JUDUL PENELITIAN
PENGARUH TERAPI PSIKORELIGIUS TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN PASIEN PRA OPERASI DI RUANG BEDAH RS ISLAM
FAISAL MAKASSAR.
II. RUANG LINGKUP PENELITIAN
KEPERAWATAN JIWA
III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mendapatkan kesehatan mental yang prima, tidaklah mungkin terjadi
begitu saja. Selain menyediakan lingkungan yang baik untuk pengembangan
potensi, dari individu sendiri dituntut untuk melakukan berbagai usaha
menggunakan berbagai kesempatan yang ada untuk mengembangkan dirinya.
Individu perlu merefleksikan kembali penyebab dari berbagai perilakunya,
mengevaluasi kembali kehidupan beragamanya, menggunakan berbagai sarana
yang selama ini telah tersedia, yaitu berbagai macam teknik konseling dan
psikoterapi, serta mengembangkan kebiasaan pribadi, dalam hal ini mencoba
berlatih dan mendeskripsikan emosi yang dialami.
Secara teori, tidak ada batasan sejauh mana derajat kesehatan, baik mental
maupun fisik dapat dicapai. Banyak yang sudah puas bila tidak ada gejala-gejala
yang menunjukkan gangguan baik berupa gangguan kebutuhan, mental maupun
spiritual. Ini menjadi kriteria kesehatan umum. Gerakan-gerakan untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal inilah yang saat ini sedang muncul, tumbuh dan
berkembang di mana-mana terutama di kota-kota besar di dunia. Ada banyak cara
untuk mendapatkan derajat kesehatan yang memuaskan, sejalan dengan
teraktualnya potensi-potensi dalam diri yang belum tergali.
Terapi merupakan salah satu cara untuk semakin mengenal dan menemukan
keunikan diri. Sekarang ini terapi banyak digunakan bukan hanya bagi mereka
yang merasa memiliki masalah, namun baik juga digunakan sebagai alat
pemahaman dan pengenalan diri. Hasilnya mereka akan menemukan mutiara-
mutiara lain dalam diri mereka yang selama ini mungkin tidak mereka sadari
(Siswanto, 2007)
Di awal abad ke-20, ditandai dengan kemajuan yang pesat dalam ilmu kedokteran
2
pesat sejak saat itu, jika dikaitkan dengan faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi kesehatan seseorang yang bertujuan untuk memperoleh kesehatan
dalam arti yang sesuai dengan pengertian WHO di atas (Hasan P, 2008).
Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika, ada sekelompok pasien yang selalu
menunda-nunda operasi sehingga jadwal operasi yang sudah dibuat ditunda lagi,
kecuali pada operasi yang darurat. Ada masalah apa dengannya? Padahal dalam
pemeriksaan semua sudah bagus, tidak ada alasan untuk menunda operasi. Setelah
diselidiki ternyata mereka mengalami ketakutan menghadapi operasi (Yosep I,
2009).
Lindenthal (1970) dan Star (1971) melakukan studi epidemiologi yang hasilnya
menunjukkan bahwa penduduk yang religius resiko untuk mengalami stres jauh
lebih kecil dari pada mereka yang tidak religius dalam kehidupan sehari-harinya.
Clinebell (1981) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada setiap diri manusia
terdapat kebutuhan dasar spiritual (Basic Spiritual Needs). Kebutuhan dasar
spiritual ini adalah kebutuhan kerohanian, keagamaan, dan ke-Tuhan-an yang
kerena paham materialisme dan sekularisme menyebabkan kebutuhan dasar
spiritual terlupakan tanpa disadari. Dengan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
spiritual maka daya tahan dan kekebalan seseorang dalam menghadapi stressor
psikososial menjadi melemah, yang kemudian sebagian dari mereka melarikan
diri kepada hal-hal yang negatif (Ilham A, 2008).
Saat ini di rumah sakit umum dianjurkan melaksanakan suatu program yang
dinamakan Program Integrasi Kesehatan Jiwa. Tentu saja ini telah mulai
dijalankan di sejumlah rumah sakit yang berdasarkan agama atau yang dikelola
organisasi sosial keagamaan melalui pelaksanaan terapi agama. Di samping dokter
yang mengobati, ada juga agamawan yang mendampingi, memberikan dan
menuntun doa. Alangkah baiknya bila rohaniawan yang membimbing di rumah
sakit juga mempunyai pengetahuan kesehatan atau dokter-dokter yang ada dapat
pula memberikan tuntunan agama. Tujuannya agar pasien yang terbaring itu tidak
merasa jenuh dan tidak berontak. Karena dalam keadaan berbaring pun ia bisa
beribadah, berdzikir atau mengaji serta sholat dengan segala kemampuannya.
Dengan demikian pasien tidak merasa ragu karena senantiasa dapat mendapat
pahala. Sebaliknya orang yang tidak memiliki tuntunan agama akan merasa
4
gelisah, ingin pulang, cemas, dan sebagainya, yang justru akan menurunkan
respon imunitasnya.
Perasaan takut dioperasi timbul karena takut menghadapi kematian dan tidak bisa
bangun lagi setelah dioperasi. Ada pula orang lain yang tidak bermasalah dalam
menghadapi operasi, ternyata permasalahannya adalah komitmen agama. Pada
kelompok yang lurus-lurus saja, yang komitmen agamanya kuat dan alur
pemikiran sebagai berikut : kami percaya pada Tuhan, kami menjalani operasi
dengan harapan sembuh, andai kata kami meninggal pun tetap saja harus
menghadap Tuhan nantinya karena semua yang bernyawa pasti akan mati. Kami
sudah siap mati karena kami sudah memohon dan berdoa (Yosep I, 2009).
Dalam mengembangkan psikologi kesehatan, para ilmuan kemudian melihat
bahwa kaitan antara jiwa dan tubuh merupakan hal yang sebetulnya telah lama
dikaji. Para filosofi dan tokoh agama, dengan berbagai latar belakang, telah sejak
lama membahas hal ini, tak terkecuali ulama Islam. Banyak tokoh Islam yang
terkenal yang telah mengembangkan hal ini, baik secara konsep maupun praktik,
seperti Nabi Muhammad SAW, kemudian Al Razi (841-926 M), Ibnu Sina (980-
1037 M), dan lain-lain. Pendekatan Islam telah lama sejak awal bahkan telah
mencakup dimensi biologis, mental dan spiritual serta sosial (Hasan P, 2008).
Masyarakat Indonesia telah mengalami pergeseran dari masyarakat agraris ke
masyarakat indutri. Hal ini berakibat pergeseran pola kependudukan yang
berdampak pada pergeseran pola penyakit. Pola hidup penduduk di kota-kota
besar (urban) berbeda dengan di pedesaan (rural). Penduduk di kota-kota besar
banyak yang menderita ketegangan jiwa (stres mental atau kecemasan)
berubahnya kebiasaanya hidup seperti kurang gerak, berubahnya pola makan ke
arah konsumsi tinggi lemak, kebiasaan merokok, minum alkohol dan lain
sebagainya. Adanya pergeseran masyarakat ke industri dan ditambah pola hidup
masyarakat urban telah mampu menciptakan dimensi baru penyakit, paling tidak
dimensi psikoreligi. Pada dimensi psikoreligi, terjadinya penyakit dilihat dari
sudut pandang gejolak emosi dan ketenangan beribadah. Dimensi psikoreligi
memandang kepribadianlah yang bertanggung jawab terhadap timbulnya penyakit
(Ilham A, 2008).
Apabila faktor psikologi dapat teridentifikasi sebagai faktor pendukung
5
pemunculan atau perburukan kondisi fisik, maka dapat digunakan diagnosis faktor
psikologis yang mempengaruhi kondisi medis. Sebuah penilaian dibuat tentang
komponen emosional yang mempengaruhi kondisi kesehatan fisik seseorang.
Sering kali faktor psikologis dapat mengganggu penatalaksanaan masalah medis
dan dapat menambah resiko kesehatan klien. Faktor psikologis yang
mempengaruhi masalah medis dapat didiagnosis sebagai gangguan mental.
Ansietas dan depresi dapat memperburuk berbagai penyakit dan dapat
memperpanjang periode penyembuhan. Sering kali, sifat kepribadian atau gaya
koping tertentu dapat mengganggu kesehatan atau menimbulkan faktor resiko
pada klien untuk terkena penakit tertentu seperti penyakit jantung. Respon
fisiologis yang berhubungan dengan kecemasan dapat mencetuskan beberapa
masalah seperti nyeri dada dan serangan asma. Pada beberapa klien, faktor-faktor
psikologis yang tidak tergolongkan seperti pertimbagan budaya, pertimbangan
agama, dapat mempengaruhi rangkaian atau hasil terapi. Para ilmuan telah
mengikuti sejak lama bahwa orang berespon terhadap kecemasan baik pada
tingkat fisiologis maupun psikologis. Riset selanjutnya menunjukkan bagaimana
sistem imun berinteraksi dengan proses neurobiologis. Ketika seseorang
mengalami kecemasan dan stres yang berkepanjangan, kadar epinefrin,
norepinefrin dan kortisol meningkat. Pelepasan hormon stres yang terus-menerus
dapat merusak mekanisme neurobiologis dan pola fisiologis normal yang
memfasilitasi adaptasi tubuh. Sebagian besar klien yang memiliki faktor-faktor
psikologis yang mempengaruhi kondisi medis berada pada kondisi medikal-bedah
karena mereka memeriksakan kesehatan yang berhubungan dengan kondisi
fisiologis mereka. Ketika seseorang klien melaksanakan anjuran untuk terus
mengikuti terapi, fokusnya ada pada bagaimana faktor-faktor psikologis seperti
ansietas dan depresi mempengaruhi berbagai terapi atau hasilnya (Akemat, 2007).
Dari sejumlah penelitian para ahli, ternyata bisa disimpulkan bahwa komitmen
agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, meningkatkan
kemampuan mengatasi penyakit dan mempercepat pemulihan penyakit yang
dipadukan dengan terapi kedokteran. Agama lebih bersifat protektif daripada
problem producing. Komitmen agama mempunyai hubungan signifikan dan
positif dengan clinical benefit. Kesimpulan umum adalah masyarakat dan bangsa
6
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi psikoreligius terhadap tingkat kecemasan
pasien praoperasi di ruang bedah Rumah Sakit Islam Faisal Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kecemasan pasien sebelum pemberian terapi psikoreligius
pada masa pra bedah.
b. Untuk mengetahui kecemasan pasien setelah pemberian terapi psikoreligius
pada masa pra bedah.
c. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pasien sebelum dan sesudah
pemberian terapi psikoreligius.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan yang bermakna dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kepada pasien yang mengalami kecemasan pada masa praoperasi.
2. Bagi Pendidikan
Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya tentang pengaruh terapi psikoreligius terhadap pasien yang mengalami
kecemasan pada masa praoperasi, serta dapat digunakan sebagai bahan pustaka
atau bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Keluarga
Sebagai bahan informasi, utamanya bagi keluarga tentang pentingnya terapi
psikoreligius untuk mengurangi kecemasan pada pasien praoperasi.
4. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman yang berharga bagi peneliti untuk menambah wawasan,
pengetahuan dan pengalaman serta mengembangkan diri khususnya dalam bidang
penelitian.
5. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai pengembangan ilmu khususnya dalam keperawatan jiwa, yang
selanjutnya dapat meningkatkan pemahaman terhadap pentingnya
memasyarakatkan terapi psikoreligius kepada pasien yang mengalami kecemasan
pada masa praoperasi.
IV. TINJAUAN PUSTAKA
8
2. Unsur-Unsur Psikoreligi
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam terapi psikoreligius adalah sebagai
berikut (Ilham A, 2008) :
a. Doa – doa
Dalam dimensi psikoreligius, doa berarti permohonan penyembuhan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Dzikir
Dzikir adalah mengingat Tuhan dengan segala kekuasaan-Nya, mengucapkan baik
secara lisan maupun dalam hati segala kuasa-Nya.
Dari sudut ilmu kedokteran jiwa atau keperawatan jiwa atau kesehatan jiwa, doa
dan dzikir (psikoreligius terapi) merupakan terapi psikiatrik setingkat lebih tinggi
daripada psikoterapi biasa (Ilham A, 2008)
3. Proses Keperawatan pada Terapi Psikoreligius
Adapun proses keperawatan dalam terapi psikoreligius (Ilham A, 2008) antara
lain :
a. Pengkajian
Pada dasarnya informasi yang perlu digali secara umum adalah
1) Afiliasi Agama
a) Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif atau tidak
aktif.
b) Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2) Keyakinan agama atau spiritual, mempengaruhi
a) Praktik kesehatan: diet, mencari dan menerima terapi, ritual atau upacara
kegamaan.
b) Persepsi penyakit: hukuman, cobaan terhadap keyakinan.
c) Strategi koping.
3) Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi
a) Tujuan dan arti hidup
b) Tujuan dan arti kematian
c) Kesehatan dan pemeliharannnya
d) Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain
4) Pengkajian Data Subjektif
10
Pedoman pengkajian spiritual yang disusun oleh Stoll dalam Craven & Hirnle.
Pengkajian mencakup 4 area, yaitu :
a) Konsep tentang Tuhan atau ke-Tuhan-an
b) Sumber harapan dan kekuatan
c) Praktik agama dan ritual
d) Hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan
5) Pengkajian Data Objektif
Meliputi :
a) Pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal dan
lingkungan
b) Pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi.
Pada umumnya karakteristik klien yang potensial mengalami distres spiritual
adalah sebagai berikut :
a) Klien tampak kesepian dan sedikit pengunjung
b) Klien yang mengekspresikan rasa takut dan cemas
c) Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem kepercayaan atau agama
d) Klien yang mengekspresikan rasa takut terhadap kematian
e) Klien yang akan dioperasi
f) Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama
g) Mengubah gaya hidup
h) Preokupasi tentang hubungan agama dan kesehatan
i) Tidak dapat dikunjungi oleh pemuka agama
j) Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spiritual
k) Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan hukuman dari
Tuhan
l) Mengekspresikan kemarahannya kepada Tuhan
m) Mempertanyakan rencana terapi karena bertentangan dengan keyakiann agama
n) Sedang menghadapi sakaratul maut (dying)
b. Diagnosa
Distres spiritual mungkin memengaruhi fungsi manusia lainnya. Berikut ini
adalah diagnosis keperawatan, distres spiritual sebagai etiologi atau penyebab
masalah lain :
11
c. Perencanaan
1) Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang memenuhi kebutuhan untuk
memperoleh arti dan tujuan, mencintai dan keterikatan serta pengampunan
2) Menggunakan kekuatan, keyakinan, harapan dan rasa nyaman ketika
menghadapi tantangan berupa penyakit, cedera atau krisis kehidupan lain.
3) Mengembangkan praktek spiritual yang memupuk komunikasi dengan diri
sendiri, dengan Tuhan dan dengan dunia luar.
4) Kepuasan dengan keharmonisan antara keyakinan spiritual dengan kehidupan
sehari-hari
d. Implementasi
1) Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat
2) Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spiritualnya.
3) Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual.
12
7) Gelisah
c. Ketakutan ditandai oleh :
1) Ketakutan pada gelap
2) Ketakutan ditinggal sendiri
3) Ketakutan pada orang asing
4) Ketakutan pada binatang besar
5) Ketakutan pada keramaian lalu lintas
6) Ketakutan pada kerumunan orang banyak
d. Gangguan tidur ditandai oleh :
1) Sukar masuk tidur
2) Terbangun malam hari
3) Tidur tidak nyenyak
4) Bangun dengan lesu
5) Mimpi-mimpi
6) Mimpi buruk
7) Mimpi yang menakutkan
e. Gangguan kecerdasan ditandai oleh :
1) Sukar konsentrasi
2) Daya ingat buruk
3) Daya ingat menurun
f. Perasaan depresi ditandai oleh :
1) Kehilangan minat
2) Sedih
3) Bangun dini hari
4) Kurangnya kesenangan pada hobi
5) Perasaan berubah sepanjang hari
g. Gejala Somatik/Fisik (otot) ditandai oleh :
1) Nyeri pada otot
2) Kaku
3) Kedutan otot
4) Gigi gemeruntuk
5) Suara tidak stabil
18
Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai dengan 14
dengan ketentuan sebagai berikut :
Keterangan :
Hasil penilaian skor
20
dan jenis operasi yang dilaksanakan lebih serius daripada operasi kecil. Operasi
ini beresiko pada ancaman jiwa. (Hasanuddin M, 2008).
V. KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti
Saat ini perkembangan terapi di dunia kesehatan sudah berkembang ke arah
pendekatan keagamaan (psikoreligius). Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stresor psikososial.
Pada penelitian ini, variabel yang diteliti adalah pegaruh doa-doa dan dzikir
(terapi psikoreligius) terhadap tingkat kecemasan pasien yang secara rinci akan di
uraikan dalam kerangka konsep.
B. Bagan Kerangka Konsep
Beradasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan kepustakaan,
maka secara garis besar skema mengenai sistem keterkaitan antara konsep
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Intervensi Terapi Psikoreligius
Kecemasan Kecemasan
Pre Intervensi Post Intervensi
O1 O²
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Terapi psikoreligius
Terapi psikoreligius dalam penelitian ini adalah pendekatan keagamaan melalui
22
doa-doa, dzikir dan nasehat keagamaan, bukan untuk tujuan mengubah keimanan
seseorang terhadap agama yang sudah diyakininya, melainkan untuk
membangkitkan kekuatan spiritual dalam menghadapi penyakit.
Kriteria Objektif :
a. Mendapat terapi : Bila responden diberikan terapi psikoreligius dalam bentuk
nasehat keagamaan, doa dan dzikir selama kurang lebih 15 menit.
b. Tidak mendapat terapi : Bila responden tidak diberikan terapi psikoreligius
dalam bentuk nasehat keagamaan, doa dan dzikir selama kurang lebih 15 menit.
2. Tingkat Kecemasan Pasien
Tingkat kecemasan pasien dalam penelitian ini segala bentuk kekhawatiran,
kegelisahan dan ketakutan pasien terhadap rencana tindakan pembedahan yang
akan pasien tersebut jalani.
Kriteria Objektif :
a. Meningkat : Bila nilai kecemasan pasien setelah diberikan intervensi (terapi
psikoreligius) dibandingkan sebelum pemberian intervensi, meningkat.
b. Menurun : Bila nilai kecemasan pasien setelah diberikan intervensi (terapi
psikoreligius) dibandingkan sebelum pemberian intervensi, menurun.
D. Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada pengaruh terapi psikoreligius terhadap tingkat kecemasan pasien pra
operasi.
b. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada pengaruh terapi psikoreligius terhadap tingkat kecemasan pasien pra operasi.
VI. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka desain penelitian yang
digunakan adalah pre experimental design dengan desain uji Pre-Post Test
Design. Pre experimental design merupakan eksperimen yang paling mudah serta
tidak untuk membuktikan kausalitas. Pre-post test design merupakan penelitian
yang dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih
dahulu sebelum diberikan intervensi, setelah itu diberikan intervensi, kemudian
23
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pemberian kode atau tanda dari tiap lembar
kuisioner skala kecemasan yang telah didapatkan dari hasil wawancara peneliti
dengan pasien pra operasi. Untuk mempermudah pemasukan data maka dibuat
format koding, kemudian hasil koding di masukkan ke dalam tabel pengkodean.
Setelah itu, data siap di masukkan kedalam komputer.
3. Tabulasi
Pada tahap ini, dilakukan pengelompokan data dalam suatu table sesuai dengan
tujuan penelitian.
4. Statistik yang digunakan
a. Analisis deskriptif
b. Uji Independent Sample t-Test, merupakan suatu uji statistik parametrik dengan
pendekatan skala interval, dengan derajat kemaknaan <0,05. Dalam melakukan
analisa data menggunakan bantuan program SPSS.
G. Keterbatasan
Ada beberapa macam keterbatasan yang didapatkan oleh peneliti antara lain :
1. Insrumen penelitian
Pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan kuisioner skala kecemasan
memungkinkan kurang teliti terhadap pengamatan dan wawancara yang dilakukan
peneliti.
2. Faktor Feasibility
Keterbatasan waktu, sarana, dana, serta kemampuan peneliti sehingga
mempengaruhi perumusan, penyusunan dan pengolahan data.
H. Masalah Etika
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung
dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Menurut (Hidayat
A, 2007) masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :
1. Informed Consent ( Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
27
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien.
2. Anonimity (Tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.