Anda di halaman 1dari 23

MODUL 1

KONSEP DASAR
ah aktif mengikuti kuliah, mengerjakan tugas, melakukan diskusi kelompok dan mempelajari sumber belajar yang rele
PROMOSI
ngan tepat KESEHATAN
han paradigm kesehatan bagi promosi kesehatan dengan benar

A. Pengertian Kesehatan

Banyak anggapan bahwa kesehatan adalah tidak merasa sakit, atau merasa tubuhnya kuat,
berpenampilan menarik, tidak kelebihan berat badan dan lain sebagainya. Konsep sehat sakit
senantiasa berubah sejalan dengan pemahaman kita tentang nilai, peran, penghargaan, dan
pemahaman kita terhadap kesehatan. Dimulai pada zaman keemasan Yunani bahwa sehat itu
sebagai virtue, sesuatu yang dibanggakan sedangkan sakit sebagai sesuatu yang tidak
bermanfaat. Filosofi yang berkembang pada saat itu adalah filosofi cartersian yang berorientasi
pada kesehatan fisik semata-mata yang menyatakan bahwa seseorang disebut sehat apabila
tidak ditemukan disfungsi alat tubuh. Mental dan rohani bukan urusan dokter melainkan urusan
agama.

Setelah ditemukan kuman penyakit batasan kesehatan juga berubah, seseorang disebut sehat
apabila setelah diadakan pemeriksaan secara seksama, tidak ditemukan penyebab penyakit.
Namun bagaimanakan pengertian kesehatan yang sebenarnya? Ada beberapa pengertian
kesehatan :
1. The Joint Committee on Health Educational Terminology (1991)
Kesehatan adalah sebuah metode yang terintegrasi yang berfungsi untuk meningkatkan
potensi yang ada pada individu.
2. World Health Organization (1947)
Kesehatan adalah sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan social, dan bukan hanya
satu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
3. Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 tahun 2009
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Dari beberapa definisi diatas terlihat bahwa tujuan dari kesehatan adalah mempertinggi kualitas
hidup dan memaksimalkan potensi manusia. Untuk itu dalam mencapai tujuan tersebut manusia
harus mampu meningkatkan dan menjaga keseimbangan area-area berikut ini:
1. Spiritual / rohani
Adalah kemampuan untuk menemukan dan bertindak sesuai dengan tujuan , dasar dan
kepercayaan dalam hidupnya. Pada area ini termasuk moral, nilai, etika, agama, ilmu
pengetahuan dan alam.
2. Sosial
Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya. Termasuk
didalamnya penghargaan, toleransi, meningkatkan keakraban dan keintiman.
3. Emosional
Adalah kemempuan untuk mengatasi stress sesuai dengan tata aturan yang benar, dan
juga kemampuan untuk mengekspresikan emosinya.
4. Intelektual
Kemampuan manusia untuk belajar dan menggunakan berbagai informasi yang berguna
untuk dirinya, keluarga dan peningkatan karir
5. Fisik
Termasuk didalamnya adalah peningkatan berbagai komponen fisik yang berhubungan
dengan kesehatan seperti kemampuan otot, pernafasan, fleksibilitas, berat badan
seimbang, nutrisi lengkap dan komposisi tubuh.

B. PARADIGMA SEHAT
Konsep sehat dalam upaya penanganan kesehatan penduduk mengalami banyak perubahan
sejalan dengan pemahaman dan pengetahuan kita bagaimana masyarakat menghayati dan
menghargai bahwa kesehatan itu merupakan “Human Capital” yang sangat besat nilainya.
Pemahaman masyarakat tentang sebab musabab suatu penyakit, konsep sehat sakit, dan
pemahaman bahwa upaya kesehatan sebagai bagian dari pembangunan sumber daya
manusiaakan mendasari bagaimana upaya kesehatan di suatu negara sebaliknya
diselenggarakan.

Sampai saat ini banyak Negara yang sedang berkembang,termasuk Indonesia, apabila
bicarakan masalah kesehatan pada umumnya, asosiasi kita tertuju pada pengobatan penyakit,
rumah sakit, puskesmas, poloklinik, sehingga pembiayaan rumah sakit dam pembiayaan orang
sait, merupakan komponen utama komponen kesehatan. Penanganan kesehatan penduduk,
masih berupa penanganan konvensional, masih menekankan pada pengembangan rumah
sakit-rumah sakit, penanganan penyakit secara individual, spesialitis, terutama penanganan
peristiwa sakit secara episodic.

Program kesehatan yang mengutamakan kuratif dalam jangka panjang tidak menguntungkan.
Oleh karena berapa besar pun biaya yang dikeluarkan akan tetap kurang. Oleh karena
pelayanan akan medis kurang akan meningkat. Upaya kesehatan kuratif akan cendrung
berkumpul di tempat yang banyak uang, yaitu dikota-kota besar saja. Upaya kesehatan yang
bersifat kuratif akan membawa masyarakat ke sehat produktif secara lebih “cost efektif”. Hal ini
menyebabkan bahwa upaya kesehatan yang berorientasi kuratif dari segi ekonomi bersifat
konsumtif tidak produktif.
Di pandang dari segi ekonomi melakukan investasi pad orang yang tidak atau belum sakit, lebih
“cost efektif” daripada terhadap orang sakit. Karena investasi pada orang sehat dan tidak sehat,
lebih dekat pada produktifitas ketimbang pada orang sakit.

1. Paradigma dan Konsep Baru tentang Sehat


Steven R. Covey dalam bukunya “ The Seven Habits of Highly Effective People” menjelaskan
arti paradigma: “The word paradigma comes from the greek. It was originally as scientivic term,
and is more commonly use today to mean a model, theory, consept, it’s the way we “see” the
word. Not in term of our visual sense of sight, but in term of perceiving, understanding and
interpreting”.

Dalam makna yang lebih popular dapat diartikan visi serta orientasi kita pada realitas.
Paradigma berkembang sebagai hasil sintesa dalam kesadaran manusia terhadap informasi-
informasi yang diperoleh dari pengalaman ataupun dari penelitian.

Sementara itu, konsep sehat sakit senantiasa sejalan dengan pemahaman kita tentang nilai,
peran, penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan.dimulai dengan zaman
keemasan Yunanibahwa sehat itu sebagai virtue, suatu yang dibanggakan sedangkan
sedangkan sakit sbagai suatu yang tak bermanfaat. Filosofi-filosofi yang berkembang pada saat
itu, adalah filosofi Cartesian yang berorientasi pada kesehatan fisik semata-mata yang
menyatakan bahwa seseorang dikatakan tidak sehat apabila tidak ditemukan alat tubuh. Mental
dan roh bukan urusan dokter melainkan urusan agama.

Setelah ditemukan kuman penyakit batasan sehat juga berubah. Seorang di katakan sehat
apabila setelah di adakan pemeriksaan secara saksama tidak ditemukan penyebab penyakit.
Tahun 1950-an definisi WHO tentang sehat sebagai keadaan sehat sejahtera dan bukan
hanya bebas dari penyakit dan kelemahan, dan tahun 1980-an kemudian definisi sehat WHO
mengalami perubahan seperti yang tertera dalam UU Kesehatan RI , No. 36 tahun 2009 telah
memasukan unsur hidup produktif, sosial, dan ekonomi.

Definisi terkini seperti yang dianut beberapa Negara maju seperti Canada yang mengutamakan
konsep sehat-produktif, sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif.
Tanpa kesehatan yang memadai seseorang tidak dapat berkarya secara produktif. Upaya
kesehatan harus dilaksanakan untuk dapat membawa masyarakat memiliki kesehatan yang
cukup agar bisa hidup produktif. Kesehatan, pendidikan dan rasa aman merupakan dasar dari
“Human Capital”

2. Paradigma Sehat
Kebijakan upaya pelayanan kesehatan senantiasa berubah sesuai dengan pemahaman dari
pembuat kebijakan tentang peran kesehatan sebagai modal dasar “human capital” yang sangat
penting untuk tercapainya kemandirian dan ketahanan bangsa yang sangat penting agar
supaya mampu bersaing dalam era globalisasi.
Disamping dalam pemahaman tersebut di atas, ada beberapa faktor lain yang mendorong
perlunya paradigma sehat:
 Pelayanan kesehatan yang bberfokus kepada orang sakit ternyata tidak efektif.
 Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehat termasuk dalam unsur
sehat produktif secara sosial dan ekonomis.
 Dalam transisi epidemiologi dari penyakit menular ke penyakit kronikdegeneratif, dimana
untuk mencegahnya sangat diperlukan perubahan perilaku.
 Adanya transisi demografi, meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia yang memerlukan
pendekatan yang berbeda dalam penanganan.

Makin jelasnya faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. Lalonde (1974) dan Hendrik L.
Blum (1974) mendasarkan pada hasil penelitian di Eropa Barat, secara bersamaan
mengemukakan bahwa status kesehatan penduduk bukan hasil dari faktor genetik, dan perilaku
hidup justru lebih berpengaruh terhadap status kesehatan penduduk.
Upaya kesehatan yang selama ini dilaksanakan masih berorentasi pada upaya penanganan
penyakit episodik dan upaya penyembuhan. Upaya kesehatan yang demikian seringkali
menyesatkan pemikiran kita, seolah-olah semua orang sakit dapat diobati, maka masyarakat
menjadi sehat. Upaya kesehatan dengan pendekatan penyembuhan penyakit membuat
kesehatan dinilai sebagai upaya komsumtif bukan produktif dan mendapatkan upaya kesehatan
diarus pinggir pembangunan. Upaya kesehatan harus diarahkan untuk dapat membawa setiap
penduduk mendapat kesehatan yang cukup agar bisa hidup produktif.

Obsesi upaya kesehatan harus mengantarkan setiap penduduk memiliki status kesehatan yang
cukup. Orientasi baru upaya kesehatan adalah sehat positif sebagai kebalikan dari orientasi
pengobatan penyakit yang bersifat kuratif-responsif. Dengan kata lain, upaya kesehatan yang
menekankan upaya kuratif adalah merupakan “Health program for survival” sedangkan upaya
kesehatan yang menekankan pada upaya promotif dan preventif merupakan “Health Program
for Human Development”.

Paradigma sehat yang direncanakan Departemen Kesehatan pada tanggal 15 September 1998
diharapkan akan merupakan upaya kesehatan yang dalam jangka panjang mampu mendorong
masyarakat untuk lebih tahan dan mampu menghindarkan diri dari penyakit, agar dapat hidup
sehat produktif. Upaya kesehatan yang drmikian dalam jangka panjang akan menempatkan
kesehatan diarus tengah pembangunan. Upaya kesehatan “Health oriented approach” dalam
jangka panjang akan menjamin kemandirian yang lebih besar, meningkatkan ketahanan mental
dan fisik penduduk, dan bermuara pada terciptanya SDM yang berkualitas, yang sangat
diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.

Pada Gambar 1.1 coba memperlihatkan bagaimana paradigma sehat mencoba


mengimplementasikan paradigma lama yaitu kuratif-rehabilitatif titik masuknya penangan
kesehatan melalui pengobatan orang sakit.

Upaya kesehatan yang menekankan pada upaya kuratif rehabilitatif kurang menguntungkan
karena:
 Melakukan intervensi setelah sakit, sedikitnya telah mengalami tiga kerugian:
penderita telah kehilangan produktifitas yang bersangkutan harus berobat, untuk kembali
ke sehat produktif memakan waktu lama.
 Upaya kuratif –rehabilitatif dalam jangka panjang tidak menguntungkan karena
permintaan akan jenis pelayanan kuratif akan terus meningkat. Sementara itu pelayanan
kuratif cendrung berkumpul pada tempat yang banyak uang, yaitu kota-kota besar.
 Dari segi ekonomi investasi pada orang yang “tidak” atau “belum”, lebih cost
effective dan lebih dekat ke produktivitas daripada investasi terhadap orang sakit.
 Untuk meningkatkan kesehatan penduduk lebih baik tidak melalui panyediaan
banyak obat, tempat tidur rumah sakit, dan balai pengobatan, namun dengan lebih
memperhatikan mereka yang “tidak sakit” agar tetap sehat, tidak jauh sakit dan membuat
penduduk lebih tahan terhadap penyakit.

Oleh karena itu implementasi paradigma sehat akan lebih menekankan pada upaya:
pencegahan penyakit, promosi keshatan dan perlindungan terhadap masyarakat. Disamping itu,
sejalan dengan konsep paradigma sehat, rumah sakit dan tempat-tempat penyelenggaraan
pelayanan kuratif perlu ditanamkan dengan pelayanan klinik. Yang bersifat pencegahan seperti
screening, konseling, diagnosis dini dan pengobatan dini penyakit dengan menambahkan
peralatan medis canggih hilir.

Penanganan paradigma sehat khususnya padamasa krisis dewasa ini adalah sangat tepat.
Karena memberdayakan masyarakat agar tidak jatuh sakit melalui upaya promosi-preventif
adalah lebih penting daripada memberikan obat, alat dan fasilitas pengobatan.

Gambar 1.1 Paradigma Sehat


3. Upaya Kesehatan yang ada
Upaya kesehatan yang selama ini dilaksanakan masih berorientasi pada upaya
penanggulangan penyakit episodic dan upaya penyembuhan. Upaya kesehatan yang demikian
seringkali menyesatkan pemikiran kita seolah-olah apabila semua orang bisa diobati maka
masyarakat menjadi sehat. Padahal semua sarana pengobatan yang ada saat ini dikerahkan
seluruhnya, hanya akan mampu melayani hampir 30% dari semua orang sakit yang ingin
berobat.

Upaya kesehatan yang berorientasi pada penanggulangan penyakit, indikator yang sering
digunakan adalah cukupan pelayanan, ratio dokter per penduduk serta banyaknya rumah sakit,
banyaknya puskesmas dan sebagainya. Sebenarnya jika kita mau berpikir secara kritis,
banyaknya dokter, rumah sakit, balai pengobatan, dan puskesmas tidak menjamin masyarakat
menjadi sehat. Upaya kesehatan dengan penyembuhan penyakit membuat upaya kesehatan
dinilai sebagai konsumtif dan bukan produktif dan menempatkan arus pelayanan kesehatan
dipinggir pembangunan. Perubahan paradigma kesehatan seharusnya sudah dimulai sejak
berlakunya GBHN 1993 sejak pemerintah menginginkan supaya upaya kesehatan ditujukan
untuk membentuk SDM yang berkualitas.

Oleh karena itu, pemerintah sekarang perlu merencanakan perubahan upaya kesehatan yang
berorientasi pada pembinaan kesehatan bangsa (Shaping the health of the nation), yaitu upaya
kesehatan yang dalam jangka panjang dapat menjamin kemandirian dan ketahanan penduduk
membentuk manusia Indonesia yang sehat dan bebas ketergantungan masyarakat Indinesia
terhadap dokter dan obat.

Upaya kesehatan yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk lebih
memiliki pengetahuan untuk dapat menghindari diri dari penyakit serta lebih membawa
masyarakat untuk lebih tahan terhadap penyakit, untuk hidup secara produktif. Upaya
kesehatan yang demikian dapat menempatkan kesehatan dalan tengah arus pembangunan.
Upaya kesehatan paradigma sehat yang dalam jangka panjang akan menjamin kemandirian
yang lebih besar dan akan meningkatkan ketahananmental dan fisik dari penduduk dan akan
bermuara pada terciptanya SDM manusia Indonesia yang berkualitas.
4. Kebijakan Kesehatan “Baru”
Tahun 1998, Menteri kesehatan pada waktu itu, Prof. Dr. F.A. Moeloek dalam rapat kerja
dengan Komisi VI DPR-RI, selasa 15 September 1998, menyatakan bahwa Departemen
Kesehatan memperkenalkan paradigma baru yaitu paradigma SEHAT. Dengan paradigma baru
ini maka pembangunan kesehatan lebih di tekankan pada upaya promotif-preventif dibanding
upaya kuratif-rehabilitatif. Dalam rapat kerja tersebut, Menteri Kesehatan menyebutkan bahwa:
Paradidma sehat ini juga sudah lama diketahui oleh banyak para ahli kesehatan, namun tidak
pernah menjadi kebijakan kesehatan. Kalau baru sekarang dijalankan karena dimasa lalu lebih
banyak tidur (Kompas, 16 September 1998).

Perubahan paradigma yang diungkapkan oleh Menteri Kesehatan pada waktu itu diharapkan
benar-benar merupakan titikbalik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk
yang berarti program kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa dan
bukan sekedar penyembuhan penyakit. Thomas Kuhn dalam bukunya yang sangat
berpengaruh: The Structur of Scientific Revolutions, seperti yang dikutip oleh Covey
menyatakan bahwa hampir disetiap pengobatan baru perlu didahului dengan perubahan
paradigma untuk dapat memecahkan atau merubah cara berpikir yang lama.

Membina bangsa yang sehat, jauh lebih luas dari upaya penyembuhan penduduk yang sakit.
Membina kesehatan suatu bangsa, membina suatu bangsa yang cerdas, terampil, tidak bisa
dilaksanakan oleh sektor kesehatan saja. Karena menciptakan bangsa yang sehat bukan
merupakan tanggung jawab Depkes saja. Menciptakan bangsa yang sehat perlu dilakukan
dengan pendekatan holistik, multi sektor, dan “release approach” yaitu menciptakan bangsa
yang sehat, produktif dan mandiri, lebih tahan terhadap penyakit, bebas dari ketergantungan
terhadap obat dan pelayanan medis yang berlebihan.
Upaya kesehatan dimasa datang harus mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia
yang sehat produktif. Sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat menghantarkan setiap
penduduk memiliki status kesehatan yang cukup. Orientasi baru upaya kesehatan adalah
orientasi menyehatkan penduduk, suatu orientasi sehat positif, sebagai kebalikan dari orientasi
pengobatan penyakit yang bersifat kuratif, membetulkan, memperbaiki, atau mengembalikan
sesuatu yang terjadi.

5. Konsekuensi/Implikasi dari Perubahan Paradigma


Perubahan paradigma sehat apabila dilaksanakan akan membawa dampak yang cukup luas.hal
itu dilaksanakan karena pengorganisasian upaya kesehatan yang adatenaga-tenaga kesehatan
yang ada, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, peraturan-perundangan kesehatan yang ada
adalah merupakan wahana dan sarana pendukung dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang berorientasi pada penyembuhan penyakit, maka untuk mendukung terselenggaranya
paradigma sehat yang berorientasi pada upaya promotif-preventif, proaktif, community-
centered, partisipasi aktif dan pemberdayaan masyarakat, maka semuua wahana, tenaga dan
sarana fasilitas yang adaperlu dilaksanakan penyesuaian dan bila perlu dilakukan reformasi,
termasuk reformasi program disemua tingkat, baik di tingkatpusat, propinsi, kabupaten dan
kota bahkan sampai tingkat kecamatan.
Selama ini masyarakat diberi anggapan bahwa kesehatan merupakan tanggung jawab
pemerintah, karena pemerintahlah yang selalu menyediakan pelayanan kesehatanjika mereka
sakit. Masyarakat seakan-akan dibiarkan dengan iklan-iklan obat yang menyesatkan tanpa ada
iklan sebaliknya. Sehingga setiap individu dalam masyarakat tidak berusaha dan tidak tahu
uuntuk mempraktekkan gaya hidup sehat seperti olah raga, makan makanan sehat, tidak
merokok dan istirahat yang cukup. Pemerintah harus ikutbertanggung jawab atas terciptanya
gaya hidup sehat dikalangan masyarakat yang selama ini kurang dilakukan secara sungguh-
sungguh.

Pada masa krisis sekarang ini, dimana obat dan pengobatan menjadi mahal keluarga-keluarga
dipaksa untuk membuat keputusan yang bijak untuk membelanjakan uangnya yang terbatas,
seharusnya pemerintah harus lebih menekankan pada pendidikan dan penyuluhan kesehatan
agar masyarakat mampu menghindarkan diri dari penyakit, tidak mudah jatuh sakit, dan
melaksanakan kebiasaan hidup sehat agar biaya pengobatan bisa dihemat.

6. Indikator kesehatan
Sementara itu sekarang ini mulai dipertanyakan apakah indikator yang digunakan sepertiIMR,
CDR, Live Expectancy masih cocok disebut indikator kesehatan penduduk. Untuk dapat menilai
berapa banyak penduduk yang sehat, tidak mudah bila menggunakan angka kematian dan
angka kesakitan penduduk. Untuk dapat mengukur status angka penduduk yang tepat, perlu
digunakan indikator positif (sehat), dan bukan hanya indikator negatif (sakit, mati) yang dewasa
ini masih dipakai. WHO menekankan agar sebagai indikator kesehatan positif dan konsep
holistik menekankan pada enam hal dibawah ini; a) melihat tidaknya patofisiologi pada
seseorang, b) mengukur kemampuan fisik seseorang seperti aerobic, ketahanan, kekuatan dan
kelenturan sesuai dengan tingkat umur, c) penilaian atas kesehatan sendiri, d) Indeks masa
tubuh (BMI), e) kesehatan mental dan kesehatan spiritual.

Dewasa ini mulai dipertanyakan keterkaitan antara IMR yang rendah dengan bayi sehat
penelitian di Afrika ditemukan bahwa 26% bayi yang terselamatkan (tidak mati) ternyata
cacat.Demikian halnya dengan peningkatan umur harapan hidup. WHO menegaskan bahwa
peningkatan umur harapan hidup itu harus artikan sebagai bertambahnya produktifitas dan
bukan sekedar bertambahnya umur tapi sakit-sakitan. WHO menyebutkan bahwa perpanjangan
umur harus diartikan sebagai “add life to years rather than merely add years to life”.disamping
itu penambahan umur harus diartikan sebagai penambahan “years of disability free life” dan
bukan penambahan “years of disabled life”.

7. Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi perawat dan bidan, dalam upaya kesehatan yang menekankan
pengobatan penyakit, adalah sangat penting. Mereka semua merupakan tulang punggung
palayanan medis di Indonesia. Namun untuk pengelolaan pelayanan kesehatan dan pembinaan
bangsa yang sehat, tenaga kesehatan yang ada tersebut ternyata tidak cukupmembina
kesehatan masyarakat membutuhkan pendekatan holistik yang luas, dan menyeluruh,
dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif, tidak individual. Intervensi yang utama antara
lain adakah membina lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup sehat,
menggalakkan upaya promotif, preventif, memperbaiki dan meningkatkan pelayanan keshatan
agar lebih efektif dan efisien, menyusun dan mendukung perundang-undangan yang
mendukung terciptanya upaya pembinaan kesehatan bangsa. Untuk menangani beberapa
kegiatan tersebut diatas, disamping tenaga kesehatan yang telah ada diperlukan pula tenaga
kesehatan yang memiliki wawasan, ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang berbeda, dengan
dokter, dokter gigi, bidan dan perawat. Tenaga tersebut harus dapat bekerjasama dan saling
melengkapi dengan tenaga kesehatan yang ada. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah
tenaga Psikologi, Sosial, dan juga Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Tenaga kesehatan ini harus mampu mengajak dan memotivasi dan memberdayakan
masyarakat, mampu melibatkan kerjasama lintas sektoral, mampu mengelola sistem pelayanan
kesehatan secara efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, dan teladan hidup
sehat, tenaga kesehatan tersebut harus berwawasan menciptakan bangsa yang sehat, bukan
sekedar penyembuhan penyakit. Membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat baik yang
“sakit” maupun yang “tidak sakit”, agar lebih sehat, kreatif dan produktif.

8. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam membina dan menciptakan bangsa yang sehat, memberdayakan masyarakat menjadi
sangat penting. Bukankah masyarakat juga mempunyai hak dan kewajiban untuk memelihara
kesehatan? Bukankah kesehatan itu pada dasarnya bukanlah komoditi yang bisa djual belikan
ataupun yang bisa dilayangan dari seorang kepada orang lain? Dalam menangani penyakit
kronis-degeneratif, AIDS dan kecelakaan erat berkaitan dengan perilaku dan pola hidup. Disini
jelas sekali bahwa perilaku pola hidup hanya bisa dirubah oleh masyarakat sendiri.
Menciptakan lingkungan hidup yang sehat yang memungkinkan masyarakat dapat sehat juga
hanya bisa dengan partisipasi aktif dengan masyarakat. Pada dasarnya dengan peran aktif
masyarakat dengan memberdayakan akan diciptakan masyarakat yang sehat, masyarakat
yang dapat terhindar dari penyakit.

Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana
memberdayakan dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab
atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana dan daya yang ada pada
mereka.

9. Kesehatan dan Komitmen Politik


Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk memecahkan
masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Pembangunan sosial ekonomi yang baik,
diperlukan tenaga pembangunan yang sehat yang memilki daya tahan yang cukup.

Dewasa ini masih terasa adanya anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak berperan
terhadap pembangunan sosial ekonomi. Penentu kebijakan banyak beranggapan bahwa Sektor
kesehatan lebih merupakan sektor konsumtif ketimbang sektor positif sebagai penyedia sumber
daya manusia yang berkualitas, sehingga ada keguncangan dalam keadaan ekonomi negara,
alokasi dalam sektor ini tidak akan meningkat.
Sementara itu para pakar kesehatan belum mampu memperlihatkan secara jelas manfaat
investasi bidang kesehatan dalam menunjang pembangunan Negara. Kesenjangan derajat
kesehatan masyarakat antara wilayah atau spesial perlu segera diatasi. Investasi yang selama
ini lebih ditekankan pada penambahan fasilitas, peralatan dan tenaga medis, perlu dipelajari
kembali. Banyak rumah sakit, puskesmas, poliklinik, bidan dan dokter, bukan merupakan
jaminan meningkatnya kesehatan penduduk.Pergeseran paradigma dari pelayanan medis ke
pembangunan kesehatan memerlukan pembaharuan komitmen politik dari
pemerintah.Membina kesehatan bangsa jauh lebih luas dari menangani penyakit. Oleh karena
itu tidak dapat ditangani oleh sektor yang bersangkutan saja. Menyiapkan generasi baru yang
sehat, cerdas, terampil perlu dilaksanakan secara multi sektoral.

Dimasa pemerintahan orde baru lalu kendatipun diungkapkan secara jelas, bahwa
pembangunan di Indonesia adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya namun dalam
kenyataan yang diutamakan adalah pembangunan ekonomi saja, bukan pada “human
investment”. Apabila kita ingin membangun bangsa Indonesia yang berkualitas maka
pembangunan yang semula berorientasi pada GNP Growth perlu diubah menjadi “Human
Capital Growth” yaitu: health, education, and sosial security.Pengembangan human capital
merupakan prasyarat dasar dan penting untuk meningkatkan produktifitas yang pada gilirannya
akan meningkatkan kesejahtraan masyarakat.

Demikian telah dicoba untuk diuraikan paradigma sehat yang dimulai dengan re-orientasi yang
dipandang dari sudut pandang yang semula upaya kuratif rehabilitatif pasif-reaktif individual
centered, menjadi upaya kreatif-rehabilitatif positif-reaktif individual centeredmenjadi upaya
promotif-preventif-proaktif community centered. Dari paradigma kesehatan individu melalui
pendekatan fisik–organik ke paradigma sehat-holistik dengan pendekatan masyarakat
menyeluruh. Mengingat masalah kesehatan adalah masalah politik maka penyelesaian masalah
kesehatan tidak berada dibangsal rumah sakit, puskesmas ataupun di lapangan, tetapi di
diberbagai sector termasukpemerintah dan pembuat kebijakan dan kesediaan melakukan
perubahan pada seluruh jajaran pengelola kesehatan.

Perubahan paradigma hanya terjadi bila diikuti dengan perubahan orientasi para pengambil
keputusan, perubahan peraturan perundangan yang mungkin terjadi perubahan pendekatan,
pengorganisasian, ketenagaan dan alokasi pembiayaan yang akhir ini menjadi kunci
tercapainya perubahan.
MODUL 1
aktif mengikuti kuliah, mengerjakan tugas, melakukan diskusi kelompok dan mempelajari sumber belajar yang relev
an KONSEP
dengan tepat DASAR
ROMOSI
osi kesehatanKESEHATAN
dengan benar

A. Definisi Promosi Kesehatan


Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang berarti memenuhi
kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan
kerja dan ketenteraman hidup.Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya
derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah
dan swasta bersama-sama.

Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan
pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan cara melakukan pendidikan
kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara
penyuluhan oleh tim medis. Yang biasa disebut dengan promosi kesehatan ataupun
penyuluhan kesehatan.

Membuat selebaran tentang resiko merokok untuk sekolah-sekolah……Program-program


diberbagai tempat kerja untuk mendorong para karyawan agar mematuhi peraturan-peraturan
keselamatan…….Pelatihan para dokter medis agar mengenali problem-problem emosional
dengan para pasien mereka. Semua kegiatan itu dapat dipertimbangkan sebagai pencegahan
dan promosi kesehatan. Apakah yang dimaksud dengan Promosi kesehatan itu?

Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa
diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi
setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya.
Diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil
pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih
tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam
pembangunan kesehatan. Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima
fenomena yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada
dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga,
Tantangan global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi,
telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan lingkungan .Kelima, Demokratisasi.

Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk
lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai
model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong
masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah sebuah proses yang
memungkinkan individu dan masyarakat untuk meningkatkan control tentang determinan-
determinan kesehatan, sehingga kesehatan dapat diperbaiki.(Health promotion is the process
of enabling people to increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986).
Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai strategi
yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan
koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi
kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan
yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003 dalam notoatmodjo).

Promosi kesehatan adalah proses advokasi kesehatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan
kemampuan baik di tingkat personal, swasta, maupun pemerintah. Promosi Kesehatan adalah
suatu kegiatan penyampaian ilmu dan informasi kesehatan kepada individu kelompok, keluarga
dan komunitas dengan tujuan dari tidak mampu menjadi mampu merubah kebiasaan
yang  sesuai dengan prinsip kesehatan dalam berbagai aspek kehidupannya secara
mandiri  dan menerapkan sepanjang hidupnya. Proses untuk meningkatkan  kemampuan orang
dalam meningkatkan dan mengendalikan kesehatan, maka seseorang/ kelompok
harus  mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah
lingkungannya  (piagam Ottawa,1986)

Menurut Joint Committee on Health Education terminology (1991), Health Promotion is defined
as “ the aggregate of all purposeful activities designed to improve personal and public health
through a combination of strategies, including the competent implementation of behavioral
change strategies, health education, health protection measures, risk factor detection, health
enchancement and helath maintenance.”

B. Tujuan Promosi Kesehatan


Secara umum ada 5 tujuan dari promosi kesehatan :
1. Mencapai kesehatan masyarakat
2. Mendorong perkembangan lingkungan yang berdampak pada kesehatan
3. Menguatkan jaringan-jaringan sosial dan dukungan-dukungan sosial
4. Mempromosikan perilaku kesehatan yang positif dan siasat-siasat penangulangan yang
tepat – kunci dalam promosi kesehatan
5. Menambah pengetahuan dan menyebarkan informasi yang bertalian dengan kesehatan

C. Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan

Sebelum 1978 : Krisis Kesehatan


Walaupun dahulu penyakit-penyakit infeksi dibasmi dengan cara-cara pencegahan, profesi
medis sepenuhnya juga diarahkan kepada jenis-jenis penyakit ini dan membuat kemajuan yang
besar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan profesi medis. Dasar yang kuat bagi
pengaruh medis di dalam kesehatan dan perawatan kesehatan diletakkan pada masa itu.

Setelah Perang Dunia II, Profesionalisasi (dan Spesialisasi) yang tumbuh (baik di sektor medis
maupun di sektor psikologis) mengarah pada suatu spesialisasi yang ‘lebih’ dan dipusatkan
pada sistem perawatan kesehatan.Contoh, dahulu hamper semua perilaku menyimpang dicap
‘sakit’ atau ‘jelek’. Dengan pendefinisian kembali perilaku menyimpang sebagai ‘sakit’ , banyak
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kontrol sosial sekarang dimasukkan ke
dalam sistem pencatatan medis untuk pemecahannya. Penggolongan kembali ini juga
mempromosikan penggunaan model biomedis untuk mencari dasar-dasar biologis untuk
perilaku menyimpang.

Fokusnya lebih pada perawatan penyembuhan dari pada pencegahan ; dengan kata lain hanya
orang-orang yang sudaj\h sakit yang mendapat pertolongan professional. Hal ini mengakibatkan
terjadinya kepercayaan yang berlebihan terhadap kompetensi medis.
Konsekuensi dari keadaan tersebut, hanya sebagian kecil penduduk yang dapat memanfaatkan
pertolongan ini, sedangkan sebagian besar lainnya terlambat untuk mendapatkan pertolongan
(biasanya terjadi pada penyakit-penyakit kronis) dan biaya untuk penyakit-penyakit tersebut
sangat ‘mencekik’.

Jadi, walaupun teknologi kesehatan semakin maju , makin banyak orang meninggal dunia oleh
penyakit-penyakit kronis (yang berkaitan dengan gaya hidup, kebiasaan, kecelakaan, dan lain-
lain). Akhirnya orang mulai menyadari bahwa rasa yakin yang berlebihan pada perawatan
medis ternyatatidak memecahkan masalah. Hal ini mengakibatkan adanya krisi kesehatan di
tahun 1970 dan 1980an.

Setelah 1978 : Suatu Perubahan Radikal di Dalam Perawatan Kesehatan


Problem-problem di Negara-negara industri yang terjadi juga di Negara-negara berklembang
(walaupun alasannya berbeda) memungkinkan terjadinya perubahan di dalam sistem
perawatan kesehatan. Di tahun 1977, kelompok pembuat kebijaksanaan WHO, ‘the World
Health Assembly’, membuat keputusan penting. Diputuskan bahwa sasaran social yang utama
dari pemerintah dan WHO dalam dekade yang akan datang sebaiknya hasil yang dicapai oleh
semua orang di dunia pada tahun 2000, tingkat kesehatan yang akan memperbolehkan mereka
untuk menyelenggarakan kehidupan yang produktif secara social maupun ekonomis. Hal ini
terkenal sebagai : ‘Kesehatan bagi semua orang pada tahun 2000; ( Health for all by the year
2000 atau HFA-2000)

Konfrensi internasioanl di Alma Ata tahun 1978, menyatakan bahwa kesehatan bagi semua
orang pada tahun 2000 dapat dicapai melalui sistem-sistem kesehatan yang didasarkan atas
apa yang disebut ‘Pelayanan Kesehatan Dasar’ (Primary Health Care – PHC). Model PHC
merupakan suatu pendekatan perawatan kesehatan yang secara keseluruhan dapat dikatakan
sebagai suatu pendekatan yang revolusioner, dengan penekanan pada pendekatan dan
sumber daya komunitas, pencegahan dan promosi kesehatan , dengan semua kelompok
beresiko sebagai sasaran. Beberapa sifat dari PHC adalah :
a. PHC merupakan cerminan keadaaan sosial , ekonomis dan politik suatu Negara atau
komunitas.
b. PHC memberikan prioritas pada orang-orang yang paling membutuhkannya
c. PHC memberikan perhatian pada masalah-masalah kesehatan yang utama pada suatu
komunitas.
d. PHC melengkapi pelayanan Preventif, Promotif, Curatif dan Rehabilitatif.
e. PHC berdasarkan sepenuhnya kepercayaan atas diri sendiri dari masyarakat dan individu,
dalam perencanaan, pelaksanaan dan kontrol. Juga menggunakan teknologi kesehatan
yang tepat.
f. PHC juga melibatkan : pendidikan yang meliputi masalah-masalah kesehatan dan
metode-metode pencegahan dan pengontrolannya (promosi pola perilaku peningkatan
kesehatan).

‘Pelayanan Kesehatan Dasar’ di Indonesia


Pendekatan ‘Pelayanan Kesehatan Dasar’ (Primary Health Care) di Indonesia membuat
sasaran pada problem-problem pelayanan kesehatan, khususnya adanya (availability), hal
dapat dicapai (accessibility), dan ketepatan (appropriateness).
PHC mengubah perhatian tradisional dari institusi pusat yang jumlahnya sedikit menjadi wilayah
kebutuhan yang paling luas, yaitu masyarakat local. Konsep dasarnya menunjukkan bahwa
sumber terbesar dari kesehatan adalah potensi orang-orang untuk merawat dirinya sendiri
(UNICEF.1989).

Tahun 1979, menteri Kesehatan membuat program dengan tujuan memperluas Pelayanan
kesehatan dasar melalui PusKesMas untuk mencapai sepertiga dari semua desa (Johnston,
1983 ; Williams & Satoto, 1983). Pelayanan-pelayanan dan program-program pokok berikut ini
merupakan kerangka dasar dari pendekatan PHC (UNICEF.1989) :
a. Memperluas program imunisasi
b. Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KB)
c. Mengendalikan penyakit diare
d. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
e. Kebersihan lingkungan dan sumber air

Untuk tercapainya pembangunan kesehatan, pemerintah membentuk suatu sistem yang disebut
dengan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Sistem ini dimaksudkan untuk mengatur
tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat secara optimal (SKN, 1982).

Bentuk pokoK SKN adalah organisasi dan kerjasama yang dinamis, terarah dan berhasil serta
berdaya guna. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia tinggal dan tersebar di daerah
pedesaan, maka pemerintah membangun pusat-pusat kesehatan masyarakat, yang kemudian
dikenal dengan : Puskesmas. Puskesmas ini ada di setiap kecamatan, yang setiap
keberadaannya dibantu oleh Puskesmas Pembantu. Setiap dipimpin oleh seorang dokter, dan
di setiap puskesmas pembantu dipimpin oleh paramedis, yang dibantu oleh seorang dokter gigi.

Bagi masyarakat yang berada jauh dipelosok dan diperkirakan tidak dapat memanfaatkan
pelayang Puskesmas pembantu, disediakan Pos Keliling. Ide pelayanan Puskesmas ini sejalan
dan seirama dengan ide PHC dari WHO, yang menekankan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat banyak dengan biaya yang terjangkau.

SKN mulai diperkenalkan pada tahun 1980 . Di dalam SKN, Indonesia mempunyai suatu
sistem yang disebut sistem pelayanan berjenjang.Puskesmas melakukan koordinasi terhadap
semua upaya dan sarana pelayanan yang ada di wilayah kerjanya. Puskesmas menerima
rujukan dari masyarakat, dan dalam pelaksanaannya, bila Puskesmas tidak mampu menangani
suatu kasus tertentu, maka hal ini akan dirujuk ke rumah sakit, baik itu rumah sakit tingkat II,
maupun rumah sakit tingkat I.

Usaha-usaha kesehatan pokok yang dilaksanakan di Puskesmas, paling sedikit harus meliputi
‘pelayanan dasar’ (The Basic Seven) seperti yang dianjurkan WHO yaitu :
(1) Pemeriksaaan, pengobatan , dan perawatan.
(2) Kesejahteraan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana (KB)
(3) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
(4) Hygiene dan sanitasi lingkungan
(5) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
(6) Perawatan kesehatan masyarakat
(7) Pengumpulan data-data untuk penilaian dan perencanaan

Namun sampai saat ini di banyak negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia,
apabila berbicara masalah kesehatan pada umumnya asosiasi kita tertuju pada pengobatan
penyakit, rumah sakit, puskesmas, poliklinik, sehingga pembiayaan rumah sakit dan
pembiayaan penanganan orang sakit merupakan penduduk masih berupa program-program
konvensional, masih menekankan pada pengembangan rumah sakit-rumah sakit, penanganan
penyakit secara individual, spesialis, terutama penanganan peristiwa sakit secara episodik.
Dipandang dari segi ekonomi melakukan investasi pada orang yang ‘tidak atau belum sakit’
lebih ‘cost-effective’ daripada terhadap orang sakit, karena investasi pada orang ‘sehat’ dan
orang ‘tidfak sakit’ lebih dekat ke produktivitas ketimbang investasi pada orang sakit.

Upaya kesehatan yang selama ini dilaksanakan masih berorientasi pada upaya
penanggulangan penyakit episodik dan upaya penyembuhan. Upaya kesehatan yang demikian
seringkali menyesatkan pemikiran kita, seolah-olah apabila semua orang sakit bisa diobati,
maka masyarakat menjadi sehat. Upaya kesehatan dengan pendekatan penyembuhan penyakit
membuat upaya kesehatan dinilai sebagai konsumtif bukan produktif dan menempatkan upaya
kesehatan di arus pinggir pembangunan. Upaya kesehatan harus diarahkan untuk dapat
membawa setiap penduduk memiliki kesehatan yang cukup agar bisa hidup produktif.

Obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki status
kesehatan yang cukup. Orientasi baru upaya kesehatan adalah orientasi memelihara dan
meningkatkan kesehatan penduduk, suatu orientasi sehat positif, sebagai kebalikan dari
orientasi pengobatan yang bersifat kuratif-responsif. Dengan kata lain, program kesehatan yang
menekankan upaya kuratif adalah merupakan ‘Health Program for Survival’ sedangkan program
kesehatan yang menekankan pada upaya promotif dan preventif merupakan “Health Program
for Human Development”

Paradigma sehat yang dicanangkan Departemen Kesehatan pada tanggal 15 September 1998
diharapkan akan merupakan upaya kesehatan yang dalam jengka panjang mampu mendorong
masyarakat utnuk lebih tahan dan mampu menghindarkan diri dari penyakit, agar dapat hidup
secara produktif. Upaya kesehatan yang demikian dalam jangka panjang akan menempatkan
kesehatan diarus tengah pembangunan. Upaya kesehatan “Health Oriented Approach” dalam
jangka panjang akan menjamin kemandirian yang lebih besar , meningkatkan ketahanan mental
dan fisik penduduk, dan bermuara pada terciptanya SDM yang berkualitas, yang sangat
diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.

Oleh karena itu implementasi paradigma sehat akan lebih menekankan pada upaya :
pencegahan penyakit, Promosi Kesehatan dan perlindungan kesehatan masyarakat. Dengan
adanya konsep pardigma sehat ini semakin mendorong program promosi kesehatan pada
masyarakat. Pencanangan paradigma sehat khusunya pada masa krisis dewasa ini adalah
sangat tepat, karena memberdayakan masyarakat agar tidak jatuh sakit melalui upaya promotif
dan preventif adalah lebih penting daripada memberikan obat, alat dan fasilitas pengobatan.

D.  Strategi Promosi Kesehatan


Strategi promosi kesehatan menurut WHO ( internasional)
a.       Advokasi; pendekatan terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam
rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Advokasi yang berhasil akan
menentukan keberhasilan kegiatan promosi kesehatan pada langkah selanjutnya
sehingga keberlangsungan program dapat lebih tejamin.
b.      Mediasi. kegiatan promosi kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus
melibatkan lintas sector dan lintas program. Mediasi berarti menjembatani “pertemuan”
diantara beberapa sector yang terkait . Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat
diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap
masalah kesehatan tersebut. Sebagai contoh, kegiatan promosi kesehatan terkait
kebersihan lingkungan harus melibatkan unsure kimpraswil dan pihak lain yang terkait
sampah.
c.       Memampukan masyarakat (enable),  adalah kegiatan pemberian pengetahuan dan
keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu menjaga dan memelihara serta
meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Kemandirian masyarakat dalam menjaga
dan meningkatkan kesehatanya merupakan tujuan dari kegiatan promosi kesehatan.

Strategi Promosi Kesehatan berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, yaitu:


a.       Strategi Promosi Kesehatan Primer
Tindakan pada fase ini adalah untk mencegah terjadinya kasus penyakit. Berfokus pada
masyarakat yang masih daam keadaan sehat.
b.      Strategi Promosi Kesehatan Sekunder
Strategi promosi kesehatan sekunder berfokus pada masyarakat yang beresiko untuk
mengalami penyakit.
c.       Strategi Promosi Kesehatan Tersier
Dalam tahap ini, strategi kesehatan difokuskan pada masyarakat yang sudah terkena
penyakit. Focus penanganan yaitu dengan rehabilitasi untuk mencegah kecacatan/
kemunduran lebih lanjut dari penyakitnya tersebut.

E. Metode dan Teknik Promosi Kesehatan


Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu cara yang digunakan dalam setiap
pelaksanaan promosi kesehatan. Berdasarkan sasarannya metode dan teknik promosi
kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu :

a.  Metode Promosi Kesehatan Individual


Metode ini digunakan apabila seseorang yang mempromosikan kesehatan dapat
berkomunikasi secara langsung dengan klien, baik bertatap muka maupun melalui sarana
komunikasi lainnya.
b.  Metode Promosi Kesehatan Kelompok
Sasaran kelompok dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.      metode promosi kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya : dengan melakukan
diskusi kelompok, saling mencurahkan pendapat.
2.      metode promosi kesehatan untuk kelompok besar, misalnya : metode ceramah yang
diikuti dengan tanya jawab, seminar.
c.  Metode Promosi Kesehatan Massal
Sasaran promosi kesehatan massal dapat dilihat dari kelompok umur, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, sosial budaya, dsb. Sebelum melakukan promosi kesehatan,
promotor kesehatan harus merancang pesan kesehatan yang akan disampaikan. Metode
promosi kesehatan massal adalah :
1.      Ceramah umum, biasa dilakukan di lapangan terbuka dan tempat-tempat umum.
2.      Penyampaian pesan melalui alat elektronik seperti radio dan televisi.
3.      Penggunaan media cetak seperti koran, majalah, buku, selebaran, poster, dsb.

5.      Sasaran
Sasaran promosi kesehatan adalah :
a.      Individu atau keluarga
Dengan diberikannya promosi kesehatan individu diharapkan memperoleh informasi baik
secara langsung ataupun melalui berbagai media, mempunyai kemampun untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya, dapat melakukan tindakan
hidup bersih dan lingkungan yang sehat, ikut berperan dalam kegiatan sosial yang
berkaitan dengan kesehatan.
b.      Masyarakat atau LSM
Diharapkan dapat mengembangkan upaya peningkatan kesehatan dan saling
bekerjasama serta saling membantu untuk mewujudkan lingkungan sehat.
c.       Lembaga pemerintah
Diharapkan dapat perduli dan mndukung upaya mengembangkan perilaku sehat dan
lingkungan sehat, membuat kebijakan yang berhubungan dengan bidang kesehatan.
d.      Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu kesehatan yang dapat memeberi kepuasan pada
masyarakat.

6.      Peran Promosi Kesehatan


Kesehatan merupakan hasil interaksi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari
faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari sosial, budaya masyarakat,
lingkungan fisik, sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya. Faktor yang mempengaruhi
baik individu, kelompok dan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
a)      Lingkungan (environment)
Lingkungan disini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi. Intervensi
terhadap faktor lingkungan fisik yaitu dalam bentuk perbaikan sanitasi lingkungan,
sedangkan intervensi terhadap lingkungan sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan
budaya dalam bentuk program-program peningkatan pendidikan, perbaikan sosial
ekonomi masyarakat, penstabilan politik dan keamanan.
b)      Perilaku (behavior)
Perilaku mempengaruhi lingkungan pelayanan kesehatan. Bila seseorang berperilaku
positif terhadap lingkungan dan kesehatannya maka seseorang akan mendapatkann
feedback yang positif pula.
c)      Pelayanan kesehatan (health services)
Intervensi terhadap pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan dan perbaikan
fasilitas pelayanan kesehatan.
d)     Keturunan (heredity)
Intervensi faktor keturunan adalah penasihat perkawinan, dan penyuluhan kesehatan
khususnya bagi kelompok yang mempunyai resiko penyakit keturunan.
Keempat faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain
mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku dan perilaku juga mempengaruhi
lingkungan dan mempengaruhi pelayanan kesehatan.

MODUL 1
Setelah aktif mengikuti
KONSEP DASAR kuliah, mengerjakan tugas, melakukan diskusi kelompok dan mempelajari sumber belajar yang relevan m
gkup Promosi kesehatan dengan tepat
PROMOSI KESEHATAN
asar perkembangan promosi kesehatan dengan benar

A. PENGERTIAN RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

1. Pengertian Ruang Lingkup


Dalam sebuah penelitian ruang lingkup bisa berarti pembatasan variable yang digunakan,
berapa banyak subjek yang akan diteliti, luas lokasi penelitian, materi yang dikaji, dan
sebagainya. adanya pembatasan atau ruang lingkup dalam sebuah penelitian penting adanya
karena akan mempengaruhi validitas dari hasil penelitian itu sendiri.
Kemudian ruang lingkup secara khusus juga digunakan untuk membatasi materi dari sebuah
ilmu. Misalnya saja ilmu psikologi  memiliki ruang lingkup psikologi dasar, psikologi kepribadian,
psikologi kesehatan, psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi dewasa, dan sebagainya.
dalam setiap cabang dapat dibeberkan ruang lingkupnya masing-masing. Misalnya psikologi
kesehatan memiliki ruang lingkup kesehatan jiwa, psikologi pasien di rumah sakit, psikologi
kehamilan, gangguan psikologi, dan sebagainya. dari contoh di atas dapat diambil pelajaran
mengenai makna ruang lingkup secara khusus.

Jadi, ruang lingkup promosi kesehatan adalah suatu proses atau upaya pemberdayaan
masyarakat untuk dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya dalam suatu batasan –
batasan baik ilmu maupun subjeknya.

2.      Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
a.    Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang
penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran,
kemauan dan kemampuan.
b.     Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya
pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
c.     Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang
tekanannya pada penyebaran informasi.
d.     Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada
upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
e.     Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk
mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang
berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan
suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
f.      Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community organization),
pengembangan masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social
mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup
promosi kesehatan dapat dilihat dari dimensi aspek pelayanan kesehatan, dimensi tatanan
(setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan dan dimensi tingkat pelayanan.

a.   Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan


Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek pokok, yakni: promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif
1. Pelayanan promotif (peningkatan kesehatan) dan preventif (pencegahan), adalah pelayanan
bagi kelompok masyarakat yang sehat, agar kelompok itu tetap sehat bahkan meningkat
status kesehatannya.
2. Pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitative (pemulihan kesehatan), adalah pelayanan
kelompok masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih
kesehatannya.

b.  Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan


Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
1. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia. Dalam pelaksanaan
promosi kesehatan di keluarga sasaran utamanya adalah orang tua (ibu), dimana ibu
merupakan seseorang yang memberikan perilaku sehat kepada anak-anaknya sejak lahir 
2. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Sasaran promosi kesehatan di sekolah adalah guru, karena guru merupakan pengganti
orang tua pada waktu di sekolah. Sekolah merupakan tempat utuk memberikan perilaku
kesehatan kepada anak. Sekolah dan lingkungan sekolah yang sehat sangat tepat untuk
berperilaku sehat bagi anak
3. Promosi kesehatan ditempat kerja.
Sasaran promosi kesehatan adalah karyawan, yang berperan sebagai promotor kesehatan
adalah pemimpin perusahaan dan sektor kesehatan. Salah satunya dengan memberikan
fasilitas tempat kesehatan yang baik bagi prilaku sehat karyawan atau pekerjanya.
4. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum
Di tempat-tempat umum (seperti pasar, terminal bus, stasiun) perlu dilaksanakan promosi
kesehatan, yaitu dengan cara menyediakan fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat
pengunjungnya, bisa dengan memberikan poster dan selebaran mengenai cara-cara
menjaga kebersihan.
5. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
Tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dsb,
merupakan tempat yang strategis untuk melakukan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan
promosi kesehatan ini dapat dilakukan secara individual oleh para petugas kesehatan
kepada pasien atau keluarga yang ada di tempat pelayanan kesehatan tersebut.

c. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan


Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.
1. Promosi kesehatan ( health promotion)
Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam peningkatan gizi,
kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah tangga yang
baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran, air limbah, hygiene perorangan,
rekreasi, sex education, persiapan memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan
menopause. Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada
umumnya.Beberapa usaha di antaranya:
a. Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air rumah tangga yang
baik,perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
d. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.

2.   Perlindungan khusus (specific protection)


Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan
kesehatan. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai
perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun anak-anaknya masih rendah. Selain
itu pendidikan kesehatan diperlukan sebagai pencegahan terjadinya kecelakaan baik
ditempat-tempat umum maupun tempat kerja. Penggunaan kondom untuk mencegah
penularan HIV/AIDS, penggunaan sarung tangan dan masker saat bekerja sebagai tenaga
kesehatan. Beberapa usaha lain di antaranya :
a. Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.
b. Isolasi penderitaan penyakit menular .
c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja.

3.   Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat.
Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya.
Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatn yang layak.
Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini. Pemeriksaan pap
smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara mendeteksi dini penyakit kanker. Bila dengan
deteksi ini ditemui kelainan maka segera dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk
memastikan diagnosa seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi atau kolposcopy.
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit
sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
b. Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.

Beberapa usaha deteksi dini di antaranya :


a.   Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam pemeriksaan : misalnya
pemeriksaan darah,roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan
pengobatan.
b.   Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit yang telah
berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar
derita penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan lain
yang perlu misalnya isolasi,desinfeksi dan sebagainya.
c.   Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit
pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa
berhasil atau tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis
obat serta keahlian tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada kapan
pengobatan itu diberikan.

Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan:


Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit,bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya
pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.
a.   Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
b.   Penderitaan sakit menjadi lebih lama.
c.   Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar

4. Pembatasan cacat (disability limitation)


Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas.
Dengan kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit
terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan
orang yang bersangkutan cacat atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan
kesehatan juga diperlukan pada tahap ini. Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus
infeksi organ reproduksi menjegah terjadinya infertilitas.

5. Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk
memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-
latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit,
kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak
mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas
pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga
perlu pendidikan kesehatan pada  masyarakat. Pusat-pusat rehabilitasi bagi korban
kekerasan, rehabilitasi PSK, dan korban narkoba. Rehabilitasi ini terdiri atas :
a.   Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya.
Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan,patah kakinya perlu mendapatkan
rehabilitasi dari kaki yang patah ini sama dengan kaki yang sesungguhnya.
b.  Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan
sosial secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah
muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita
perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelumm kembali ke dalam masyarakat.
c.   Rehabilitasi sosial vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat
dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan
ketidak mampuannya.
d.   Rehabilitasi aesthesis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat
dikembalikan misalnya : penggunaan mata palsu.

Usaha mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,memerlukan bantuan dan


pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami
keadaan mereka (fisik,mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka
dalam proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat,dalam keadaannya yang
sekarang. Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah
pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini. Mereka yang
direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat,bukan hanya
berdasarkan belas kasihan semata-mata,melainkan juga berdasarkan hak asasinya
sebagai manusia.

B. Perkembangan Konsep Dasar Promosi Kesehatan


Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dan konsep pendidikan kesehatan,
yang berkembang sejalan dengan perubahan paradigm kesehatan masyarakat (Public Health).
Perubahan padigma kesehatan masyarakat terjadi antara lain akibat perubahan pola penyakit,
gaya hidup kondisi kehidupan lingkingan kehidupan demografi dan lain – lain.
Pada awal perkembangannya, kesehatan masyarakat difokuskan pada factor – factor yang
menimbulkan resiko kesehatan seperti udara, air, penyakit – penyakit bersumber makanan
serta penyakit – penyakit yang buruk. Dalam perkembangan selanjutnya disadari bahwa kondisi
kesehatan juga dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat. Sejak saaat itu, pendidikan kesehatan
menjadi perhatian dan merupakan bagian dari upaya kesehatan masyarakat yang difokuskan
kepada :
a. Perilaku beresiko seperti : Merokok, Makanan rendah serat, dan Kurang gerak
b. Pelayanan kedokteran pencegahan
c. Deteksi dini pencegahan.

Deklarasi Alam Ata ( 1978 ) menghasilkan strategi utama dalam pencapaian kesehatan bagi
semua (Health For All ) melalui pelayanan kesehatan dasar( Primary Healt Care ). Salah satu
komponen didalam pelayanan kesehatan dasar itu adalah pelayanan kesehatan, yang di
Indonesia pernah juga disebut penyuluhan kesehatan.

Pada tahun 1986 di Ottawa, Canada, dilangsungkan konferensi  internasional promosi


kesehatan yang menghasilkan piagam Ottawa (Ottawa Charter) yang menjadi acuan bagi
promosi kesehatan, termasuk di Indonesia. Sesuai dengan piagam Ottawa, aktivitas promosi
kesehatan adalah Advokasi (Advocating), Pemberdayaan (Enabling), dan Mediasi (Mediating).
Selanjutnya piagam Ottawa juga merumuskan lima komponen utama promosi kesehatan yaitu :
a)      Membangun kebijakan public berwawasan kesehatan (Built Health Public Policy), artinya
mengupayakan agar para pembantu kebijakan diberbagai sector dan tingkatan
administrasi mempertimbangkan dampak kesehatan dari setiap kebijakan yang dibuatnya.
b)      Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive Environtments) artinya
menciptakan suasana lingkungan (baik fisik maupun social politik) yang mendukung
sehingga masyarakat termotivasi untuk melakukan upaya – upaya yang positife bagi
kesehatan.
c)      Memperkuat gerakan masyarakat (Streghthen community action) artinya memberikan
dukungan terhadap kegiatan masyarakat agar lebih berdaya dalam upaya mengendalikan
factor – factor yang mempengaruhi kesehatan.
d)     Mengembangkan ketrampilan individu (Develop personal skill) artinya mengupayakan agar
masyarakat mampu membuat informasi, pendidikan dan pelatihan memadai. Upaya ini
akan lebih efektiv dan efisien bila dilakukan melalui pendekatan tatanan (setting).
e)      Reorient pelayanan kesehatan (Reorient Health Service) artinya mengubah orientasi
pelayanan kesehatan agar lebih mengutamakan upaya preventive dan promotive tanpa
mengesampingkan upaya curative dan rehabilitative.

Anda mungkin juga menyukai