ALIRAN SALAF
Dosen Pengampu :
AUFI IMADUDDIN, S.HI.,MH.
Disusun Oleh :
Nur Jelita Ananda Fransiska ( 2212053 )
Sholihatun Niamah ( 2212058 )
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt., yang telah melimpahkan nikmat dah
karunia-Nya kepada kita semua. terutama nikmat kesehatan sehingga saya bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’ ALIRAN SALAF ‘’. Makalah ini di ajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah ILMU KALAM. Shalawat serta salam semoga tercurah limpah
kepada junjunan alam ya kni Habibana Waabiyyanakariim Nabi Muhammad SAW . Saya
menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada Bapak AUFI
IMADUDDIN. HI. ,MH. Selaku dosen mata ilmu kalam . Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh kerena itu saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok Lima
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ada berbagai macam aliran dalam islam, salah satunya adalah salafiyah. Salaf adalah
ulama-ulama terdahulu, dan biasa di gunakan untuk merujuk generasi sahabat, tabi’in, dan
tabi’iat tabi’in. untuk perkembangan selanjutnya muncullah gerakan salafiyah yang
termotivasi oleh keinginan untuk permunian islam, dengan menghidupkan kembali praktek-
praktek ajaran yang telah dilakukan oleh tiga generasi awal tersebut. Gerakan salafiyah mulai
berkembang dengan adanya gairah menggeu-gebu yang diwarnai fanatisme kalangan kaum
Hambali.
B. Rumusan masalah
1. Ilmu salaf menurut Thablawi Mahmud Sa’ad ?
2. Ilmu salaf menurut Mahmud Al – Bisybisyi ?
3. Sebutkan karakteristik – karakteristik ulama salaf ?
4. Siapa saja murid – murid Ibn Hanbal ?
5. Sebutkan pikiran – pikiran Ibn Taimiah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk meengetahui latar belakang ilmu salaf menurut Thablawi Mahmud Sa’ad
2. Untuk mengetahui latar belakang ilmu salaf menurut Mahmud Al- Bisybisyi
3. Untuk mengetahui karakteristik – karakteristik ulama salaf
4. Untuk mengetahui murud – murid Ibl Hanbal
5. Untuk mengetahui pikiran – pikiran Ibn Taimiah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.SALAF
3
B. Pemikiran Teologi Ibn Hanbal
1. Ayat-Ayat Mutasyabihat
Dalam memahami ayat-ayat Al-Quran, Ibn Hanbal lebih menyukai pendekatan lafdzi (
tekstual) dari pada pendekatan takwil, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat tuhan dan
ayat-ayat mutasyabihat.
2. Status Al-Quran
Salah satu persoalan teologis yang dihadapi Ibn Hanbal yang kemudian membuatnya di
penjara beberapa kali adalah tentang status Al-Quran, adalah di ciptakan (makhluk) karena
hadis (baru) ataukah tidak di ciptakan karena qodim. Paham yang di akui oelh pemerintah
resmi pada saat itu, yaitu Dinasti ‘Abbasiah di bawah kepeimpinan Khalifah Al-Ma’mun, Al-
Mu’tashim, dan Al-Watsiq adalah paham
Mu’tazilah, yaitu Al-Quran tidak bersifat qodim, tetapi baru dapat diciptakan. Sebab, paham
adanya qodim di samping Tuhan, bagi Mu’tazilah berarti menduakan Tuhan. Menduakan
Tuhan adalah syirik dan dosa besar yang tidak di ampuni Tuhan. Tampaknya, Ibn Hanbal
tidak sependapat dengan faham resmi di atas. Oleh karena itu, ia kemudian di uji dalam kasus
mihnah oleh aparat pemerintah.
4
Thalib. Ia juga menyerang Al-Ghazali dan Ibn Arabi. Kritikannya ditunjukan pula kepada
kelompok-kelompok agama sehingga membangkitkan kemarahan para ulama pada
zamannya. Berulang kali Ibn Taimiah masuk penjara hanya bersengketa dengan para ulama
pada zamannya.
Ibn Taimiah terkenal dengan kecerdasan sehingga pada usia 17 tahun telah di
percaya masyarakat untuk memberikan pandangan-pandangan mengenai masalah hokum
secara resmi. Para ulama lawan Ibn Taimiah yang sangat risau oleh serangan-seranganya,
serta iri hati terhadap kedudukanya di istana Gubernur Damaskus, telah menjadikan
pemikiran-pemikiran Ibn Taimiah sebagai landasan untuk menyerangnya. Di katakana oleh-
oleh lawanya bahwa pemikiran Ibn Taimiah sebagai klenik, antropomorfisme, sehingga pada
awal 1306 M Ibn Taimiah di panggil ke Kairo. Sesuai keputusan pengadilan kilat, akhirnya ia
di penjara.
Kelahirannya terjadi lima tahun setelah Baghdad dihancurkan pasukan Mongol,
Hulagu Khan. Oleh karena itu, sangat pantas apabila Ibn Taimiah dalam upayanya
mempersatukan umat islam mengalami banyak tantangan, bahkan dirinya harus wafat di
dalam penjara.
B. Pemikiran Teologi Ibn Taimiah
Pikiran-Pikiran Ibn Taimiah, seperti dikatakan Ibrahim Madzkur adalah sebagai berikut.
a. berperang teguh pada nash (teks Al-Quran dan Al-Hadis),
b. tidak memberikan ruang gerak yang bebas pada akal,
c. berpendapat bahwa Al-Quran mengandung semua ilmu agama,
d. di dalam islam yang diteladani hanya tiga generasi (sahabat, tabiin, dan tabii tabiin),
e. Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap mentanzihkan-Nya.
f. Ibn Taimiah mengkritik Imam Hanbali dengan mengatakan bahwa apabila kalamullah
qodim, kalamnya pasti qodim pula.
Ibn Taimiah adalah seorang tekstualis. Oleh karena itu, pandangannya dianggap oleh
ulama mazhab Hanbali, Al-Khatib Ibn Al-Jauzi sebagai pandangan tajsim (antropomorfisme)
Allah, yaitu menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Oleh karena Al-Jauzi berpendapat
bahwa pengakuan Ibn Taimiah sebagai salaf perlu ditinjau kembali.
Berikut pandangan-pandangan Ibn Taimiah tentang sifat-sifat Allah.
a. Percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang ia sendiri atau Rasul-Nya
menyifati yang di maksud adalah :
1. sifat salbiah, yaitu qidam, baqo’, mukhalafatu lil hawaditsi, qiyamuhu bi nafsihi,
dan wahdaniyah;
5
2. sifat ma’ani, yaitu qudroh, iradah, sama’, bashar, hayat, ilmu dan kalam;
3. sifat khabariah (sifat-sifat yang di terangkan Al-Quran dan Hadis meskipun akal
bertanya-tanya tentang maknanya), seperti keterangan yang menyatakan bahwa
Allah di langit; Allah di atas ‘Arasy; Allah turun ke langit dunia; Allah di lihat
oleh orang beriman di surge kelak; wajah, tangan, dan mata Allah.
4. sifat dhaifah, meng-idhafat-kan atau menyadarkan nama-nama Allah pada alam
makhluk, seperti rabb al-‘alamin, khaliq al-kaun, dan falik al-hubb wa an-nawa.
b. Percya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya, yang Allah atau Rasul-Nya sebutkan,
seperti al-awwal, al-akhir, azh-zhahir, al-bathin, al-‘alim, al-qadir, al-hayy, al-
qayyum, as-sami’, dan al-bashir.
c. Menerima sepenuhnya sifat-sifat dan nama-nama Allah dengan :
1. tidak mengubah maknanya pada makna yang tidak dikehendaki lafaz (min ghairi
tahrif);
2. tidak menghilangkan pengertiab lafaz ( min ghair ta’thil );
3. tidak mengingkarinya ( min ghairi ilhad );
Berdasarkan alasan-alasan di atas, Ibn Taimiah tidak menyetujui setiap penafsiran
ayat-ayat mutasyabihat. Menurutnya, ayat-ayat atau hadis-hadis yang menyangkut sifat-sifat
Allah harus diterima dan diartikan sebagai adanya, dengan cacatan tidak men-tajsim-kan,
tidak menyerupakan-nya dengan makhluk, dan tidak bertanya-tanya tentang itu.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thablawi Mahmud Sa’ad: Salaf artinya ulama terdahulu. Salaf terkadang dimaksudkan
untuk merujuk generasi sahabat, tabii, tabii tabiin, para pemuka abad ke-3 H, dan para
pengikutnya pada abad ke-4 yang terdiri atas para muhadditsin dan sebagainya. Salaf berarti
pula ulama-ulama saleh yang hidup pada tiga abad pertama islam. Asy-Syahrastani: ulama
salaf adalah yang tidak menggunakan takwil ( dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat )
dan tidak mempunyai paham tasybih ( antropomorfisme ). Dan ulama-ulama salaf antaranya
adalah : Imam Ahmad bin Hanbal dan Ibn Taimiah.
B. SARAN
Pada hakikatnya aliran tersebut tidaklah keluar dari islam, tetapi tetap islam. Dan kami
sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan maupun bahasa
yang kami sajikan , oleh karena itu mohon di berikan sarannya agar kami bisa membuat
makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. dan
menjadi wawasan kita dalam memahami paragraf.
7
DAFTAR PUSTAKA