MAKALAH
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu
HM. Nashir Wahid, S. Ag, M. Ag
Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Salaf
Ibn Taimiyah” dengan lancar.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad saw yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam
yang penuh ilmu.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca umumnya dan penulis pada khususnya. Penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna karena pengalaman
penulis masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca untuk
memberikan masukan atau saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Dalam ilmu kalam, terdapat pula aliran-aliran. Salah satu dari aliran tersebut
adalah aliran kalam salaf. Salaf secara bahasa mempunyai arti yang terdahulu (nenek
moyang), yang lebih tua dan lebih ulama. Dalam salaf, orang yang dianut merupakan
orang orang terdahulu yang dianut. Orang terdahulu tersebut adalah ulama terdahulu.
Sedangkan menurut istilah, salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari umat (Islam),
yang terdiri dari para Sahabat, tabi‟in, Tabi‟ut Tabi‟in dan para Imam pembawa
petunjuk ada tiga kurun (generasi atau masa) pertama.
Dalam hal ini, ilmu yang dikaji lebih menitikberatkan pada pemikir para ulama
salaf. Ulama salaf tersebut menitikberatkan pada nash dalam Al Quran dan Hadits.
Diantara ulama tersebut adalah Ibnu Taimiyah. Beliau merupakan tokoh yang berperan
penting dalam perkembangan ilmu kalam aliran salafi.
Sangat penting bagi kita dalam mengetahui aliran-aliran dalam ilmu kalam serta
tokoh-tokoh yang berperan pada masa dimana aliran tersebut muncul. Dalam makalah
ini penulis makalah mengambil tema “Ilmu kalam pada masa Ibnu Taimiyah yang akan
dibahas dalam bab „pembahasan‟ dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian salaf?
2. Siapa tokoh Ibn Taimiyah itu dan bagaimana biografinya?
3. Apa saja karya-karya beliau?
4. Bagaimana pemikiran beliau?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian salaf
2. Untuk mengetahui siapakah Ibn Taimiyah itu
3. Untuk mengetahui apa saja karya-karya Ibn Taimiyah
4. Untuk mengetahui pemikiran Ibn Taimiyah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian salaf
Dalam bahasan bab ini terdapat pula istilah Salaf. Salaf tersebut secara bahasa
mempunyai arti yang terdahulu (nenek moyang), yang lebih tua dan lebih ulama. Dalam
salaf, orang yang dianut merupakan orang orang terdahulu yang dianut. Orang terdahulu
adalah ulama terdahulu. Sedangkan menurut istilah, salaf berarti generasi pertama dan
terbaik dari umat (Islam), yang terdiri dari para Sahabat, tabi‟in, Tabi‟ut Tabi‟in dan
para Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi atau masa) pertama.
Ketika kita membahas tentang salaf itu sendiri, kita juga juga akan menemui
tokoh yang berperan penting dalam kalam pada masa salaf. Yang kita bahas disini
adalah kalam dari Ibnu Taimiyah. Beliau adalah tokoh dalam salaf yang dalam hal ini
beliau memakai pemahaman gurunya yang bernama imam hambal. imam ahmad bin
hanbal merupakan ulama terdahulu dari Ibnu Taimiyah. Madzab dari beliaulah yang
dijadikan sebagai rujukan pemikiran dari Ibnu Taymiyah. Dari Imam ahmad bin hambal
sendiri juga memakai rujukan dari nash Al Qur‟an dan Hadits.
Berbeda dengan aliran mu‟tazilah yang cenderung menggunakan metode
pemikiran rasional, aliran salaf menggunakan metode tekstual yang mengharuskan
tunduk dibawah naql dan membatasi wewenang akal pikiran dalam berbagai macam
persoalan agama termasuk didalamnya akal manusia tidak memiliki hak dan
kemampuan untuk menakwilkan dan menafsirkan al-Qur‟an. Kalaupun akal diharuskan
memiliki wewenang, hal ini tidak lain adalah hanya untuk membenarkan, menelaah dan
menjelaskan sehingga tidak terjadi ketidak cocokan antara riwayat yang ada dengan
akal sehat.
2). Al-Majd Muhammad bin Ismail bin Utsman bin Muzhaffar bin Hibatullah
Ibnu „Asakir Ad-Dimasyqi
3). Abdurrahman bin Sulaiman bin Sa‟id bin Sulaiman,
6). Kamaluddin bin Abdul Azis bin Abdul Mun‟im bin Al-Khidhr bin Syibl
7). Saifuddin Yahya bin Abdurrahman bin Najm bin Abdul Wahhab AlHanbali,
Pada saat beliau aktif dalam menuntut ilmu, beliau semapat menghabiskan
kehidupannya di penjara Qal'ah di Damaskus. Menurut sejarah yang ada, hal tersebut
dikarenakan adanya fitnah dari Ibnu Bathuthah yang menyatakan bahwa Ibnu Taimiyah
menganggangap dirinya sebagai utusan alloh. Dalam kutipannya beliau berkata:
“Sesunguhnya Allah turun ke langit dunia sebagaimana turunku ini.” Lalu diapun turun
satu tangga dari anak tangga yang ada di minbar masjid tersebut. Namun hal tersebut
meruupakan fitnah yang dilontarkan Ibnu Bathuthah kepada Ibnu Taimiyah.
Beliau (Ibnu Taimiyah) wafat pada 22 Dzulqa‟dah tahun 728 Hijriyah. Menurut
sejarahnya, beliau wafat dikarenakan sakit pada saat dipenjara. Tidak ada yang tahu
mengenai penyakit tersebut, selain murid-murid dekat beliau.
1. Majmu’al Fatwa.
6. Al-Ikhtiyarat al-Fiqihiyyah.
7. Kitab al-Iman.
Ketika umur beliau belum mencapai belasan tahun, beliau sudah menguasai ilmu
Ushuluddin dan sudah mendalami bidang-bidang tafsir, hadits dan bahasa Arab. Selain
itu, beliau telah mengkaji Musnad al-Imam Ahmad sampai beberapa kali dan
mendalami pengkajian ilmu yang lainnya.
Ibnu Taimiyah pada saat itu banyak menjadi buah bibir di masyarakat. Banyak
dari kalangan ulama juga heran dengan kemampuan Ibnu Taimiyah. Selain pintar dalam
berpikir, beliau juga menjaga sopan santun dan juga rendah hati. Setiap malam dia tidak
pernah meninggalkan shalat tahajud dan juga pula shalat fajar dan dhuha, beliau tidak
meninggalkannya. Menurut Ibrahim Madzkur, pemikiran Ibnu Taimiyah adalah sebagai
berikut:
c) Allah meridhai pebuatan baik dan tidak meridlai perbuatan buruk. Dalam
masalah sosiologi politik Ibnu Taimiyah berupaya untuk membedakan antara
manusia dengan Tuhan yang mutlak, oleh sebab itu masalah Tuhan tidak dapat
diperoleh dengan metode rasional, baik metode filsafat maupun teologi. Begitu
juga keinginan mistis manusia untuk menyatu dengan Tuhan adalah suatu hal
yang mustahil.
Dari penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa pemikiran dari Ibnu
Taimiyah, dalam hal ini berpikir masalah Ilmu Kalam tau Teologi, beliau menjaukan
hal-hal yang merejuk pada pemikiran seorang manusia. Beliau lebih mengutamakan
peran dari Al Qur‟an dan Hadits. Seperti yang dijelaskan pada buku “Syarah Aqidah
Ahlus Sunnah wal Jama‟ah” karangan Yazid bin Abdul Qadir Jailani menyatakan
bahwa barang siapa yang pendapatnya sesuai dengan Al Qur‟an dan As-Sunnah
mengenai aqidah, hukum dan suluknya menurut pemahaman Salaf, maka ia disebut
Salafi meskipun tempatnya jauh dan berbeda masanya.
Sebaliknya barang siapa yang pendapatnya menyalahi Al Qur‟an dan AsSunnah,
maka ia bukan seorang salafi meskipun ia hidup pada zaman Sahabat, Tabi‟in dan
Tabi‟ut Tabi‟in.
Sebagai umat muslim sangatlah penting bagi kita untuk mempelajari ilmu
pengetahuan dan juga berfilsafat. Namun tatkala kita berfilsafat ada baiknya kita tidak
meninggalkan nash dari Al Qur‟an dan Hadits agar pemikiran kita lebih terarah. Selain
itu pula sangat diperlukan peran guru atau orang yang lebih tahu tentang ilmu yang kita
pelajari sehingga kita bisa mengkajinya bersama-sama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan yang dipaparkan oleh penulis, kita dapat meyimpulkan:
1. Dalam salaf, orang yang dianut adalah orang orang terdahulu yang dianut. Orang
terdahulu adalah ulama terdahulu. Dan ulama terdahulu adalah generasi pertama dan
terbaik dari umat (Islam), yang terdiri dari para Sahabat, tabi‟in, Tabi‟ut Tabi‟in dan
para Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi atau masa) pertama.
2. Ibnu Taimiyah merupakan ulama yang berpegang teguh pada madzab Imam Ahmad
bin Hambal yang dimana pada prinsip pemikirannya lebih mengutamakan pendapat
terdahulu dibandingkan dengan akal.
3. Dalam sejarahnya Imam bin Hambal merupakan sosok ulama yang dijadikan panutan
Ibnu Taimiyah untuk menyelesaikan permasalah atau bisa dikatakan Ibnu Taimiyah
memegang teguh madzab hambali.
4. Pada dasarnya, Ilmu kalam yang ditekankan oleh Ibnu Taimiyah Sangat berpegang
teguh pada nash (Al-Quran dan Al-Hadits); tidak memberikan ruang gerak kepada
akal, berpendapat bahwa Al-Quran mengandung semua ilmu agama; di dalam Islam
yang diteladani hanya tiga generasi saja (sahabat, tabi‟in dan tabi‟it tabi‟in); Allah
memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap mentanzihkan-Nya.
5. Pandangan Ibnu Taimiyah menenai sifat Alloh meliputi: 1). Percaya sepenuh hati
terhadap sifat-sifat Allah yang disampaikan oleh Allah sendiri atau oleh Rasul-Nya,
2). Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya, yang Allah dan Rasul-Nya
sebutkan seperti Al-Awwal, Al-Akhir dan lain-lain, dan Menerima sepenuhnya sifat
dan nama Allah dengan:
Tidak mengubah maknanya kepada makna yang tidak dikehendaki lafad (min
ghoiri tashrif/ tekstual).
Tidak menghilangkan pengertian lafaz (min ghoiri ta‟thil).Tidak
mengingkarinya (min ghoiri ilhad).
Tidak menggambar-gambarkan bentuk Tuhan, baik dalam pikiran atau hati,
apalagi dengan indera (min ghairi takyif at-takyif).
Tidak menyerupakan (apalagi mempersamakan) sifat-sifat-Nya dengan sifat
makhluk-Nya (min ghairi tamtsili rabb „alal „alamin).
DAFTAR PUSTAKA
Azin, Abdul bin Nashir al-Musainid, Kumpulan Tanya Jawab Seputar Shalat,
Jakarta: Penerbit Almahira, 2007.
Muhtar Ghazali ,Adeng, Perkembangan Ilmu Kalam dari Klasik Hingga Modern,
Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2003.
Razak, Abdur dan Anwar, Rosihan, Ilmu Kalam, Bandung: Puskata Setia, 2006.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Sharah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah,
Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i, 2006
http://scarmakalah.blogspot.com/2012/02/salaf-ahmad-ibn-hanbal-dan-ibn-
taimiyah.html?m=1
https://www.academia.edu/5832723/Kalam_Aliran_Ibn_Taimiyah