Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM

Di SUSUN OLEH :
KHOTIJAH AMANDA PUTRI
XI MIPA 3

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH X
SMA NEGERI 1 PLUMBON
Jln. Yudhistira 30 Desa Karangasem Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon
Telepon (0231) 320606 Kode Pos 45155
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat
dan hidayah, inayah-nya kepada saya, sehingga saya dapat membuat makalah ini dengan
sebaik-baiknya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pendidikan agama Islam dan Budi
pekerti yang diberikan oleh ibu dr.koidah selaku guru mata pelajaran pendidikan agama
Islam dan Budi pekerti kelas XI.

Terlepas dari semua ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi kalimat dan susunan tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Prinsip ekonomi Islam di kenal sebagai prinsip ekonomi yang berbasis syariah dimana
dalam prinsip ekonomi tersebut, Islam secara terang membebaskan diri dari hal-hal yang
bersifat ribawi. Dalam prinsip ekonomi syariah terdapat beberapa instrument ekonomi untuk
membantu kepentingan sosial seperti, pemanfaatan dana zakat, infaq, maupun sedekah
untuk membiayai kesejahteraan umat. Menurut Yusuf Al- Qaradhawi, “Zakat adalah bagian
tertentu dari harta yang diwajibkan Allah SWT untuk diberikan kepada orang yang berhak.”

Bahkan dalam instrument ekonomi seperti zakat memiliki potensi besar apabila dapat
dikelola secara baik oleh pemerintah, dimana di dalam zakat itu sendiri adalah sejumlah
uang ataupun dana yang di keluarkan orang yang memiliki perekonomian berkecukupan dan
memenuhi syarat tertentu, disalurkan untuk golongan orang tertentu dan digunakan untuk
kepentingan umat. Hal ini menjadikan potensi besar apabila di terapkan di Indonesia
mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia bergama islam dan ini dapat di jadikan
alternatif Pemerintah untuk melaksanakan
pemerataan kesejahteraan pada tiap lapisan masyarakat.

“Pendayagunaan harta produktif untuk konteks pada zaman sekarang sangatlah


diperlukan, karena dengan pendayagunaan harta zakat secara produktif tersebut yang
diterima oleh mustahiq tidak habis begitu saja, akan tetapi bisa dikembangkan sesuai
dengan kehendak dan tujuan zakat itu sendiri, yaitu menghilangkan kemiskinan dan
mensejahterakan bagi kaum miskin. Mujahidin Akhmad. Ekonomi Islam sejarah, Konsep,
Instrumen, Negera dan Pasar mereka tidak selamanya menjadi mustahiq melainkan akan
mejadi muzakki”.

Para ahli menyimpulkan bahwa ada tiga penyebab kemiskinan yaitu karena keterbatasan
sumber daya yang dimiliki, kedua adalah akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia,
ketiga adalah kurangnya akses modal yang menyebabkan kurang berkembangnya usaha
yang dijalankan dan rendahnya tingkat produksi baik barang maupun jasa. Ketiga penyebab
kemiskinan tersebut merupakan tugas semua 2pihak baik pemerintah maupun masyarakat
dalam upaya mengentaskan kemiskinan.

Adapun pemanfaatan dana zakat dapat dikatagorikn sebagai berikut:


1. Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisional sifatnya dalam kategori ini penyaluran
diberikan kepada orang yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh
yang berangkutan seperti: zakat fitrah yang diberkan kepada fakir miskin untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang diberikan kepada korban
bencana alam.

2. Pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran dalam bentuk alat-alat


sekolah atau beasiswa dan lain-lain.

3. Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam bentuk barang-


barang produktif, misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukangan, dan
sebagainya. Tujuan dari kategori ini adalah untuk menciptakan suatu usaha atau
memberikan lapangan kerja bagi fakir miskin.

4. Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini diwujudkan dalam bentuk modal


yang dapat dipergunakan baik untuk membangun sebuah proyek social maupun untuk
membantu atau menambah modal seorang pedagang atau pengusaha kecil.

B. RUMUSAN MALASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka muncul permasalahan yang
akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan zakat produktif pada bidang Usaha Mikro pada Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) di seluruh Indonesia ?

2. Bagaimana upaya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di seluruh Indonesia dalam
2pengentasan kemiskinan melalui zakat produktif ?

C. MANFAAT

Hasil penelitian yang penulis laksanakan sekarang ini, diharapkan dapat memberi
kontribusi berupa:

1). Salah satu kontribusi keilmuan dalam dunia Islam pada masa kini dan masa yang akan
datang, terutama dalam menambah pengetahuan tentang “Prinsip dan Praktik Ekonomi
Islam.

2). Salah satu alternatif dan inspirasi serta motivasi bagi para peneliti yang akan datang
dalam rangka mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan
zakat produktif sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam
secara objektif.

D. TUJUAN

Ekonomi syariah merupakan sebuah konsep ekonomi yang didasarkan pada prinsip-
prinsip Islam dan hukum syariah. Tujuan ekonomi syariah adalah untuk menciptakan sistem
ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam, yaitu sistem yang berlandaskan prinsip-prinsip
keadilan, keseimbangan, dan keselamatan.
BAB II
PEMBAHASAN ATAU ISI

A. PENGERTIAN MU’AMALAH

Muamalah adalah istilah lain dari transaksi dalam sistem perekonomian Islam.
Pengertian muamalah sendiri merupakan kegiatan tukar-menukar yang memberi manfaat
tertentu atas barang atau sesuatu yang ditukarkan. Mu'amalah dalam kampus bahas
Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan kemasyarakatan (pergaulan, perdata dan
sebagainya).
Beberapa di antaranya adalah kegiatan transaksi jual-beli barang di mana ada
pertukaran antara uang dan barang, hutang-piutang, pinjam-meminjam, hingga sewa-
menyewa. Bahkan kegiatan muamalah juga mencakup semua urusan seperti bercocok
tanam, berdagang, berserikat, dan lainnya.
Tidak terkecuali dalam hal usaha dan permodalan, keduanya masih termasuk dalam
kegiatan muamalah. Setiap kegiatan muamalah yang dilakukan diatur secara jelas dalam Al
Quran agar tidak sampai terjerumus dalam proses riba yang dinyatakan haram.

B. AYAT TENTANG MU’AMALAH

Bahkan peraturan tetang praktik ekonomi dalam Islam diatur dengan jelas dalam Al
Quran dan hadits. Ada 2 ayat Alqur'an dan 1 Hadist :

1). Larangan melakukan kegiatan yang mengandung unsur riba Tercantum dalam Q.S. Al
Imron (3) ayat 130, yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.

2). Larangan menggunakan cara yang batil atau salah


Tercantum dalam Q.S.An Nisa (4) ayat 29, yang berbunyi:

‫ٰٓي َاُّيَه ا اَّلِذْي َن ٰا َم ُنْو ا اَل َت ْأُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِباْلَباِط ِل ِآاَّل َاْن َت ُك ْو َن ِتَج اَر ًة َع ْن َت َر اٍض ِّم ْن ُك ْۗم َو اَل َت ْقُتُلْٓو ا َاْنُفَس ُكْۗم ِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبُك ْم َر ِحْي ًم‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”.

3). Larangan menggunakan cara yang zalim


Tercantum dalam sebuah Hadits Riwayat Muslim, yang berbunyi :
“Hadits yang dikutip dari Abu Hurairah radhiallahuanhu yang diambil dari sabda Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam tersebut mengandung larangan agar sesama hamba Allah tidak
saling mendengki, saling menipu, dan saling marah hingga memutuskan hubungan
persaudaraan.Muslim satu dengan muslim lainnya adalah saudara sehingga tidak boleh ada
perbuatan zalim atau aniaya di antara sesama muslim. Bahkan dengan tegas hadits
tersebut melarang umat muslim untuk menghina dan mendustakan orang lain. Haram darah
setiap muslim atas muslim yang lain”.

C. MACAM-MACAM MU’AMALAH

1). JUAL-BELI
Jual-beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar-menukar benda untuk memiliki
benda tersebut selamanya. Melakukan jual-beli dibenarkan, sesuai dengan firman Allah
SWT. berikut :

‫ِّۗس‬
‫َك َم ا َي ُقْو ُم اَّلِذْي َي َتَخ َّب ُط ُه الَّش ْي ٰط ُن ِمَن اْلَم ٰذ ِلَك ِبَاَّن ُهْم َق اُلْٓو ا ِاَّن َم ا اْلَب ْيُع ِم ْث ُل الِّر ٰب وۘا َو َاَح َّل ُهّٰللا اْلَب ْي َع َو َح َّر َم‬ ‫َاَّلِذْي َن َي ْأُك ُلْو َن الِّر ٰب وا اَل َي ُقْو ُمْو َن ِااَّل‬
‫ٰۤل‬
‫َم ْو ِع َظٌة ِّمْن َّر ِّبٖه َف اْن َتٰه ى َف َلٗه َم ا َس َلَۗف َو َاْم ُر ٓٗه ِاَلى ِهّٰللاۗ َو َم ْن َع اَد َفُاو ِٕىَك َاْص ٰح ُب الَّن اِر ۚ ُه ْم ِفْي َه ا ٰخ ِلُدْو َن‬ ‫الِّر ٰب وۗا َفَم ْن َج ۤا َء ٗه‬

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual
beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.

a). Syarat jual-beli


syarat-syarat yang telah di tetapkan dalam Islam tentang jual-beli adalah sebagai berikut:
1). Penjual dan Pembelinya haruslah :
• ballig
• berakal sehat
• atas kehendak sendiri
2). Uang dan barangnya haruslah :
• halal dan suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan berhala,
termasuk lemak bangkai tersebut.
• bermanfaat. membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama dengan menyia-
nyiakan harta atau pemborosan.

‫۝‬٢٧ ‫ِاَّن اْلُم َب ِّذ ِر ْي َن َك اُنْٓو ا ِاْخ َو اَن الَّش ٰي ِط ْي ِۗن َو َك اَن الَّش ْي ٰط ُن ِلَر ِّبٖه َك ُفْو ًر ا‬

“Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat
ingkar kepada Tuhannya”.
• keadaan barang dapat diserahterimakan. Tidak sah menjual barang yang tidak dapat
diserahterimakan. Contohnya, menjual ikan dalam laut atau barang yang sedang
dijadikan jaminan sebab semua itu mengadu tipu daya.
• keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembeli
• milik sendiri, sabda Rasulullah saw., “Tak sah jual-beli melainkan atas barang yang
dimiliki”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

b). Khiyar
1). khiyar adalah bebas memutuskan antara meneruskan jual-beli atau membatalkan.
2). macam-macam khiyar
• khiyar majelis, adalah selama lama penjual dan pembeli masih berada di tempat
berlangsungnya transaksi atau tawar-menawar.
• khiyar syarat adalah gear yang dijadikan syarat dalam jual-beli.
• khiyar aibi atau (cacat), adalah pembeli boleh mengembalikan barang yang
dibelinya jika terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas atau nilai barang
tersebut.

c). Riba
1). riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang hal ini sering
terjadi dalam pertukaran bahan makanan perak emas dan pinjam-meminjam.
guna menghindari riba apabila mengadakan jual beli barang sejenis seperti
emas dengan emas atau perak dengan perak ditetapkan syarat :
• sama timbangan ukurannya
• dilakukan serah terima saat itu juga
• tunai
2). macam-macam riba :
• riba Fadli adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya.
• riba Qordi adalah pinjam meminjam dengan syarat harus memberi kelebihan
saat mengembalikannya.
• riba Yadi adalah akad jual beli barang sejenis dan sama timbangannya namun
penjual dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima.
• riba nasi'ah adalah akad jual beli dengan penyerahan barang beberapa waktu
kemudian.

2). UTANG-PIUTANG
Transaksi utang-piutang dilakukan dengan cara menyerahkan harta atau benda kepada
seseorang dengan perjanjian bahwa harta atau benda tersebut akan dikembalikan dalam
kurun waktu tertentu. Dalam transaksi ini, ada tiga rukun yang harus dipenuhi, yaitu:
• Ada pelaku yang melakukan utang dan yang memberi piutang
• Ada barang atau harta sebagai objek utang-piutang
• Ada akad kesepakatan di antara pemberi piutang dan penerima utang
Dalam pelaksanannya agar menjauhi riba maka barang atau harta yang dikembalikan harus
sesuai dengan yang dipinjam. Jika ada kelebihan yang diberikan oleh si pembayar utang
atas kemauannya sendiri, maka harta atau barang tersebut halal.
Sebaliknya, jika orang yang memberi piutang meminta tambahan saat harta atau barang
dikembalikan, maka tambahan tersebut haram hukumnya. Hal ini dikarenakan tidak ada
kesepakatan yang disetujui bersama sebelumnya.

3). SEWA-MENYEWA
Dalam Islam, istilah sewa-menyewa disebut dengan ijarah. Transaksi ini dilakukan
dengan cara memberi imbalan tertentu kepada seseorang yang menyewakan barang atau
benda kepada orang lain. Ada beberapa syarat dan rukun ijarah yang harus dipenuhi, di
antaranya:

• Proses transaksi sewa-menyewa harus dilakukan karena memang atas kemauan


masing-masing.
• Baik yang menyewakan maupun yang menyewa harus sama-sama berakal sehat dan
baligh.
• Keadaan dan sifat barang harus ditentukan sedari awal.
• Barang yang disewakan akan menjadi hak sepenuhnya pihak penyewa atau wali
penyewa selama kurun waktu yang telah disepakati bersama.
• Harus disebutkan dengan jelas berapa lama penyewa akan memanfaatkan barang
tersebut.
• Ada kesepakatan sejak awal terkait harga sewa dan cara pembayarannya.
• Kedua belah pihak harus mengetahui manfaat yang akan diambil dari barang tersebut.

Sewa-menyewa tidak hanya dalam hal barang, namun juga kontrak tenaga kerja. Ada
kesepakatan bersama yang harus dipenuhi dalam kontrak kerja. Kesepakatan tersebut
terkait dengan jenis pekerjaan, jam kerja, lama kerja, gaji, sistem pembayaran, dan
tunjangan-tunjangan.

4). Syirkah
Syirkah artinya akad yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih yang sama-sama
melakukan kesepakatan untuk membangun suatu usaha dengan tujuan mendapatkan
keuntungan.
Rukun yang harus dipenuhi dalam akad syirkah di antaranya adalah sebagai berikut:

• Ada dua belah pihak yang menjalankan akad atau ‘aqidani.


• Disebut dengan jelas objek akad atau ma’qud ‘alaihi yang mencakup modal dan
pekerjaan.
• Adanya aktivitas pengelolaan atau tasharruf sebagai syarat sah akad syirkah.

Syirkah terdiri dari beberapa macam jenis, yaitu:


• Syirkah ‘abdan merupakan jenis syirkah yang mana kedua belah pihak atau lebih tidak
memberikan kontribusi modal (amal) dan hanya kontribusi kerja.
• Syirkah ‘inan merupakan syirkah di mana kedua belah pihak saling memberi kontribusi
baik dalam hal modal maupun kerja.
• Syirkah wujuh merupakan kerja sama yang dilakukan berdasarkan kedudukan, keahlian,
dan ketokohan seseorang.
• Syirkah mufawadhah merupakan syirkah yang dilakukan antara kedua belah pihak
dengan menggabungkan semua jenis syirkah yang telah disebutkan sebelumnya.

5). MUDARABAH
Akad mudharabah disebut juga sebagai akad kerja sama di mana pihak pertama sebagai
penyedia modal atau shahibul mal, dan pihak lainnya sebagai pengelola atau mudarrib.
Mudharabah dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan kentungan yang didapatkan, yaitu:

• Mudharabah muqayyadah artinya usaha yang dijalankan akan dibatasi oleh waktu, jenis
usaha, dan tempat usaha.
• Mudharabah mutlaqah artinya bentuk kerja sama yang dijalankan antara pemilik modal
dan pengelola modal cakupannya luas dan tidak ada batasan baik dari segi waktu, jenis
usaha, maupun tempat usaha.

6). MUSAQAH, MUZARA’AH, MUKHABARAH


Pengertian musaqah merupakan kerja sama yang dilakukan antara petani dan pemilik
kebun.
Jenis kesepakatannya yaitu pemilik kebun menyerahkan tanahnya kepada petani untuk
dikelola dan nati hasil panennya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.
• Muzara’ah adalah kerjasama yang dilaukan dalam bidang pertanian antara petani yang
menggarap sawah yang menyediakan benih tanaman dan pemilik lahan itu sendiri.
• Sedangkan Mukhabarah adalah kerjasama antara pemilik tanah dan petani, namun benih
disediakan oleh pemilik tanah.

D). PERBANKAN

a). Bank identik sebagai tempat penyimpanan uang. Pengertian bank sendiri merupakan
lembaga keuangan yang memiliki tugas menghimpun dana dari masyarakat lalu
disalurkan menggunakan sistem bunga. Ada dua jenis bank yang saat ini berada di
tengah-tengah masyarakat, yaitu:

• Bank Syariah/Islam merupakan lembaga keuangan yang menjalankan operasionalnya


dengan sistem syariah Islam dan memenuhi syarat yang bersih dari riba.
•. Bank Konvensional merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi untuk
menghimpun dana dan disalurkan kepada yang memerlukan dengan sistem bunga.

b). Asuransi Syariah


Asuransi syariah dikenal juga dengan istilah at-Ta’min yang memiliki arti perlindungan,
pertanggungan, ketenangan, dan keamanan. Asuransi juga merupakan bagian dari
transaksi muamalah yang mana dasar hukumnya adalah boleh (jaiz) dengan syarat dan
ketentuan tertentu.

Pedoman mengenai asuransi syariah diatur secara langsung dan dipedomani oleh Fatwa
Dewan Syariah.
Semua proses transaksi dan produk yang ditawarkan harus sesuai dengan ketentuan
hukum Islam. Apa yang diatur dalam hukum syariat Islam tidak lain adalah demi
kepentingan umat muslim itu sendiri. Sehingga sebagai muslim yang taat dan patuh, maka
harus mendukung penuh dengan melaksanakan prinsip dan praktik ekonomi Islam secara
utuh.
BAB III
PENUTUPAN

KESIMPULAN

1). Muamalah ialah kegiatan tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat
dengan cara yang ditempuhnya seperti jual beli sewa menyewa utang piutang pinjam
meminjam urusan bercocok tanam berserikat dan usaha lainnya.

2). Syirkah (perseroan) berarti suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
syirkah ada beberapa macam (syirkah inan, syirkah Abdan, syirkah wujuh, dan syirkah
mufawadah).

3). mudarabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama
menyediakan modal (sahibul mal), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola atau
pengusaha (mudarrib).

4). Musaqah adalah kerjasama antara pemilik kebun dan petani di mana sampai mereka
pun menyerahkan kepada petani agar dipelihara dan hasil panennya nanti dibagi dua
menurut persentase yang dilakukan pada waktu akad.

5). Bank Islam atau bank syariah yaitu bank yang menjalankan operasinya menurut syariat
Islam bank syariah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba misalnya:
(muharabah, musyarakah, wadi’ah, qardul Hasan, dan murabahah)

Demikianlah makalah saya ini saya buat dengan sebaik-baiknya, namun saya juga
manusia yang mempunyai banyak salah. Mohon maaf bila ada salah dalam kata maupun
penyusunan makalah ini.
Kritik dan saran pembaca sangat saya harapkan untuk menunjang makalah ini
selanjutnya, sekian terimakasih. wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai