Anda di halaman 1dari 9

AGAMA DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN

Mulyadi
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang

Abstrack: The role of religion in the lives of individuals to function as a value system that includes
certain norms. Religion influential as motivation in encouraging individuals to perform an activity, due to
actions undertaken against a background of religious beliefs assessed as having elements of chastity, and
obedience. Religion in the lives of individuals also serves as 1) .Sumber Value In Keeping Decency 2). As
Means To Overcome Frustration, 3). As Means To Satisfy Curiosity. Furthermore, with regard to the
function of religion in public life. Society is the union of a group of individuals formed by a certain social
order. The issue of religion would never be able to be separated from public life, because religion itself
turned out to be necessary in social life. In practice, the function of religion in society, among others: 1).
Educational function, 2). Rescuer, 3) As of Atonement, 4). As Social Control, 5). As fertilizer Sense of
Solidarity. 6). Transformative function, 7). Creative function, 8). Sublimatif function, and 9). Sublimatif
function. For further relates to the prosperity and happiness of human beings according to the teachings
of Islam can be seen from all sides of which are 1) Social .Kewajiban Human, 2). Humans as Pemakmur,
and 3). Life Strategies as a winner.

Abstrak: Peran agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat
norma-norma tertentu. Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk
melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama
dinilai mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan. Agama dalam kehidupan individu juga berfungsi
sebagai 1).Sumber Nilai Dalam Menjaga Kesusilaan 2). Sebagai Sarana Untuk Mengatasi Frustasi, 3).
Sebagai Sarana Untuk Memuaskan Keingintahuan. Selanjutnya berkenaan dengan fungsi agama dalam
kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk
berdasarkan tatanan sosial tertentu. Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain : 1). Berfungsi Edukatif, 2). Penyelamat, 3)
Sebagai Pendamaian, 4). Sebagai Sosial Control, 5). Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas. 6). Berfungsi
Transformatif, 7). Berfungsi Kreatif, 8). Berfungsi Sublimatif, dan 9). Berfungsi Sublimatif. Untuk
selanjutnya berkaitan dengan kemakmuran dan kebahagiaan manusia menurut ajaran Islam dapat dilihat
dari berbagai sisi diantaranya adalah 1).Kewajiban Sosial Manusia, 2). Manusia sebagai Pemakmur, dan
3). Strategi Hidup sebagai Pemenang.

Kata kunci: Agama, Pengaruh, Nilai, Kehidupan.

A. Pendahuluan Agama sebagai bentuk keyakinan manusia


Agama bukan sesuatu yang dapat terhadap sesuatu yang bersifat adikodrati
dipahami melalui defenis-definisi belaka, (supernatural) ternyata seakan menyartai
melainkan hanya dapat dipahami melalui manusia dalam ruang lingkup kehidupan yang
deskripsi nyata yang bersumber dari sebuah luas. Agama memiliki nilai-nilai bagi
keyakinan yang utuh (sisi batin). Tak ada kehidupan manusia sebagai orang per orang
satupun defenisi tentang agama yang benar- atau dalam hubungannya dengan
benar memuaskan t5anpa dibarengi oleh bermasyarakat. Selain itu, agama juga
keyakinan . Untuk itu agama dapat diartikan memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari.
sebagai gejala yang begitu sering “terdapat Dengan demikian, secara psikologis agama
dimana-mana” dan agama berkaitan dengan dapat berfungsi sebagai motif intrinsik (dalam
usaha-usaha manusia untuk mengukur diri) yang berguna, diantaranya untuk terapi
dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri mental dan motif ekstrinsik (luar diri) dalam
dan keberadaan alam semesta, selain itu rangka menangkis bahaya negatif arus era
agama dapat membangkitkan kebahagiaan global. Dan motif yang didorong keyakinan
batin yang paling sempurna dan juga agama dinilai memiliki kekuatan yang
mengatasi perasaan takut. mengangumkan dan sulit ditandingi oleh

556
557 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VI Edisi 02 2016, hlm 556-564

keyakinan non agama, baik doktrin maupun kesehatan jiwanya, bahkan lebih jauh mungkin
ideologi yang bersifat profan. ia akan bunuh diri atau membunuh orang lain.2
Menurut Mc. Guire, diri manusia memiliki
B. Pembahasan bentuk sistem nilai tertentu. Sistem nilai ini
1. Agama Dalam Kehidupan Individu merupakan sesuatu yang dianggap bermakna
Agama dalam kehidupan individu bagi dirinya. Sistem ini dibentuk melalui
berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang belajar dan proses sosialisasi. Perangkat sistem
memuat norma-norma tertentu. Secara umum nilai dipengaruhi oleh keluarga, teman,
norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan institusi pendidikan dan masyarakat luas.
dalam bersikap dan bertingkah laku agar Selanjutnya, berdasarkan perangkat
sejalan dengan keyakinan agama yang informasi yang diperoleh seseorang dari hasil
dianutnya. Sebagai sistem nilai agama belajar dan sosialisasi tadi meresap dalam
memiliki arti yang khusus dalam kehidupan dirinya. Sejak itu perangkat nilai itu menjadi
individu serta dipertahankan sebagai bentuk sistem yang menyatu dalam membentuk
ciri khas.1 identitas seseorang. Ciri khas ini terlihat dalam
Dapat disaksikan dan bahkan dilihat dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana sikap,
pengalaman kehidupan nyata bahwa, betapa penampilan maupun untuk tujuan apa yang
besar perbedaan antara orang beriman yang turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan
hidup menjalankan agamanya, dengan orang tertentu.3
yang tidak beragama atau acuh tak acuh Menurut pandangan Mc. Guire dalam
kepada agamanya. Pada rawud wajah orang Jalaludin menjelaskan bahwa dalam
yang hidup denhgan berpegang teguh dengan membentuk sistem nilai dalam diri individu
keyakinan agamanya terlihat ketentraman adalah agama. Segala bentuk simbol-simbol
pada batinnya , sikapnya selalu tenang. keagamaan, mukjizat, magis maupun upacara
Mereka tidak merasa gelisah atau cemas, ritual sangat berperan dalam proses
kelakuan dan perbuatannya tidak ada yang pembentukan sistem nilai dalam diri
akan menyengsarakan atau menyusahkan seseorang. Setelah terbentuk, maka seseorang
orang lain. Lain halnya dengan orang yang secara serta-merta mampu menggunakan
hidupnya terlepas dari ikatan agama. Mereka sistem nilai ini dalam memahami,
biasanya mudah terganggu oleh kegoncangan mengevaluasi serta menafsirkan situasi dan
dan suasana galau vyang senanhtiasa pengalaman. Dengan kata lain sistem nilai
menghiyasi pikiran dan perasaanya. yang dimilikinya terwujud dalam bentuk
Perhatiannya hanya tertuju kepada diri dan norma-norma tentang bagaimana sikap diri.
golongannya; tingkah laku dan sopan santun Misalnya seorang sampai pada kesimpulan:
dalam hidup biasanya diukur atau saya berdosa, saya seorang yang baik, saya
dikendalikan oleh kesenangan-kesenangan seorang pahlawan yang sukses ataupun saya
lahiriyah yang mengacu kepada pemenuhan saleh dan sebagainya.
dan kepuasan hawa nafsu belaka. Pada garis besarnya, menurut Mc. Guire
Dalam keadaan senang, dimana segala sistem nilai yang berdasarkan agama dapat
sesuatu berjalan lancar dan memberi individu dan masyarakat perangkat
menguntungkannya, seorang yang tidak sistem nilai dalam bentuk keabsahan dan
beragama akan terlihat gembira, senang dan pembenaran dalam mengatur sikap individu
bahkan mungkin lupa daratan. Tetapi apabila dan masyarakat. Pengaruh sistem nilai
ada bahaya yang mengancam, kehidupan terhadap kehidupan individu karena nilai
susah, banyak problema yang harus sebagai realitas yang abstrak dirasakan sabagai
dihadapinya, maka kepanikan dan
kebingungan akan menguasai jiwanya, bahkan 2
Zakiah Darajat, Peranan Agama Dalam
akan memuncak sampai kepada terganggunya Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Toko Agung, 1996),
hlm. 56
1 3
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 143 RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 254
Mulyadi: Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan 558

daya dorong atau prinsip yang menjdi dikembangkan dalam kondisi yang
pedoman hidup. Dalam relaitasnya nilai dipertentangkan oleh kondisi lingkungan,
memiliki pengaruh dalam mengatur pola maka akan terjadi ketidakseimbangan.
tingkah laku, pola pikir, dan pola bersikap.4 Berdasarkan pendekatan ini, maka
Nilai adalah daya pendorong dalam hidup, pengaruh agama dalam kehidupan individu
yang memberi makna dan pengabsahan pada adalah memberi kemantapan batin, rasa
tindakan sesoerang. Karena itu nilai menjadi bahagia, rasa terlindung, rasa suskes dan rasa
penting dalam kehidupan seseorang, sehingga puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan
tidak jarang pada tingkat tertentu orang siap menjadi pendorong untuk berbuat. Agama
untuk mengorbankan hidup mereka demi dalam kehidupan individu selain menjadi
mempertahankan nilai. Nilai mempunyai dua motivasi dan nilai etik juga merupakan
segi, yaitu segi intelektual dan segi emosional. harapan.
Dan gabungan dari kedua aspek ini yang Agama berpengaruh sebagai motivasi
menentukan suatu nilai beserta fungsinya dalam mendorong individu untuk melakukan
dalam kehidupan. Bila dalam kombinasi suatu aktivitas, karena perbuatan yang
pengabsahan terhadap suatu tindakan unsur dilakukan dengan latar belakang keyakinan
intelektual yang dominan, maka kombinasi agama dinilai mempunyai unsur kesucian,
nilai itu disebut norma atau prinsip. serta ketaan. Keterkaitan ini akan memberi
Di lihat dari fungsi dan peran agama dalam pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu.
memberi pengaruhnya terhadap individu, baik Sedangkan agama sebagai nilai etik karena
dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang
pedoman hidup, maka pengaruh yang paling akan terikat kepada ketentuan antara mana
penting adalah sebagi pembentuk kata hati yang boleh dan mana yang tidak boleh
(conscience). Kata hati menurut Erich Froom menurut ajaran agama yang dianutnya.
dalam Jalaluddin adalah panggilan kembali Sebaliknya agama juga sebagai pemberi
manusia kepada dirinya. Erich Froom melihat harapan bagi pelakunya. Seseorang yang
manusia sebagai makhluk yang secara individu melaksanakan perintah agama umumnya
telah memiliki potensi humanistik dalam karena adanya suatu harapan terhadap
dirinya. Kemudian selain itu individu juga pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu
menerima nilai-nilai bentukan dari luar. yang ghaib (supernatual).
Keduanya membentuk kata hati dalam diri Motivasi mendorong seseorang untuk
manusia. Dan apabila keduanya berjalan berkreasi, berbuat kebajikan maupun
seiring secara harmonis, maka manusia akan berkorban. Sedangkan nilai etik mendorong
merasa bahagia. seseorang untuk berlaku jujur, menepati janji
Pada diri manusia telah ada sejumlah manjaga amanat dan sebagainya. Sedangkan
potensi untuk memberi arah dalam kehidupan harapan mendorong seseorang untuk bersikap
manusia. Potensi tersebut adalah hidayat al- ikhlas, menerima cobaan yang berat ataupun
ghariziyyat (naluriah); hidayat al-hissiyat berdo’a. Sikap seperti itu akan lebih teras
(inderawi); hidayat al-aqliyat (nalar); dan secara mendalam jika bersumber dari
hidayat al-diniyat (agama). Melalui keyakinan terhadap agama.
pendekatan ini, maka agama sudah menjadi Agama dalam kehidupan individu juga
potensi fitrah yang dibawa sejak lahir. berfungsi sebagai :5
Pengaruh lingkungan tehadap seseorang a. Sumber Nilai Dalam Menjaga Kesusilaan
adalah memberi bimbingan kepada potensi Di dalam ajaran agama terdapat nilai-
yang dimiliki itu. Dengan semikian jika nilai bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai
potensi fitrah itu dapat dikembangkan sejalan inilah yang dijadikan sebagai acuan dan
dengan pengaruh lingkungan maka akan sekaligus sebagai petunjuk bagi manusia.
terjadi keselarasan. Sebaliknya jika potensi itu Sebagai petunjuk agama menjadi kerangka
5
Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam
4
Jalaludin, Ibid., hlm. 255 Mulia:, 2002), hlm. 225-227
559 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VI Edisi 02 2016, hlm 556-564

acuan dalam berpikir, bersikap, dan sehari-hari. Masyarakat homogen dapat


berperilaku agar sejalan dengan keyakinan ditemukan dalam bentuk satuan-satuan
yang dianutnya. Sistem nilai yang masyarakat berskala besar seperti masyarakat
berdasarkan agama dapat memberi Jepang. Sedangkan masyarakat mejemuk
pedoman bagi individu dan masyarakat. terdiri atas sejumlah suku bangsa yang
Sistem nilai tersebut dalam bentuk merupakan bagian dari bangsa itu, seperti
keabsahan dan pembenaran dalam masyarakat Indonesia atau masyarakat
kehidupan individu dan masyarakat. Amerika.
b. Agama Sebagai Sarana Untuk Mengatasi Selanjutnya masyarakat heterogen
Frustasi memiliki ciri-ciri bahwa pranata-pranata
Menurut pengamatan psikolog bahwa primer yang bersumber dari kebudayaan suku
keadaan frustasi itu dapat menimbulkan bangsa telah diseragamkan oleh pemerintah
tingkah laku keagamaan. Orang yang nasional, kekuatan-kekuatan politik suatu
mengalami frustasi tidak jarang bertingkah bangsa telah dilemahkan oleh sistem nasional
laku religius atau keagamaan, untuk melalui pengorganisasian yang berlandaskan
mengatasi frustasinya. Karena seseorang pada solidaritas, memiliki pranata alternatif
gagal mendapatkan kepuasan yang sesuai yang berfungsi sebagai upaya untuk
dengan kebutuhannya, maka ia mengakomodasi perbedaan dan keagamaan,
mengarahkan pemenuhannya kepada dan adanya tingkat kemajuan yang tinggi
Tuhan. Untuk itu ia melakukan pendekatan dalam kehidupan ekonomi dan teknologi
kepada Tuhan melalui ibadah, karena hal sebagai akibat dari perkembangan pranata-
tersebut yang dapat melahirkan tingkah pranata alternatif yang bergama tersebut.
laku keagamaan. Terlepas dari penggolongan masyarakat
c. Agama Sebagai Sarana Untuk Memuaskan tersebut, pada dasarnya masyarakat terbentuk
Keingintahuan dari adanya solidaritas dan konsensus.
Agama mampu memberikan jawaban Solidaritas menjadi dasar terbentuknya
atas kesukaran intelektual kognitif, sejauh organisasi dalam masyarakat, sedangkan
kesukaran itu diresapi oleh keinginan konsensus merupakan persetujuan bersama
eksistensial dan psikologis, yaitu oleh terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang
keinginan dan kebutuhan manusia akan memberikan arah dan makna bagi kehidupan
orientasi dalam kehidupan, agar dapat kelompok. Kedua aspek ini menurut E.
menempatkan diri secara berarti dan Durkheim merupakan pengikat dalam
bermakna ditengah-tengah alam semesta kehidupan masyarakat. Apabila kedua unsur
ini.6 tersebut hilang dari suatu masyarakat, maka
akan terjadi disorganisasi sosial serta bentuk
sosial dan kultur sosial yang telah mapan akan
2. Fungsi Agama Dalam Kehidupan ambruk.
Masyarakat Jika solidaraitas dan konsensus dari suatu
Masyarakat adalah gabungan dari masyarakat yang oleh kuper dan M.G Smith
kelompok individu yang terbentuk berdasarkan dianggap sebagai unsur budaya yang
tatanan sosial tertentu. Dalam kepustakaan digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari
ilmu-ilmu sosial dikenal tiga bentuk bersumber dari ajaran suatu agama, maka
masyarakat, yaitu : masyarakat homogen, fungsi agama adalah sebagai motivasi dan etos
masyarakat majemuk, masyarakat heterogen. masyarakat. Dalam konteks ini, maka agama
Masyarakat homogen ditandai oleh adanya memberi pengaruh dalam menyatukan
ciri-ciri yang anggotanya tergolong dalam satu masyarakat. Sebaliknya agama juga dapat
asal atau suku bangsa yang dengan satu menjadi pemecah, jika solidaritas dan
kebudayaan yang digunakan sebagai hidup konsensus melemah dan mengendur. Kondisi
seperti ini akan terlihat dalam masyarakat yang
majemuk dan heterogen. Karena sikap
6
Ibid., hlm. 228
Mulyadi: Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan 560

fanatisme kelompok tertentu dalam tinggi dari norma-norma kehidupan sosial


masyarakat majemuk dan heterogen, maka sehari-hari pada umumnya.8
akan memberi pengaruh dalam menjaga Nilai keagamaan dalam masyarakat tipe
solidaristas dan konsensus bersama. ini menempatkan fokus utamanya pada
Tujuan yang diakui oleh para anggota pengintegrasian tingkah laku perorangan dan
berbagai kelompok keagamaan itu berkaitan pembentuk citra pribadinya. Elizabeth
dengan kehidupan didunia lain, masuk surga berpendapat, bahwa walaupun tidak sekental
dan terhindar dari neraka, meringankan masyarakat tipe pertama, maka pada
(beban) arwah ditempat penyucian dosa, dan masyarakat tipe kedua ini agaama ternyata
memperoleh jaminan untuk berpindah masih difungsikan dalam kehidupan
ketingkat kehidupan yang paling tinggi. masyarakat. Namun terlihat ada
Meskipun demikian para penganut agama kecenderungan peran agama kian bergeser ke
lainnya mungkin mengatakan bahwa tujuan pembentukan sikap individu.
mereka adalah mengharmoniskan jiwa mereka Kemudian pada masyarakat industri
dengan alam semesta, mengagungkan Tuhan sekuler, organisasi keagamaan terpecah-pecah
dan melaksanakan kehendak-nya secara lebih dan bersifat majemuk. Ia melihat dimasyarakat
sempurna.7 modern yang kompleks ini, ikatan antara
Lebih jauh Elizabeth K. Nottingham organisasi keagamaan dan pemerintahan
membagi masyarakat menjadi tiga tipe. duniawi tidak ada sama sekali. Karena itu,
Elizabeth dalam pembagian ini menggunakan agama cenderung dinilai sebagai bagian dari
pendekatan sosiologi agama. Tipe pertama kehidupan menusia yang berkaitan dengan
adalah masyarakat yang terbelakang dan persoalan akhirat, sedangkan pemerintahan
memiliki sakral. Kedua adalah masyarakat berhubungan dengan kehidupan dunia.
praindustri yang sedang berkembang. Ketiga Terlepas dari bentuk ikatan antara agama
adalah masyarakat industri sekuler. Dalam dengan masyarakat, baik dalam bentuk
masyarakat tipe pertama menurut Elizabeth K. organisasi maupun fungsi agama, maka yang
Nottingham, setiap anggota masyarakat jelas dalam setiap masyarakat agama masih
menganut agama yang sama, oleh karena itu tetap memiliki fungsi dalam kehidupan
keanggotaan dalam masyarakat dan dalam masyarkat. Agama sebagai anutan masyarakat,
kelompok keagamaan adalah sama. Agama terlihat masih berfungsi sebagai pedoman yang
menyusup kedalam aktivitas kemasyarakatan, dijadikan sumber untuk mengatur norma-
baik yang bersifat ekonomis, politik, norma kehidupan.
kekeluargaan maupun rekreatif. Sedangkan Masalah agama tak akan mungkin dapat
dalam masyarakat praindustri yang sedang dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena
berkembang organisasi keagamaan sudah agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam
terpisah dari organisasi kemasyarakatan. Di kehidupan bermasyarakat. Dalam prakteknya
masyarakat ini organisasi keagamaan fungsi agama dalam masyarakat antara lain :
merupakan organisasi formal yang mempunyai a. Berfungsi Edukatif
tenaga profesional tersendiri. Walaupun agama Para penganut agama berpendapat
masih memberikan arti dan ikatan kepada bahwa ajaran agama yang mereka anut
sistem nilai dalam kehidupan masyarakat, memberikan ajaran-ajaran yang harus
namun pada saat yang sama lingkungan yang dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis
sakral dan yang sekuler masih dapat berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua
dibedakan. Agama sudah tidak sepenuhnya unsur suruh dan larangan ini mempunyai
menyusup ke aktivitas kehidupan masyarakat, latar belakang mengarahkan bimbingan
walaupun masih ada angapan bahwa agama agar pribadi penganutnya menjadi baik
dapat diaplikasikan secara universal dan lebih dan terbiasa dengan yang baik menurut
ajaran agama masing-masing.
7
Elizabeth K. Nottingham, Agama Dan
Masyarakat Suatu Pengantar Sosiologi Agama,
8
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 26 Jalaludin, Op.Cit., hlm. 259-260
561 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VI Edisi 02 2016, hlm 556-564

b. Berfungsi Penyelamat g. Berfungsi Kreatif


Dimanapun manusia berada dia selalu Ajaran agama mendorong dan
menginginkan dirinya selamat. mengajak para penganutnya produktif
Keselamatan yang diajarkan oleh agama. bukan saja untuk kepentingan dirinya
Keselamatan yang diberikan oleh agama sendiri, tetapi juga untuk kepentingan
kepada penganutnya adalah keselamatan orang lain. Penganut agama bukan saja
yang meliputi dua alam yaitu dunia dan disuruh bekerja secara rutin dalam pola
akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut
agama mengajarkan para penganutnya untuk melakukan inovasi dan penemuan
melalui: pengenalan kepada masalah baru.
sakral, berupa keimanan kepada Tuhan. h. Berfungsi Sublimatif
c. Berfungsi Sebagai Pendamaian Ajaran agama mengkuduskan segala
Melaui agama seseorang yang usaha manusia, bukan saja yang bersifat
bersalah atau berdosa dapat mencapai agama ukhrawi, malinkan juga yang
kedamaian batin melalui tuntunan agama. bersifat duniawi. Segala usaha manusia
Rasa berdosa dan rasa bersalah akan selama tidak bertentangan dengan norma-
segera menjadi hilang dari batinnya norma agama, bila dilakukan atas niat
apabila sesoerang pelanggar telah tulus, karena dan untuk Allah merupakan
menebus dosanya melalui :tobat, ibadah.9
pensucian ataupun penebusan dosa.
d. Berfungsi Sebagai Sosial Kontrol Orang-orang yang berspekulasi tentang
Para pengganut agama sesuai dengan asal usul agama sering mengemukakan
ajaran agama yang dipeluknya terikat gagasan agama merupakan tanggapan terhadap
batin kepada tuntunan ajaran tersebut, kebutuhan-kebutuhan yang tidak sepenuhnya
baik secara pribadi maupun secara terpenuhi didunia ini. Kebutuhan dasar
kelompok. Ajaran agama oleh manusia primitif adalah keagamaan terhadap
penganutnya dianggap sebagai bebagai ancaman seperti kelaparan, penyakit,
pengawasan sosial secara individu dan kehancuran oleh musuh-musuhnya.
maupun kelompok. Banyak diantara kehidupan sehari-harinya
e. Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa dalam berburu, pertanian, dan sebagainya,
Solidaritas diarahkan kepada upaya untuk mneghindari
Para penganut agama yang sama bahaya-bahaya ini, meskipun dia sama sekali
secara psikologis akan merasa memiliki tidak berhasil melenyapkan bahaya-bahaya itu.
kesamaan dalam satu kesatuan: iman dan Untuk mendukung kegiatan-kegiatan
kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan pengamanan ini dia menambahkan beberapa
membina rasa solidaritas dalam kelompok sarana yang dipungut dari keyakinannya
maupun perorangan, bahkan kadang- terhadap adanya dunia spritual dalam bentuk
kadang dapat membina rasa persaudaraan perbuatan-perbuatan ritual dan do’a-do’a
yang kokoh. pengharapan, yang juga di anggap dapat
f. Berfungsi Transformatif melindunginya. Manusia modern masih
Ajaran agama dapat mengubah merasa tidak aman dalam menghadapi
kehidupan kepribadian seseorang atau berbagai bahaya yang mengancamnya,
kelompok menjadi kehidupan baru sesuai barangkali dia masih mempergunakan do’a
dengan ajaran agama yang dianutnya. pengharapan sebagai salah satu alat untuk
Kehidupan baru yang diterimanya melindungi diri dari berbagai ketidakamanan
berdasarkan ajaran agama yang ini.10
dipeluknya itu kadangkala mampu
mengubah kesetiaannya kepada adat atau
norma kehidupan yang dianutnya sebelum 9
Thouless, Robert. H, Pengantar Psikologi
itu. Agama, (Jakarta: Rajawali, 1992), hlm. 105
10
Ibid., hlm. 106
Mulyadi: Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan 562

Menurut Prof. Dr. Hamka, fungsi dan Keyakinan akan balasan Tuhan terhadap
peranan agama itu ibaratkan “tali kekang”, perbuatan baik telah mampu memberikan
yaitu kekang dari pada pengumbaran akal ganjaran batin yang akan mempengaruhi
pikiran, tali kekang dari pada gejolak hawa seseorang untuk berbuat tanpa imbalan
nafsu (yang angkara murka), dan tali kekang material. Melalui motivasi kegamaan
dari pada ucap dan perilaku (yang keji dan seseorang terdorong untuk berkorban baik
biadab). Agama menuntun perjalan hidup dalam bentuk materi maupun tenaga atau
manusia agar tetap berada diatas jalan lurus pemikiran. Pengorbanan seperti ini
(shirotol mustaqim) yang diridhai oleh Allah merupakan aset yang potensial dalam
Swt.11 pembangunan.13
Menurut hukum Islam, agama berfungsi
sebagai sarana untuk mengatur sebaik 4. Kemakmuran Dan Kebahagiaan
mungkin dan memperlancar proses interaksi Manusia Menurut Ajaran Islam
sosial sehingga terwujudnya masyarakat yang
harmonis, aman, dan sejahtera.12 a. Kewajiban Sosial Manusia
Manusia dengan kapasitasnya yang
3. Agama Dan Pembangunan serba terbatas (makhluk) dan dengan
Prof. Dr. Mukti Ali mengemukakan segala instrumen hidup yang serba
bahwa peranan agama dalam pembangunan canggih dibanding dengan makhluk Tuhan
adalah : yang lain dijadikan oleh Allah sebagai
a. Sebagai Ethos Pembangunan makhluk pilihan, yaitu sebagai khalifah
Agama sebagai ethos pembangunan dimuka bumi.14 hal ini terdapat dalam Q.S
maksudnya adalah bahwa agama yang Baqarah ayat 30 :
menjadi anutan seseorang atau masyarakat
       
jika diyakini dan dihayati secara
mendalam mampu memberikan suatu
tatanan nilai moral dalam sikap.        
Selanjutnya nilai moral tersebut akan
memberikan garis-garis pedoman tingkah      
laku seseorang dalam bertindak, sesuai
dengan ajaran agamanya. Segala bentuk         
perbuatan yang dilarang agama dijauhinya
dan sebalikanya selalu giat dalam Artinya :
menerapkan perintah agama, baik dalam “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kehidupan pribadi maupun demi kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
kepentingan orang banyak. aku hendak menjadikan seorang khalifah
b. Sebagai Motivasi di muka bumi." mereka berkata:
Ajaran agama yang sudah menjadi "Mengapa Engkau hendak menjadikan
keyakinan mendalam akan mendorong (khalifah) di bumi itu orang yang akan
seseorang atau kelompok untuk mengejar membuat kerusakan padanya dan
tingkat kehidupan yang lebih baik. menumpahkan darah, Padahal Kami
Pengalaman ajaran agama tercermin dari Senantiasa bertasbih dengan memuji
pribadi yang berpartisispasi dalam Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
peningkatan mutu kehidupan tanpa berfirman: "Sesungguhnya aku
mengharapkan imbalan yang berlebihan.

11
Muhaimin, Problema Agama Dalam
13
Kehidupan Manusia, (Jakarta: Kalam Mulia, 1989), hlm Jalaludin, Op.Cit., 263-265
14
16 Rafy Sapuri, Psikologi Islam : Tuntunan
12
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),
Islam, (Palangkaraya: Erlangga, 2011), hlm. 129 hlm. 97
563 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VI Edisi 02 2016, hlm 556-564

mengetahui apa yang tidak kamu Berdasarkan pembahasan di atas, dapat


ketahui." (Q.S al-Baqarah: 30)15 disimpulkan bahwa agama sangat berpengaruh
dalam kehidupan indiividu dan kehidupan
Alkindi pernah berkata bahwa pada masyarakat. Agama sebagai pengatur dan
diri manusia itu ada akal yang merupakan penunjuk arah kehidupan manusia serta agama
sifat alam semesta, artinya manusia juga dapat membangkitkan kebahagiaan batin
mampu mengelola alam dengan seseorang yang paling sempurna, dan juga
kemampuan akalnya, sehingga wajar jika perasaan takut. Pengaruh agama dalam
gelar kekhalifahan diperuntukkan kepada kehidupan individu dapat memberi
manusia. kemantapan batin, rasa bahagia, rasa
terlindung, rasa sukses, dan rasa puas.
b. Manusia Sebagai Pemakmur Agama dalam kehidupan individu selain
Tantangan manusia untuk menjadi menjadi motivasi dan nilai etik juga
pemakmur dan penebar kebahagiaan merupakan harapan. Melalui motivasi
dimuka bumi ini memang sangat banyak. keagamaan seseorang terdorong untuk
Musuhnya datang dari dalam diri dan luar berkorban baik dalam bentuk materi maupun
dirinya. Selain ia diciptakan dalam tenaga atau pemikiran. Pengorbanan seperti ini
keadaan lemah dan bodoh, ia juga diberi merupakan aset yang potensial dalam
musuh yang sangat tangguh, sehingga pembangunan. segala bentuk perbuatan
sebagian umat manusia terkalahkan oleh individu maupun masyarakat selalu berada
musuhnya. Musuh yang datang dari dalam dalam garis yang serasi dengan peraturan dan
diri berupa hawa nafsu yang membawa aturan agama dan akhirnya akan terbina suatu
kejahatan. Ia merupakan musuh yang kebiasaan yang agamis. Misalnya seperti
sangat berat dan kuat dan selalu menyeru sumbangan harta benda dan milik untuk
kepada kejahatan kecuali nafsu yang telah kepentingan masyarakat yang berlandaskan
dirahmati Allah Swt. ganjaran keagamaan telah banyak dinikmati
dalam pembangunan.
c. Strategi Hidup Sebagai Pemenang
Jihad fillah pada dasarnya adalah REFERENSI
melatih kecenderungan berfikir untuk
selalu ikhlas dalam beragama, sehingga Al-Qur’an, Jakarta: PT Sygma Examedia
mampu menjadi seorang muslim yang Arkanleema: 2009.
muhsin. Langkah terakhir agar manusia
(muslim) mampu menjadi pemenang Arifin, Bambang Syamsul. Psikologi Agama,
melawan semua rintangan dan tantangan Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008.
yang menghalangi jalannya untuk
memakmurkan dunia dan menebarkan Darajat, Zakiah. Peranan Agama Dalam
kebahagiaan bagi seluruh makhluk, Kesehatan Mental, Jakarta: PT Toko
manusia harus bersatu dan kuat Agung, 1996.
menguatkan satu sama lain, karena pada
dasarnya orang-orang Islam itu bersaudara Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT
dan jika terjadi pertikaian antara sesama RajaGrafindo Persada, 2005.
muslim, muslim yang lainnya wajib
menyatukan kembali.16 Mahfud, Rois. Al-Islam Pendidikan Agama
Islam, Palangkaraya: Erlangga,
C. Kesimpulan 2011.

Muhaimin, Problema Agama Dalam


15
Syaamil Al-Qur’an, (Jakarta : PT Sygma Kehidupan Manusia, Jakarta: Kalam
Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 4 Mulia, 1989.
16
Rafy sapuri, Op.Cit., hlm. 99-103
Mulyadi: Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan 564

Nottingham, Elizabeth K., Agama Dan Robert. H, Thouless. Pengantar Psikologi


Masyarakat Suatu Pengantar Agama, Jakarta: Rajawali, 1992.
Sosiologi Agama, Jakarta, PT Sapuri, Rafy. Psikologi Islam : Tuntunan Jiwa
RajaGrafindo Persada: 2002 Manusia Modern, Jakarta: Rajawali
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Pers, 2009.
Mulia, 2002.

Anda mungkin juga menyukai