Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ALIRAN SALAF

Dosen Pengampu :
AUFI IMADUDDIN, S.HI.,MH.

Disusun Oleh :
Nur Jelita Ananda Fransiska ( 2212053 )
Sholihatun Niamah ( 2212058 )

INSITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA


FALKUTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt., yang telah melimpahkan nikmat dah
karunia-Nya kepada kita semua. terutama nikmat kesehatan sehingga saya bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’ ALIRAN SALAF ‘’. Makalah ini di ajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah ILMU KALAM. Shalawat serta salam semoga tercurah limpah
kepada junjunan alam ya kni Habibana Waabiyyanakariim Nabi Muhammad SAW . Saya
menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada Bapak AUFI
IMADUDDIN. HI. ,MH. Selaku dosen mata ilmu kalam . Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh kerena itu saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Tuban, November 2022

Kelompok Lima

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .............................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A.SALAF ............................................................................................................................... 2
1. Pengertian Tentang Aliran Salaf.................................................................................... 2
2 .Imam Ahmad bin Hanbal ( 780 – 855 ) .......................................................................... 3
3.Ibn Taimiah ( 661-729 )................................................................................................... 4
BAB III ...................................................................................................................................... 7
PENUTUP.................................................................................................................................. 7
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 7
B. SARAN ........................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Ada berbagai macam aliran dalam islam, salah satunya adalah salafiyah. Salaf adalah
ulama-ulama terdahulu, dan biasa di gunakan untuk merujuk generasi sahabat, tabi’in, dan
tabi’iat tabi’in. untuk perkembangan selanjutnya muncullah gerakan salafiyah yang
termotivasi oleh keinginan untuk permunian islam, dengan menghidupkan kembali praktek-
praktek ajaran yang telah dilakukan oleh tiga generasi awal tersebut. Gerakan salafiyah mulai
berkembang dengan adanya gairah menggeu-gebu yang diwarnai fanatisme kalangan kaum
Hambali.

B. Rumusan masalah
1. Ilmu salaf menurut Thablawi Mahmud Sa’ad ?
2. Ilmu salaf menurut Mahmud Al – Bisybisyi ?
3. Sebutkan karakteristik – karakteristik ulama salaf ?
4. Siapa saja murid – murid Ibn Hanbal ?
5. Sebutkan pikiran – pikiran Ibn Taimiah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk meengetahui latar belakang ilmu salaf menurut Thablawi Mahmud Sa’ad
2. Untuk mengetahui latar belakang ilmu salaf menurut Mahmud Al- Bisybisyi
3. Untuk mengetahui karakteristik – karakteristik ulama salaf
4. Untuk mengetahui murud – murid Ibl Hanbal
5. Untuk mengetahui pikiran – pikiran Ibn Taimiah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.SALAF

1. Pengertian Tentang Aliran Salaf


Banyak beragam definisi yang telah dikemukakan para pakar mengenai definisi Salaf
dan Khalaf. Berikut akan di kemukakan beberapa di antaranya. Menurut Thablawi Mahmud
Sa’ad,Salaf artinya ulama terdahulu. Salaf terkadang dimaksudkan untuk merujuk generasi
sahabat, tabii, tabi tabiin, para pemuka abad Ke-3 H, dan para pengikutnya pada abad Ke-4
yang terdiri atas para muhadditsin dan sebagainya. Salaf berarti pula ulama – ulama saleh
yang hidup pada tiga abad pertama islam. Menurut Asy-Syahrastani ( 474-548 H ), ulama
salaf tidak menggunakan takwil ( dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat ) dan tidak
mempunyai paham tasybih ( antropomorfisme ). Mahmud Al-Bisybisyi dalam Al-Firaq Al-
Islamiyyah mendefinisikan salaf sebagai sahabat, tabiin, dan tabiin yang dapat di ketahui dari
sikapnya menolak penafsiran yang mendalam mengenai sifat – sifat Allah yang menyerupai
segala sesuatu yang baru untuk menyucikan dan mengagugkan-Nya.dan menurut W.
Montgomery Watt menyatakan bahwa gerakan salafiyah berkembang –terutama – di
Baghdadpada abad Ke- 13.
Berdasarkan uraian Ibrahim Madzkur, karakteristik-karakteristik ulama salaf atau
salafiyah dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Lebih mendahulukan riwayat (naql) dari pada dirayah (aql).
2. Mengimami Allah tanpa perenunggan lebih lanjut ( tentang dzat-Nya ) tidak pula
mempunyai paham antropomorfisme.
3. Memahami ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan makna lahirnya, tidak berupaya untuk
menakwilkannya.
Melihat karakteristik yang dikemukakan Ibrahim Madzkur di atas, tokoh-tokoh
berikut dapat di kategorikan sebagai ulama salaf. Tokoh yang di maksud adalah ‘Abdullah
bin Abbas (68 H ), Abdullah bin Umar ( 74 H ), Umar bin Abd Al-‘Aziz ( 101 H ), Az-Zuhri
( 124 H ), Ja’far Ash – Shadiq ( 148 H ) dan para imam madzhab yang empat ( Imam Hanafi,
Maliki, Syafi’I, dan Imam Ahmad bin Hanbal ). Harun Nasution menganggap bahwa secara
kronologis, salafiyah bermula dari Imam Ahmad bin Hanbal. Lalu, ajaranya di kembangkan
Imam Ibn Taimiah, di suburkan oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahab, dan akhirnya
berkembang di dunia islam secara sporadis. di Indonesia, gerakan ini berkembang lebih
banyak di laksanakan oleh gerakan-gerakan persatuan islam ( persis ), bahkan Muhamadiyah.
2
Gerakan-gerakan lainnya, pada dasarnya juga menganggap sebagai gerakan ulama salaf,
tetapi teologinya sudah di pengaruhi oleh pemikiran yang di kenal dengan istilah logika.
Sementara itu para ulama salaf, mayoritas tidak menggunakan pemikiran dalam
membicarakan masalah teologi ( ketuhanan ). Berikut akan dijelaskan beberapa ulama salaf
dengan pemikirannya, terutama berkaitan dengan persoalan kalam.

2 .Imam Ahmad bin Hanbal ( 780 – 855 )


A. Riwayat Hidup Singkat Ibn Hanbal
Ibn Hanbal di lahirkan di Baghdad tahun 164 H / 780 M, dan meninggal 241 H / 855
M. ia sering di panggil Abu Abdillah karena salah seorang anak-Nya bernama Abdillah. Ia
lebih di kenal dengan nama Imam Hanbali karena menjadi pendiri mazhab Hanbali. Ibunya
bernama Shahifah binti Mimunah binti Abdul Malik binti Sawadah binti Hindur Asy-
Syaibani, bangsawan Bani Amir . Ayahnya bernama Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin
Asa s bin Idris bin Abdullah bin Anas bin Auf bin Qosit bin Mazin bin Syaiban bin Dahlan
bin Akabah bin Sya’b bin Ali bin Jadlah bin Asad bin Rabi’al-Hadis bin Nizar. Di dalam
keluarga Nizar ini tampaknya Imam Ahmad bertemu keluarga dengan nenek moyangnya,
Nabi Muhammad SAW.
Ayahnya meninggal ketika Ibn Hanbal masih berusia muda. Meskipun demikian,
ayahnya telah mengawalinya memberikan pendidikan Al-Quran. Pada usia 16 tahun, ia
belajar Al-Quran dan ilmu-ilmu agama lainya kepada ulama-ulama Baghdad. Lalu
mengunjungi ulama-ulama terkenal di Khufah, Basrah, Syam, Yaman Mekah dn Madinah. Di
antara guru-gurunya adalah Hammad bin Khalid, Ismail bin Aliyyah,Muzaffar bin Mudrik,
Walid bin Muslim, Muktamar bin Sulaiman, Abu Yusuf Al-Qadi, Yahya bin Zaidah, Ibrahim
bin Sa’id, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’ie, Abd Razaq bin Humam, dan Musa bin Tariq.
Dari guru-gurunya, Ibn Hanbal mempelajari ilmu fiqh, hadis, tafsir, kalam, ushul, dan bahasa
arab.
Ibn Hanbal dikenal sebagai seorang zahid. Hampir setiap hari ia berpuasa dan tidur
hanya sedikit
pada malam hari. Ia juga dikenal sebagai seorang dermawan. Di antara murid-murid Ibn
Hanbal adalah Ibn Taimiah, Hasan bin Musa, Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Abu Zuhrah
Ad-Damsyiqi, Abu Zuhrah Ar-Razi, Ibn Abi Ad-Dunia, Au Bakar Al-Asram, Hanbal bin
Ishaq Asy-Syaibani, Shaleh dan Abdullah. Kedua orang yang di sebut terakhir merupakan
putranya.

3
B. Pemikiran Teologi Ibn Hanbal

1. Ayat-Ayat Mutasyabihat
Dalam memahami ayat-ayat Al-Quran, Ibn Hanbal lebih menyukai pendekatan lafdzi (
tekstual) dari pada pendekatan takwil, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat tuhan dan
ayat-ayat mutasyabihat.
2. Status Al-Quran
Salah satu persoalan teologis yang dihadapi Ibn Hanbal yang kemudian membuatnya di
penjara beberapa kali adalah tentang status Al-Quran, adalah di ciptakan (makhluk) karena
hadis (baru) ataukah tidak di ciptakan karena qodim. Paham yang di akui oelh pemerintah
resmi pada saat itu, yaitu Dinasti ‘Abbasiah di bawah kepeimpinan Khalifah Al-Ma’mun, Al-
Mu’tashim, dan Al-Watsiq adalah paham

Mu’tazilah, yaitu Al-Quran tidak bersifat qodim, tetapi baru dapat diciptakan. Sebab, paham
adanya qodim di samping Tuhan, bagi Mu’tazilah berarti menduakan Tuhan. Menduakan
Tuhan adalah syirik dan dosa besar yang tidak di ampuni Tuhan. Tampaknya, Ibn Hanbal
tidak sependapat dengan faham resmi di atas. Oleh karena itu, ia kemudian di uji dalam kasus
mihnah oleh aparat pemerintah.

3.Ibn Taimiah ( 661-729 )


A. Riwayat Hidup Singkat Ibn Taimiah
Nama lengkap Ibn Tainiah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Al-Halim bin Taimiah. Di
lahirkan di Harran pada hari Senin tanggal 10 Rabiul Awwal tahun 661 H dan meninggal di
penjara pada malam Senin tanggal 20 Dzulqaidah tahun 729 H. kewafatannya telah
menggetarkan dada seluruh penduduk Damaskus, Syam, dan Mesir, serta kaum muslim pada
umumnya. Ayahnya bernama Syihabuddin Abu Ahmad Abdul Halim bin Abdissalam Ibn
Abdillah bin Taimiah, seorang syekh , khatib, dan hakim di kotanya.
Di katakan oleh Ibrahim Madzkur bahwa Ibn Taimiah merupakan seorang tokoh salaf
ekstrem karena kurang memberikan ruang gerak pada akal. Ia murid muttaqi, wara’, dan
zuhud. Ia seorang panglima dan penentang bangsa Tartas yang berani dengan mengangkat
senjata. Ia di kenel sebagai seorang muhaddits, mufasir, faqih, teolog, bahkan banyak
mengetahui tentang filsafat. Ia telah mengkritik Khalifah Umar dan Khalifah Ali bin Abi

4
Thalib. Ia juga menyerang Al-Ghazali dan Ibn Arabi. Kritikannya ditunjukan pula kepada
kelompok-kelompok agama sehingga membangkitkan kemarahan para ulama pada
zamannya. Berulang kali Ibn Taimiah masuk penjara hanya bersengketa dengan para ulama
pada zamannya.
Ibn Taimiah terkenal dengan kecerdasan sehingga pada usia 17 tahun telah di
percaya masyarakat untuk memberikan pandangan-pandangan mengenai masalah hokum
secara resmi. Para ulama lawan Ibn Taimiah yang sangat risau oleh serangan-seranganya,
serta iri hati terhadap kedudukanya di istana Gubernur Damaskus, telah menjadikan
pemikiran-pemikiran Ibn Taimiah sebagai landasan untuk menyerangnya. Di katakana oleh-
oleh lawanya bahwa pemikiran Ibn Taimiah sebagai klenik, antropomorfisme, sehingga pada
awal 1306 M Ibn Taimiah di panggil ke Kairo. Sesuai keputusan pengadilan kilat, akhirnya ia
di penjara.
Kelahirannya terjadi lima tahun setelah Baghdad dihancurkan pasukan Mongol,
Hulagu Khan. Oleh karena itu, sangat pantas apabila Ibn Taimiah dalam upayanya
mempersatukan umat islam mengalami banyak tantangan, bahkan dirinya harus wafat di
dalam penjara.
B. Pemikiran Teologi Ibn Taimiah
Pikiran-Pikiran Ibn Taimiah, seperti dikatakan Ibrahim Madzkur adalah sebagai berikut.
a. berperang teguh pada nash (teks Al-Quran dan Al-Hadis),
b. tidak memberikan ruang gerak yang bebas pada akal,
c. berpendapat bahwa Al-Quran mengandung semua ilmu agama,
d. di dalam islam yang diteladani hanya tiga generasi (sahabat, tabiin, dan tabii tabiin),
e. Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap mentanzihkan-Nya.
f. Ibn Taimiah mengkritik Imam Hanbali dengan mengatakan bahwa apabila kalamullah
qodim, kalamnya pasti qodim pula.
Ibn Taimiah adalah seorang tekstualis. Oleh karena itu, pandangannya dianggap oleh
ulama mazhab Hanbali, Al-Khatib Ibn Al-Jauzi sebagai pandangan tajsim (antropomorfisme)
Allah, yaitu menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Oleh karena Al-Jauzi berpendapat
bahwa pengakuan Ibn Taimiah sebagai salaf perlu ditinjau kembali.
Berikut pandangan-pandangan Ibn Taimiah tentang sifat-sifat Allah.
a. Percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang ia sendiri atau Rasul-Nya
menyifati yang di maksud adalah :
1. sifat salbiah, yaitu qidam, baqo’, mukhalafatu lil hawaditsi, qiyamuhu bi nafsihi,
dan wahdaniyah;
5
2. sifat ma’ani, yaitu qudroh, iradah, sama’, bashar, hayat, ilmu dan kalam;
3. sifat khabariah (sifat-sifat yang di terangkan Al-Quran dan Hadis meskipun akal
bertanya-tanya tentang maknanya), seperti keterangan yang menyatakan bahwa
Allah di langit; Allah di atas ‘Arasy; Allah turun ke langit dunia; Allah di lihat
oleh orang beriman di surge kelak; wajah, tangan, dan mata Allah.
4. sifat dhaifah, meng-idhafat-kan atau menyadarkan nama-nama Allah pada alam
makhluk, seperti rabb al-‘alamin, khaliq al-kaun, dan falik al-hubb wa an-nawa.
b. Percya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya, yang Allah atau Rasul-Nya sebutkan,
seperti al-awwal, al-akhir, azh-zhahir, al-bathin, al-‘alim, al-qadir, al-hayy, al-
qayyum, as-sami’, dan al-bashir.
c. Menerima sepenuhnya sifat-sifat dan nama-nama Allah dengan :
1. tidak mengubah maknanya pada makna yang tidak dikehendaki lafaz (min ghairi
tahrif);
2. tidak menghilangkan pengertiab lafaz ( min ghair ta’thil );
3. tidak mengingkarinya ( min ghairi ilhad );
Berdasarkan alasan-alasan di atas, Ibn Taimiah tidak menyetujui setiap penafsiran
ayat-ayat mutasyabihat. Menurutnya, ayat-ayat atau hadis-hadis yang menyangkut sifat-sifat
Allah harus diterima dan diartikan sebagai adanya, dengan cacatan tidak men-tajsim-kan,
tidak menyerupakan-nya dengan makhluk, dan tidak bertanya-tanya tentang itu.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Thablawi Mahmud Sa’ad: Salaf artinya ulama terdahulu. Salaf terkadang dimaksudkan
untuk merujuk generasi sahabat, tabii, tabii tabiin, para pemuka abad ke-3 H, dan para
pengikutnya pada abad ke-4 yang terdiri atas para muhadditsin dan sebagainya. Salaf berarti
pula ulama-ulama saleh yang hidup pada tiga abad pertama islam. Asy-Syahrastani: ulama
salaf adalah yang tidak menggunakan takwil ( dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat )
dan tidak mempunyai paham tasybih ( antropomorfisme ). Dan ulama-ulama salaf antaranya
adalah : Imam Ahmad bin Hanbal dan Ibn Taimiah.

B. SARAN
Pada hakikatnya aliran tersebut tidaklah keluar dari islam, tetapi tetap islam. Dan kami
sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan maupun bahasa
yang kami sajikan , oleh karena itu mohon di berikan sarannya agar kami bisa membuat
makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. dan
menjadi wawasan kita dalam memahami paragraf.

7
DAFTAR PUSTAKA

Thablawy Mahmud Saad, At-Tashawwuf Fi Turats Ibn Taimiyah, Al-Hai’al-Hadis Al-


Mishriyah Al-‘Ammah li Al-Kitab, Mesir, 1984, hlm. 11-38. Asy-Syahrastani, Al-Milal wa
An-Nihal, Dar Al-Fikr, Beirut,t.t., hlm. 92-93. Abubakar Aceh, Salaf: Islam dalam masa
murni, Ramadhani, Solo,1986, hlm. 25. Ibrahim Madkur, Fi Al-Falsafah Al-Islamiyah:
manhaj wa Tathbiquh, jilid ll, Dar Al-Maarif, Mesir, 1947, hlm. 30. Ensiklopedia Islam, Jilid.
V, cet. l . Ichitiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1993, hlm.160 . Dasuki, op. cit., jilid ll, hlm. 82.
Islamic Law, Cet., ll, Taha Publisher Ltd., London, 1984, hlm. 109. Kejayaan Islam: Kajian
Kritis dari Tokoh Oirentaris, Terj. Hartono Hadikusumo, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1990,
hlm. 61-62. Muhamadun Nasir, Islam: Its Concept and History, Delhi, 1981, hlm. 274-275.
Dasuki, op. cit., hlm. 84. Ibid., hlm. 84. Madzkur, op. cit., hlm. 31. Walt. Op. cit., hlm. 188.

Anda mungkin juga menyukai