Anda di halaman 1dari 12

RASM AL-QU’RAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Dr.H. Isfihani,M.Ag

Oleh :
Indah Sulistyoningsih X.03/19.20/02.11077

Malikha Rukhil 'Ulya Darojah X.03/19.20/02.11079


Tazkia Widyasti X.03/19.20/02.11093
Zainab Zulfah X.03/19.20/02.11098

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkah
hidayah dan inayah-Nya lah, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Sholawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para sahabatnya serta orang-orang yang
mengikuti jalan beliau, semoga kita mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat, aamiin.

Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah “Ulumul
Qur’an”. Makalah ini berjudul “Ar-Rasm Al-Qur’an.
Dengan demikian, penyusun mengharapkan partisipasi dari teman-teman semua
dalam pembahasan makalah ini, tanpa kritik ataupun saran dari teman-teman semua
penyusun tidak dapat memperbaiki kesalahan dalam penulisan makalah ini, semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.AamiinYaRabbal’alami.

Surakarta, 23 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Rasm al-Quran......................................................................................2
B. Penulisan Alquran Pada Masa Nabi Muhammad...................................................2
C. Penulisan Alquran Pada Masa Khulafaur Rasyidin................................................3
D. Penyempurnaan Al Qur’an Pada Masa Khulafaurrasyidin....................................5
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan.............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran diturunkan secara bertahap. Setiap kali ada ayat turun, Rasulullah SAW
segera menyampaikannya kepada umat, dan memerintahkan untuk menulisnya. Diantara
sahabat, ada yang langsung menghafal ayat al-Qur'an setiap kali turun. Ada pula yang
hanya menulisnya, dan Rasulullah menuntun penulisan itu sesuai dengan urutan surat
dan ayat.
Ketika Rasulullah SAW wafat, Al-Qur'an tidak terkumpul dalam satu buku
(mushaf), melainkan tersimpan dalam dada para sahabat, terukir diatas lembar-lembar
para penulis wahyu. Pada saat itu para penghafal al-Qur'an sangat banyak, dan ada yang
hafal secara keseluruhan.
Ketika Abu Bakar khalifah pertama memberantas kaum murtadin dan
pendukung nabi palsu; Musailamah, banyak dari penghafal al-Qur'an gugur sebagai
Syahid, hingga Abu Bakar khawatir hal ini akan mengakibatkan lenyapnya al-Qur'an
dari muka bumi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Rasm al Quran
2. Bagaimana Penulisan al Qur’an pada masa nabi
3. Bagaimana Penulisan al Qur’an pada masa Khulafaurrasyidin
4. Bagaimana Pernyempurnaan al Qur’an pada masa Khulafaurrasyidin

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui:
1. Menjelaskan pengertian Rasm al Quran
2. Menjelaskan Penulisan al Qur’an pada masa nabi
3. Menjelaskan Penulisan al Qur’an pada masa Khulafaurrasyidin
4. Menjelaskan Pernyempurnaan al qur’an pada masa Khulafaurrasyidin

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasm al-Quran

Yang dimaksud dengan Rasm Al-Qur’an atau Rasm Utsmani atau Rasm Utsman
adalah tata cara menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah bin Affan.
Istilah rasm dalam Islam Al-Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang
digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan
Al-Qur’an. Istilah Rasm Ustman lahir bersamaan dengan lahirnya Mus bin zubair, Said
bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah
tertentu. Para ulama meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu :
1) Al-Hadz (membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf). Contoh,
menghilangkan huruf alif pada ya’nida’, dari ha tanbih, pada lafaz jalalah.
2) Al-Jiyadah (penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau
yang mampunyai hukum jama’ dan menambah huruf setelah hamzah marsumah
(hamzah yang terletak diatas tulisan wawu.
3) Al-Hazmah, salah satu kaidahnya berbunyui bahwa apabila hamzah berharakat
sukun, ditulis dengan huruf berharakat yang sebelumnya, contoh I’dzan dan
U’tumin
4) Badal (pergantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan.
5) Washal dan fashl (penyambungan dan pemisahan), seperti kata kul yang diringi
kata ma ditulis dengan disambung.
6) Kata yang dapat dibaca dua bunyi. Penulisan kata yang dapat dibaca dua bunyi
disesuaikan dengan salah satu bunyi. Didalam mushaf Utsmani, penulisan kata
semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif (yakni dibaca dua alif), boleh
juga dengan hanya menurut buyi harakat (yakni dibaca satu alif).

B. Penulisan Alquran Pada Masa Nabi Muhammad

 Pengumpulan alquran pada masa nabi dilakukan dengan dua metode, yakni:
1. Pengumpulan dengan hafalan (jam’u fis shudur)
Bangsa arab pada masa itu terkenal dengan Kuatnya ingatan mereka. Tak heran,
ketika alquran turun, para sahabat berbondong-bondong untuk menghafalkan
qur’an. Lalu mereka mengajarkannya pada anak isteri mereka.
2. Pengumpulan dengan tulisan (jam’u fis suthur)
Penulisan alquran pada masa Nabi sangatlah sederhana, mereka menggunakan
batu, pelepah kurma, lontaran kayu, tulang belulang, dan lain-lain. Sahabat yang
bertugas sebagai sekertaris Nabi ialah sahabat pilihan rasul dari kalangan

2
sahabat yang terbaik dan indah tulisannya sehingga mereka benar-benar pantas
mengemban tugas mulia ini. Mereka adalah Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab,
Mu’adz bin Jabal, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, khulafaur rasyidin dan sahabat-
sahabat lain.

 Faktor-faktor yang mendorong penulisan alquran di masa Nabi ialah:


a. Memback up hafalan, baik Nabi maupun sahabat
b. Mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna, karena
mengandalkan hafalan saja tidak cukup, karena diantara mereka lupa atau telah
wafat. sedangkan tulisan akan tetap terpalihara.

 Penulisan alquran pada masa nabi tidak terkumpul dalam satu tempat, tetapi
terpisah. Hal ini karena:
1. Proses turunnya alquran masih berlangsung, sehingga terdapat kemungkinan
ayat yang turun di belakang menghapus (menasakh) redaksi atau hukum ayat
yang turun sebelumnya.
2. Menertibkan ayat-ayat dan surat-surat, karena sistematika penulisan alquran
tidak disusun menurut kronologi turunnya, tapi mnurut keserasian antara ayat
yang satu dan ayat lain. Oleh karena itu terkadang surat yang turunnya lebih
akhir berada di depan dan sebaliknya ayat yang turun awal berada di depan.

C. Penulisan Alquran Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Penulisan alquran pada masa Khulafaur Rasyidin terbagi dalam dua masa, yakni:
a) Penulisan Alquran pada Masa Khalifah Abu Bakar

Setelah wafatnya Rasulullah, pemegang jabatan tertinggi sebagai pengganti


Nabi ialah Abu Bakar. Pada masa pemarintahan beliau terjadi peristiwa –peristiwa
besar, salah satunya yakni perang yamamah, yaitu perang melawan orang-orang murtad
pengikut Musailamah Al-kadzab yang terjadi pada tahun ke 12 hijriyah. Pada perang ini
70 qari’ dan sahabat penghafal alquran gugur di medan perang. Melihat hal ini, Umar
bin Khattab segera mengusulkan kepada Ablu Bakar untuk menuliskan alquran dalam
satu mushaf. Pada walnya Abu bakar menolak usulan Umar dengan alasan tidak ada
pada zaman Rasul. Namun setelah mendapat desakan Umar dan setelah hatinya
dilunakkan oleh Allah, akhirnya Abu Bakar menerima usulan tersebut. Beliau segera
memanggil Zaid bin Tsabit sebagai ketua panitia penulisan alquran, mengingat
kedudukan Zaid dalam qiraat, pemahaman, tulisan, kecerdasan, dan hadirnya Zaid pada
pembacaan alquran yang terakhir kali oleh Rasulullah. Sebagaimana Abu Bakar, pada
awalnya Zaid menolak perintah Abu Bakar. Akan tetapi setelah mereka bertukar

3
pendapat dan bermusyawarah akhirnya Zaid menyetujui penulisan alquran yang
diperintahkan Abu Bakar.
Zaid memulai tugasnya dengan bersandar pada hafalan-hafalan dan tulisan-
tulisan qurra’ dan penulis. Zaid sangat berhati-hati dan cermat dalam memilih dan
menuliskan alquran. Beliau tidak menerima sahabat yang hanya menyandarkan pada
hafalan semata, tanpa catatan. contohnya pada akhir surat at-taubah yang catatannya
hanya beliau dapat dari Abu Khuzaimah Al-anshari. Padahal banyak sahabat yang
menghafalnya, tapi beliau tidak serta merta menulisnya sebelum mendapat teks
tertulisnya dari Abu Khuzimah Al-anshari. Proses penulisa alquran ini dapat
diselesaikan dalam waktu sekitar satu tahun, yakni pada tahun 13 hijriyah.

Abu Bakar adalah orang yang pertama kali mengumpulkan alquran dalam satu
mushaf setelah sebelumnya alquran sekedar ditulis pada pelepah kurma, batu, tulang
belulang, dan lain-lain. Ali bin Abi Thalib berkata: “orang yang paling besar pahalanya
dalam hal mushaf ialah Abu Bakar. Semoga Allah melompahkan rahmat-Nya kepada
Abu Bakar, dialah yang pertama kali mengumpulkan kitab Allah”.

Setelah Abu Bakar wafat, shuhuf-shuhuf alquran itu disimpan oleh khalifah
Umar. Setelah khalifah Umar wafat, mushaf itu disimpan di rumah Hafshah. Dari sini
timbul pertanyaan besar mengapa tidak disimpan Utsman yang notabene khalifah
pengganti Umar. Jawabannya ialah karena sebelu Umar wafat beliau telah
bermusyawarah dan menyerahkan mushaf tersebut kepada 6 orang sahabat. Jika Umar
memberi pada salah satu sahabat akan timbul interpretasi bahwa Umar memihak salah
satu sahabat tersebut. Maka mushaf itu disimpan oleh Hafshah karena beliau adalah
isteri Nabi dan telah menghafal keseluruhan alquran.

b) Penulisan Alquran Pada Masa Khalifah Utsman bin Affan

Pada masa Utsman bin Affan islam tesebar luas hingga ke berbagai wilayah.
Tentunya di setiap wilayah para penduduk mempelajari alquran yang dikirim kepad
mereka. Dan cara pembacaan alquran terjadi perbedaan antara guru yang satu dengan
guru yang lain. Apalagi ketika terjadi perkumpulan tentara baik dalam latihan maupun
medan perang, tejadi perbedaan pendapat yang mencolok sehingga tak jarang
menimbulkan perpecahan, bahkan saling mengkafirkan satu sama lain. Itu tejadi pada
perang Armenia dan Arzabaijan. Melihat hal yang sangat memprihatinkan itu Huzaifah
melapor kepada khalifah Utsman. Lalu mereka bersepakat untuk menyalin lembaran-
lembaran Abu Bakar dalam satu mushaf untuk menyatukan umat Islam dengan bacaan
yang tetap.

Kemudian Utsman memenggil Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, sa’id bin
‘Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalin dan memperbanyak

4
mushaf dan memerintahkan agar ditulis dengan bahasa quraisy karena alquran turun
dalam logat mereka.

Az-zarqani mengemukakan pendapatnya tentang pedoman pelaksanaan tugas


yang diemban tim penulis alquran, yakni:
1. Tidak menuliskan sesuatu dalam mushaf, kecuali diyakini bahwa itu benar ayat
alquran yang dibaca nabi pada waktu pemeriksaan terkhir Jibril.
2. Untuk menjamin ketujuh huruf turunnya alquran, tulisan mushaf ini tanpa titik
dan syakal.
3. Lafadz yang dibaca dengan satu bacaan saja ditulis dengan bentuk unik,
sedangkan lafadz yang dibaca dengan bermacam-macam bacaan ditulis dengan
rasm yang berbeda-beda tiap mushaf.
4. Ditetapkan menggunakan bahasa quraisy karena alquran diturunkan dengan
bahasa quraisy.

Utsman menetapkan kriteria penulisan sebagai berikut:

a) Riwayatnya harus mutawattir, bukan ahad.


b) Mengabaikan ayat yang bacaannya di nasakh dan ayat tersebut tidak diyakini
dibaca kembali di hadapan Nabi pada saat-saat terakhir.
c) Struktur suratnya seperti saat ini, berbeda dengan pada masa Abu Bakar.

 Perbedaan Al-quran pada Masa Abu Bakar dan Utsma bin Affan:

1. Pada masa Abu Bakar motivasi penulisannya adalah khawatir sirnanya alquran
dengan syahidnya para huffadz pada perang yamamah, sedangkan motivasi pada
masa Utsman adalah karena terjadinya berbagai perbedaan dan perselisihan dalam
membaca alquran.
2. Abu Bakar melakukannya dengan mengumpulkan tulisan-tulisan alquran yang
terpencar pada pelepah kurma, batu, tulang belulang dan lain-lain, sedangkan
Utsman melakukannya dengan menyederhanakan tulisan mushaf pada satu huruf dari
tuhuh huruf yang dengannya alquran turun.

D. Penyempurnaan Al Qur’an Pada Masa Khulafaurrasyidin

Mushaf Utsmani tidak memakai tanda baca titik dan harakat, karena semata-
mata didasarkan atas karakter pembacaan orang-orang Arab yang masih murni,
sehingga mereka tidak memerlukan syakal dengan harakat dan pemberian titik. Ketika
bahasa Arab mulai mengalami kerusakan karena banyaknya percampuran (dengan

5
bahasa non-Arab), maka para penguasa menganggap pentingnya ada formasi penulisan
mushaf dengan harakat, titik dan lain-lain yang dapat membantu pembacaan yang benar.
Para ulama berbeda pendapat tentang usaha pertama ini. Banyak ulama
berpendapat, orang pertama yang melakukan hal itu adalah Abul Aswad Ad-Duali.
Dialah peletak dasar-dasar kaidah bahasa Arab pertama, atas permintaan Ali bin Abi
Thalib. Diriwayatkan, konon Abul Aswad mendengar seorang qari membaca firman
Allah, “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik.”
(At-Taubah: 3)
Orang itu membacanya dengan kasrah pada kata “lam” dalam kata (wa
rasulahu). Hal ini membuat terkejut Abul Aswad, komentarnya, “Mahatinggi Allah
untuk meninggalkan Rasul-Nya.” Kemudian ia pergi menghadap Ziyad, Gubernur
Bashrah, dan berkata, “Kini aku akan penuhi apa yang pernah anda minta kepadaku.”
Ziyad pernah memintanya untuk membuatkan tanda-tanda baca supaya orang lebih
dapat memahami Al-Qur’an. Tetapi Abul Aswad tidak segera memenuhi permintaan itu.
Baru setelah dikejutkan oleh peristiwa tersebut ia memenuhinya.
As-Suyuthi menyebutkan dalam Al-Itqan bahwa Abul Aswad Ad-Duali adalah
orang pertama melakukan usaha itu atas perintah Abdul Malik bin Marwan, bukan atas
perintah Ziyad. Ketika itu orang telah membaca mushaf Utsman selama lebih dari
empat puluh tahun hingga masa kekhalifahan Abdul Malik. Waktu itu banyak orang
yang membuat kesalahan, yang paling fatal di Irak. Maka para penguasa memikirkan
pembuatan tanda baca.
Kemudian pada abad ketiga Hijriyah terjadi perbaikan dan penyempurnaan rasm
mushaf. Orang pun berlomba memilih bentuk tulisan yang baik dan menemukan tanda-
tanda yang khas. Mereka memberikan untuk huruf yang ditasydidkan sebuah tanda
seperti busur. Sedang untuk alif washal diberi lekuk di atasnya, di bawahnya atau di
tengahnya sesuai dengan harakat sebelumnya: fathah, kasrah, atau dhammah.
Para ulama pada mulanya tidak menyukai usaha perbaikan tersebut karena
khawatir akan terjadi penambahan dalam Al-Qur’an, berdasarkan ucapan ibnu Mas’ud,
“Bersihkanlah Al-Qur’an dan jangan dicampur-adukkan dengan apapun.” Sebagian dari
mereka membedakan antara pemberian titik yang diperbolehkan dengan pembuatan
perpuluhan (al-a’syar) dan pembukaan-pembukaan ayat yang tidak diperbolehkan. Al-
Hulaimi mengatakan, “Makruh menuliskan perpuluhan, perlimaan (al-akhnas), nama-
nama surat dan bilangan ayat dalam mushaf, berdasarkan ucapan ibnu Mas’ud,
‘Bersihkanlah Al-Qur’an.’ Sedang pemberian titik diperbolehkan karena titik tidak
mempunyai bentuk yang mengacaukan antara yang Al-Qur’an dengan yang bukan Al-
Qur’an. Titik merupakan petunjuk atas keadaan sebuah huruf yang dibaca sehingga
dibolehkan untuk orang yang memerlukannya.”
Kemudian hal itu sampai kepada masalah hukum boleh dan bahkan anjuran.
Ibnu Abi Dawud meriwayatkan dari Al-Hasan dan Ibnu Sirin bahwa keduanya

6
mengatakan, “Tidak ada salahnya memberikan titik pada mushaf.” Dan diriwayatkan
pula Rabiah bin Abdirrahman mengatakan, “Tidak mengapa memberi syakal pada
Mushaf.” An-Nawawi mengatakan, “Pemberian titik dan pensyakalan itu dianjurkan
(mustahab), karena ia dapat menjaga mushaf dari kesalahan dan penyimpangan.”

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

 Yang dimaksud dengan Rasm Al-Qur’an atau Rasm Utsmani atau Rasm Utsman
adalah tata cara menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah bin
Affan. Istilah rasm dalam Islam Al-Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-
Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis
dan membukukan Al-Qur’an. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Para
ulama meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu : Al-Hadz, Al-Jiyadah, Al-
Hazmah, Badal, Washal dan fashl, dan Kata yang dapat dibaca dua bunyi.

 Pengumpulan alquran pada masa nabi dilakukan dengan dua metode, yakni:
1. Pengumpulan dengan hafalan (jam’u fis shudur)
2. Pengumpulan dengan tulisan (jam’u fis suthur)

 Penulisan alquran pada masa Khulafaur Rasyidin terbagi dalam dua masa, yakni:
1. Penulisan Alquran pada Masa Khalifah Abu Bakar
2. Penulisan Alquran Pada Masa Khalifah Utsman bin Affan

 Perbedaan Al-quran pada Masa Abu Bakar dan Utsma bin Affan:
1. Pada masa Abu Bakar motivasi penulisannya adalah khawatir sirnanya
alquran dengan syahidnya para huffadz pada perang yamamah, sedangkan
motivasi pada masa Utsman adalah karena terjadinya berbagai perbedaan dan
perselisihan dalam membaca alquran.
2. Abu Bakar melakukannya dengan mengumpulkan tulisan-tulisan alquran
yang terpencar pada pelepah kurma, batu, tulang belulang dan lain-lain,
sedangkan Utsman melakukannya dengan menyederhanakan tulisan mushaf
pada satu huruf dari tuhuh huruf yang dengannya alquran turun.

8
DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Pustaka Al-Kautsar,


Jakarta Timur 2004.
http://nalarbumi.blogspot.com/2016/01/pengumpulan-dan-penulisan-al-quran.html?m=1

http://makalah2107.blogspot.com/2016/10/makalah-rasm-al-quran.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai