Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 3

KEBUTUHAN KESEHATAN LANSIA TERKAIT PSIKOLOGI,


SPIRITUAL, PENGGUNAAN OBAT

Disusun Oleh :

1. Dwestri Octavinda Kurnia (2103002)


2. Made Wahyu Ryan Baskara (2103004)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN LINTAS JALUR


STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seseorang dapat dikatakan lansia jika telah memasuki usia lebih dari 60
tahun. Lansia merupakan tahapan terakhir dari fase kehidupan. Kategori
kelompok lansia yaitu jika seseorang telah mengalami Aging Process atau
proses penuaan. Fase lansia ini merupakan tahap perkembangan yang
normal dan tidak dapat dihindari, karena semua manusia akan mengalami
usia lanjut (Notoatmodjo, 2104). Jumlah lansia diperkirakan akan terus
meningkat, perkiraan peningkatan dari tahun 2000 sampai 2050 akan
berlipat ganda dari sekitar 11% menjadi 22%, atau secara absolut
meningkat dari 605 juta menjadi 2 miliyar lansia (WHO, 2014)
Tahun 2010-2014 pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun terus
meningkat, dari 3,54 juta per tahun menjadi 3,70 juta per tahun. Saat ini
Jumlah penduduk usia lanjut Berkisar antara 27 juta (angka nasional), dan
diprediksi pada tahun 2020 akan menjadi sekitar 38 juta atau 11,8% dari
seluruh jumlah penduduk usia lanjut yang ada pada saat ini di kota
Surakarta sebesar 11,3% (DKK Surakarta, 2016).
Tingginya jumlah lansia akan menambah masalah kesehatan pada lansia,
dimana bertambah umurnya seseorang maka fungsi fisiologisnya akan
menurun akibat proses penuaan. Disaat fungsi fisiologis lansia menurun,
penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia. Hasil Riskesdas
(2013) penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular
(PTM) seperti hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Untuk mewujudkan lansia sehat,
mandiri, berkualitas dan produktif harus dilakukan pembinaan kesehatan
sedini mungkin selama siklus kehidupan manusia sampai memasuki fase
lanjut usia dengan memperhatikan faktor-faktor resiko yang harus
dihindari dan faktor-faktor protektif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan (DKK Surakarta, 2015). Dari latar belakang
diatas, kami tertarik untuk membuat makalah yang berjudul Kebutuhan
Kesehatan Lansia Terkait Psikologi, Spiritual, Dan Pengolaan Obat.

B. Tujuan
Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa, dosen dan
masyarakat mengetahui tentang kebutuhan kesehatan lansia terkait
psikologi, spiritual, dan pengolaan obat.

C. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tambahan dalam
bidang keperawatan gerontik kaitannya dengan kebutuhan kesehatan lansia
terkait psikologi, spiritual, dan pengolaan obat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Kesehatan Lansia Terkait Psikologi


Permasalahan mental umumnya dialami oleh lanjut usia adalah kesepian,
depresi, stress, dan tidak hanya itu terdapat perasaan takut menghadapi
kematian, baik itu kematian yang terjadi pada keluarga, sahabat ataupun
kematian pada dirinya. Lansia yang belum siap menghadapi kematian
mengakibatkan lansia mengalami kecemasan (Sibuea, R. A & Mori A,
2020).
6 Cara untuk mencapai kesejahteraan psikologis lansia:
1. Menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri
2. Membangun hubungan positif dengan orang lain
3. Mempunyai tujuan hidup
4. Mampu mengusai lingkungan
5. Mampu mengmbangkan diri
6. Mengatur kegiatan fisik yang ingin dilakukan

B. Kebutuhan Kesehatan Terkait Spiritual


Spiritual merupakan suatu dimensi kesejahteraan bagi lansia yang dapat
mengaungi berbagai permasalahan misalnya stress dan kecemasana, selain
itu juga dapat mempertahan keberadaan diri sendiri dan tujuan dalam
kehidupan (Lubis, V. H, Novianti, & Peters M.S, 2020).
Faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual seseorang adalah
pertimbangan tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan
budaya, agama dan pengalaman hidup sebelumnya. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan Isnaeni (2012) lansia merasa bahagia walaupun
hidup di panti dikarenakan adanya aktivitas sehari-hari dan berdoa serta
melakukan kegiatan keagamaan, sehingga rasa syukur muncul dan
membawa ketenangan pada mereka.
Lansia yang tinggal di panti maupun di rumah berdoa kapan saja dan di
mana saja. Partisipan menyatakan segala harapan mereka kepada Tuhan,
serta mendoakan keluarga dan orang-orang yang mereka kasihi. Mereka
juga mengatakan merasakan adanya rasa damai setelah mereka berdoa.
Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Benson dalam Naftali (2017)
bahwa doa yang dilakukan berulang-ulang (repetitive prayer) akan
membawa berbagai perubahan fisiologis, seperti berkurangnya kecepatan
detak jantung, menurunnya kecepatan nafas, menurunnya tekanan darah,
melambatnya gelombang otak dan pengurangan menyeluruh kecepatan
metabolisme. Kondisi ini disebut sebagai respon relaksasi (relaxation
response).
Perawatan dan rehabilitasi jangka panjang diperlukan pada lansia yang
menderita penyakit kronis. Para lansia merasakan penderitaan sedikitnya
satu penyakit kronis, akan tetapi banyak di antaranya yang menderita lebih
dari satu penyakit. Penyakit kronis yang dimaksud adalah penyakit yang
umum dialami oleh lansia seperti stroke, diabetes militus (DM), dan
hipertensi.
Penyakit-penyakit seperti yang disebutkan dapat menyebabkan
keterbatasan lansia dalam melakukan kegiatan kesehariannya yang
berkaitan dengan aspek spiritual salah satunya beribadah. Hal ini dapat di
netralisir atau dihilangkan dengan kehidupan spiritualitas yang kuat
(Stanley & Beare, 2012). Keterbatasan kemampuan yang dimiliki lansia
menyebabkan lansia membutuhkan seseorang khususnya keluarga untuk
membantu dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan
rohani merupakan salah satu kebutuhan penting lansia. Kebutuhan rohani
dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan keagamaan seperti pengajian.
Kegiatan keagamaan merupakan salah satu bagian dari agama yang masuk
dalam aspek spiritual.
C. Penggunaan Obat
Proses penggunaan obat dimulai dengan penetapan diagnosis dan
penulisan resep obat yang rasional (diagnosis, dosis, dan lama pemberian
tepat, harga murah) oleh dokter. Dihindari peresepan yang tidak rasional
(polifarmasi, penggunaan salah/tidak efektif). Selanjutnya petugas kamar
obat atau apotek akan menyerah kan obat sesuai yang ditulis dalam resep
kepada pasien. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini adalah
pengemasan obat, pemberian label dan informasi kepada pasien tentang
bagaimana cara pemberian obat & dosis sehingga akan membuat pasien
patuh/taat dalam mengkonsumsi obat. Menggunakan obat yang tidak tepat
dapat berakibat buruk pada kesehatan pasien. Penggunaan obat yang baik
didasarkan aturan yang disampaikan dokter atau apoteker. Karena tidak
semua obat penggunaannya sama, bahkan hampir semua obat berbeda
penggunaannya berdasarkan jenis dan kondisi pasien.
Penggunaan obat yang benar digunakan sesuai dengan petunjuk
penggunaan, pada saat yang tepat dan dalam jangka waktu yang sesuai.
Penggunaan obat berpedoman pada penggunaan obat yang rasional,
dimana mengacu pada 5 prinsip:
1. Ketepatan indikasi,
2. Ketepatan obat,
3. Ketepatan dosis, dapat dilihat dari terpenuhinya tepat jumlah, tepat
cara pemberian, tepat interval waktu pemberian, dan tepat lama
penggunaan
4. Ketepatan aturan pakai,
5. Ketepatan pasien.

Informasi yang menunjang dalam penggunaan obat secara rasional yaitu


cara minum obat yang sesuai etiket atau brosur serta waktu minum obat
sesuai yang dianjurkan, penggunaan obat bebas dan bebas terbatas yang
tidak digunakan secara terus menerus, penghentian penggunaan obat bila
tidak memberikan efek atau menimbulkan efek yang tidak diinginkan,
serta memeriksa tanggal kadaluarsa

Hal yang perlu diperhatikan saat memberikan obat ke lansia yaitu:

1. Awasi lansia ketika minum obat dan perlu diingatkan untuk rutin
minum obat karena sering lupa
2. Hati-hati terhadap obat dosis tinggi karena fungsi ginjal pada lansia
sudah mengalami penurunan
3. Interaksi obat mudah terjadi karena obat yang diminum biasanya
banyak jenisnya
4. Dosis yang diberikan harus hati-hati sebab kepekaan terhadap obat
meningkat, sehingga lebih sensitive
5. Pindahkan dalam wadah bersih karena wadah plastik pemakaian obat
membuat permukaan plastik menjadi bergesekan akibatnya label obat
pada plastik menjadi pudar dan menyulitkan untuk mengetahui
informasi dari obat tersebut
6. Obat yang diberikan sebaiknya yang paling aman, sebab efek samping
pada lansia lebih mudah timbul
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada data diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan lansia terkait psikologis
terjadi pada mental umumnya dialami oleh lanjut usia dengan perasaan
kesepian. Untuk kesehatan spiritual lansia merupakan suatu dimensi
kesejahteraan bagi lansia yang dapat mengaungi berbagai permasalahan
misalnya stress dan kecemasana, selain itu juga dapat mempertahan
keberadaan diri sendiri dan tujuan dalam kehidupan. Pada kesehatan lansia
juga harus menggunakan pengobatan dengan baik, dimana proses penggunaan
obat dimulai dengan penetapan diagnosis dan penulisan resep obat yang
rasional (diagnosis, dosis, dan lama pemberian tepat, harga murah) oleh
dokter.

B. Saran
Diharapkan bagi penanggungjawab program lansia khususnya pembina
wilayah dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada lansia terutama pada
psikologis, spiritual, dan pengguanan obat.
DAFTAR PUSTAKA

Isnaeni, H. (2012). Kebahagiaan lansia yang tinggal di panti wreda. Skripsi.


Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Assalwa, U., Ningrum, G. P., Tindawati, T. M., Trisfalia, R. R., Yuliani, A. P.,
Syarifudin, F., & Priyandani, Y. (2021). Profil Perilaku Pengelolaan
Obat Pada Lansia. Jurnal Farmasi Komunitas, 8(1), 9-14.

Anda mungkin juga menyukai