur malam ±5-7 jam per hari
b) Tidur siang ±1-2 jam per hari
2) Penghantar untuk tidur : Tidak ada
3) Keluhan tidur : Tidak ada
c. Kebutuhan istirahat
Pasien mengatakan selama di rumah sakit tidak merasa
terganggu dengan lingkungan.
D. Pola Kebersihan Diri
1. Kebersihan Kulit
a. Sebelum sakit mandi masih bisa dilakukan secara sendiri
b. Saat sakit pasien hanya diseka sehari dua kali oleh perawat dan
dibantu istri
c. Keluhan : Tidak ada
2. Kebersihan Rambut
a. Sebelum sakit pasien rajin keramas 2hari sekali
b. Selama di rumah sakit belum keramas.
c. Keluhan : Tidak ada
33
3. Kebersihan Telinga
a. Membersihkan telinga seminggu 2 kali dibantu istri.
b. Keluhan : Tidak ada, selama di rumah sakit pasien belum
membersihkan telinga
4. Kebersihan Mata
a. Kebersihan mata pasien bagus
b. Keluhan : Tidak ada
5. Kebersihan Mulut
a. Menggosok gigi 1 kali / hari, setiap pagi
b. Pasien menggosok gigi menggunakan pasta gigi
c. Keluhan : Tidak ada
6. Kebersihan Kuku
a. Kuku Tn. S panjang dan jarang dipotong.
b. Keluhan : Tidak ada
34
G. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori
1. Keadaan mental : Tingkat kesadaran pasien compos mentis
2. Tingkat ansietas : Pasien gelisah.
3. Tingkat pendidikan : SMA
4. Pasien dalam mengambil keputusan selalu dibantu istri.
5. Kemampuan berbicara klien baik
a. Isinya : Jelas
b. Bahasa yang dikuasai : Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
c. Kemampuan membaca : Baik dan lancar
d. Kemampuan berkomunikasi : Baik, tidak berputar-putar,
komunikasi dengan perawat juga baik, pasien bersikap
kooperatif.
e. Kemampuan memahami informasi : Baik
f. Ketrampilan berinteraksi : Memadai
6. Pendengaran
Pasien tidak menggunakan alat bantu dengar
7. Penglihatan
Pasien tidak menggunakan kacamata.
8. Penciuman
Pasien tidak memiliki masalah dengan penciuman
9. Perabaan
Pasien tidak memiliki masalah perabaan
10. Pengecapan
Pasien tidak memiliki masalah pengecapan
11. Persepsi ketidaknyamanan : Tidak ada
12. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan : Tidak ada
H. Pola Konsep Diri
1. Pola Konsep diri
a. Gambaran diri : Pasien mengatakan bersyukur dengan
keadaannya saat ini.
b. Ideal diri : Pasien mengatakan ingin segera sembuh, karena
pasien merasa tidak mau menyusahkan istri dan anak-anaknya.
c. Harga diri : Pasien merasa tidak berdaya, tidak bisa melakukan
apapun karena sakit.
35
d. Peran diri : Pasien mengharapkan dapat kembali dapat
melakukan kembali aktivitasnya.
e. Identitas diri : Pasien mengatakan ia percaya bahwa penyakit
yang diderita saat ini adalah cobaan dari Tuhan.
2. Identitas Personal : Pasien mengatakan bisa mengurus pekerjaan
rumah bila tidak dibantu istrinya.
3. Keadaan Fisik : Pasien sebenarnya tidak menyukai jika ada penyakit
di dalam dirinya, tetapi ia masih merasa bersyukur.
4. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat dengan masalah
psikologis.
I. Pola Koping
1. Pengambilan keputusan : Pasien mengatakan dalam pengambilan
keputusan dibantu dibantu istri.
2. Hal – hal yang dilakukan jika mempunyai masalah : Berdoa.
J. Pola Peran-Berhubungan
1. Gambaran tentang peran : Pasien mengatakan dirinya memiliki peran
sebagai seorang kepala keluarga bagi istrinya
2. Pasien merasa puas dalam menjalankan perannya sebagai kepala
keluarga dalam keluarga
3. Pasien mengatakan keluarga sangat penting
4. Pasien mengatakan sumber dukungan dari keluarga
5. Pasien mengatakan pengambilan keputusan keluarga diambil
dengan berdiskusi bersama istri
6. Pasien mengatakan hubungan pasien dengan lingkungan sekitar
rumah dirasa cukup baik
7. Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik baik saja,
begitu juga hubungan dengan sanak saudara pasien tidak ada
masalah
8. Hubungan dengan orang lain :
a. Pasien sudah tidak mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat
semenjak sakit, namun hubungan komunikasi dengan tetangga
sekitar masih berjalan dengan baik.
36
b. System pendukung :
1) Keluarga, tetangga, teman, istri dalam rumah yang sama.
9. Selama sakit
Hubungan pasien dengan anggota keluarga, masyarakat, pasien lain
dan anggota kesehatan lain baik-baik saja dan tidak ada masalah.
K. Pola Nilai dan Keyakinan
1. Sebelum sakit
a. Agama : Pasien mengatakan beragama Islam
b. Larangan agama : Pasien mengatakan tidak ada larangan agama
c. Kegiatan keagamaan yang dilakukan pasien sebelum sakit
adalah pergi ke masjid dan mengikuti pengajian di masjid.
2. Selama sakit : Kegiatan keagamaan yang dilakukan di rumah sakit
yaitu berdoa tetap menjalankan sholat 5 waktu.
Pendampingan selama sakit : keluarga terkadang mengunjunginya di
ruangan dan berdoa bersama.
37
2. Kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 GCS : 15
D. Keadaan umum : pasien lemas pasca operasi dan pasien mengeluh
nyeri bagian abdomen
E. Urutan pemeriksaan fisik :
1. Integument secara umum : Warna kulit berwarna kuning langsat,
turgor kulit tidak elastis, tidak ada lesi.
2. Kepala : rambut kering, tidak ada luka dan ketomba, pasien nampak
pucat.
3. Mata : Palpebra superior dan inferior normal tidak ada
pembengkakan maupun nyeri, Silia superior dan inferior normal tidak
ada trichiasis, ektropion dan entropion, Konjungtiva pasien normal
tidak anemis dan tidak ada hemorrhargie, Kornea jernih tidak ada
ulkus, edema maupun laserasi, Lensa jernih
4. Telinga : Telinga pasien dapat mendengar dengan baik, tidak
menggunakan alat bantu dengar, tidak ada cairan yang keluar dari
telinga pasien. Test rinne: tidak terkaji, test weber: tidak terkaji, test
swabach: tidak terkaji.
5. Hidung : terpasang selang NGT di hidung sebelah kanan pasien,
dengan residu berwarna hitam ±5cc.
6. Mulut, gigi dan tenggorokan : Pasien mampu berbicara dengan jelas,
keadaan bibir kering, warna lidah pucat, uvula di tengah, tonsil T1,
keadaan palatum bersih dan pasien tidak menggunakan gigi palsu.
7. Leher : Pengukuran refleks menelan positif, tidak terjadi pembesaran
tiroid dan kelenjar getah bening,
8. Tengkuk : -
9. Dada :
a. Inspeksi : Warna kulit langsat, tidak ada kelainan bentuk dada,
tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada benjolan pada dada
kanan dan kiri, pada saat bernafas pengembangan dada kanan dan
kiri sama, pernafasan reguler.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, vocal fremitus
kanan kiri ada dan sama kuat
38
c. Perkusi : Batas jantung atas ICS 2, batas jantung bawah ICS 4,
batas kanan LSD, batas kiri jantung LMCS
d. Auskultasi : terdengar vasikuler pada lapang dada, tidak
terdengar suara murmur jantung.
10. Payudara : Tidak ada lesi, tidak ada benjolan, payudara kanan dan
kiri simetris
11. Punggung : Tidak ada kelainan bentuk punggung
12. Abdomen :
Inspeksi: kulit sawo mateng, sedikit kembung, ada luka post operasi
Laparatomi ±15cm di ragion 2,5,8, terdapat luka 21 jahitan tidak ada
nanah, adanya kemerahan pada area jahitan, terpasang drain
Auskultasi: bising usus lemah
Palpasi: ada nyeri tekan
Perkusi: tympani
13. Anus dan rectum : tidak terkaji
14. Genetalia : tidak terkaji
15. Ekstremitas
a. Atas : Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan bentuk jari,
kekuatan otot ekstremitas kanan dan kiri atas menurun dengan
nilai 4, tidak ada oedema.
b. Bawah : Anggota gerak lengkap, edema pada ektremitas bawah
kanan dan kiri, kekuatan otot ekstremitas kanan dan kiri bawah
menurun dengan nilai 4, tidak ada kelainan bentuk kaki, tidak ada
varices.
Kekuatan otot
4 4
4 4
39
2) Reflek patologis : kaku kuduk (-), brudzinki (-). babinski (-)
V. DIAGNOSTIK TEST
A. Laboratorium :
19 Januari 2023
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
40
19 Januari 2023
41
No. Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Implikasi
Keperawatan
Kekurangan vitamin
B12.
Dan lainnya.
3. Metronidazole Antibiotic Hipersensitivitas Gangguan Monitor
untuk mengobati infeksi terhadap neurologis berat, tanda-tanda
bakteri di berbagai metronidazol dan ensefalopati, infeksi
organ tubuh, termasuk nitroimidazol kejang kejang,
di saluran pencernaan, lainnya. meningitis aseptik,
paru-paru, darah, Penggunaan neuropati perifer
saluran kemih, hingga bersamaan dan optik,
kelamin. Obat ini juga dengan disulfiram parestesia;
bisa digunakan untuk dalam 14 hari superinfeksi
menangani infeksi terakhir. (misalnya
parasit tertentu, seperti Pemberian superinfeksi jamur
trikomoniasis atau bersama dengan atau bakteri, diare
amebiasis alkohol atau terkait C. difficile).
produk yang Gangguan sistem
mengandung darah dan limfatik:
propilen glikol Leucopenia,
selama atau 3 neutropenia.
hari setelah Gangguan jantung:
penghentian Nyeri dada,
terapi. Kehamilan takikardia.
selama trimester Gangguan telinga
pertama dalam dan labirin:
pengobatan Tinnitus.
trikomoniasis.. Gangguan mata:
Sensitivitas
cahaya, nistagmus.
Gangguan
gastrointestinal:
Mual, mulut kering,
muntah, sembelit,
sakit perut, diare,
rasa logam tajam
yang tidak
menyenangkan.
4. Novalgin Obat antiinflamasi Wanita hamil dan Kemerahan pada Kaji nyeri
nonsteroid yang menyususi, kulit,
digunakan untuk Gangguan hati dan gatal,
mengurangi rasa sakit ginjal berat, sensasi panas di
seperti sakit kepala, Riwayat alergi kulit, t
sakit gigi, arthralgia terhadap obat ini, ekanan darah
dengan intensitas ringan Anak-anak, rendah,
hingga sedang dan Ketidakstabilan mual,
menurunkan panas. sirkulasi darah muntah.
Obat ini bekerja dengan
seperti pada infark
cara menghambat
miokard, cedera
prostaglandin dalam
42
No. Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Implikasi
Keperawatan
menyebabkan reaksi ganda, syok,
peradangan berupa rasa gangguan
nyeri, pembengkakan, koagulasi darah.,
dan demam sehingga Asama bronkial,
suhu tubuh menurun infeksi saluran
dan rasa nyeri nafas kronik,
berkurang. Pemakaian dalam
jangka lama dan
terus menerus.
5. Oralit Larutan dehidrasi oral - Riwayat alergi Pusing Monitor
untuk mencegah kondisi terhadap Perut kembung status cairan
dehidrasi akibat diare kandungan Sakit perut pasien
bajkan muntah, oralit Tingginya kadar
misalnya pada kondisi sebelumnya natrium dalam
gastroenteritis atau - Konsultasikan darah ditandai
keracunan makanan dengan gejala
dengan dokter
sebelum berupa denyut
mengkonsumsi jantung cepat,
oralit jika tekanan darah
memiliki tinggi, sakit kepala,
masalah Lelah yang berat,
kesehatan: lemas
tidak
menerima
makanan atau
minuman
apapun,
kesulitan/tidak
bisa buang air
kecil,
penyumbatan
usus
6. Cabivent Kabiven peripheral - Hipersensitif Mual dan muntah Monitor
adalah cairan infus terhadap telur Diare status nutrisi
dengan kandungan atau protein Sembelit dan cairan
gula, asam amino, dan - Riwayat Jerawat pasien
elektrolit. Penggunaan hiperlipidemia Sakit kepala
obat ini harus melalui - Penurunan Depresi
resep dokter. fungsi hati dan Kehilangan selera
ginjal makan
- Gangguan Perubahan
penggumpalan suasana hati
darah
- Riwayat
hiperglikemia
- Anak-anak
usia dibawah 2
tahun
43
44
ANALISIS DATA
Do :
a. Pasien terlihat meringis ke sakitan
b. TD: 181/106 mmHg di lengan kanan
atas
N: 89x/menit di pergelangan tangan
RR: 22x/menit
c. Pasien gelisah
2. Ds : Pasien mengatakan kesulitan Defisit Perawatan Kelemahan
untuk melakukan aktivitas sehingga Diri : Mandi
semua aktivitas dibantu istri dan
terkadang perawat.
Do :
a. Aktivitas pasien hanya dilakukan di
tempat tidur saja.
b. Kekuatan otot ektremitas atas dan
bawah = 4 : 4 : 4 : 4
4 4
4 4
c. Pasien dibantu perawat saat mandi.
3. Ds : Pasien mengatakan kesulitan Defisit Perawatan Kelemahan
untuk melakukan aktivitas sehingga Diri : Toileting
semua aktivitas dibantu istri dan
terkadang perawat
Do :
a. Aktivitas pasien hanya dilakukan di
45
No. Pengelompokan Data (S-S) Masalah (P) Etiologi
tempat tidur saja.
b. Pasien terpasang pempers
c. Pasien terpasang kateter ukuran 16
d. Kekuatan otot ektremitas atas dan
bawah = 4 : 4 : 4 : 4
4 4
4 4
4. Ds : Pasien mengatakan kesulitan Defisit Perawatan Kelemahan
untuk melakukan aktivitas sehingga Diri : Makan
semua aktivitas dibantu istri dan
terkadang perawat
Do :
a. Aktivitas pasien hanya dilakukan di
tempat tidur saja.
b. Kekuatan otot ektremitas atas dan
bawah = 4 : 4 : 4 : 4
4 4
4 4
c. Pasien dibantu istri saat minum
susu dan pemberian obat oralit
5. Ds : - Risiko infeksi Factor risko:
Do : prosedur
a. Terdapat luka balutan operasi invasive
tertutup kasa bersih, tidak berbau,
tidak ada kemerhan di area sekitar
luka
b. Terpasang infus RL 20tpm di tangan
kanan
6. Ds:- Risiko perdarahan Tindakan
Do: pembedahan
- Hasil laboraturium pada tanggal
20 Januari 2023 Hematokrit:
32,9 dan Hemoglobin: 10,2
- Terapasang drain di abdomen
kuadran kiri atas
- Pasien post operasi laparatomi
hari ke 4
- BAB berwarna hitam dengan
konsistensi lembek
7. Ds: pasien mengatakan BB sebelum Defisit Nutrisi Peningkatan
sakit 82kg selama sakit 80kg kebutuhan
Do: metabolisme
- Hemoglobin: 10,2 pada tanggal
19 Januari 2023
- Mukosa bibir kering
- Pasien makan melalui selang
NGT (6x200cc/hari)
46
No. Pengelompokan Data (S-S) Masalah (P) Etiologi
8. Ds:- Resiko Aspirasi Factor risiko:
Do: peningkatan
- Terpasang NGT ukuran 16 residu lambung
untuk dialirkan cairan residu
berwarna hitam 5cc
Do :
a. Pasien terlihat meringis ke sakitan
b. TD: 181/106 mmHg di lengan kanan atas
N: 89x/menit di pergelangan tangan
RR: 22x/menit
c. Pasien gelisah
Dwestri
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism
dibuktikan dengan
Ds: pasien mengatakan BB sebelum sakit 82kg selama sakit 80kg
Do:
a. Hemoglobin: 10,2 pada tanggal 19 Januari 2023
b. Mukosa bibir kering
c. Pasien makan melalui selang NGT (6x200cc/hari)
Dwestri
3. Risiko perdarahan dibuktikan dengan factor risiko Tindakan pembedahan:
47
Ds:-
Do:
- Hasil laboraturium pada tanggal 20 Januari 2023 Hematokrit: 32,9 dan
Hemoglobin: 10,2
- Terapasang drain di abdomen ragion 3
- Pasien post operasi laparatomi hari ke 4
- BAB berwarna hitam dengan konsistensi lembek
Dwestri
4. Resiko Aspirasi dibuktikan dengan factor risiko peningkatan residu lambung:
Ds:-
Do:
Terpasang NGT ukuran 16 untuk dialirkan cairan residu berwarna hitam 5cc
Dwestri
5. Risiko infeksi dibuktikan dengan Factor risko: prosedur invasive:
Ds : -
Do :
a. Terdapat luka balutan operasi tertutup kasa bersih, tidak berbau, ada
kemerhan di area sekitar luka, Panjang luka, kondisi luka
b. Terpasang infus RL 20tpm di tangan kanan
Dwestri
6. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan kelemahan dibuktikan dengan :
Ds : Pasien mengatakan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehingga semua
aktivitas dibantu istri dan terkadang perawat.
Do :
a. Aktivitas pasien hanya dilakukan di tempat tidur saja.
b. Kekuatan otot ektremitas atas dan bawah = 4 : 4 : 4 : 4
4 4
4 4
c. Pasien dibantu perawat saat mandi.
Dwestri
7. Defisit perawatan diri : toileting berhubungan dengan kelemahan dibuktikan
dengan :
Ds : Pasien mengatakan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehingga semua
aktivitas dibantu istri dan terkadang perawat
Do :
a. Aktivitas pasien hanya dilakukan di tempat tidur saja.
b. Pasien terpasang pempers
c. Pasien terpasang kateter ukuran 16
d. Kekuatan otot ektremitas atas dan bawah = 4 : 4 : 4 : 4
4 4
48
4 4
e. Pasien dibantu perawat saat toileting.
Dwestri
8. Defisit perawatan diri : makan berhubungan dengan kelemahan dibuktikan
dengan :
Ds : Pasien mengatakan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehingga semua
aktivitas dibantu istri dan terkadang perawat
Do :
a. Aktivitas pasien hanya dilakukan di tempat tidur saja.
b. Kekuatan otot ektremitas atas dan bawah = 4 : 4 : 4 : 4
4 4
4 4
c. Pasien dibantu istri saat minum susu dan pemberian obat oralit.
Dwestri
49
Rencana Keperawatan
48
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
penyakit yang dideritanya. 7. Kolaborasi pemberian mengurangi nyeri
V: Pasien mengatakan nyeri analgetic (Novalgin 2x 500mg, 7. Novalgin
ingin IV) merupakan obat
segera hilang analgetic untuk
Do : mengurangi nyeri
d. Pasien terlihat meringis ke Dwestri
sakitan
e. TD: 181/106 mmHg di lengan Dwestri
kanan atas
N: 89x/menit di pergelangan
tangan
RR: 22x/menit
f. Pasien gelisah
Dwestri
2. Tgl : 23 Januari 2023 / 14.40 WIB Tgl : 23 Januari 2023 / Tgl : 23 Januari 2023 / 14.50 WIB Tgl : 23 Januari 2023 /
14.450 WIB 14.55 WIB
Deficit nutrisi berhubungan dengan Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
peningkatan kebutuhan metabolism Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor asupan makanan 1. Untuk mengetahui
dibuktikan dengan keperawatan 3x24 jam dan memantau
Ds: pasien mengatakan BB maka status nutrisi asupan makanan
sebelum sakit 82kg selama sakit membaik dengan kriteria yang telah
80kg hasil : dikonsumsi oleh
1. Nafsu makan membaik. klien, agar perawat
Do: 2. Membrane mukosa mengetahui apabila
a. Hemoglobin: 10,2 pada membaik. asupan makanan
tanggal 19 Januari 2023 pasien tidak
b. Mukosa bibir kering tercukupi
49
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
c. Pasien makan melalui Dwestri 2. Berikan makanan tinggi kalori 2. Untuk menambah
selang NGT (6x200cc/hari) dan tinggi protein energi
3. Anjurkan diet yang 3. Untuk memenuhi
diprogramkan (diet susu) kebutuhan nutrisi
Dwestri pasien
4. Kolaborasi pemberian oralit 3x 4. Untuk mengetahui
perubahan dan
melakukan tindakan
Dwestri selanjutnya
5. Oralit dapat
membantu
menggantikan cairan
dan elektrolit tubuh
yang hilang sehingga
mencegah dehidrasi
Dwestri
3. Tgl : 23 Januari 2023 / 17.00 WIB Tgl : 23 Januari 2023 / Tgl : 23 Januari 2023 / 17.20 WIB Tgl : 23 Januari 2023 /
17.15 WIB 17.30 WIB
50
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
- Terapasang drain di gangguan
abdomen ragion 3 kesehatan
- Pasien post operasi Dwestri 3. Pertahankan bed rest selama 3. Istirahat akan
laparatomi hari ke 4 perdarahan membantu
- BAB berwarna hitam dengan mengurangi
konsistensi lembek 4. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
perdarahan (BAB hitam, badan 4. Agar pasien dan
lemas, sesak nafas, nyeri juga keluarga bisa
Dwestri dibagian tertentu) segera melapor dan
juga tidak panik jika
terjadi perdarahan
Dwestri salah satunya BAB
berwarna hitam
Dwestri
51
CATATAN PERKEMBANGAN
53
Dx 3 23-01-2023 I:
14.40 WIB - Memantau tanda dan gejala
perdarahan
Pasien BAB berwana hitam Dwestri
dan jemek, pasien
mengatakan nyeri di bagian
14.45 WIB perut dan badannya masih
lemas
14.50 WIB - Mempertahankan bedrest Dwestri
selama perdarahan
- Mengedukasi pasien tanda
dan gejala perdarahan seperti
BAB berwarna hitam,badan Dwestri
lemas, sesak nafas, nyeri
dibagian tertentu
Keluarga mengatakan paham
tanda dan gejala perdarahan
berupa adanya BAB berwarna
hitam dan nyeri dibagian perut
21.10 WIB E:-
S:
- Pasien mengatakan badannya Dwestri
masih lemas dan tidak sesak
O:
- BAB pasien berwarna hitam,
sedikit berbau, jemek
- Pasien pucat
- pasien melakukan aktivitas di
tempat tidur
A : Masalah Risiko perdarahan belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala
perdarahan
2. Pertahankan bedrest selama
perdarahan
54
2. Dx 1 24-01-2023 S:
14.40 WIB - Pasien mengatakan nyeri
berkurang, skala 4, nyeri
hilang timbul, nyeri dirasakan Dwestri
di area perut bekas operasi
O:
- TD: 170/105 mmHg
- Pasien dalam keadaan tegang
dan gelisah
E:-
S : Pasien mengatakan nyeri masih
teratasa tetapi sudah berkurang dan Dwestri
hilang timbul di area perut dengan
skala 3
O:
- Pasien dalam keadaan rileks
- Pasien sudah tidak gelisah
- TD: 165/96 mmHg, RR:
20x/menit, N:90x/menit
A : masalah nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Periksa tanda-tanda vital
2. Identifikasi nyeri
3. Pemberian analgetic: novalgin
500mg melalui IV
24-01-2023 S:
55
Dx 2 16.20 WIB - Pasien mengatakan sehari
sudah BAB 3x setelah minum
oralit Dwestri
O:
- Mukosa bibir pecah-pecah
- Pasien menghabiskan susu
200cc
E:-
S : Pasien mengatakan terakhir BAB
20.45 WIB tadi sore, sudah 3x ini, feces sedikit-
sedikit keluarnya Dwestri
O:
- Mukosa bibir pasien lembab
- Pasien menghabiskan susu
150cc
A : Masalah deficit nutrisi belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor asupan makanan
2. Berikan diet susu
3. Pertahankan Cabivent infus
1x1440 mL
24-01-2023 S:
Dx 3 16.30 WIB - Pasien mengatakan badannya
lemas
- Pasien mengatakan sehari Dwestri
sudah BAB 3x setelah minum
oralit, BAB berwarna hitam
O:
56
- BAB pasien berwarna hitam,
tidak berbau, jemek
- Pasien tidak pucat
- Drain terisi
57
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Periksa tanda-tanda vital
2. Identifikasi nyeri
3. Pemberian analgetic: novalgin
500mg melalui IV
I :
22.10 WIB - Memeriksa tanda tanda vital
1. TD: 161/85 mmHg Dwestri
2. N: 82 x/menit
3. RR: 20x/menit
- Mengidentifikasi nyeri
Pasien mengatakan nyeri Dwestri
masih terasa di perut skala 3
E:-
05.10 WIB S:
- Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul, sudah tidak Dwestri
seperti kemarin, skala 3
O:
- Pasien tidak meringis
kesakitan
- Pasien rileks
- TD: 165/80mmHg, N:
82x/menit, RR:20x/menit
A: Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi:
1. Periksa tanda-tanda vital
2. Identifikasi nyeri
3. Edukasi relaksasi nafas dalam
Dx 2 25-01-2023 S:
22.10 WIB - Pasien mengatakan setelah
tidak minum oralit BAB seperti
biasa tidak sering lagi Dwestri
O:
- Mukosa bibir lembab
- Pasien menghabiskan susu
250cc
58
2. Berikan diet susu
I :
22.15 WIB - Monitor asupan makanan
Pasien mengatakan tidak ada Dwestri
keluhan setiap diberikan susu
- Memberikan susu
Pasien mengatakan setiap
diberikan oralit BAB menjadi Dwestri
lebih sering
E:-
05.30 WIB S : Pasien mengatakan BAB 1x
O:
- Mukosa bibir pasien lembab Dwestri
- Pasien menghabiskan susu
250cc
A : Masalah deficit nutrisi belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor asupan makanan
2. Berikan diet susu
Dx 3 25-01-2023 S:
22.10 WIB - Pasien mengatakan kadang-
kadang masih lemas
O: Dwestri
- Pasien tidak pucat
- Residu pada selang NGT
berwarna hitam dengan
ukuran 5cc
A : Masalah Risiko perdarahan
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala
perdarahan
I :
1. Memonitor tanda dan gejala
22.10 WIB perdarahan Dwestri
Pasien mengatakan lemas
berkurang
22.20 WIB 2. Mengambil darah untuk
memeriksa hemoglobin dan Dwestri
hematokrit
E:-
59
05.20 WIB S : Pasien mengatakan sudah ingin
segera pulang, istri pasien
mengatakan BAB hanya 1x Dwestri
O:
- Pasien dalam keadaan rileks
- BAB pasien berwarna hitam,
tidak berbau, jemek
- Pasien tidak pucat
- Hemaglobin: 14g/dL
A : Masalah Risiko perdarahan
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala
perdarahan
60
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Azimi, F., Dinn, W.
M., & Naumann, R. A.
(2020). Intestinal
perforation.
Radiology, 121(3 I), 701–
702.
https://doi.org/10.1148/121.
3.701X
DAFTAR PUSTAKA
Azimi, F., Dinn, W.
M., & Naumann, R. A.
61
(2020). Intestinal
perforation.
Radiology, 121(3 I), 701–
702.
https://doi.org/10.1148/121.
3.701X
Azimi, F., Dinn, W. M., & Naumann, R. A. 2020. Intestinal perforation.Radiology,
121(3I), 701–702. https://doi.org/10.1148/121.3.701X
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Diyono & Mulyanti, 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan,
Dilengkapi Contoh Studi Kasus Dengan Aplikasi Nanda Nic Noc
Doenges, M. E. 2014. Manual Diagnosis Keperawatan Rencana, Intervensi, &
Dokumentasi Asuhan Keperawatan. (P. E. Karyuni, E. A. Mardella, E.
Wahyuningsih, & M. Mulyaningrum, Eds.) (Edisi 3). Jakarta: EGC.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Haryono, R. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Japanesa, Asril & Selfi. 2016. Pola Kasus dan Penatalaksanaan Peritonitis Akut di
Bangsal Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kartawijaya, Y. 2017. Hubungan antara Karakteristik Demografi dengan
Pengetahuan Mobilisasi Dini pada pasien Post operasi laparatomi di RS PKU
Muhammadiyah Bantul.
Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
62
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Sari, Maya. 2016. Bagian-bagian Lambung dan fungsinya. Diakses pada tanggal 24
Sayuti, M. 2020. Profile perforasi gaster di rumah sakit umum cut meutia aceh utara
periode januari 2017-desember 2018. Jurnal kedokteran nanggroe medika.
Vol. 3 No.1
Tresnaasih. 2020. Modul Pembelajaran SMA Biologi: Sistem Pencernaan Pada
Manusia. Jakarta: Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan
DIKMEN.
Warsinggih. 2016. “Buku Ajar DR. dr. Warsinggih, Sp. B-KBD.” Perforasi
Gastrointestinal
Joséphine
63