Anda di halaman 1dari 4

TERAPI MODALITAS

TERAPI PSIKORELIGIUS

A. RELIGIUS SEBAGAI KEBUTUHAN DASAR DAN GOT SPOT PADA OTAK


MANUSIA
Pengalaman spiritual di bagian lobus temporal yang berlangsung beberapa detik saja
dapat mempengaruhi emosional yang lama dan kuat sepanjang hidup dan dapat mengubah
arah hidup (life transforming). Sebagian besar pakar neurobiologi berpendapat Titik
Tuhan/ ”God Spot” atau Modul Tuhan ”God Module” berkaitan denga pengalaman
religius.
Menurut kajian Howard Clinell, yang dikutip Dadang Hawari, menyatakan bahwa
pada dasarnya manusia memiliki 10 kebuutuhan religius :
1. Kepercayaan dasar (Basic Trust).
2. Makna hidup secara vertikel dan horizontal.
3. Komitmen peribadatan ritual dan hubungannya dengan keseharian.
4. Kebutuhan pengisian keimanan (Charge) dan kontinuitas hubungan dengan
Tuhan.
5. Bebas dari rasa salah dan dosa.
6. Self acceptance and self esteem.
7. Rasa aman, terjamin, dan keselamatan masa depan.
8. Tercapainnya derajat dan martabat yang semakin tinggi serta integritas pribadi.
9. Terpeliharanya interaksi dengan alam.
10. Hidup dalam masayarakat yang religius.

B. RISET RELIGIUSITAS PADA KLIEN JIWA


Manfaat komitmen agama tidak hanya dalam penyakit fisik, tetapi juga di bidang
kesehatan jiwa. Dua studi epidemologik yang luas telah dilakukan terhadap penduduk.
Untuk mengetahui sejauh mana penduduk menderita psychological distress. Terapi
keagamaan (Intervensi religi) pada kasus-kasus gangguan jiwa ternyata juga membawa
manfaat. Misalnya angka rawat inap pada klien skizofrenia yang mengikuti kegiatan
keagamaan lebih rendah bila di bandingkan dengan mereka yang tidak mengikutinya.
Sedangkan klien yang tidak diberikan psiko religius terapi pada swicide memiliki risiko
4 kali lebih besar untuk melakukan bunuh diri.
Selanjutnya dikemukakan bahwa kegiatan keagamaan/ibadah/shalat,
menurunkan gejala psikiatrik. Riset yang lain menyebutkan bahwa menurunnya
kunjungan ke tempat ibadah, meningkatkan jumlah bunuh diri di USA.
Kesimpulan dari berbagai riset menunjukkan bahwa religiusitas mampu
mencegah dan melindungi dari penyakit kejiwaan, mengurangi penderitaan
meningkatkan proses adaptasi dan penyembuhan.

C. PENGARUH DO’A TERHADAP PENYAKIT KEJIWAAN


Salah satu tindakan keagamaan yang penting adalah berdo’a, yakni memanjatkan
permohonan kepada Allah supaya memeproleh seauatu kehendak yang diridhoi. Dari masa
ke masa pengaruh do;a tersebut ters-menerus mendapat perhatian penting.
WHO telah menyempurnakan batasan sehat dengan menambahkan satu spiritual
(agama) sehingga sekarang ini yang dimaksud dengan sehat adalah tidak hanya sehat dalam
arti fisik, psikoloik, dan sosial, tetapi juga sehat dalam arti spiritual sehingga dimensi sehat
menjadi biopsikososiospiritual. Perhatian ilmuan di bidang kedokteran dan keperawatan
terhadap agama semakin besar.
Sebagai dampak modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan, dan
takhnologi, agama, dan tradisi lama ditinggalkan karena dianggap usang. Kemakmuran
materi yang diperoleh ternyata tidak selamanya membawa kesejahteraan (well being).
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat negara maju tekah kehilangan aspek spiritual
yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, apakah dia termasuk orang yang
beragama atau yang sekuler sekalipun. Kekosongan spiritual, kerohanian dan rasa
keagmaan inilah yang menimbulkan permasalahan pdikososial di bidang kesehatan jiwa.
Kehausan spiritual, kerohanian dan keagamaan ini nampak jelas pada awal tahun
1970 sehingga saat sejak itu mulai muncul berbagai aliran spiritual atau psuodoagama yang
cukup laris merasuk Amerika Serikat yang dikenal dengan istilahNew
Religion Movment (NRM). NRM ternyata banyak menimbulkan msalah psikososial
sehingga APA (Amaerican Psychiatric Association) membentuk task force untuk
melakukan penelitian.
Dalam hubungan antara agama da kesehatan jiwa, Cancellaro,
Larson, danWilson telah melakukan penelitian terhadap 3 kelompok :

1. Kronik alkoholik
2. Kronik drug addict
3. Skizofrenia
Ketiga kelompok tadi dibandingkan dengan kelompok kontrol dari ketiga
kelompok gangguan jiwa dan kelompok kontrol ini yang hendak diteliti adalah riwayat
keagamaan mereka. Hasil penelitiannya sungguh mengejutkan, bahwa ternyata pada
kelompok kontrol lebih konsisten keyakinan agamanya dan pengalamannya,bila
dibandingkan dengan ketiga kelompok di atas.

D. PENERAPAN PSIKORELIGIUS TERAPI DI RUMAH SAKIT JIWA


1. Psikiater, psikolog, perawat jiwa harus dibekali pengetahuan yang cukup tentang
agamanya/kolaborasi dengan agamawan atau rahaniawan.
2. Psikoreligius tidak diarahkan untuk merubah agama kliennya tetapi menggali sumber
koping.
3. Memadukukan milleu therapy yang religius ; kaligrafi, ayat-ayat, fasilitas ibadah,
buku-buku, musik, misalnya lagu pujian/rohani untuk nasrani.
4. Dalam terapi aktivitas diajarkan kembali cara-cara ibadah terutama untuk pasien
rehabilitasi.
5. Terapi kelompok dengan tema membahas akhlak, etika, hakikat kehidupan dunia dan
sebagainnya.
6. Sebelum teori Psikoanalisa, para sufi telah mempelopori metoda pengkajian yang
mendalam dalam komunikasi yang menyentuh perasaan, menguak konflik-konflik
alam bawah sadar pasiennya, mendeteksi was-was, kemarahan, takabbur,
kesombongan, ria, dengki, menjadi sabar, wara, zuhud, tawakkal, ridha, syukur, cinta
illahi.

Anda mungkin juga menyukai