Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama peradapan yang membawa rahmat bagi semesta alam, bukan
agama teroris. Dengan misi inilah Allah mengutus Rasul-Nya , Muhammad,S.AW.
Tiga hal penting yang seharusnya menjadi pegangan bagi setiap orang adalah: toleran,
moderat, dan akomodatif. Bagi orang muslim , keimanan yang hanya dibalut dengan simbo-
simbol tidaklah cukup. Orang yang telah beriman harus disempurnakan dengan amal dan
ibadah yang baik, serta perilaku yang terpuji (al-akhlaq al-karimah).
Berjenggot panjang, memakai sorban , dan bercelana dia atas tumit itu bagus. Tapi hal-
hal yang bersifat simbolik itu tidak cukup untuk dinilai bahwa dia telah mengamalkanajaran
islam. Ulama terdahulu, seperti Imam Syafi’i, Ghazali , Ibnu Sinm dan sejumlah tokoh islam
terkemukalainnya junga punya jenggot panjang dan memakai sorban. Namun sekali lagi ,
Islam tidak cukup hanya dengan jenggot dan sorban saja. Sebab, ajaran Islam sangat luas dan
tidak bisa diwakili hanya dengan simbol belaka.
Dengan adanya sedemikian rupa perspektif akan Islam, dengan berbagai model dan
konsep ke-Islamannya, maka di sini kami akan menguraikan Ajaran salafi dan Wahabi, agar
kita tahu, mehamahami, apa saja ajaran dari Salafiyah dan Wahabiyah

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan rumusan


masalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Salafiyah ?
2.  Apa saja pokok ajaran Salafiyah?
3. Sejarah perkembangan Wahabiyah?
4. Apa saja ajaraan Wahabiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Salafiyah.
2. Untuk memahami ajaran Salafiyah
3. Untuk mengetahui  sejarah Perkembangan Wahabiyah
4. Untuk mengetahui ajaran Wahabiyah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Salafiyah
Salafiyah berasal dari kata kerja salafa, yaslufu, salafan yang berarti sudah berlalu,
sudah lewat atau yang terdahulu. Kalau kita kaitkan dengan generasi terdahulu, maka generasi
pertama Islam disebut dengan Al-shalaf al-shahih. Makna salaf disini adalah masa dimana
pemikiran dan ajaran Islam masih murni dan belum dimasuki oleh pemikiran filsafat atau
pemikiran dari luar Islam. Generasi salaf yang dimaksud di sini ialah masa Nabi, sahabat dan
Tabi’in, yakni tiga angkatan pertama Islam yang diistilahkan dengan Al-Tsalatsah al-ula.1
Istilah salaf pertama kali dikenal pada abad ke 4 H. yakni untuk memberi nama
pengikut imam Ahmad bin Hanbal. Menurut pengikut imam Ahmad bin Hanbal, pendapat-
pendapat beliau mampu mempertahankan ajaran ulama salaf. Baru pada abad ke 7 H/13 M.
gerakan salaf ini muncul lagi ke permukaan dalam perkembangan ilmu kalam yang dipelopori
oleh Ibnu Taymiah sebagai pemicu dan penyemangat umat Kota Damaskus yang pada saat itu
dikepung oleh tentara Mongol.
Adapun awal mula munculnya Salafi sebagai istilah adalah di Mesir, setelah usainya
penjajahan inggris, tepatya, saat muncul gerakan pembaharuan Islam (al-ishlah ad-dini) yang
di pimpin oleh Jamaluddin al-Afgani dan muridnya,Muhammad Abduh , di akhir abad ke-19
Masehi , yang dieknal dengan gerakan Pan Islamiseme, Untuk menumbuhkan rasa patriotisme
dan fanatik yang tinggi terhadap perjuangan umat Islam saat itu, di samping dala rangka
membendung pengaruh sekulerisme, penjajahan dan hegemoni Barat atau dunia Islam,
Muhammad Abduh mengenalkan istilah Salafi.
Lalu dari manakah munculnya istilah Salafi utuk menggelari orang yang mengklaim
dirinya setu- satunya penerus ajaran as-Salah as-Shalih? Bukan dari para ulama salaf
terdahulu, bahkan bukan pula dari para imam ahli hadis sekalipun, Nashruddin al-Albani lah
yang pertama kali mempopulerkan istilah ini, sebagaimana terekam dalam sebuah dialognya
dengan salah satu pengikutnya , yaitu Abdul Halim Abu Syuqqah, pada bulan juli
1999/Rabiul Akhir 1429 H.2
B. Pokok Ajaran Salafiyah
Sebagaimana halnya Asy’ariyah , salafiyah memberikan reaksi keras terhadap metode
yang dipergunakan Mu’tazilah, yakni metode rasional. Sementara Salafiyah menggunakan
metode tekstual, yang mengharuskan tunduk di bawah naqal.3

1
M.Yunan Yusuf, Alam Pemikiran Islam Pemikiran Kalam ( Jakarta : Prenadamedia Group, 2014), hal. 182
2
Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi , (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2011), hal. 29-30
3
Adeng Muchtar Ghazali, Perkembangan Ilmu Kalam, ( Bandung : Pustaka Setia, 2005), hal.101

2
Sebagai aliran yang masih murni dan belum terkontaminasi oleh pemikiran di luar Islam,
salafiyah mempunyai tiga ciri utama dalam pemikirannya.
a. Mendahulukan syara’ daripada akal
Dalam menjalankan agama, salafiyah harus berpegang teguh pada hokum-
hukum syara’ sebagaimana termaktub dalam Alqur’an dan Hadits. Seorang Muslim
tidak boleh mengenyampingkan kandungan Al-qur’an dan Hadits yang shahih
walaupun bertentangan degan akal . ketentuan syara’ harus didahulukan dari pendapat
akal.
b. Meninggalkan takwil kalami .
Takwil kalami adalah penakwilan ayat-ayat Al-qur’an dan hadits Nabi yang
diputar ke maknanya yang bukan hafri, tetapi makna majasinya. Dalam keyakinan
aliran salafiyah ayat-ayat Alqur’an itu sudah sangat jelas, tidak perlu diputar lagi
maknanya kepada yang lain.
c. Berpegang teguh pada nash Alqur’an dan Hadits Nabi
Apa yang sudah ditetapkan oleh Alqur’an dan yang telah dijelaskan oleh
Hadits Nabi haruslah diterima dan tidak boleh ditolak. Akal manusia tidak mempunyai
wewenang untuk menakwilan nash agama. Tugas akal adalah untuk mencari
argumentasi dalam upaya membenarkan informasi yang dibawa oleh nash agama.4
C. Sejarah Perkembangan Wahabiyah
Sekte Wahabiyh ini dinisbatkan kepada Muhammad Bin Abdul Wahab ibnu Sulaiman
an-Najdi, Ia Lahir tahun 1115 H (1703 M) dan wafat tahun 1206 H (1792 M), Ia wafat diusia
yang sangat tua, denga umur sekitar 91 tahun, Ia belajar agama dasar bermazhab Hanbali dan
ayahnya juga seorang Qadhi (hakim). Pernah pula ia mengaji kepada beberapa guru agama
Makkah dan Madinah, seperti Syaikh Muhammad ibnu Sulaiman al-Kurdi, Sayaikh
Muhammad Hayat as-Sindi, dan lainnya. Kemudian , dia berangkat ke Bashrahm namun
kembali lagi karena ditolak menjadi murid.
Pengetahuan agamanya kurang memadahi karena dia belajar ilmu agama hanya dari
segelintr guru, termasuk ayahnya sendiri, dala waktu yang sangat minim dan terputus-putus,
kenyataan diakui oleh beberapa ulama Wahabi, di antaranya adalah Dr. Muhammad al-Ma’ari
dalam bukunya yang berjudul al-Kawasyif al-Jaliyyah fi Kufri ad-Daulah as-Su’udiyyah pada
lamiran pertamanya tentang Tasa’ulat haula asy-Syar’iyyah ketika dia menyinggung kondisi
awal berdirinya negara Saudi Arabia. Dalam bukunys itu, dia menjelaskan, sebelum
‘bersekongkol’ dengan keluarga Saud dan Inggris untuk memberontak dari kekhalifahan
4
M.Yunan Yusuf, Alam Pemikiran Islam Pemikiran Kalam ( Jakarta : Prenadamedia Group, 2014), hal.185-186

3
Turki Utsmani, Muhammad Ibnu Abdul Wahab layaknya ‘ustadz kampung’ yang tidak
menonjol, biasa-biasa saja, dan bahkan tidak diperhitungkan. Dia tidak dikenal sama sekali
ketokohan dan keulamaannya oleh para ulama yang hidup sezaman dengannya.5
Semasa belajar di Madinah, para gurunya merasa khawatir padanya karena sering
mengeluarkan pernyataan-pernyataan ekstrem yang menghujat para ulama. Ia belajar di
Makkah di bawah bimbingan Muhammad Sulaiman Al-Kurdi, Abdul Wahab (Bapaknya)
daan Sulaiman bin Abdul Wahab (kakaknya). Kemudian merantau ke Bashrah dan ke
Baghdad. Di Baghdad ini ia menikahi seorang wanita janda kaya. Setelah istrinya wafat, ia
pindah ke Kurdistan, Hamdan, dan Isfahan.
Saat kembali ke kampung halamannya, ia melihat masyarakat banyak
melakukan perbuatan di luar syariat islam. Contohnya, tawassul dengan pohon kurma yang
besar, mengultuskan kuburan para sahabat, keluarga Nabi saw, dan Rasulullah saw. Ia
mendengar kabar bahwa di Madinah terdapat orang-orang yang memohon pertolongan kepada
orang yang telah wafat (Muhammad saw) dan meminta selain kepada allah. Ia menilai
tindakan tersebut bertentangan dengan al-quran dan sunnah rasulullah saw.
Karena itu, ia merasa terpanggil untuk mengembalikan mereka pada tauhid dan
mengajarkan bahwa meminta itu harus kepada Allah. Sebabnya, hanya allah yang maha kuasa
dan maha pencipta. Selain allah bersifat lemah.
Abdul Wahab menyeru kepada masyarakatnya untuk tetap berpegan teguh Pada al-
quran dan hadits dalam menjalankan ibadah dan kehidupan sehari-harinya. Namun, dakwah
tauhid yang di serunya itu menuai protes dari masyarakat setempat, sehingga ia harus pindah
ke desa sebelah utara Riyadh.
Dalam upaya memuluskan misinya, Muhammad bin Abdul Wahab bergabung dengan
keluarga kerajaan Muhammad bin Saud. Karena di dukung penguasa, lambat laun pemikiran
dan ajaran-ajaran Muhammad bin Abdul Wahab berhasil menarik perhatian banyak orang,
termasuk yang jauh dari Najad, seperti Amir Muhammad bin Ismail San’ani (1099-1186 H).
D. Ajaran Wahabiyah
Muhammad bin Abdul Wahab sangat mengagumi pemikiran dan fatwa ibnu Taymiah.
Sehingga dia mengadopsi faham-faham yang disampaikan oleh ibnu Taimiyah. Berangkat
dari motto yang indah yakni kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, ajaran Wahabiyah
menjadi daya tarik tersendiri dikalangan umat Islam.
Walaupun Muhammad bin Abdul Wahab mengadopsi pemikiran ibnu Taimiyah, tapi
cara penyampain fatwa sangat berbeda. Cara yang ditempuh oleh Muhammad bin Abdul
5
Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi , (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2011), hal. 30-31

4
Wahab sangat ekstrim. Sejarah pernah mencatat bahwa pengikut Wahabi pernah membunuh
umat Islam yang tidak sependapat dengan dirinya.
Pendapat Ibnu Taimiyah adalah akar dari ajaran Wahabiyah, sehingga pemikiran
mereka sama. Karena mereasa rishi dengan nama yang disandang membuat kaum wahabiyah
mencoba mengklaim diri mereka kaum saafiyah yakni kaum yang menghidupkan sunnah-
sunnah Nabi saw yang menurut mereka masyarakat sudah jauh dari sunnah.
Demikian, golongan salaf lahir sebagai reaksi terhadap perkembangan pemikiran di
zamannya. Mereka bangkit untuk menghidupkan kembali pemikiran dan metode pemahaman
generasi salaf, seperti dicontohkan Nabi yang kemudian dilanjutkan oleh para sahabat dan
tabi’in. usaha pemurnian akidah islamiyah ini sangat kentara dikalangan wahabiyah sebagai
gerakan pembawa bendera salaf pasca Ibnu Taimiyah.6

6
M. Amin Nurdin, Afifi Fauzi Abbas, Sejarah Pemikiran Islam, (Jakarta : Amzah, 2015) hal. 208

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara garis besar kedua aliran diatas yakni Salafiyyah dan Wahabiyyah memiliki
keterkaitan sejarah yang sangat erat, karena Wahabiyyah dulunya merupakan bagian dari
kaum salafiyyah.Perbedaan salafiyyah pada fase ‘wahabbi’ dengan salafiyyah yang
dikembangkan oleh ulama-ulama sebelumnya adalah pemaksakan kepada seluruh masyarakat
untuk mengikuti cara berpikir Muhammad Bin Abdul Wahhab,kelompok yang tidak senang
dengan pemaksaan konsep tersebut lebih cenderung menamakan pemikiran Muhammad ibn
Abdul Wahhab sebagai pemikiran Wahabbiyyah dan bukan salafiyyah.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik
dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih
perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca
makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun.

6
DAFTAR PUSTAKA

M.Yunan Yusuf, Alam Pemikiran Islam Pemikiran Kalam ( Jakarta : Prenadamedia Group,
2014)
Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi , (Yogyakarta : Pustaka Pesantren,
2011)
Adeng Muchtar Ghazali, Perkembangan Ilmu Kalam, ( Bandung : Pustaka Setia, 2005)
M. Amin Nurdin, Afifi Fauzi Abbas, Sejarah Pemikiran Islam, (Jakarta : Amzah, 2015)

Anda mungkin juga menyukai