PENDAHULUAN
Semenjak manusia hidup berkelompok, mereka memerlukan pengaturan kehidupan agar tidak
saling berebutan dalam memenuhi kebutuhan mereka. Untuk itu salah seorang diantara anggota
kelompok itu yang diberi tugas dan bertindak sebagai pengatur atau yang menentukan tata cara
hubungan antara manusia dalam kelompok tersebut, disinilah muncul yang dinamakan pemimpin.
Dalam masyarakat adat Minangkabau dikenal apa yang disebut dengan kaum, dan setiap kaum
itu dipimpin seorang penghulu. Penghulu memimpin kaumnya dalam nilai-nilai dunia dan akhirat.
Seorang pemimpin menurut Adat Minangkabau, adalah seseorang yang didahulukan selangkah
ditinggikan seranting.
Menjadi penghulu adalah orang yang mempunyai budi yang dalam bicara yang halus, artinya
orang yang jadi penghulu itu mestinya dipilih oleh kaumnya laki-laki dan perempuan yang telah
baligh berakal, adalah orang yang berbudi pekerti sopan santun, ramah tamah, rendah hati. Karena
dia akan menjadi tauladan oleh anak kemenakan yang dipimpinnya
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengertian dan fungsi urang
ampek jinih, kepemimpinan tungku tigo sajarangan, makna tali tigo sapilin dalam kepemimpinan
di Minangkabau dan juga untuk mengetahui tentang bagaimana aturan-aturan kepemimpinan
dalam adat Minangkabau. Dan juga bertujuan untuk memenuhi tugas pembuatan makalah, mata
kuliah Islam dan Budaya Minangkabau.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan
Tungku tigo sajarangan arti yang sebenarnya “tungku” untuk memasak di Minangkabau secara
tradisional yang terdiri dari 3 buah batu yang disusun menempati sudut segitiga sama sisi. Di atas
batu itu diletakkan periuk untuk memasak nasi, air dan gulai, kedalam ruang tungku itu,
dipersilangkan kayu sehingga api jadi nyala dan nasi masak. Seperti pepatah:
Pincalang biduak rang Tiku
Mandayuang sambie manilungkuik
Balaie sampai ka Sasak
Basilang kayu dalam tungku
Disitu api makonyo iduik
Apo sajo nan dirandang jadi masak
Kepemimpinan tungku tigo sajarangan itu maksudnya kepemimpinan gabungan antara Niniak
Mamak, Alim Ulama, dan Cadiak Pandai yang dilambangkan dengan tungku tigo sajarangan.
Apabila ketiga unsur pimpinan itu bermusyawarah akan menghasilkan keputusan yang bulat dan
baik. Tungku diumpamakan sebagai 3 unsur pimpinan di atas. Sedangkan kayu merupakan
gagasan, pendapat dan nyala api itu sebagai media diskusi. Sedangkan periuk yang isinya telah
dimasak merupakan hasil keputusan mufakat1.
Unsur pimpinan Tungku Tigo Sajarngan
1. Niniak mamak
Niniak mamak adalah unsur pimpinan yang terdiri dari Penghulu beserta dengan unsur Ampek
jinihnya dan mamak-mamak lainnya seperti tungganai, mamak kapalo kaum, dan mamak
kapalo waris. Kewajiban mamak :
a. Dirumah tangga orang tuanya:
Mengawasi adik dan kemenakan perempuan.
Memelihara harta pusaka serta mengusahakan bagaimana cara menambah harta
kaumnya.
Menunjuk dan mengajari adik dan kemenakan yang salah.
1
Suarman.Adat Minangkabau.(Padang: Duta Utama, 1998). Hal 156
3
Tabanam basilami
Siang dicaliek-caliek
Malam didangan-danga
2. Alim Ulama
Alim ulama merupakan penghimpun pemuka agama Islam baik yang berpendidikan surau
maupun yang berpendidikan pesantren. Seorang ulama ditinggikan karena ilmu yang
dituntutnya dan ia menduduki jabatan ulama karena kemampuan pribadinya, ketaatan dengan
kesungguhannya2. Walaupun seseorang itu mempunyai ilmu yang tinggi dalam bidang agama
tapi tidak mampu menyebarkannya lewat tablig-tablig dan belum diakui kepemimpinannya
sebagai ulama oleh masyarakat, maka ia belum boleh disebut ulama. Alim ulama dijadikan
sebagai panutan dalam nagari, menerangkan jalan di dunia dan menjadi suluh untuk jalan ke
akhirat, seperti dalam ungkapan:
Kapanyuluah anak kamanakan
Manarangi jalan di dunie
Menyuluah jalan ke akhirat
Tampek batanyo halal haram
Sarato sah dengan batal
3. Cadiak Pandai
Cadiak pandai berarti kumpulan orang pandai-pandai. Orang yang cerdik ialah orang yang
cepat mengerti dan pandai mencari pemecahan suatu masalah, dalam berfikir panjang akalnya.
Ia menjadi salah satu unsur kepemimpinan dalam nagari karena kemampuannya.
Kepemimpinan seorang cadiak pandai itu ditunjuk oleh masyarakat dan bersama-sama dengan
penghulu dan alim ulama.Kewajiban cadiak pandai antara lain:
Memberikan peringatan kepada orang-orang tentang tingkah laku yang sudah keluar
dari adat sopan santun.
Memberi petunjuk bagi kaum kerabatnya tentang jalan yang baik atau pengajaran
kepada yang baik.
Mempergunakan ilmu dan pengetahuan secara suci dan ikhlas untuk membina
kaumnya dan masyarakatnya.
Dengan pembicaraan yang lembut, cadiak pandai itu bisa melunakkan hati yang keras
dan melunakan kaum kerabatnya.
2
Suarman.Adat Minangkabau.(Padang: Duta Utama, 1998). Hal 158
4
Cadiak pandai itu dapat mmberikan pengajaran pada rapat-rapat agar terbuka mata
masyarakat untuk memilih yang baik dan benar.
Kaum cadiak pandai harus dapat mendekatkan kaum kerabat dan anggota masyarakat
agar terbina hubungan yang baik antara kedua pihak.
Seperti dalam pepatah:
Cadiak pandai pagaran nagari
Pamago Korong jo kampuang
Pamaga adat jo agamo
Pamaga balai jo musajik
Pamaga anak kamanakan
Pamaga sawah jo ladang
Pamaga budi nak jan hilang
Sarato malu nak jan tumbuah
5
merupakan gelar pusako adat dalam suatu suku atau kaum yang diberkan kepada seseorang dalam
kaum itu dengan syarat tertentu menurut adat. Jadi datuak merupakan gelarnya, panghulu
jabatannya, dan niniak mamak lembaganya dalam nagari.
6
BAB III
PENUTUP
2.5 Kesimpulan
Urang ampek jinih terdiri dari penghulu, manti, dubalang dan malin. Tungku tigo sajarangan terdiri
dari niniak mamak, alim ulama, dan cadiak pandai. Tali tigo sapilin juga penting bagi
kepemimpinan di Minangkabau, karena komponennya dapat menciptakan sistem sosial yang
efektif. Kepemimpinan di Minangkabau diatur oleh penghulu dan perangkat yang membantunya.
Tanpa penghulu dan niniak mamak suatu nagari di Minangkabau diibaratkan seperti kampuang
atau nagari yang tidak bertuan karena tidak akan jalan tatanan adat yang dibuat, seperti pepatah
“elok nagari dek pangulu sumarak nagari dek nan mudo”.
7
Daftar Pustaka