Anda di halaman 1dari 18

Implementasi Kesehatan Mental melalui pendekatan Coping Religion

Muhamad Iqbal Assalam1, Muhammad Rizki Syogian 2, Nisya Hanifah 3, Salwa Umdatul Fasha4
1,2,3,4
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. A.H. Nasution No. 105A, Cibiru, Bandung,
Jawa Barat, Indonesia
e-mail: contact.uin@uinsgd.ac.id

Abstract / Abstrak Keywords / Kata kunci

Mental health is an important part of mental health to be treated. Caring for Mental health;
mental health has several methods, one of which is religious coping. This article Coping religion;
was created to implement mental health with religious coping strategies. This Psychological well
research uses a literature study method based on journals and books related to being;
the material to be delivered. The type of data used in this study uses data related
to the material to be delivered. Based on the results and analysis of research, it is
known that the higher the religious coping, the better the mental health.

Kesehatan mental merupakan bagian kesehatan jiwa yang penting untuk dirawat. Kesehatan mental;
Merawat kesehatan mental memiliki beberapa metode yang salah satunya dengan Coping religion;
melakukan koping religius. Artikel ini dibuat untuk mengimplementasikan Kesejahteraan
kesehatan mental dengan strategi koping religius. Penelitian ini menggunakan psikologis;
metode studi literatur yang berdasarkan jurnal dan buku yang berkaitan dengan
materi yang akan disampaikan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
Berdasarkan hasil dan analisis penelitian yang diketahui bahwa semakin tinggi
koping religius yang dilakukan akan semakin baik kesehatan mental yang
dimiliki.

Pendahuluan bahwa fungsi religiusitas (emosi, sosial, moral,


intelektual, kognitif, dan psikologis yang
Agama merupakan komponen penting
efektif) adalah untuk mengatasi frustrasi. Orang
dalam hidup. Sebagian besar manusia yang
yang kecewa mengatasi kekecewaan dengan
hidup di muka bumi memiliki agama atau
mengalihkan kebutuhan dan keinginan mereka
kepercayaan yang dianut. Agama menjadi
dari sifat duniawi mereka kepada keinginan
penting dalam hidup karena agama bisa
akan Tuhan, menunggu keinginan itu dipenuhi
dijadikan suatu petunjuk untuk menentukan
oleh Tuhan.
arah hidup seseorang. Ketika seseorang
memiliki agama atau kepercayaan hidup yang
Dalam kehidupan manusia, agama
dijalani lebih terarah. Agama tidak hanya
menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Dengan
membantu manusia dalam kehidupan di dunia
kata lain, ia adalah suatu sistem yang memuat
saja, tetapi di akhirat pun juga.
aturan-aturan tingkah laku dan perilaku
manusia menurut aturan-aturan agama. Fungsi
Mosher dan Handal menemukan bahwa
lain dari agama adalah untuk mempromosikan
religiusitas rendah dikaitkan dengan tingkat
solidaritas. Agama sangat penting bagi manusia
stres yang tinggi dan adaptasi diri yang rendah
pada orang. Diester (1988) mengemukakan

1
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

dan tentunya tidak dapat dipisahkan dari perilaku, tergantung pada seberapa kuat
masyarakat. seseorang menyadari masalah yang dihadapi.
Ketika masalah datang lebih baik untuk
Orang yang beragama harus percaya memandang masalah tersebut sebagai hal yang
bahwa hidup ini memiliki akhir dan bahwa ada positif dan tidak terlalu untuk memikirkan
Tuhan yang penuh belas kasih. Keyakinan ini pandangan orang lain. Jika terlalu memikirkan
akan membentuk sistem perlindungan jika pandangan orang lain yang bersifat negatif,
terjadi pengalaman yang tidak menyenangkan maka akan muncul reaksi neurotic needs dan
yang akan menjadi sumber daya/kekuatan untuk perilaku patologis. Lalu akan terjadi
menangani situasi sulit. Ada kursus koping kebalikannya, ketika masalah datang lalu
agama positif dan negatif. Itu tergantung pada seseorang yang mengalaminya memandang
situasi di mana orang itu ditempatkan dan sebagai hal yang positif maka akan muncul
lingkungan serta sistem sosial di mana dia periaku-perilaku yang positif juga. Menurut
berada. Lazarus (1976), memutuskan bagaimana
mengatasi masalah ini disebut proses coping.
Agama mempunyai fungsi yang penting
dalam manajemen stres, agama bisa menjadi Sejarah awal mula munculnya strategi
suatu petunjuk ke arah yang lebih baik, menjadi koping religius berasal dari budaya negara yang
penyemangat seseorang dalam menggapai mayoritas penduduknya beragama yahudi dan
keinginan dan dalam menyeimbangkan kristen. Selanjutnya strategi koping religius
emosi(Pargament, Kasberger, 2002). Dengan meluas hingga berada banyak di negara-negara
doa, kebiasaan yang baik, dan kegiatan yang mayoritas penduduknya beragama islam.
spiritual, seseorang bisa mengatasi tekanan Dalam studi islam, sebenarnya sudah jauh lebih
hidup dengan harapan dan kenyamanan dulu menekankan kepercayaan dimana Tuhan
(Rammohan, Rao, dan Subbakrishna 2002). adalah kunci dari segala masalah ataupun
peristiwa yang terjadi di dunia ini. Parktek yang
Setiap orang pasti memiliki keinginan digunakan umat muslim jauh dari sebelum
yang dibutuhkan dalam hidupnya, keinginan mengetahui strategi koping religius tidaklah
tersebut sangat ingin mereka dapatkan. berbeda, yang dilakukan adalah beribadah dan
Keinginannya bisa seperti kebutuhan fisik, berdoa. Secara garis besar islam sudah memberi
psikologis, dan sosial. Sayangnya, keinginan ini tahu lebih dahulu mengenai strategi koping
tidak selalu terpenuhi dalam kehidupan nyata. religius yang pastinya sudah ada di dalam
Keadaan ini seringkali menyebabkan seseorang pedoman hidup umat muslim yaitu Al-Qur’an.
merasakan tekanan psikologis (psychological
stress). Respons terhadap depresi Menurut Pargamet dalam Supradewi
bermanifestasi pada manusia dalam berbagai (2019) strategi koping religius ini memiliki

2 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Bulan Tahun, Vol.x No.x
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

subtitusi dari lima fungsi keagamaan yaitu; menggunakan strategi koping yang berfokus
mencari tahu arti hidup, mencari tahu kelebihan pada emosi adalah meditasi, refleksi, doa, dan
dan kelemahan diri, mencari tahu cara pergi keluar untuk mencari dukungan
pengendalian diri, mencari sisi nyaman dari emosional. Coping yang berorientasi emosional
Tuhan, mencari tahu cara bersahabat dengan mencakup strategi seperti bentuk penyangkalan,
Tuhan, mencari tahu cara merubah kehidupan menyalahkan orang lain, dan penggunaan obat-
menjadi lebih baik. obatan untuk mengurangi stres. Disarankan
lebih baik mempersatukan strategi koping yang
Macam-macam coping menurut Lazarus condong terhadap masalah dengan strategi yang
dan Folkman, metode coping dibagi menjadi condong terhadap emosi.
dua bagian utama, tergantung pada tujuan atau
niat individu. Dua metode itu berupa Problem Lazarus dan Folkman mengkategorikan
Focused Coping dan Emotional Focused coping menjadi dua kubu yaitu approach dan
Coping. Problem-focused coping adalah metode avoidance coping. Apporoch coping juga
koping (active copying) yang berfokus pada dikenal sebagai fokus masalah, memiliki
masalah itu sendiri. Ada dua bentuk koping karakteristik analitis logis, mencari informasi,
yang berfokus pada masalah ini, yang pertama dan berusaha memecahkan masalah dengan
adalah koping kognitif, biasanya orang koordinasi positif. Avoidance coping juga
pertama-tama menganalisis informasi tersebut dikenal sebagai fokus emosional, ditandai
lalu menyediakan konsep dan mengadakan dengan berbagai cara untuk meminimalkan
sebuah ketentuan pada masalah tersebut. penindasan, proyeksi, negasi, dan ancaman.
Kedua, bentuk perilaku, yang melibatkan
pencarian informasi dan menemukan cara untuk Aldwin dan Revenson (Bukit, 1999)
mencapai tujuan. Cari bantuan dan lakukan membagi pendekatan coping menjadi tiga
diskusi berkelanjutan dengan orang lain yang bagian yaitu, a) Hati-hati (Cautiousness) , ialah
tertarik. Untuk hasil terbaik, dapat seseorang yang mempunyai pertimbangan
menggunakan kombinasi kedua coping tersebut. terhadap jalan keluar suatu masalah yang
Misalnya, mengulangi atau meninjau kembali dihadapinya, menginginkan saran dari orang
suatu gagasan, kemudian memilih alternatif lain, dan memperhatikan pengambilan
yang tepat, memikirkan konsekuensinya, dan keputusan masalah. b) Tindakan instrumental
mencari nasihat dari orang lain sebelum (Instrumental Action) adalah tindakan individu
mengambil tindakan (perilaku cerdas). Yang yang ditujukan untuk langsung memecahkan
kedua adalah Emotional Focused Coping, masalah dan memerintahkan langkah-langkah
metode ini condong ke arah memprioritaskan yang akan diambil. c) Negosiasi (Negotiation)
emosi atau perasaan seseorang. Terdapat adalah serangkaian upaya oleh satu orang untuk
Beberapa cara yang bisa dilakukan dengan berpartisipasi dalam memecahkan suatu
3
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

masalah, ditujukan kepada orang lain yang support ialah melakukan pencarian dimana
terlibat atau bertanggung jawab atas masalah letak aman dan nyaman dengan kasih sayang
tersebut. Allah, d) Religious purification seperti
melakukan pencarian bagaimana cara
Dalam kasus avoidance coping atau membersihkan jiwa yang kotor dengan
emotional-focused coping oleh Aldwin dan kebiasaan yang melibatkan agama, e) Spiritual
Revenson (Bukit, 1999), dibagi menjadi empat connection yaitu melakukan pencarian dimana
bagian yaitu a) Escapism (lari dari masalah) letak kebesaran utama hubungan Allah dengan
adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab umat-Nya, f) Seeking support from clergy or
terhadap. b) Minimisasi (menilai masalah members adalah melalukan pencarian dimana
dengan sepele) adalah proses menyingkirkan letak aman dan nyaman secara kasih sayang
suatu masalah dan menilai bahwa masalah yang dengan saudara sesama muslim, g) Religious
dihadapi adalah suatu hal yang sepele. c) helping ialah ikhtiar dalam meluaskan support
Menyalahkan diri sendiri (self-blame) adalah rohani dan rasa nyaman atas sesama, h)
tindakan menyalahkan diri sendiri dan berpikir Religious forgive seperti melakukan pencarian
bahwa apabila dia tidak melakukan perbuatan dengan bentuk bantuan religi supaya
itu maka masalah tersebut tidak akan ada. d) menstabilkan amarah, rasa takut, dan kesakitan
Pencarian makna (the quest for implisit yang berhubungan dengan hati.
wisdom) adalah proses menggali makna dari
kegagalan-kegagalan yang dialami diri sendiri Yang kedua adalah koping religius negatif
dan berusaha menemukan aspek yang sekiranya yaitu sedikitnya wakit yang luangkan untuk
diperlukan untuk diterapkan dalam hidup. Pada menghadap Tuhan, dan memiliki pemikiran
kejadian ini seseorang berusaha untuk yang buruk terhadap peristiwa yang terjadi
mengambil sesuatu yang positif dan mengambil dalam hidup. Aspek-aspek koping religious
makna dari masalah yang dihadapinya. negatif yaitu a) Punishing God reappraisal
seperti berpikir bahwa stress yang dihadapinya
Aspek yang terkandung dalam koping merupakan sebuah kutukan dari Allah karena
religius positif diantara lain adalah a) terlalu banyak melanggar aturan agama, b)
Benevolent religious reappraisal yaitu Demonic reappraisal adalah membuat
membuat gambaran ulang tentang penyebab gambaran ulang bahwasanya penyebab stress
terjadinya stress lewat agama dengan hal-hal yang dialaminya merupakan perlakukan yang
yang positif, b) Collaborative religious coping dilakukan oleh roh jahat atau dukun, c)
adalah meneliti pengendalian diri dengan Reappraisal of God's powers ialah membuat
bertanya kepada Allah mengenai sesuatu apa gambaran bahwa stress yang dialamiya
yang harus dilakukan agar masalah yang dipengaruhi oleh kekuatan Allah, d) Self-
dihadapi cepat selesai, c) Seeking spiritual directing religius coping adalah seseorang yang

4 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Bulan Tahun, Vol.x No.x
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

lebih baik untuk mencari tahu solusi dari pribadi dan harga diri yang tinggi Contoh:
masalahnya dengan diri sedniri daripada "Tuhan dan saya bekerja sama sebagai mitra
meminta pertolongan kepada Allah, e) Spiritual ketika memutuskan bagaimana memecahkan
discontent merupakan sebuah tampang negative masalah."
yang berarti tanda penderitaan terhadap apa
yang sudah diberi oleh Allah, f) Interpersonal Koping religius memiliki tujuan untuk
religious discontent adalah sebuah pandangan membentengi diri seseorang dari emosi emosi
yang negatif kepada saudara sesama muslim. negatif yang muncul diantaranya a) Dapat
merubah suatu kejadian yang buruk menjadi
Pargament (1977) mengemukakan bahwa baik karena koping religius membantu untuk
ada tiga konsep otonomi, prokrastinasi, dan berpikir positif; b) Dapat mengerti makna hidup
kerjasama dalam proses religi coping. a) Gaya lebih mendalam, belajar untuk menjadi manusia
diri atau self-directed coping adalah gaya seutuhnya yang baik dalam bersikap; c. Dapat
swasembada yang mengambil sikap menerima kejadian buruk yang terjadi dalam
menyelesaikan masalah tanpa bersandar hidup, dapat lebih menerima dan ikhlas.
langsung pada Tuhan. Contoh ketika sudah
melewati suatu kejadian yang besar, seseorang Ada enam elemen antara agama dan
lebih memilih untuk menyimpan dan kesejahteraan. Agama dalam mensupport
merenungkan kejadian tersebut dibanding lingkungan social, memberi semangat untuk
bercerita dengan Tuhan, masalah otonomi menjalani hidup yang sehait, meningkatkan
individu dan pengendalian diri adalah pusatnya. konsolidasi diri, meningkatkan kesuburan,
b) Berbagai gaya Ketajaman atau penaklukan memberikan strategi koping yang unik, dan
diri sendiri merupakan suatu gaya penyerahan memberikan makna dan tujuan. Ketika
diri sepenuhnya kepada Tuhan untuk berhadapan dengan stres, orang-orang religius
menghadap Tuhan guna menyelesaikan berurusan dengan kehidupan mereka secara
persoalan hidup. Dengan kata lain, ia religius. Karena keyakinan agama dan kegiatan
menekankan penyerahan individu kepada keagamaan dapat mencegah stres, itu juga
Tuhan dan lebih memilih intervensi ilahi untuk terkait dengan peningkatan kesehatan mental
membantu orang mengatasi masalah. Contoh: yang lain. Pargament dkk (Ano &
"Jangan mencoba mencari sendiri solusi yang Vasconcelles, 2005) ditemukan. Upaya koping
tepat untuk suatu masalah, biarkan Tuhan yang religiusnya meliputi keyakinan akan kasih
menentukan solusinya." Tidak seperti, memiliki Tuhan. Pengalaman dengan Tuhan sebagai alat
salinan pasif dan harga diri rendah, kontrol pendukung, partisipasi dalam upacara
pribadi rendah, dan harga diri rendah. c) Gaya keagamaan, dan pencarian dukungan spiritual
kolaborasi Gaya ini melibatkan kerjasama aktif dan pribadi sebagian besar terkait dengan nilai
antara manusia dan Tuhan. Memiliki kontrol
5
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

yang lebih baik seperti meningkatnya kesehatan individu yang makmur, dan individy yang
dan pertumbuhan mental. jiwanya terluka adalah individu yang lemah.
Individu yang sejahtera adalah individu yang
Model transaksional dalam proses koping dapat mengalami emosi positif tentang
religious memiliki dua peran yaitu pertama, kehidupannya dan dapat berfungsi dengan baik
koping religious dapat membuat manusia lebih secara psikologis dan sosial. Beberapa orang
paham atas peristiwa yang terjadi hadir tidak melakukannya saat menderita Saya
didalam hidup, dan yang kedua, agama bisa memiliki emosi positif dan tidak bekerja
dijadikan kesimpulan dari strategi koping yang dengan baik secara psikologis atau sosial.
dibentuk oleh zat-zat lainnya yang sedang
berjalan. Metode

Metode yang digunakan penulis adalah


Koping religious dapat membuat
literature review yang dimana penelitian
kesejahteraan psikologis seseorang meningkat
tersebut diambil dari jurnal yang telah
karena koping religious dan kesehatan mental
diterbitkan oleh para peneliti. Penulis
memiliki hubungan yang positif. Ada 4 dimensi
mengevaluasi jurnal yang telah didapat sebagai
yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis
bentuk penelitian. Literature review dapat
yaitu; Dimensi Environmental mastery,
diartikan sebagai suatu teori, hasil, dan
Personal growth, Positive relation, dan Self-
penjelasan bahan penelitian lain dari referensi
acceptance. a) Environmental mastery dalam
yang digunakan sebagai dasar kegiatan
kesejahteraan psikologis ialah kemampuan
penelitian untuk mengembangkan gagasan yang
seseorang terhadap peran dan tugasnya; b)
jelas dari rumusan masalah yang diteliti. Data
Personal Growth ialah seseorang yang senang
yang diperoleh dianalisis dengan metode
untuk terus berkembang dalam segi
analisis deskriptif dan menjelaskan fakta yang
kemampuan dsb; c) Positive Relation ialah
sudah terkumpul kemudian memverifikasinya
dimana seseorang dapat membangun relasi
(Habsy, 2017).
yang baik terhadap siapa pun dan lingkungan
dimanapun; d) Self-Acceptance ialah
Religius coping memiliki efek positif
penerimaan diri sebagaimana yang diberikan
dan dapat digunakan untuk mengelola stres.
Tuhan tetapi bukan berarti tidak boleh
Dalam mahasiswa, menurut Shelton (1995),
berkembang, penerimaan diri lebih terhadap
dalam perkembangan keagamaannya,
menerima yang sudah diberikan Tuhan dan
mahasiswa yang biasanya berusia antara 18 dan
bertekad untuk berkembang lebih jauh lagi.
24 tahun, memasuki tahap refleksi individu.
Selain itu, menurut Shelton (1995), fase ini
Menurut Keyes (2002), individu yang
dialami oleh orang yang berusia 17-18 tahun
mempunyai mental yang sehat merupakan
dan berakhir pada 20-22 tahun. Dalam fase

6 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Bulan Tahun, Vol.x No.x
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

refleksi pribadi, akan dapat menjelaskan dan 8 responden yang merasakan derita depresi
ekspresi keyakinan yang rasional dan logis dan ringan. Dapat dilihat bahwa seseorang yang
juga keyakinan mereka lebih konsisten. Mereka memiliki koping religious baik atau yang
juga mulai mencapai transendental. Apa yang mempunyai hubungan dengan Tuhan yang baik
berharga pada tahap ini tidak hanya berasal dari maka Kesehatan mentalnya akan dijaga. Cara
kitab dan pendapat para ahli, tetapi juga dari meningkatkan koping religious dengan banyak
iklim batin yang terkait dengan transendensi. beribadah, banyak meminta, banyak berdoa,
Subjek merasa dekat dengan Tuhan dan merasa dan jangan lupa untuk meminta ampunan
bahwa Tuhan membantunya. kepada Yang Maha Kuasa.

Hasil Penelitian mengenai peran coping religius


dan kesejahtraan subjektif terhadap stres pada
Setelah membaca beberapa jurnal, penulis
anggota bintara polisi di Polres Kebumen, yang
mendapatkan hasil yang dimana strategi coping
dilakukan oleh (Hadjam, 2012) Penelitian
religion berpengaruh terhadap kesehatan
mengenai peran koping religius dan
mental.
kesejahteraan subjektif terhadap stres pada
anggota bintara polisi di polres Kebumen
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
(Amalia Juniarly M. Noor Rochman Hadjam),
Fahmi dan Sukmawati (2020) bertujuan untuk
Coping religius dan kesejahteraan subjektif
mengetahui hubungan koping religius dengan
memainkan peran stres di antara petugas polisi
tingkat depresi pada warga binaan wanita
Kebumen. Petugas polisi yang sering memakai
dilembaga permasyarakatan. Jumlah responden
metode koping religius dan mempraktikkan
yang digunakan pada penelitian yang dilakukan
mempunyai stres yang kategorinya rendah.
sebanyak 69 untuk jumlah populasi dan 59
Selanjutnya, karena tingkat optimisme yang
untuk jumlah sampel. Dari hasil penelitian
tinggi dan hubungan positif yang baik antara
tersebut dapat terlihat bahwa yang memiliki
Polres Kebumen, kesejahteraan subjektif cukup
koping religious baik ada sebanyak 41
baik. Yang pada akhirnya, akan mengurangi
responden (69%) dan yang memiliki koping
tingkat stres. Subyek penelitian berjumlah 55
religious sedang ada 18 responden (31%). Yang
orang dari Polsek Sabhara Kebumen. Hasil
memiliki depresi normal ada sebanyak 34
penelitian ini menunjukkan penggunaannya
responden (58%), yang memiliki depresi ringan
dalam religiusitas coping. Ini adalah salah satu
ada sebanyak 19 responden (32%), dan yang
cara terbaik mengurangi tingkat stres dalam diri
memiliki depresi sedang ada sebanyak 6
seseorang. Berdasarkan klasifikasi tersebut,
responden (10%). Dari hasil responden yang
diketahui tingkat religiusitas Polres Kebumen
memiliki koping religious baik ada 29
rata-rata 28 orang (50,9%), 26 orang rendah
responden yang tidak merasakan derita depresi
(47,3%), dan tinggi 1 orang (1,8%). Sementara
7
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

itu, analisis lebih lanjut mengungkapkan disimpulkan bahwa koping religious memiliki
metode survival keagamaan yang paling banyak hubungan yang positif dengan seseorang yang
digunakan oleh anggota Sabhara Polres mengalami stress atau Kesehatan mental
Kebumen berpartisipasi aktif dalam coping lainnya di masa pandemi. Agama dapat
religius (rata-rata 32,91), praktik coping religius membuat seseorang memiliki semangat hidup
(rata-rata 20,35), coping religiuspositif (rata- lagi karena agama akan selalu membantu
rata 17,95), dan penilaian kebijakan (rata-rata seseorang agar dapat mengurangi stress pada
13,98). Berdasarkan hasil klasifikasi dapat masa pandemi. Selain itu, agama dapat
diketahui bahwa tingkat stres subjek adalah membuat seseorang memandang bahwa segala
sebesar 31 orang (56,4%), dan tingkat stres hal yang terjadi menjadi suatu bentuk yang
rata-rata sebanyak 24 orang (43,6%). Ini positif. Koping religious dapat membuat
menunjukkan kurangnya korelasi antara kesejahteraan psikologis seseorang meningkat
kesejahteraan subjektif. Selain itu, menurut karena koping religious dan kesehatan mental
Nevid dkk (2002), faktor psikologis yang dapat memiliki hubungan yang positif. Untuk
mengurangi stres antara lain metode coping mengelola emosi negatif yang muncul dalam
stres, harapan efikasi diri, ketahanan diri, seseorang harus rajin membaca kitab suci
psikologis, kepercayaan diri, lingkungan yang yang dianut, karena dalam kitab suci semua
suportif, dan suku budaya. Oleh karena itu, agama terdapat kata-kata yang dapat
peneliti dapat menyimpulkan bahwa stres memotivasi seseorang, selain membaca kitab
berada pada tingkat yang rendah di kalangan suci, beribadah dan berdiskusi tentang agama
non-komisi Polsek Kebumen karena mereka dengan orang terdekat juga membantu untuk
menggunakan banyak faktor psikologis yang meminimalisir emosi negatif yang muncul
mereka gunakan untuk mengurangi stres, dan dalam diri.
yang terpenting, cara mengatasi stres, yaitu
salah satunya aktif beragama (rata-rata = 32,91) Penelitian mengenai self compasion
dan praktik keagamaan (rata-rata = 20,35). Tunanetra dewasa : effect coping religus dan
Polisi Kebumen juga sangat optimis (rata-rata rasa syukur yang dilakukan oleh Aldyafigama
24,91) dan memiliki dukungan sosial/hubungan dkk., (2019). Penelitian ini mendapatkan
positif yang baik dengan lingkungan (rata-rata responden sebanyak 79 orang dengan rentang
= 21,27), sehingga kesejahteraan subjektif usia 18 sampai 40 tahun. Dari hasil dari
mereka pada akhirnya cukup baik. penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
nilai korelasi antara koping religius dengan self-
Penelitian mengenai koping religius dan compassion memiliki nilai korelasi yang positif
kesehatan mental selama pandemi COVID-19 dengan hasil sebesar 0,641 dan nilai signifikan
yang dilakukan oleh Daulay (2020) mengatakan sebesar 0,000 (<0.05). Hubungan antara koping
bahwa dari hasil penelitian tersebut dapat religious dan rasa syukur juga menunjukkan

8 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Bulan Tahun, Vol.x No.x
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

hasil yang positif dengan nilai sebesar 0,432 menggunakan teknik wawancara, yang
dan nilai signifikan 0,000 (<0.05). Nilai R mewawancarai 3 subjek. Hasil penelitian
square yang didapatkan untuk koping religius tersebut mempunyai kesimpulan bahwa ketiga
dan self compassion sebsar 37,7%. adanya subyek memiliki tekanan masing-masing
hubungan positif dari rasa syukur dengan self- terhadap perannya sebagai ibu dan juga
compassion. Dapat dilihat bahwa hal tersebut caregiver untuk anak tunagrahita. Ketiga ibu ini
berarti semakin tinggi rasa syukur tunanetra memiliki strategi koping religious yang
tidak dari lahir maka semakin tinggi pula self- berbeda. Subyek pertama memiliki strategi
compassion-nya, begitupun sebaliknya, koping religius dengan melaksanakan ibadah
semakin rendah rasa syukur tunanetra tidak dari orang muslim sebanyak hukum yang
lahir maka semakin rendah pula self- ditentukan, menyerahkan semua keputusan di
compassion. Mencoba ikhlas menerima tangan Tuhannya, dan juga bersosialisasi
keadaan yang dari normal menjadi anak yang dengan lingkungan sekitarnya. Subyek kedua
“special” tidaklah mudah, seseorang yang memiliki strategi koping religious dengan
mengalami keadaan tersebut akan mengalami beribadah, berdoa, bersosialisasi, ikut kegiatan
dampak psikologis yang tidak baik. Mereka yang positif seperti pengajian, dan pede untuk
akan menjadi orang yang tertutup, tidak pede, membawa sang anak keluar dari rumah. Subyek
tidak mau bergaul, dan takut akan persepsi ketiga memiliki strategi koping religius yang
orang terhadapnya. Untuk itu tunanetra harus lebih beragam, subyek ketiga melakukan
memiliki strategi koping, strategi koping yang koping religius dengan beribadah, berdoa,
mudah untuk dijalankan adalah strategi koping meminta kepada Tuhan agar keturunnya selalu
religius. Dengan memiliki hubungan yang dekat diberi sehat dan diberikan ketegaran, selain itu
dengan Tuhan biasanya seseorang akan bisa subyek ketiga juga rajin melakukan puasa
menjadi lebih menerima keadaan dan memiliki sunnah yang disarankan dalam agama islam dan
rasa syukur yang tinggi, dan ini akan juga melakukan kegiatan yang berbau
memunculkan self-compassion. Self- keagamaan. Dalam koping religius terdapat
compassion memiliki efek yang positif pada faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu;
diri seseorang, dengan munculnya self- keterbukaan, ketabahan, mengikuti kegiatan
compassion pada diri seseorang, seseorang akan religious yang positif, dan juga dukungan dari
lebih mencintai dirinya dan mengerti akan lingkungan diluar rumah.
dirinya sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Meta
Penelitian tentang Coping religius-spritual Damariyanti, Sofia Retnomati, ra Puspitawati,
ibu sebagai caregiver utama tunagrahita yang (2020) bertujuan untuk memahami coping
dilakukan oleh Kurnia (2018). Metode yang religius dan kesejahteraan psikologis pada
digunakan untuk meneliti penelitian ini suami dan istri. Penelitian ini menggunakan
9
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

responden sebanyak 342 Responden dengan karena istri seorang wanita jadi lebih bisa
jenis kelamin wanita 62,9% dan pria 37,1%. menghayati apa yang terjadi pada lingkungan
Dari hasil penelitian tersebut yang memiliki sekitarnya. Pada dimensi self-acceptance suami
kontribusi yang baik antara kesejahteraan dan istri sama, jika kedua belah pihak dari
psikologis dan koping religious ada sebanyak pasangan bisa menerima dirinya sendiri akan
27%. Ada 4 dimensi yang mempengaruhi lebih mudah untuk menerima orang lain.
kesejahteraan psikologis yaitu; Dimensi
Environmental mastery, Personal growth, Penelitian yang dilakukan oleh Fitrianah,
Positive relation, Purpose in life dan Self- (2018) pada keseimbangan emosi dan kesehatan
acceptance. Dimensi self-acceptance memiliki mental manusia dalam persfektif psikologi
hasil penelitian tertinggi dalam dimensi yang agama mengatakan bahwa, kesehatan mental
mempengaruhi kesejahteraan psikologis, hasil manusia adalah suatu persoalan yang sangat
tersebut sebanyak 32,7%. Pada dimensi purpose penting karena melibatkan kualitas dan
in life memiliki hasil 28,5%, dimensi positive kesejahteraan sebuah individu. Jika tidak sehat,
relation ada sebanyak 22,6%, dimensi seorang invidu sangat sulit untuk bahagia atau
environmental mastery ada sebanyak 22,4%, memiliki bakat berkualitas. Kesejahteraan
dan dimensi personal growth ada sebanyak manusia dapat terjamin karena jiwa, kesehatan,
16,7%. Secara umum istri memegang hasil tiap dan agama manusia. Kebahagiaan yang harus
dimensi yang tinggi sedangkan suami pada dicapai setiap individu bukan hanya
dimensi environmental mastery berada pada kebahagiaan di dunia saja, tetapi juga
posisi sedang tetapi yang lainnya tinggi. Dapat kebahagiaan di akhirat, sehingga sangat serasi
disimpulkan bahwa istri lebih berkompeten dengan tercapainya kesenangan hidup manusia
pada sesuatu yang berhubungan dengan peran di dunia dan akhirat. Islam memiliki konsep
dan tugasnya dibanding suami. Pada dimensi kesehatan mentalnya sendiri. Pandangan Islam
personal growth suami dan istri sama-sama tentang kesehatan mental didasarkan pada
mendapat hasil yang tinggi tetapi jika lebih prinsip-prinsip agama dan pemikiran filosofis
diteliti dalam skor istri tetap lebih tinggi yang terkandung dalam ajaran Islam.
daripada suami, disimpulkan bahwasanya istri Berdasarkan pertimbangan di atas, setidaknya
lebih senang untuk mengembangkan dirinya ada enam prinsip agama serta konsep filosofis
terkait koping religius dibanding suami. Pada yang melandaskan pemahaman dalam
dimensi positive relation skor nilai istri lebih pemikiran Islam dan kesehatan mental. Bisa
tinggi dibanding suami walaupun keduanya dijelaskan bahwasanya iman dan taqwa
sama-sama berada pada tingkat tinggi, mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
disimpulkan bahwa istri dapat lebih masalah psikologis. Iman dan taqwa adalah
membangun relasi yang baik kepada makna sebenarnya dari psikologi dan kesehatan
lingkungan dibandingkan suami, mungkin mental bagi umat Islam.

10 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Bulan Tahun, Vol.x No.x
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

kesejahteraan subjektif mahasiswa didalam


Penelitian yang dilakukan oleh Kamaliyah lingkungan kampus tidak memiliki hubungan (r
dkk (2020) pada koping religius kaitannya = 0,109; p>0,05). Hasil penelitian ini tidak
dengan subjectibe well-being santri pondok mendukung hipotesis pertama. Namun, hasil
pesantren menggunakan jumlah populasi analisis faktor produk menunjukkan bahwa ada
sebanyak 200 orang dan menggunakan subjek hubungan antara religiusitas dengan
penelitian sebanyak 142 orang. Skala yang kesejahteraan subjektif siswa dalam kehidupan
digunakan yaitu skala subjective well-being dan pribadi (r = 0,167; p <0,05). Dengan kata lain,
skala koping religius. Hipotesis penelitian yang semakin tinggi agama, semakin tinggi
akan digunakan dalam penelitian ini adalah kebahagiaan subjektif, dan semakin rendah
terdapat hubungan positif antara religiusitas agama, semakin rendah kebahagiaan subjektif
dengan kesejahteraan subjektif. Hasil dalam kehidupan pribadi. Hasil penelitian ini
perhitungan menunjukkan bahwa koefisien mendukung hipotesis awal yang diajukan.
korelasi adalah r = 0,639, p = 0,000 (p < 0,05). Hipotesis kedua bahwa "ada hubungan positif
Berdasarkan hasil ini, kita dapat melihat bahwa yang menunjukkan antara koping religius
ada korelasi positif antara koping religius positif siswa dengan kesejahteraan subjektif"
dengan kesejahteraan subjektif santri Pondok yang dapat diverifikasi dengan menggunakan
Pesantren Al Munawwir Komplek Q. Artinya analisis faktor produk Pearson. Hasil penelitian
semakin tinggi religiusitas coping maka ini memaparkan bahwa religiusitas positif
semakin tinggi pula kesejahteraan subjektifnya. dengan kesejahteraan mahasiswa didalam
Sebaliknya, semakin rendah koping religius, lingkungan kampus memiliki hasil yang positif
semakin rendah kesejahteraan subjektif. (r = 0,276; p <0,01). Semakin tinggi koping
Koefisien korelasi antara variabel koping religius yang positif, semakin tinggi
religius dengan kesejahteraan subjektif kesejahteraan subjektif maka semakin rendah
diperoleh hasil (r) = 0,408. Artinya, koping koping keagamaan yang positif dan semakin
religius memberikan kontribusi efektif sebesar rendah kesejahteraan subjektif mahasiswa
40,8% terhadap kesejahteraan subjektif. dalam kehidupan kampus. Hasil penelitian ini
mendukung hipotesis kedua yang diajukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Utami, Nilai koefisien determinasi yang diperoleh dari
(2012) pada Religiusitas, Koping Religius, dan hasil analisis data sebesar 0,0762 yang artinya
Kesejahteraan Subjektif. Hipotesis pertama koping agama agresif berpengaruh 7,62%
adalah bahwa ada hubungan positif antara terhadap kesejahteraan subjektif mahasiswa di
agama dan kebahagiaan. "Penilaian subyektif kampus. Selanjutnya, hasil analisis faktor
siswa" diuji dalam analisis faktor produk produk menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Pearson. Hasil penelitian ini memaparkan positif antara religiusitas positif dengan
bahwa hubungan antara keagamaan dengan kesejahteraan subjektif mahasiswa dalam
11
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

kehidupan pribadi (r = 0,354; p <0,01). Hal ini Diskusi


menunjukkan bahwa semakin tinggi koping
Religius dan kesehatan mental memiliki
religius positif maka semakin tinggi
hubungan yang positif. Ketika seseorang
kesejahteraan subjektif, dan sebaliknya semakin
merasa tertekan karena suatu keadaan yang
rendah koping religius positif maka semakin
tidak bisa mereka terima salah satu jalan untuk
rendah kesejahteraan subjektif. Hasil penelitian
bisa membuka hati dan pikiran ialah dengan
ini memaparkan bahwa hipotesis penelitian
mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
religiusitas positif merupakan prediktor
Jika kita kurang memiliki hubungan yang erat
kesejahteraan subjektif diterima. Demikian
dengan Tuhan dan kita enggan mau mencoba
pula, koping religius negatif bertindak sebagai
untuk bersahabat dengan Tuhan yang akan
prediktor kesejahteraan subjektif yang dapat
terjadi adalah perilaku-perilaku yang tidak
diterima. Namun, hipotesis religiusitas
diinginkan seperti percobaan bunuh diri.
bertindak sebagai prediktor kekayaan siswa
Perilaku seperti itu biasanya muncul ketika
subyektif akan ditolak.
emosi negatif dalam diri mulai keluar. Dengan
strategi koping religius kita dapat dijauhkan
Penelitian yang dilakukan oleh Lubis dkk
dari hal-hal yang memicu untuk melakukan
(2019) pada peningkatan kesehatan mental anak
perilaku agresi.
dan remaja melalui ibadah keislaman. Artikel
penelitian ini menggunakan metode penelitian
Penelitian tentang Coping religius-spritual
kepustakaan, yaitu sekumpulan langkah-
ibu sebagai caregiver utama tunagrahita yang
langkah kegiatan yang berkaitan dengan cara
dilakukan oleh Kurnia (2018) mendukung
pengumpulan data kepustakaan. Hasil
pernyataan tersebut. Pada penelitiannya
penelitian ini menunjukkan efektivitas ibadah
dijelaskan bahwa iman dan taqwa mempunyai
dalam konteks Islam, seperti shalat berjamaah
peran penting dalam kesehatan mental bagi
dimana saja, Dzikir, dan membaca Alquran,
umat islam.
yang biasa dilakukan di masjid. Masjid
merupakan pusat peribadatan dan dalam arti
Umat islam yang mempunya iman dan
luas mencakup muamarat atau kegiatan-
taqwa yang tinggi, niscaya akan mempunyai
kegiatan sosial. Dengan mengamalkan ibadah
kesehatan mental yang baik. Sebab, mempunyai
yang telah dilakukan, kesehatan mental anak
iman dan taqwa yang tinggi berarti manusia
dan remaja dipastikan akan terus meningkat,
tersebut sering beribadah kepada Tuhan.
terutama untuk mengembangkan kecerdasan
Mengikuti kegiatan-kegitan keislaman seperti
sosial dengan lingkungan.
datang ke majelis, mengikuti pengajian dsb juga
Dalam hadits Rasulullah dijelaskan ju
dapat meningkatkan iman dan taqwa seseorang
serta dapat membuka membuat seseorang

12 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Bulan Tahun, Vol.x No.x
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

berpikir lebih luas mengenai ilmu-ilmu mendukung pernyataan tersebut. Hasil


keislaman. penelitian dari jurnal tersebut mengatakan
bahwa dengan mengamalkan ibadah yang sudah
Untuk menahan kesehatan mental, maka dilakukan, sudah dipastikan kesehatan mental
harus ada upaya dari semua umat beragama akan terus meningkat dan mengembangkan
memperkuat wilayah esensial dengan kecerdasan sosial dengan lingkungan. Banyak
menjadikan agama sebagai aspek sentral kegiatan keagamaan yang baik untuk diikuti.
hidupnya, yang membutuhkan arah. Orang Dengan mengikuti banyak kegiatan keagamaan,
percaya tidak boleh membedakan antara iman niscaya kita akan memperoleh ilmu yang
dan keyakinan agama dalam aspek kehidupan bermanfaat yang bisa diterapkan dikehidupan
apa pun. Dengan kata lain, jadikan iman kelak. Dengan kata lain, semakin sering
sebagai pedoman hidup. Hal ini penting untuk mengikuti kegiatan beribadah, semakin tinggi
memiliki jiwa yang sehat dan hidup sebagai koping religius positif yang akan kita dapatkan.
benteng melawan kegelisahan dan ketakutan Sebab, koping religius poisitif dapat mencari
hidup. pengendalian diri melalui hubungan yang
koorporatif dengan Allah dalam pemecahan
Didalam Islam diajarkan bahwa, keyakinan masalah yang akan berdampak kepada
agama Islam dan praktik keagamaan kesejahteraan subjektif. Penelitian yang
mempunyai manfaat untuk memecahkan dilakukan oleh Ma`rufah dkk (2015) juga
memecahkan keadaan kehidupan yang rumit berkaitan dengan apa yang diteliti oleh Lubis
untuk dijalani. Agama Islam juga mengajarkan dkk. Penelitian tersebut menemukan bahwa
manusia untuk bersabar, berdoa, beriman, dan shalat dapat mencegah depresi yang disebabkan
selalu ingat kepada Allah ketika mereka oleh tekanan dan masalah dalam kehidupan
membutuhkan arahan dan pertolongan. Iman sehari-hari. Selain itu, shalat mendorong
Islam juga memberikan interpretasi yang berarti individu untuk menyucikan pikiran mereka dan
kepada orang-orang ketika dihadapkan pada menghilangkan semua penyakit mental dan
situasi sulit. kecemburuan dari hati mereka. Melakukan
shalat juga bias menerangi pikiran, menerangi
Kondisi kehidupan yang sulit adalah ujian wajah, dan merangsang ketenangan pikiran dan
bagi orang percaya, dan mereka yang bertekun tubuh. Seorang psikiater Muslim dengan
akan menerima bantuan dan kabar baik referensi Islam menjelaskan bahwa shalat dapat
(Alflakseir & Coleman, 2011). dengan cepat mengobati seorang Muslim yang
menderita ketakutan dan kebutuhan. berdoa dan
Penelitian yang dilakukan oleh Lubis dkk meminta ampunan kepada Allah juga dapat
(2019) pada peningkatan kesehatan mental anak mencegah depresi dan perilaku-perilaku agresi
dan remaja melalui ibadah keislaman juga yang sebelumnya sudah tertanam di dalam otak.
13
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

Allah sangat senang jika hambanya meminta menciptakan pandangan holistik yang positif
apapun itu terlebih meminta ampun. meminta dengan keyakinan bahwa Tuhan akan
ampunan dan bertobat dapat dilakukan kapan membantu seorang hamba yang membutuhkan.
saja, dengan senantiasa Allah akan menerima Keyakinan ini membentuk perasaan optimis.
tobat dari hambanya jika ia bersungguh- Lebih banyak orang yang religius dapat
sungguh. Berdoa sama seperti halnya dengan memaknai pengalaman hidup yang negatif
bercerita kepada Allah, Allah lebih mengerti secara positif dan bijaksana. Kehadiran
hambanya dibanding siapapun. terkadang ketika pandangan positif ini akan menanamkan
bercerita dengan sesama makhluknya kita akan harapan yang akan terus tumbuh dan terhindari
merasa bahwa ada hal yang kurang, bisa jadi stres dan depresi yang akan menciptakan
akan merasa bahwa kurang dihargai, kurang kesehatan mental yang baik.
dimegerti dsb. Tetapi ketika bercerita dengan
Allah walaupun Allah tidak dapat menjawab Penelitian yang dilalukan oleh Meta
langsung tetapi rasa hati dan pikiran akan cepat Damariyanti, Sofia Retnomati, ra Puspitawati,
jauh lebih tenang. Dari pernjelasan bahwasanya (2020) pada jurnal memahami coping religius
tersebut berkaitan dengan penelitian yang dan kesejahteraan psikologis pada suami dan
dilakukan oleh Utami (2020) yang menjelaskan istri. Kehidupan tidak akan terlepas dengan
bahwasanya semakin tinggi koping religius yang namanya masalah. masalah akan selalu
positif semakin tinggi juga kesejahteraan hadir dalam kehidupan siapapun dan tidak
subjektif yang akan kita dapatkan. Tingkat memandang umur. Tanpa disadari dari kita
kesejahteraan subjektif yang tinggi dihasilkan kecil atau mungkin bayi kita sudah memiliki
dari mereka yang sedang menikmati kenangan sebuah masalah, akan tetapi selama
dan kemakmuran hidup lebih sering dan lebih bertambahnya usia level masalah dalam
sedikit emosi yang tidak menyenangkan seperti kehidupan juga bertambah. masalah yang
kesedihan dan kemarahan. Di sisi lain, jika kita dihadapi seseorang juga berbeda-beda, masalah
tidak puas dengan hidup, kita akan merasakan yang dihadapi oleh orang yang berekonomi
sedikit kasih sayang atau cinta dari orang lain, rendah dan yang berekonomi tinggi sudah jelas
dan lebih sering mengalami emosi yang buruk berbeda dari segi apapun. masalah ini salah satu
seperti marah dan takut, individu dapat hal yang dapat menyebabkan kesejahteraan
dikatakan mempunyai kesejahteraan subjektif seseorang memburuk. kesejahteraan psikologi
yang rendah. Unsur-unsur kognitif dan pasti berhubungan dengan kesehatan mental, itu
emosional kesejahteraan subjektif sangat berarti ketika kesejahteraan psikologi seseorang
berkorelasi (Diener et al., 1997). memburuk pasti kesehatan mentalnya juga
sedang tidak baik. dalam menghadapi suatu
Agama akan berperan ketika seseorang masalah siapapun orang itu pasti akan
menghadapi masalah dan hidup dengannya merasakan yang namanya stress. stress adalah

14 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Bulan Tahun, Vol.x No.x
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

salah satu bagian dari kesehatan mental, ketika juga akan lebih sehat dan kesejahteraan
stress tidak dapat kita tangani maka stress akan psikologisnya akan meningkat.
meluas menjadi depresi. Seseorang yang
mengalami depresi peluang untuk melakukan Praktik keagamaan seperti membaca dan
perilaku agresi lebih besar. Memiliki hubungan merenungkan Al-Qur'an dapat memberi lebih
yang baik dengan Tuhan atau koping religius banyak kendali terhadap stress yang sedang
membantu seseorang untuk menangani suatu dialami. Diketahui bahwa agama Islam
masalah. Kunci utama dalam menangani suatu merupakan way of life atau pedoman hidup
masalah tidak lain dengan cerita kepada Tuhan yang sangat diperlukan bagi umat Islam. Kiat
atau beribadah, dan jangan lupa untuk berdoa. dan petunjuk ini tertulis dalam hadits dan kitab
Setalah melakukan hal-hal tersebut seseorang suci Islam, yaitu Al-Qur'an, yang secara jelas
juga harus memiliki suatu usaha untuk keluar memerintahkan umat Islam untuk
dari masalah tersebut. menggunakannya sebagai referensi. Dengan
demikian, semua Muslim dari berbagai budaya,
Selain dari masalah, stress juga bisa latar belakang, dan kepribadian secara tidak
disebabkan oleh kurangnya self-compassion. sadar menjadikan adaptasi agama sebagai
Contohnya seseorang yang mempunyai mekanisme yang tidak disadari untuk
keterbatasan fisik. Mereka yang memiliki menghadapi masalah yang berbeda.
keterbatasan fisik mempunyai kestabilan emosi
yang buruk, emosinya sering naik turun Hal ini mendukung penelitian yang
membuat kondisi psikologis yang tidak baik. dilakukan oleh Daulay (2020) yang mengatakan
Selain orang yang memiliki keterbatasan fisik, jika seseorang rajin membaca kitab suci, emosi
orang-orang di lingkungan sekitarnya seperti negatif yang ada pada dirinya akan berkurang
keluarga terutama ibu juga dapat mempunyai dan lama kelamaan akan menghilang. Sebab,
kestabilan emosi yang buruk. sebab merawat didalam kitab suci manapun banyak terdapat
seorang yang "spesial" tidak lah mudah, ketika kata-kata motivasi yang dapat membuat
orang "spesial" itu sedang mengeluh tentang seseorang lebih percaya diri dalam menjalani
hidupnya kepada keluarganya, keluarganya juga hidup.
pasti akan berpikir sepeti apa yang dipikirkan
orang tersebut. Selain koping religius, rasa Faktor yang mendukung keberhasilan
syukur juga merupakan aspek penting yang strategi koping religius adalah lingkungan
perlu diterapkan ketika sedang stress. Saat self- sekitar. Lingkungan sekitar yang suportif
compassion dan rasa syukur digabungkan, menahan keluarnya emosi negatif dalam diri.
seseorang akan lebih menerima hidupnya dan Ada sebuah studi yang menyebutkan bahwa
mencintai dirinya. setelah itu pikiran seseorang hubungan strategi koping religius dan
lingkungan sekitar yang positif dapat mengatasi
15
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

permasalahan hidup yang dapat membuat DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN.


stress. Adanya lingkungan sekitar yang suportif Jipt, 02(01), 50–61.
membuat seseorang merasa senang dan Aprezo Pardodi Maba, H., & Mukhlisin, A.
melupakan masalah yang dimilikinya walau (2017). BIMBINGAN DAN
sejenak. Mempunyai lingkungan sekitar yang KONSELING ISLAM SOLUSI
suportif merupakan aspek penting dalam MENJAGA DAN MENINGKATKAN
religiulitas seseorang. KESEHATAN MENTAL. Jurnal
Konseling GUSJIGANG, 7(1), 104–126.
Simpulan https://doi.org/10.24176/jkg.v3i2.1736
Daulay, N. (2020). Koping Religius dan
Berdasarkan analisis terhadap literature
Kesehatan Mental Selama Pandemi
yang digunaka untuk penelitian ini maka dapat
Covid-19 : Studi Literatur. PSISULA:
disimpulkan bahwa implementasi kesehatan
Prosiding Berkala Psikologi,
mental melalui pendekatan strategi coping
2(November), 349–358.
religius benar adanya. Semakin sering
Fahmi, A. Y., & Sukmawati, R. (2020).
melakukan coping religius maka kesehatan
Hubungan Koping Religius Dengan
mental yang dimiliki akan selalu dalam keadaan
Tingkat Depresi Pada Warga Binaan
yang baik dan stabil.
Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan.
Jurnal Surya Muda, 2(2), 110–118.
Kesimpulan lain yang ditemukan pada
https://doi.org/10.38102/jsm.v2i2.60
literature lain juga mengatakan semakin tinggi
Fitrianah, R. D. (2018). Keseimbangan Emosi
coping religius yang dilakukan semakin tinggi
Dan Kesehatan Mental Manusia Dalam
juga kesejahteraan psikologis subjektif yang
Persfektif Psikologi Agama. Jurnal Ilmiah
didapatkan.
Syi’ar, 18(1), 91.
https://doi.org/10.29300/syr.v18i1.1285
Hadjam, A. J. M. N. R. (2012). PERAN
KOPING RELIGIUS DAN
Referensi
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF
Aldyafigama, N. S., Baihaqi, M., & Pujasari, Y.
TERHADAP STRES PADA ANGGOTA
(2019). Self-Compassion Tunanetra
BINTARA POLISI DI POLRES
Dewasa: Efek Koping Religius Dan Rasa
KEBUMEN. Psikologika, 17(1), 5–16.
Syukur. Jurnal Psikologi Insight, 3(1),
Hasanah, M., & Maarif, M. A. (2021). Solusi
78–89.
Pendidikan Agama Islam Mengatasi
https://doi.org/10.17509/insight.v3i1.2225
Kenakalan Remaja Pada Keluarga Broken
5
Home. Attadrib: Jurnal Pendidikan Guru
Angganantyo, W. (2014). COPING RELIGIUS
Madrasah Ibtidaiyah, 4(1), 39–49.
PADA KARYAWAN MUSLIM

16 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Bulan Tahun, Vol.x No.x
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

https://doi.org/10.54069/attadrib.v4i1.130 SUAMI DAN ISTRI. Angewandte Chemie


Ilmiah, J. P., Meiryska, V., & Anjani, D. International Edition, 6(11), 951–952.,
(2019). Dukungan Sosial dengan Strategi 14(August), 763–773.
Koping Religius pada Janda Polisi Nurmahani, Z. (2017). PROSES KOPING
(Warakawuri). Intuisi : Jurnal Psikologi RELIGIUS PADA WANITA DENGAN
Ilmiah, 11(3), 219–237. KANKER PAYUDARA. Psikologika :
https://doi.org/10.15294/intuisi.v11i3.188 Jurnal Pemikiran Dan Penelitian
14 Psikologi, 22, 14–39.
Indirawati, E. (2006). Hubungan Antara Ratnawati, R. (2019). Metode Perawatan
Kematangan Beragama Dengan Kesehatan Mental Dalam Islam. Islamic
Kecenderungan Strategi Coping. Jurnal Counseling: Jurnal Bimbingan Konseling
Psikologi, 3(2), 69–92. Islam, 3(1), 69.
https://doi.org/10.14710/jpu.3.2.69 https://doi.org/10.29240/jbk.v3i1.828
K, F., & Dewi Aisyah. (2021). Peningkatan Respianto, R., & Herdiyanto, Y. K. (2016).
Kesehatan Mental Anak Dan Remaja Religious Coping Pada Individu Yang
Melalui Ibadah Keislaman. Al-Isyrof: Melakukan Konversi Agama. Jurnal
Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3(1), Psikologi Udayana, 3(2), 178–186.
1–7. https://doi.org/10.24843/jpu.2016.v03.i02.
https://doi.org/10.51339/isyrof.v3i1.292 p01
Kamaliyah, S., & Purwaningsih, I. E. (2020). Sulistyani, D., Supradewi, R., & Syafitri, D. U.
KOPING RELIGIUS KAITANNYA (2020). Hubungan Antara Koping Religius
DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING Dengan Penyesuaian Diri Pada
SANTRI PONDOK PESANTREN. Mahasiswa Tingkat Awal Di Universitas
Jurnal Spirits, 10, 59–72. Islam Sultan Agung Semarang. Proyeksi,
Kurnia, F. T. (2018). Koping Religius-Spiritual 14(1), 22.
pada Ibu sebagai Caregiver Utama Down https://doi.org/10.30659/jp.14.1.22-31
Syndrome. Inklusi, 5(1), 115. Supradewi, R.-. (2019). Stres Mahasiswa
https://doi.org/10.14421/ijds.050106 Ditinjau dari Koping Religius. Psycho
Maryam, S. (2017). Strategi Coping: Teori Dan Idea, 17(1), 9.
Sumberdayanya. JURKAM: Jurnal https://doi.org/10.30595/psychoidea.v17i1
Konseling Andi Matappa, 1(2), 101. .2837
https://doi.org/10.31100/jurkam.v1i2.12 Supradewi, R. (2020). Koping Religius dan
Meta Damariyanti, Sofia Retnomati, ra Stres pada Guru Sekolah Islam. Psisula:
Puspitawati, W. R. (2020). MEMAHAMI Prosiding Berkala Psikologi,
KOPING RELIGIUS DAN 1(September), 150–165.
KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS PADA https://doi.org/10.30659/psisula.v1i0.7700
17
IMPLEMENTASI KESEHATAN MENTAL MELALUI PENDEKATAN COPING RELIGION

Utami, Muhana S. (2015). Keterlibatan dalam


Kegiatan dan Kesejahteraan Subjektif
Mahasiswa. Jurnal Psikologi, 36(2), 144–
163. https://doi.org/10.22146/jpsi.7892
Utami, Muhana Sofiati. (2012). Religiusitas,
Koping Religius dan Kesejahteraan
Pribadi. JURNAL PSIKOLOGI, 39(1), 46–
66.

18 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Bulan Tahun, Vol.x No.x

Anda mungkin juga menyukai