Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI BENTUK AKHLAK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu : Dr. Fauzi Sriono

Oleh :
Indah Sulistyoningsih X.03/19.20/02.11077

Malikha Rukhil 'Ulya Darojah X.03/19.20/02.11079


Tazkia Widyasti X.03/19.20/02.11093
Zainab Zulfah X.03/19.20/02.11098

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM 
SURAKARTA
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun dalam rangka
untuk melaksanakan tugas dari dosen kami, Bapak Dr.Fauzi Sriono selaku pengampu materi
Akhlak Tasawuf.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

                                                                                               
Surakarta, 31 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. PENGERTIAN AKHLAK...................................................................................................3
B. ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI BENTUK AKHLAK..................................4
1)      TINGKAH LAKU MANUSIA.......................................................................................4
2)      INSTING DAN NALURI...............................................................................................4
3)      POLA DASAR BAWAAN.............................................................................................7
4)      NAFSU............................................................................................................................7
5)      ADAT DAN KEBIASAAN............................................................................................8
6)      LINGKUNGAN............................................................................................................10
7)      KEHENDAK DAN TAKDIR.......................................................................................11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................15
A. KESIMPULAN...................................................................................................................15
B. SARAN DAN KRITIK.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai umat manusia kita harus senantiasa taat menjalankan perintahnya agama, yaitu
dengan menjalankan segala perintah Allah, serta meninggalkan apa-apa yang dilarang olehnya di
abad 21 ini, mungkin banyak diantara kita yang masih berkurang memperhatikan dan
mempelajari akhlak. Yang perlu diingat, bahwa Tauhid sebagai inti ajaran Islam yang memang
seharusnya kita utamakan,disamping mempelajari akhlak. Karena tauhid merupakan realisasi
akhlak seorang hamba terhadap Allah, seseorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia
adalah sebaik-baiknya manusia.

Namun, pada pernyataannya dilapangan. Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui


berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini
menunjukkan bahwa akhlak perlu dibina. Dri pembinaan tersebut akan terbentuk pribadi-pribadi
muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya hormat kepada ibu bapak dan
sayang kepada sesama mahluk ciptaan Allah.

Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha-usaha sungguh-


sungguh dalam rangka membentuk akhlak anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan
pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan
konsisten.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian akhlak?
2.      Apa sajakah aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak manusia?
3.      Bagaimana deskripsi aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak manusia?

1
C. TUJUAN MASALAH

Adapun tujuan dari rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian akhlak
2.      Untuk mengetahui aspek-aspek yang dapat mempengaruhi akhlak manusia
3.      Untuk mengetahui pendeskripsian aspek-aspek yang dapat mempengaruhi akhlak manusia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKHLAK

Kata akhlak itu bentuk jamak dari kata “alkhuluku” dan kata ini mengandung segi-segi
yang sesuai dengan kata “al-khalku” yang bermakna kejadian. Kedua kata tersebut berasal dari
kata kerja “khalaka” yang mempunyai arti menjadikan.
Imam ghazali dalam bukunya “ihya ulumuddin” mengatakan :
‫ر‬H ِ H‫ ٍر ِم ْن َغ ْي‬H‫ ٍة َو ي ُْس‬Hَ‫س َرا ِس َخةً َع ْنهَا تَصْ ُد ًراِاْل ْنفِ َعا ُل بِ ُسهُوْ ل‬
ٍ H‫ ٍة اَلى فِ ْك‬H‫ا َج‬HH‫ر َح‬H ٌ ‫ْال ُخ ْل ْق ِعبَا َر‬
ِ ‫ت ع َْن هَ ْيئَ ٍة فِى النَّ ْف‬
‫َور ُْؤيَ ٍة‬
Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan segala perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan. Dr. Ahmad Amin
dalam bukunya “Al-akhlak” mengatakan bahwa akhlak ialah ilmu untuk menetapkan ukuran
segala perbuatan manusia, yang baik yang buruk, yaang benar atau yang salah, yang hak atau
yang batil.
Ibnu Athir menjelaskan bahwa : Hakikat makna khuluq itu, adalah gambaran batin
manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqi merupakan gambaran bentuk
luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya).
Ulama-ulama ahli yang lain memberikan definisi akhlak adalah gambaran jiwa yang
tersembunyi yang timbul pada manusia ketika menjalankan perbuatan-perbuatan yang tidak
dibuat-buat atau dipaksa-paksa. Dari keterangan tersebut diatas dapat diketahui bahwa akhlak
ialah sumbr dari segala sumber perbuatan yang sewajarnya, yakni tidak dibuat-buat, dan
perbuatan yang dapat kita lihat sebenarnya merupakan gambaran dari sifat-sifat yang tertanam
dalam jiwa.

3
B. ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI BENTUK AKHLAK

Banyak sekali aspek-aspek yang dapat mempengaruhi terbentukan akhlak manusia, antara lain


adalah :

1)      TINGKAH LAKU MANUSIA

Tingkah laku manusia adalah sikap seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan.
Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam
perilaku sehari-hari tetapi adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu,
meskipun secara teoristis hal itu terjadi tetapi dipandang dari sudut ajaran agama Islam termasuk
iman yang tipis. Untuk lebih melatih akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari, contoh-
contoh yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :
a)      Akhlak yang berhubungan dengan Allah SWT
b)      Akhlak terhadap diri sendiri
c)      Akhlak terhadap keluarga
d)     Akhlak terhadap masyarakat
e)      Akhlak terhadap alam dan sekitarnya
Kecenderungan fitrah manusia selalu untuk berbuat baik (hanif). Seseorang itu dinilai
berdosa karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya terhadap akhlakul karimah,
melanggar fitrah manusia, melanggar aturan agama dan aat istiadat. Secara fitrah manusia,
seorang muslim dilahirkan dalam keadaan suci. Manusia tidak diwarisi dosa dari orang tuanya,
karena itu bertentangan dengan hukum keadilan Tuhan. Sebaliknya Allah membekali manusia
dibumi dengan akal, pikiran, dan iman kepada-Nya.  Keimanan itu dalam perjalanan hidup
manusia dapat bertambah atau berkurang disebabkan oleh pengaruh lingkungan hidup yang
dialaminya. 

2)      INSTING DAN NALURI

Menurut bahasa insting adalah kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak
lahir, merupakan pemuasan nafsu, dorongan-dorongan nafsu, dan dorongan psikologis. Insting

4
juga merupakan kesanggupan melakukan hal yang komplek tanpa dilihat sebelumnya, terarah
kepada suatu tujuan yang berarti bagi subjek tidak disadari langsung secara mekanis.
Menurut james, insting adalah suatu sifat untuk menyampaikan pada tujuan dan cara
berfikir. Insting merupakan kemampuan yang melekat sejak lahir dan dibimbing oleh
naluriahnya. Insting pada intinya ialah suatu kesanggupan untuk melakukan perbuatan yang
tertuju kepada sesuatu pemuasan dorongan nafsu atau dorongan batin yang telah dimiliki
manusia maupun hewan sejak lahir.
Dalam insting terdapaat tiga unsur kekuatan yang bersifat spikis, yaitu : mengenal
(kognisi), kehendak (konasi), dan perasaan (emosi). Insting juga terdiridari empat pola khusus,
yaitu sebagai berikut :
v  Sumber insting, berasal dari kondisi jasmaniah, untuk melakukan kecenderungan, lama-lama
menjadi kebutuhan.
v  Tujuan insting ialah menghilangkan rangsangan jasmaniah, untuk menghilangkan perasaan
tidak enak yang timbul karena adanya tekanan batin yang disebabkan oleh meningkatnya
energi pada tubuh .
v  Objek insting merupakan segala aktivitas yang mengantar keinginan dn memilah-milah gar
keinginannya dapat terpenuhi.
v  Gerak insting tergntung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan.
Insting pada tingkat tertentu selalu berubah-rubah, boleh jadi ia hidup dan boleh jadi ia
mati. Perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
ü  Insting hidup, berfungsi melayani individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuk
utama insting ini adalah insting makan, minum, dan seksual.
ü  Insting mati disebut juga insting merusak. Fungsi insting ini kurang jelas jika dibandingkan
dengan insting-insting hidup, karena insting ini tidak begitu dikenal. Suatu deviratif insting-
insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif. Sifat agresif adalah pengurusan diri yang
diubah dengan objek substitusi. Insting hidup dan insting mati, keduanya dapat saling
bercampuran.
Ada beberapa ciri-ciri gerak insting yang dapat diamati, adalah sebagai berikut :
Ø  Insting lebih majemuk dan reflek.
Ø  Insting merupakan kemampuan untuk bergerak kepada suatu tujuan dengan tidak memerlukan
latihan terlebih dahulu.

5
Ø  Insting merupakan pembawa, kemampuan alami yang dibawa sejak lahir.
Ø  Insting berjalan secara mekanis, tanpa menggunakan kesadaran dan pertimbangan.
Ø  Insting dapat dilatih dan dirubah, disesuiakan dengan keadan-keadaan baru.
Ø  Insting berakar pada dorongan nafsu dan dorongan lain untuk mendapatkan kepuasaaan.
Ø  Insting pada hewan sejak lahir tetap tidak berubah, gerak insting pada manusia berubah-ubah.
Dalam ilmu akhlak insting berarti akal pikiran. Akal dapat memperkuat kidah, namun
harus ditopengi ilmu, amal, dan takwa pada Allah. Allah memuliakan akal dengan dijadikannya
sebagai sarana tanggung jawab. Diantara mereka ada yang menerimanya dengan cara melalui
hafalan dan dipercayai sebagai adat kebiasaan (kepercayaan tradisional). Kepercayaan ini tidak
luput dari timbulnya kebimbangan dan keraguan. Ada yang memperoleh dengan jalan
memperhatikan dan berfikir sehingga kepercayaan semakin mendalam dan keyakinan semakin
kuat.
Akal adalah jalinan pikir dan rasa yang menjadikan manusia berlaku, berbuat,
membentuk masyarakat dan membeina kebudayaan. Sedangkan naluri adalah asas tingkah laku
perpuatan manusia. Manusia dilahirkan dengan membawa naluri yang berbentuk proses
pewarisan urutan nenek moyang. Naluri dapat diartikan sebagai kemampuan tak sadar yang
dapat melahirkan perbuatan mencapai tujuan dan tanpa dipengaruhi oleh latihan berbuat.
Contohnya : tindakan makan adalah naluri lapar.
Ahmad Amin menganggap naluri manusia sangat penting untuk :
·   Menjaga diri pribadi semenjak lahirnya, manusia berusaha untuk mempertahankan hidup
berkembang dan melanjutkan hidup.
·   Menjaga jenis kelamin dalam hubungan cinta antara laki-laki dan perempuan, kasih sayang
antara orang tua dan anak.
·   Takut berakar dalam diri manusia mengikutinya mulai masa kanak-kanak sampai dewasa dan
masuk kubur.
Naluri itu berakar pada hati sanubari manusia pada asas pokok, yaitu :
§  Nalusi asas keselamatan
§  Naluri asas kesenangan
Perbedaan yang nyata antara naluri manusia dan naluri hewan dan tumbuhan :
Naluri manusia dapat dididik naluri hewan dan tumbuhan tidak berubah dari waktu ke waktu.
Sedangkan menurut teori evolusi, naluri hewan dan tumbuhan dapat timbul maju dan mundur

6
sebagai jawaban terhadap lingkungannya. Naluri manusia merupakan sifat pertama yang
membentuk akhlak.

3)      POLA DASAR BAWAAN

Manusia memiliki sifat ingin tahu, karena dia datang kedunia ini dengan serba tidak tahu
(La ta’lamuna syaian). Apabila seorang mengetahui suatu hal dan ingin mengetahui sesuatu
yang belum diketahui, bila diajarkan padanya maka ia merasa sangat senang hatinya. Tingkat
kesengan itu dibagi menjadi dua, yaitu :
a)      Faiddzat, yaitu kepuasan
b)      Sa’adah, yaitu kebahgiaan
Bertambah banyak yang diketahui bertambah naiklah tingkat kepuasan dan bertambah pula rasa
kebahagiaan.

4)      NAFSU

a.       Pengertian nafsu
Nafsu berasal dari Bahasa Arab, yaitu nafsun yang artinya ni’at. Nafsu ialah keinginan
hati yang kuat. Nafsu merupakan kumpulan dari kekuatan amarah dan sahwat yang ada pada diri
manusia. Menurut Agus Sudjanto, nafsu adalah hasrat yang besar dan kuat, ia dapat
memengaruhi seluruh fungsi jiwa. Nafsu selalu mendorong kepada hal negatif yang perlu
diperbaiki dan dibina. Cara membina nafsu ini ialah dengan tazkiyat an-nafsi, maksudnya
pembersihan jiwa dan juga meliputi pembinaan dan pengembangan jiwa. Nafsu dapat
menyingkirkan semua pertimbangan akal, mempengaruhi peringatan hati nurani dan
menyingkirkan hasrat baik lainnya. Contohnya : nafsu bermain judi.
Di kalangan ahli tasawuf berpendapat bahwa nafsu ialah semua sifat tercela yang ada
pada manusia dan mesti dikendalikan. Nabi bersabda : “Musuh yang paling berat disisimu ialah
nafsumu dan berada diantara kedua punggungmu.”
Menurut ilmu akhlak, nafsu terbagi menjadi dua macam, yaitu :
v  Nafsu individual (perseorangan), misalnya nafsu makan, minum dan lain-lain.
v  Nafsu sosial (kemasyarakatan), misalnya meniru, nafsu berkumpul dengan orang lain,
mengeluarkan aspirasi, bermsyarakat dan lain-lain.

7
b.      Hubungan nafsu dengan akhlak
Perasaan yang hebat dapat menimbulkan gerak nafsu dan sebaliknya nafsu dapat
menimbulkan akhlak baik dan akhlak buruk yang hebat, adakalanya kemampuan berpikir
dikesampingkan.

c.       Pembagian nafsu
Nafsu merupakan salah satu potensi yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia hingga ia
dapat hidup, bersemangat, dan lebih kreatif. Nafsu sangat penting bagi kehidupan manusia.
Nafsu-nafsu yang ada pada manusia ada tiga, yaitu :
Ø  Nafsu amarah, yaitu nafsu yang melahirkan bermacam-macam keinginan untuk dapat dipenuhi.
Nafsu ini belum memperoleh pendidikan dan bimbingan sehingga belum bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk.
Ø  Nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang menyebabkan manusia terlanjur untuk melakukan
kesalahan dan menyesli perbuatan yang telah dilakukannya itu. Namun sayangnya, setelah itu ia
perbuat lagi.
Ø  Nafsu muthmainnah, yaitu nafsu yang telah mendapatkan tuntutan, bimbingan, pemeliharaan
yang baik dan pendidikan. Nafsu ini dapat mendatangkan ketengan batin, melhirkan sikap dan
akhlak yang baik, membentengi diri dari perbuatan keji dan mungkar, bahkan mengahalau aneka
ragam kejahatan dan kejelekan, selalu mendorong untuk melakukan kebikan dan menjauhi
maksiat.

5)      ADAT DAN KEBIASAAN

Adat menurut bahasa  ialah aturan yang lazim diikuti sejak dahulu. Menurut Nasraen,
adat ialah suatu pandangan hidup yang mempunyai ketentuan-ketentuan yang objektif, kokoh
dan benar serta mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam masyarakat.
Kebiasaan terjdi sejak lahir. Lingkungan yang baik mendukung kebiasaan yang baik pula.
Lingkungan dapat mengubah kepribadian seseorang, dan lingkungan yang tidak baik dapat
menolak adanya disiplin dan pendidikan. Kebiasaan buruk mendorong kepada hal-hal yang lebih
rendah, yaitu kembali kepada adat kebiasaan primitif. Kebiasaan itu bisa timbul karena ada
dalam diri pribadi seseorang itu dibawa sejak lahir.

8
Kebiasaan ialah perbuatan yang berjalan dengan lancar seolah-olah berjalan dengan
sendirinya. Perbuatan kebiasaan pada mulanya dipengaruhi oleh kerja pikiran, didahului oleh
pertimbangan akal dan perencanaan yang matang, dan lancarnya perbuatan itu dikarenakan
sering diulang-ulang.
Menurut Soerjono Soekanto, kebiasaan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam
bentuk yang sama. Contoh, kebiasaan memberi hormat kepada orang lain yang lebih tua.
Menghormati orang yang lebih tua ini merupakan suatu kebiasaan.
Ada beberapa cara untuk mengetahui kebiasaan baik dan buruk ada beberapa gejala yang
dapat diketahui, diantaranya :
ü   Metode mengatasi kebiasaan. Para filsuf didunia timur mejelaskan kebiasaan ialah
kesinambungan dari suatu pikiran atau tindakan untuk waktu yang lama, menyebabkan lekukan
alur atau kanal yang berbentuk pada otak tindakannya menjadi tanpa sadar dan otomatis
kemampuannya selalu timbul untuk mengulangi tindakan yang telah menjadi kebiasaan.
ü   Kekuatan kebiasaan, ialah yang menjadikan orang-orang tua menolak pendapat-pendapat batu
dan penemuan-penemuan baru.
ü   Mengubah kebiasaan dapat dilakukan dengan unsur-unsur agama.
Untuk mengubah kebiasaan dapt dilakukan dengan cara sebagai berikut :
v  Berni’at sungguh-sungguh tiada diiringi dengan keragu-raguan.
v  Jaganlah menginzinkan bagi diri sendiri melakukan kebiasaan buruk.
v  Carilah waktu yang baik untuk mentahfidzkn ni’at dan ikutilah segala gerak jiwa yang
menolong tahfidz tersebut.
v  Jagalah pada diri kekuatan penolak dan pemelihara agar selalu hidup dalam jiwa dengan
mendermakan perbuatan yang kecil-kecil setiap hari untuk mengekang hawa nafsu yang tidak
baik.
Adat merupakan hukum-hukum yang diterapkan untuk mengatur hubungan perorangan,
hubungan masyarakat dan untuk mewujudkan kemaslahatan dunia. Hukum-hukum ini dapat
dipahami maknanya, selalu diperhatikan uruf-uruf  dan kemaslahatan, dapat berubah menurut
perubahan masa, tempat, dan situasi. Oleh karena itu, hukum yang mengenal adat, kebanyakan
hukumnya bersifat keseluruhan, berupa kaidah-kaidah yang umum dan disertai illat-illatnya.
Nilai-nilai adat berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam masyarakat, tetapi
sebagai konsep suatu nilai adat itu bersifat sangat umum dan mempunyai ruang lingkup yang

9
sangat luas, biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nyata. Namun, justru karena sifatnya
yang umum, luas dan tidak konkret, maka nilai-nilai adat dalam suatu kebudayaan berada dalam
emosional dialam jiwa para individu yang menjadi warga dari  kebudayaan yang bersangkutan.

6)      LINGKUNGAN

Lingkungan adalah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang dapat
berwujud benda-benda, seperti air, udara, bumi, lamgit dan matahari. Berbentuk selain benda
seperti insan, pribadi, kelompok, institusi, system, undang-undang dan adat kebiasaan.
Lingkungan ada dua jenis, yaitu;
a)      Lingkungan alam. Alam adalah seluruh ciptaan Tuhan baik dilangit dan dibumi selain Allah.
b)      Lingkungan pergaulan. Lingkungan ini mengandung susunan pergaulan yang meliputi
manusia, seperti dirumah, disekolah, di tempat kerja dan lain-lain.
 Lingkungan pergaulan terbagi menjadi tujuh kelompok :
1.      Lingkungan dalam rumah tangga. Akhlak orang tua dirumah dapat memengaruhi tingkah
laku anggota keluarganya dan anak-anaknya.
2.      Lingkungan sekolah. Sekolah dapat membentuk pribadi siswa-siswanya.
3.      Lingkugan pekerjaan. Suasana kerja di kantor, bengkel, dilapangan dan lain-lain.
4.      Lingkungan organisasi. Orang yang menjadi anggota salah satu organisasi akan memperoleh
aspirasi yang digariskan oleh organisasinya.
5.      Lingkungan jama’ah. Yaitu suatu sekumpulan semacam organisasi tetapi tidak tertuis.
Seperti jama’ah masjid, tabligh, jama’ah wirid pengajian.
6.      Lingkungan ekonomi atau perdagangan. Semua manusia membutuhkan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya.
7.      Lingkungan pergaulan bebas atau umum. Pergaulan bebas dapat menghalalkan segala cara
untuk mewujudkan impiannya.

Lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak didik dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
v  Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.
v  Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama.
v  Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama.

10
7)      KEHENDAK DAN TAKDIR

a)      Kehendak
Kehendak menurut Bahasa ialah kemampuan, keinginan, dan harapan yang keras.
Kehendak, yaitu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam
hati, bertautan dengan pikiran dan perasaan. Melakukan suatu perbuatan yang diingini maupun
yang dihindari itu dinamakan kehendak. Kehendak ialah suatu kekuatan yang mendorong
melakukan perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
·         Tujuan positif, yaitu yang mendekati atau mencapai sesuatu yang dikehendaki.
·         Tujuan negatif, yaitu tujuan yang menjauhi atau menghindari sesuatu yang tidak diinginkan
setiap perbuatan kehendak bersifat teologi atau finalistis, artinya kehendak yang mengarah
kesuatu tujuan tidak baik atau kejahatan. Sehingga setiap perbuatan kehendak jiwa benar-benar
aktif untuk mencapai suatu tujuan.
Kekuatan kehendak adalah rahasia kemenangan dalam hidup dan tanda bukti bagi orang-
orang yang besar. Kehendak yang sakit dapat diobati dengan beberapa macam obat :
1.   Bila kehendak itu lemah dapat diperkuat dengan latihan.
2.   Kehendak dihidupkan dengan agama, dengan menjalankan syari’at sehingga dapat terbimbing
kepada yang baik.
3.   Memperkenalkan jiwa pada jalan yang baik dan menghindari jalan yang buruk menurut ajaran
agama.
Tiada seorangpun yang mampu memiliki hak untuk memilih yang sesuai dengan
kehendak-Nya. Allah berfirman :
َ ‫َوإِن يَ ْم َس ْسكَ هّللا ُ بِضُرٍّ فَالَ َكا ِشفَ لَهُ إِالَّ هُ َو َوإِن ي ُِر ْد‬
َ ‫ك بِخَ ي ٍْر فَالَ َرآ َّد لِفَضْ لِ ِه ي‬
‫ َو‬HHُ‫ُصيبُ بِ ِه َمن يَ َشا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ِه َوه‬
‫ْال َغفُو ُر ال َّر ِحيم‬
Artinya : “ Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada
yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-
Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Q.S. Yunus 107)

11
Dari ayat ini Allah berkehendak mengatur dalam lingkungan kerajaan-Nya, menurut
kehendak-Nya sendiri, mengikuti dasar kebijaksaan dan rahmat-Nya. Inilah adalah hak mutlaq
yang tidak dapat diganggu gugat. Apabila seseorang itu ditimpa bencana, pasti tidak ada yang
dapat menyelamatkannya selain Allah. Tetapi sebaliknya apabila Allah menghendaki seseorang
itu memperoleh kebaikan, juga tidak seorangpun yang dapat menghalang-halangi-Nya.
Kehendak bukanlah suatu kekuatan, tetapi merupakan tempat penerapan seluruh
kekuatan, karena itu kehendak bukan merupakan suatu kekuatan manusia, tetapi kekuatan Ilahi
dalam diri manusia.

b)      Takdir
Takdir yaitu ketetapan Tuhan, apa yang sudah ditetapkan Tuhan sebelumnya atau nasib
manusia. Secara bahasa takdir adalah ketntuan jiwa, yaitu suatu peraturan tertentu yang telah
dibuat Allah SWT. Baik aspek struktural maupun aspek fungsionalnya untuk segala yang ada
dalam alam semesta yang maujud ini.
Garis takdir itu ghaib bagi manusia, tak seorangpun yang mengetahui takdir yang telah
ditentukan Tuhan bagi dirinya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi atas dirinya besok.
Tetapi sekalipun takdir itu telah ditetapkan, namun Tuhan memberi kuasa juga kepada manusia
untuk berusaha dan berikhtiar dalam lingkungan takdir. Ada enam tingkatan Tuhan menciptakan
kadar dan takdir-Nya, keenam tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Qadar yang diciptakan Allah pada Azal. Sebelum terjadi segala sesuatu.
2.      Pentakdiran sebelum terjadinya langit adan bumi, sedangkan ‘arsy sudah diciptakan.
3.      Pentakdiran yang dilakukan Tuhan tentang celaka dan bahagia yang ditentukan Tuhan
sebelum manusia dijadikan.
4.      Qadar yang ditentukan Tuhan terhadap manusia tentang amal, kecelakaan dan kebahagian
ketika dirahim ibu.
5.      Pentakdiran  yang dilakukan Tuhan disetiap malam qadr, pentakdiran ini, dinamakan
pentakdiran Hauly (takdir tahunan).
6.      Takdir yang ditentukan Tuhan untuk setiap hari atau takdir yaumy.
Keenam takdir ini sudah diatur oleh Allah sedemikian elok dan adil, sehingga manusia
dan seluruh makhluk tinggal menjalaninya sesuai dengan sunnah yang berlaku disemesta ini.
Takdir diartikan ketentuan yang tidak dapat diganggu gugat.

12
Aliran-aliran dalam ilmu teologi berpendapat tentang takdir secara beragam, yaitu sebagai
berikut:
Ø  Aliran natipisme. Aliran ini mengatakan, ”bahwa segala sesuatu khususnya manusia telah
ditakdirkan Tuhan sejak lahir.”
Ø  Aliran empirisme. Aliran ini kebalikan dari aliran natipisme. Pakarnya ialah John Locke yang
mengatakan, “takdir itu bisa diubah oleh manusia itu sendiri.”
Ø  Aliran konvergensi. Aliran ini merupakan aliran yang netral, mengatakan, “manusia itu dalam
kehendak sudah terikat sejak lahir, akan tetapi bisa dirubah oleh manusia itu sendiri” seyogianya
takdir itu datang dari lahir tetapi ada kaitannya dengan usaha manusia itu sendiri.
Dengan adanya tiga teori ini, manusia tidak bebas dalam berkehendak karena terikat
dengan bawaan sejak lahir, akan tetapi kehendak yang belum tercapai, dapat diraih dengan usaha
sendiri. Dari sini alangkah salahnya orang berpandangan hanya memandang satu segi saja dari
takdir Allah, padahal Allah berfirman dalam al-Qur’an :
‫ ِه ْم َوإِ َذا‬H‫ا بِأ َ ْنفُ ِس‬HH‫ُوا َم‬
ْ ‫وْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّر‬HHَ‫ا بِق‬HH‫ر هّللا ِ إِ َّن هّللا َ الَ يُ َغيِّ ُر َم‬H
ِ H‫هُ ِم ْن أَ ْم‬Hَ‫ات ِّمن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ِه يَحْ فَظُون‬
ٌ َ‫لَهُ ُم َعقِّب‬
ٍ ‫أَ َرا َد هّللا ُ بِقَوْ ٍم سُوءاً فَالَ َم َر َّد لَهُ َو َما لَهُم ِّمن دُونِ ِه ِمن َو‬
‫ال‬
Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah . Sesungguhnya Allah tidak merobah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’d : 11)
Dalam alqur’an berkali-kali disebutkan masalah takdir itu seperti :
a.       Segala sesuatu itu terlaksana dengan takdir Allah.
b.      Segala sesuatu dalam perbendaharaan takdir Allah.
c.       Segala sesuatu diciptakan dengan kekuatan takdir Allah.
Adapun hikmah keimanan kepada takdir, supaya kekuatan dan kecakapan manusia itu
dapat mencapai kepada pengertian untuk menyadari adanya peraturan dan ketentuan-ketentuan
Tuhan, kemudian dilaksanakan untuk membina dan membangun akhlak baik dengan bersendikan
ajaran-Nya, juga untuk mengeluarkan harta benda yang terdapat dalam perbendaharaan bumi
agar dapat diambil kemanfaatannya.

13
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

14
Keimanan itu dalam hidup manusia dapat bertambah atau berkurang disebabkan oleh
pengaruh yang datang dari dalam dan dari luar dirinya, yaitu berupa pengaruh lingkungan hidup
yang dialaminya. Disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, tingkah laku manusia, insting
dan naluri, pola dasar bawaan, nafsu, adat dan kebiasaan, lingkungan takdir dan kehendak dan
sebagainya.

B. SARAN DAN KRITIK

Saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan oleh penulis dalam memperbaiki
makalah ini, karena penulis tahu bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Wallahu ‘alam bissawab.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an. Jakarta : Amzah.


Zahrudin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada.
Amin Ahmad. 1952.  Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.

15
Al-ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulumiddin III. Al-sya’ab. Cairo.
Amin, Ahmad. 1957. Al-akhlak Terjemahan Y bahtiaar Affandy. Jakarta : Jembatan.
Rifa’i Mohd, Drs Jamhari. 1969. Pelajaran Agama Islam SLA. Jakarta CV Indrajaya.
Drajat, Djakiah. 2002. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta : Universitas terbuka.

16

Anda mungkin juga menyukai