Anda di halaman 1dari 21

DINASTI BUWAIHI DAN DINASTI SALJUK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Sejarah Peradaban Islam”


Dosen Pengampu :
1. Dr. H. Wawan Hernawan, M. Ag
2. Ahmad Saefudin, M. Ud

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Chandra Gita Tresna (1171030037)


Ismirihah Aeres (1171030098)
Nurul Rafidhah Harahap (1171030160)
Silviya Zukhruf Aini (1171030191)

Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati
Bandung
2019 M/ 1440 H

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhaanahu wa ta’ala karena atas kehendak-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini berisikan uraian materi mengenai kekuasaan dinasti Buwaihi dan dinasti
Saljuk yang mengisi periode ketiga dan keempat pada masa pemerintahan kekhalifahan
Abbasiyah. Disamping itu, dijelaskan juga proses masuknya dinasti-dinasti ini ke dalam
kekhalifahan Abbasiyah, kondisi politik dan pemerintahan, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan proses runtuhnya kedua dinasti ini dari kekhalifahan Abbasiyah.

Kami sadar makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan dan tidak menyeluruh
secara komprehensif karena keterbatasan buku yang kami baca serta kekurangan yang
dimiliki kelompok kami. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun amat dibutuhkan
agar makalah ini dapat mencapai fungsinya secara maksimal sebagai bahan diskusi bersama.

Bandung, 14 April 2019

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Tujuan......................................................................................................................4
C. Rumusan Masalah....................................................................................................5

BAB II ISI...........................................................................................................................6

A. Berdirinya Dinasti Buwaihi Pada Khilafah Abbasiyah...........................................6


B. Kondisi Politik dan Pemerintahan Dinasti Buwaihi................................................7
C. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dinasti Buwaihi................................9
D. Kemunduran Kekuasaan Dinasti Buwaihi...............................................................10
E. Berdirinya Dinasti Saljuk Pada Khilafah Abbasiyah...............................................12
F. Kondisi Politik dan Pemerintahan Dinasti Saljuk...................................................13
G. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dinasti Saljuk...................................17
H. Kemunduran Kekuasaan Dinasti Saljuk..................................................................18

BAB III PENUTUP...........................................................................................................20

A. Kesimpulan..............................................................................................................20
B. Saran........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinasti Abbasiyah mengalami beberapa periodisasi pemerintahan yang terbagi
menjadi lima periode di antaranya :1
1. Periode pertama (132 H/750 M) sampai dengan (232 H/847 M), disebut
periode pengaruh persia pertama.
2. Periode kedua (232 H/ 847 M)sampai dengan (334 H/945 M), disebut periode
pengaruh Turki pertama.
3. Periode ketiga (334 H/945 M) sampai dengan (447 H/1055 M), masa
kekuasaan dinasti buwaih, dalam pemerintahan dinasti Abbasiyah, periode ini
disebut juga masa pengaruh persia kedua.
4. Periode keempat (477H/ 1055 M) sampai dengan (590 H/1194 M). Masa
kekuasaan dinasti bani Saljuk, juda disebut pengaruh Turki kedua.
5. Periode kelima (590 H/ 1194 M) sampai dengan (656 H/1258 M), masa
khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di
kota Baghdad.

Hanya pada periode pertama pemerintahan Abbasiyah mencapai masa


keemasannya. Pada periode setelahnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun.
Pada periode kedua dan seterusnya, pemerintahan Abbasiyah dijalankan oleh
kekuasaan lain walaupun posisi khalifah tetap dipegang oleh Bani Abbas. Pada
Periode ketiga dan ke empat pemerintahan khilafah Abbasiyah dijalankan oleh
dinasti Buwaihi dan Saljuk. Pada saat itu khalifah seolah hanya sebatas nama dan
jabatan saja. Urusan-urusan pemerintahan dan politik dipegang oleh amir al-
umara yang dikuasai oleh kedua dinasti ini, yakni Buwaihi dan Saljuk.

B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pemerintahan Khilafah Abbasiyah ketika
dikuasai oleh dinasti Buwaihi dan dinasti saljuk yang berlangsung pada dua periode
pemerintahan sekitar tahun 334 H/945 M sampai 590 H/1199 M.

C. Rumusan Masalah

1
Ratu Suntiah dan Maslani, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Interes Media, 2014), 102-103.

4
1. Bagaimana proses berdirinya kekuasaan dinasti Buwaihi pada masa khilafah
Abbasiyah?
2. Bagaimana kondisi politik dan pemerintahan dinasti Buwaihi?
3. Bagaimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dinasti Buwaihi?
4. Bagaimana proses kemunduran kekuasaan dinasti Buwaihi?
5. Bagaimana proses berdirinya dinasti saljuk pada Khilafah Abbasiyah?
6. Bagaimana kondisi politik dan pemerintahan dinasti Saljuk?
7. Bagaimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dinasti Saljuk?
8. Bagaimana proses kemunduran kekuasaan dinasti Saljuk?

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Berdirinya Dinasti Buwaihi Pada Khilafah Abbasiyah


Setelah kekuasaan di tangan orang Turki pada periode kedua, pada periode
ketiga (334H/945M-447H/1055M), daulat Abbasiyah berada di bawah kekuasaan
Bani Buwaihi.
Kehadiran Bani Buwaihi berawal dari tiga orang putra Abu Syuja’ Buwaihi,
pencari ikan yang tinggal di daerah Dailam, yaitu Ali, Hasan, dan Ahmad. Untuk
keluar dari tekanan kemiskinan, tiga bersaudara ini memasuki dinas militer yang
ketika itu dipandang banyak mendatangkan rezeki. Pada mulanya, mereka bergabung
dengan pasukan Makan Ibn Kali, salah seorang panglima perang daerah Dailam 2. Abu
Suja’ Buwaihi, ayah mereka, mempunyai reputasi yang sangat tinggi di
lingkungannya ketika anaknya yang miskin mendapatkan pendidikan militer di bawah
asuhan Makan ibn Kali. Ketiga anaknya yang semakin menanjak terutama Hasan dan
Ali dalam bidang militer.3
Setelah pamor Makan Ibn Ali memudar, mereka kemudian bergabung dengan
panglima Mardawij Ibn Zayyar Al-Dailamy. Karena Prestasi mereka, Mardawij
mengangkat Ali menjadi gubernur Al-Karaj, kota Persia yang terletak antara
Ashbahan dan Hamdzan4, dan dua saudaranya diberikan kedudukan penting lainnya.
Dari Al-Karaj itulah ekspansi kekuasaan Bani Buwaih bermula. Pertama-tama Ali
berhasil menaklukan beberapa daerah-daerah Persia dan menjadikan Syiraz sebagai
pusat pemerintahan. 5
Ketika Mardawij meninggal, Bani Buwaihi yang bermarkas di Syiraz itu
berhasil menaklukkan beberapa daerah di Persia seperti Ray, Isfahan, dan daerah-
daerah Jabal. Ali berusaha mendapat legalisasi dari Khalifah Abbasiyah, Al-Radhi
Billah, dan mengirimkan sejumlah uang untuk pembendaharaan negara. Ia berhasil
mendapatkan legalitas itu. Kemudian, ia melakukan ekspansi ke Irak, Ahwaz, dan
Wasith. Dari sini tentara Buwaih menuju Baghdad untuk merebut kekuasaan di pusat
pemerintahan.
Kesempatan memasuki Baghdad terbuka. Karena pada saat itu Kekhalifahan
Baghdad jatuh sepenuhnya dibawah dominasi para pengawal kerajaan yang berasal
suku turki. Untuk menjaga keselamatan khalifah, diminta bantuan keluarga Buwaihi.
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2008), 69.
3
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam, (Pontianak : STAIN Pontianak Press, 2010), 179.
4
Rianawati, 179.
5
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II.

6
Sejarah kehadiran Bani Buwaihi dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah diawali dari
terjadinya tekanan-tekanan dan paksaan-paksaan yang dilakukan orang-orang Turki
dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah sehingga waktu Bani Buwaihi memasuki
Baghdad, Daulah Abbasiyah sudah dalam keadaan lumpuh.6
Selain itu, Baghdad dilanda kekisruhan politik, akibat perebutan jabatan amir
al-umara antara Wazir dan pemimpin militer. Para pemimpin militer meminta
bantuan kepada Ahmad Ibn Buwaih yang berkedudukan di Ahwaz. Permintaan itu
dikabulkan. Ahmad dan pasukannya tiba di Baghdad pada tanggal 11 Jumadil-ula
334H/945M. Ia disambut baik oleh Khalifah dan langsung diangkat menjadi amiral-
umara, penguasa politik negara dengan gelar mu’izz al-daulah. Sudaranya, Ali, yang
memerintah di bagian utara, Isfahan dan Ray, dianugerahi gelar rukn al-daulah7.
Maka kehadiran Bani Buwaihi itu dimaksudkan untuk membatasi dominasi orang-
orang Turki tersebut.
Pada tahun 945 M, bala tentara Buwaihi memasuki dan menguasai Baghdad,
dan memulihkan keadaan sekaligus memegang kekuasaan secara de facto8. Sejak itu,
sebagaimana terhadap para pemimpin militer Turki sebelumnya, para khalifah tunduk
kepada Bani Buwaihi. Pada masa pemerintahan Bani Buwaihi ini, para khalifah
Abbasiyah benar-benar tinggal namanya saja. 9

B. Kondisi Politik dan Pemerintahan Dinasti Buwaihi


Khalifah-khalifah Daulah Abbasiyah yang memerintah pada masa kekuasaan
Bani Buwaihi ini adalah : (1) al-Mustakfi (khalifah ke-22), (2) al-Muthi’ (khalifah
ke-23), (3) al- Tha’i,(khalifah ke-24), (4) al-Kadir, (khalifah ke-25), dan (5) al-Qaim,
(khalifah ke26).10
Sementara itu penguasa yang berasal dari Bani Buwaih atau dikenal sebagai
amir al-umara ada sebelas orang penguasa. Para penguasa tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Ibnu Ahmad Buwaihi (Mu’iz Ad-Daulah) tahun 334-356 H.
2. Bakhtiar (Izz al-Daulah) tahun 356-367 H.
3. Abu Syuja’ Khusru (Adhud al-Daulah) 367-372 H.

6
Asmal May, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta : Citra Harta Prima, 2016), 324.
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 69-70.
8
Asmal May, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah.
9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II.
10
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, ( Riau: Yayasan Pusaka Riau, 2013), 218.

7
4. Abu Kalyajar (Shamsham Al-Daulah) tahun 372-376 H.
5. Abu Fawarits (Shiraf Al-Daulah) tahun 376-379 H.
6. Abu Nashr Fairus (Baha’ Al-Daulah) tahun 379-403 H.
7. Abu Syuja’ (Sulthon Al-Daulah) tahun 403-411 H.
8. Mushrif Ad-Daulah tahun 4111-416 H
9. Abu Thahir (Jalal al-Daulah) tahun 416-435 H.
10. Abu Kalyajar al-Marzuban (Imad Ad-Daulah) tahun 435-440 H.
11. Abu Nashr Kushr (al-Malik-Al-Rahim) tahun 440-447 H.11
Perjalanan dinasti ini dibagi menjadi dua periode, pertama, periode
pertumbuhan dan konsolidasi. Sedangkan periode kedua adalah periode defensif,
khususnya di wilayah Iraq dan Iran tengah. Dinasti ini mengalami perkembangan
pesat ketika dinasti Abasiyyah dan mengalami kemunduran ketika pengaruh Thugrul
Bek dari dinasti Saljuk mulai meningkat.12
Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di tangan amir-amir Bani
Buwaih. Keadaan khalifah lebih buruk daripada masa-masa sebelumnya, terutama
karena Bani Buwaih adalah penganut aliran Syi’ah, sementara Bani Abbas adalah
Sunni. Selama masa kekuasaan Bani Buwaih sering terjadi kerusuhan antasa
kelompok Ahl Al-Sunnah dengan Syi’ah, pemberontakan tentara dan sebagainya. 13
Setelah Baghdad dikuasai, Bani Buwaih memindahkan markas kekuasaan dari
Syiraz ke Baghdad. Mereka membangun gedung tersendiri di tengah kota dengan
nama Dar Al-Mamlakah. Meskipun demikian, kendali politik sebenarnya masih
berada di Syiraz, tempat Ali ibn Buwaih (saudara tertua) bertahta 14. Dengan strategi
politis yang rapi, kekuasaan dinasti Buwaihi menjadi faktor yang amat menentukan
kembalinya daerah-daerah Islam yang telah melepaskan diri dari Baghdad ke dalam
otoritas Baghdad. Dinasti-dinasti kecil di wilayah Bashrah di bawah kekuasaan al-
Baridi, wilayah Syam dan Irak di utara di bawah kekuasaan otoritas Hamdan, Syiria,
dinasti Samaniyah dan Ikhsidiyah dapat dikembalikan kepada Baghdad oleh Dinasti
Buwaihi. Dengan demikian semakin luas daerah-daerah yang dikuasai Dinasti
Buwaihi yang membentang dari Ray, Ashbahan, Karman kemudian menyebrang ke
Persia, Oman sampai ke Bahrain15, dapat dikendalikan kembali dari Baghdad. 16
11
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta : Teras, 2011), 189-190.
12
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : Amzah, 2010), 277-278.
13
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 70.
14
Badri Yatim, 70.
15
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam, 182.
16
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II.

8
Perubahan di Baghdad tidak saja terjadi di bidang politik dan kekuasaan, tetapi
juga menyangkut pada bidang agama. Jika sebelum Dinasti Buwaihi berkuasa, para
Menteri dan pejabat lainnya beragama sesuai mazhab khalifah, maka pada saat
Dinasti Buwaihi berkuasa hal itu tidak lagi berlaku. Bani Buwaihi yang ketika
berkuasa bermazhab Syiah, sementara khalifah adalah pengikut Sunni. Karena
pemegang kekuasaan yang hakiki adalah Bani Buwaihi, maka pengikut-pengikut
Syi’ah mendapatkan angin segar dalam menjalankan agama sesuai mazhab Syi’ah17
Kekuatan politik Bani Buwaihi tidak lama bertahan. Setelah generasi pertama,
tiga bersaudara tersebut, kekuasaan menjadi ajang pertikaian di antara anak-anak
mereka. Masing-masing merasa paling berhak atas kekuasaan pusat. Misalnya,
pertikaian antara ‘Izz Al-Daualah Bakhtiar, putera Mu’izz Al-Daulah dan ‘Adhad Al-
Daulah, putera Imam Al-Daulah, dalam perebutan jabatan amir al-umara. Perebutan
kekuasaan di kalangan keturunan Bani Buwaih ini merupakan salah satu faktor
internal yang membawa kemunduran dan kehancuran pemerintahan mereka. 18
Timbulnya perpecahan dari dalam dan pertentangan sendiri serta adanya sikap
kecenderungan Buwaihi terhadap Syi’ah, menimbulkan permusuhan dan kebencian
yang mendalam kepada penganut Sunni dan keadaan ini ditambah lagi dengan
merosotnya perekonomian dan akhirnya dinasti-dinasti kecil pun memisahkan diri
dari Dinasti Buwaihi sehingga dinasti Buwaihi berada di ambang kehancuran.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Thugrul Bek, seorang jenderal dari Bani Saljuk
menyerang Baghdad dan merebut kekuasaan dari Dinasti Buwaihi.19

C. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dinasti Buwaihi


Pada saat kekuasaan di tangan amir al-umara Adhud Al-Dhaulah, terjadi
perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan sastra. Hal ini terjadi karena Adhud Al-
Daulah beserta putranya Shiraf Al-Daulah mendukung perkembangan di bidang ini.
Ilmuwan yang muncul antara lain Ibnu Maskawaih, Abu Al-A’la Al-Ma’ari, Abd Al-
Rahman Al-Shufi, dan kelompok Ikhwan Al-Shafa. 20

17
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam.
18
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 71.
19
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam, 183.
20
Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam,(Yogyakarta : Teras, 2012), 147-148.

9
Pada Kekuasaan Adhud Al-Daulah juga, di tahun 367 H/ 978 M, dibangun
Rumah Sakit Bimaristan Al-‘adhudi (Academic of Learning) yang memiliki 24 tenaga
medis dan dijadikan sebagai pusat studi kedokteran 21
Pada saat kekuasaan Baha’ Al-Daulah bersama wazirnya, Sabur Ibn Ardasyir
membangun di Baghdad sebuah akademi lengkap dengan perpustakaannya yang
menyimpan 10.000 buku yang berada di Bain Al-Surain, yang bernama Dar Al-‘Ilm.
Banyaknya diskusi ilmiah yang dilakukan tidak hanya di masjid-masjid atau
rumah-rumah pribadi, tetapi di kedai-kedai, alun-alun, dan taman-taman kota, serta
banyaknya toko buku yang menjamur di Baghdad selama itu. 22
Jasa Bani Buwaih juga terlihat dalam pembangunan kanal-kanal, masjid-
masjid, dan sejumlah bangunan umum lainnya. Kemajuan tersebut diimbangi dengan
laju perkembangan ekonomi, pertaian, perdagangan, dan industri, terutama
permadani. 23
Sebagaimana para khalifah Abbasiyah periode pertama, para penguasa Bani
Buwaih mencurahkan perhatian secara langsung dan sungguh-sungguh terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dan kesustraan. Pada masa Bani Buwaih ini banyak
bermunculan ilmuwan-ilmuwan besar, di antaranya Al-Farabi (w. 950M), Ibn Sina
(980-1037M), Al-Farghani, Abd Al-Rahman Al-Shufi (w. 986M), Ibn Maskawaih (w.
1030M) Abu Al-‘Ala Al-Ma’arri (973-1057M), dan kelompok Ikhwan Al-Shafa. 24

D. Kemunduran Kekuasaan Dinasti Buwaihi


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor-faktor yang menyebabkan
kemunduran Dinasti Buwaihi dalam pemerintahan di periode ketiga khalifah
Abbasiyah disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal, di antaranya sebagai
berikut :

1. Faktor Internal

21
Khoiriyah, 147-148.
22
Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, (Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, 2012), 228-229.
23
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 71.
24
Badri Yatim, 71.

10
a. Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan Bani Buwaih, yakni antara ‘Izz
Al-Daulah Bakhtiar, putera Mu’izz Al-Daulah dan ‘Adhad Al-Daulah, putera
Imad Al-Daulah dalam memperebutkan posisi amir al-umara.25
b. Pertentangan dalam tubuh militer, antara golongan yang berasal dari Dailam
dengan keturunan Turki. Hal ini sebenarnya masih dapat di atasi saat jabatan
amir al-umara dipegang oleh Mu’izz Al-Dulah. Namun pada saat jabatan
dipegang oleh orang yang lemah, masalahnya muncul ke permukaan
menyebabkan stabilitas pemerintahan terganggu dan menjatuhkan wibawa
pemerintahan26.
c. Timbulnya perpecahan dari dalam dan pertentangan sendiri serta adanya sikap
kecenderungan Buwaihi terhadap Syi’ah, menimbulkan permusuhan dan
kebencian yang mendalam kepada penganut Sunni.27
d. Merosotnya perekonomian dan akhirnya dinasti-dinasti kecil pun memisahkan
diri dari Dinasti Buwaihi sehingga dinasti Buwaihi berada di ambang
kehancuran28
2. Faktor Eksternal
a. Makin banyaknya gangguan dari luar, di antaranya semakin gencarnya
serangan-serangan Bizantium ke dunia Islam29.
b. Semakin banyaknya dinasti-dinasti kecil yang membebaskan diri dari
kekuasaan pusat di Baghdad. Dinasti-dinasti itu antara lain, dinasti Fathimiyah
yang memproklamasikan dirinya sebagai pemegang jabatan khalifah di Mesir,
Ikhsyidiyah di Mesir dan Syria, Hamdan di Aleppo dan lembah Furrat,
Ghzanawi di Ghzana dekat Kabul. 30
c. Dinasti Saljuk yang dipimpin oleh Thugrul Bek berhasil merebut kekuasaan
Bani Buwaih.31

E. Berdirinya Dinasti Saljuk Pada Khilafah Abbasiyah

25
Badri Yatim, 71.
26
Badri Yatim, 71.
27
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam, 183.
28
Rianawati, 183.
29
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 72.
30
Badri Yatim, 72.
31
Badri Yatim, 72.

11
Salajikah adalah sekelompok suku yang berasal dari Oghus (Ghuzz atau Okus)
yang menguasai seluruh Asia Barat dan kekhalifahan Bani Abbas abad 11 M.
Kemudian mereka terpecah menjadi beberaapa keturunan sesuai dengan tempat
dimana mereka berkembang, yaitu Kirman, Iran, Suria dan Rum (Asia Kecil).32
Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di
wilayah Turkistan. Pada abad ke dua, ketiga, dan keempah Hijriyah, mereka pergi ke
arah barat menuju Transoxiana dan Khurasan. Ketika itu, mereka belum bersatu.
Mereka dipersatukan oleh Saljuk ibn Tuqaq. Dari situlah, mereka dikenal sebagai
orang Saljuk.33
Pada mulanya Saljuk ibn Tuqaq mengabdi kepada Bequ, raja daerah
Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab dan laut Kaspia. Saljuk diangkat
menjadi pemimpin tentara. Pengaruh Saljuk sangat besar sehingga Raja Bequ
khawatir kedudukannya akan terancam. Raja bermaksud memyingkirkan Saljuk.
Namun sebelum rencana itu terlaksana, Saljuk mengetahuinya tapi Saljuk tidak
mengambil sikap untuk melawan atau memberontak.34
Sikap yang diambil Saljuk setelah mengetahui rencana Raja Bequ yakni
menyeru pengikutnya untuk bermigrasi ke daerah Jand atau disebut juga wama
wara’a Al-nahar, sebuah daerah muslim di wilayah Transoxiana yang terletak antara
sungai Ummu Driya dan Syrdarya atau Sihun. Mereka mendiami daerah ini atas izin
penguasa dinasti Samaniyah yang menguasai daerah tersebut. Mereka masuk Islam
dengan mazhab Sunni. Ketika dinasti Samaniyah dikalahkan oleh dinasti
Ghaznawiyah, Saljuk menyatakan memerdekakan diri. Ia berhasil menguasai wilayah
yang sebelumnya dikuasai oleh dinasti Samaniyah. Saljuk meninggal dunia, lalu
kekuasaan dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Israil. Namun Israil dan
penggantinya, Mikail, ditangkap oleh tentara Ghaznawiyah. Kepemimpinan
selanjutnya dilanjutkan oleh Thugrul Bek.35
Pada tahun 429H/1036M, Tughrul Bek sebagai pemimpin Saljuk terakhir,
berhasil mengalahkan Mas’ud Al-Ghaznawi, penguasa dinasti Ghaznawiyah dan
memaksanya untuk meninggalkan daerah Khurasan. Setelah keberhasilan tersebut,
Thugrul memproklamasikan berdirinya dinasti Saljuk. Pada tahun 432H/1040M,
dinasti Saljuk di bawah kepemimpinan Thugrul mendapat pengakuan dari khalifah
32
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam, 184.
33
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II.
34
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 73.
35
Badri Yatim, 73.

12
Abbasiyah di Baghdad, dan memasuki Baghdad untuk merebut kekuasaan Bani
Buwaihi. Dissamping itu, Thugrul berhasil merebut daerah-daerah Marwa dan
Naisabur dari kekuasaan Ghaznawiyah, Balkh, Jurjan, Tabaristan, Khawazim, Ray,
dan Isfahan.36
Dinasti Saljuk berhasil merebut kekuasaan Bani Buwaihi yang bermula dari
perebutan kekuasaan dalam negeri. Ketika Al-Malik Al-Rahim memegang jabatan
amir al-umara, kekuasaan itu dirampas oleh panglimanya sendiri, Arselan Al-
Basasiri. Dengan kekuasaan yang ada ditangannya, Al-Basasairi berbuat sewenang-
wenang terhadap Al-Malik Al-Rahim dan Khalifah Al-Qaim dari Bani Abbas. Bahkan
Al-Basasiri mengundang khalifah Al-Fathimiyah yakni Al-Mustanshir untuk
menguasai Baghdad. Perbuatan Al-Basasiri membuat khalifah mengambil tindakan
dengan meminta bantuan kepada Tughrul Bek dari dinasti Saljuk yang berpangkalan
di negeri Jabal. 37
Dengan demikian, latar belakang masuknya Turki Saljuk dalam pemerintahan
Daulah Abbasiyah adalah untuk membantu Daulah tersebut mengatasi persoalan yang
dihadapinya dengan Bani Buwaihi. Kesempatan berkuasa bagi Thugrul Bek yang
berbangsa Turki itu terbuka dan oleh khalifah Al-Qaim dia diberikan jabatan amir al-
umara dan memberi nama penghormatan kepadanya dengan gelar “Sultan wa al-
Malik al-Syarqi wa al-Garbi” atau dapat diartikan penguasa timur dan barat.38

F. Kondisi Politik dan Pemerintahan Dinasti Saljuk


Saat dinasti Saljuk berkuasa, posisi dan kedudukan khalifah yang mulanya
tergoncang saat Bani Buwaih berkuasa kini menjadi lebih baik dan stabil. Paling tidak
kewibawaan khalifah dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama
dirampas orang-orang Syi’ah. 39
Daulah Bani Abbas banyak mengalami perubahan dan kemajuan setelah
berada di tangan Bani Saljuk. Baghdad dijadikan sebagai kota spiritual (sebagai
tempat kediaman khalifah dan para cendekia atau ulama). Thugrul Bek memutuskan
untuk menjadikan Naisabur dan Ray sebagai pusat pemerintahan walaupun saat itu
Baghdad telah dikuasai. Ibu kota negara dipilih mula-mula Naisaburi kemudian
dipindahkan ke Ray dengan maksud menjaga wibawa khalifah sendiri sebagai
36
Badri Yatim, 73.
37
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 72.
38
Asmal May, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, 355
39
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 73-74.

13
penguasa tertinggi yang tetap diakui dan ditaati. Sedangkan jabatan wazir untuk
pembantu khalifah diadakan, yang pada Dinasti Buwaihi jabatan ini ditiadakan.40
Selain itu, dinasti-dinasti kecil yang pada saat di bawah kekuasaan Bani
Buwaihi memisahkan diri, pada pemerintahan dinasti Saljuk dinasti-dinasti ini
ditaklukan kembali dan mengakui kedudukan Baghdad sebagai sebagian wilayah
kekuasaannya. Bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan Abbasiyah
untuk membendung paham Syi’ah dan mengembangkan mazhab Sunni yang dianut
mereka.41
Sultan-sultan yang memerintah pada masa dinasti Saljuk ini di antaranya
sebagai berikut :42
1. Thugrul Bek (455H /1063 M)
2. Alp Arselan (455-465H/1063-1072M)
3. Maliksyah (465-485H/1072-1092M)
4. Mahmud Al-Ghazi (485-487H/1092-1094M)
5. Barkiyaruq (487-498H/1094-1103M)
6. Maliksyah II (498H/1103M)
7. Abu Syu’ja Muhammad (498-511H/1103-1117M)
8. Abu Haris Sanjar (511-522H/1117-1128M)
Pada masa pemerintahan Alp Arselan, perluasan daerah yang dimulai oleh
Thugrul Bek dilanjutkan ke arah Barat sampai pusat kebudayaan Romawi di Asia
Kecil, yaitu Bizantium. Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi ini adalah apa yang
dikenal dengan pertistiwa Manzikart. Alp Arselan banyak memadamkan
pemberontakan di daerah taklukan dan mengadakan ekspansi ke Barat.
Pemberontakkan di Hirrah dan Kirman dapat dipadamkan. Kemudian ekspansi ke
Barat dapat merebut kota pesisir laut tengah (Aleppo, Hints dan Yerussalem). Juga
dapat merebut Mekkah dan Madinah dari tangan Daulah Fathimiyah. Alp Arselan
juga dapat merebut Antioch di Asia Kecil dari tangan Bizantium. Dia dapat
mengalahkan 200.000 tentara musuh, yang terdiri dari tentari Romawi Ghuz, Al-
Akraj, Al-Hajr, Prancis, dan Armenia dengan hanya 15.000 tentaranya 43.Peristiwa

40
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam, 186.
41
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 74.
42
Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam, 160-161.
43
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam, 187.

14
besar ini menanamkan benih-benih permusuhan dan kebencian orang Kristen terhadap
umat Islam, yang kemudian mencetuskan perang Salib.44
Dengan berhasilnya Alp Arselan pada peristiwa Manzikart, pada tahun 1071
M, terbukalah peluang bagi Alp Arselan untuk melakukan gerakan penturkian
(tufkification) di Asia kecil. Gerakan ini dimulai dengan mengangkat Sulaiman ibn
Qutlumish, keponakan Alp Arselan, sebagai gubernur daerah ini. Pada tahun 1077 M,
didirikanlah kesultanan Saljuk Rum dengan ibu kotanya Iconim. Sementara itu, putera
Alp Arselan, Tutush, berhasil mendirikan dinasti Saljuk di Syria pada tahun 1094 M.
45

Sejak saat itulah orang-orang Turki membanjiri Asia Kecil. Kelompok inilah
yang menjadi Saljuk Rum dan merupakan cikal bakal kerajaan Turki Usmani yang
pada abad ke-15 dapat merebut Konstantinopel, ibu kota Bizantium di Asia Kecil. Alp
Arselan wafat tahun 1072 M dalam usia 40 tahun dan digantikan oleh putranya Malik
Syah (1072-1092 M)46.
Di tangan Malik Syah aliran Sunni berkembang pesat. Keberhasilan yang
dicapai tidak terlepas dari kecerdikan Nizam Al-Mulk yang menjadi wazir. Dimasa
tiga Sultan inilah Daulah Bani Abbasyiah mendapat kemajuan dan Dinasti Saljuk
mengalami masa keemasan. Mereka adalah Thugrul, Alp Arselan dan Malik Syah.
Fase kedua adalah zaman Abu Harits Sanjar dan saudaranya. 47
Fase yang terakhir ini dimulai dengan wafatnya Malik Syah (1092-1157M).
Malik Syah memiliki empat orang putra, Muhammad, Sanjay, Mahmud dan
Barkiyaruq. Adanya perselisihan antara anak Malik Syah yang memperebutkan
kekuasaan inilah akhirnya pemerintahan Bani Saljuk terbagi menjadi lima daerah,
masing-masing daerah dipimpin oleh penguasa yang bergelar “Malik” dan para Malik
ini harus tunduk pada Sultan walaupun setiap Malik memiliki hak otonomi dalam
mengatur urusan daerah masing-masing48. Pada masa pemerintahan Maliksyah,
wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk sangat luas, membentang dari Kashgor, sebuah
daerah di ujung daerah Turki sampai ke Yerussalem. Wilayah yang luas itu dibagi
menjadi lima bagian :49

44
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 76.
45
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 74.
46
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam, 188.
47
Rianawati,188.
48
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam, 189.
49
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 75.

15
1. Saljuk Besar, didirikan oleh Thugrul Bek wilayah ini menguasai Khurasan, Ray,
Jabal, Irak, Persia, dan Ahwaz selama 93 tahun (1093-1127 M)50. Wilayah ini
merupakan induk dari yang lain dan jumlah Syaikh yang memerintah seluruhnya
ada delapan orang.
2. Saljuk Kirman, wilayah ini berada di bawah kekuasaan keluarga Qawut Bek ibn
Dawud ibn Mikail ibn Saljuk menguasai daerah Kimura sampai batas India
selama 150 tahun (1041-1188 M)51 dan jumlah Syaikh yang memerintah
seluruhnya ada sembilan orang.
3. Saljuk Irak dan Kurdistan, wilayah ini dipimpin pertama kali oleh Mughirs Al-
Dhin Mahmud dan diperintah oleh sembilan orang Syaikh menguasai
Mesopotamia Utara sampai ke Kurdistan selama 79 tahun (1117-1194 M)52.
4. Saljuk Syria, wilayah ini berada di bawah kekuasaan keluarga Tutush ibn Alp
Arselan ibn Daud ibn Mikail ibn Saljuk, dan diperintah oleh lima orang Syaikh
menguasai Haab, Damsyik, Hams dan Yerussalem sampai ke perbatasan Mesir
selama 39 tahun (1078-1117 M). 53
5. Saljuk Rum, wilayah ini berada di bawah kekuasaan keluarga Qutlumish ibn Israil
ibn Saljuk dengan jumlah Syaikh yang memerintah seluruhnya 17 orang yang
menguasai wilayah ini selama 230 tahun dan berakhir di tahun 1300 M.54
Keberhasilan Saljuk dalam membangun militer yang kuat terbukti dengan
banyaknya daerah yang ditaklukkan disebabkan oleh keberhasilan mereka dalam
menggabungkan antara administrasi militer dengan sifat suka tempur yang dimiliki
oleh suku-suku yang bergabung dengannya. Adminstrasi negara juga diperbaharui
dengan dibentukknya berbagai badan pengurus, yakni Dewan Menteri (al-Wuzara’)
dipimpin oleh al-Sayyid al-Akbar sebagai penesehat seluruh aparat pemerintahan.55
Kantor bendahara dipimpin oleh Mustaufi yang mengurusi keuangan negara.
Kantor Sekretariat (Dewan al-Tagra) mengurusi administrasi negara secara umum.
Kantor penasehat dipimpin al-Musyrif dan kantor militer dipimpin oleh seorang
Jenderal yang mengurusi administrasi militer, mengadakan latihan dan mengatur
pengkat dan gaji.56
50
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam.
51
Rianawati, 189
52
Rianawati, 189.
53
Rianawati, 189.
54
Rianawati, 189.
55
Rianawati, 189.
56
Rianawati, 189.

16
Kekuasaan Bani Saljuk atas Daulah Bani Abbas berlangsung sekitar seratus tahun
lebih. Berawal dari khalifah ke-26, al-Qaim sampai khalifah ke-34, Ahmad al-Nasr Ibn al-
Mustadli.57

G. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dinasti Saljuk


Pada masa pemerintahan Alp Arselan, ilmu pengetahuan dan agama mulai
berkembang dan mengalami kemajuan pada zaman Sultan Maliksyah yang dibantu
oleh perdana menterinya, Nizham Al-Mulk. Pada tahun 1065 M, Nizham Al-Mulk
memprakarsai berdirinya Universitas Nizhamiyah dan Madrasah Hanafiyah di
Baghdad. 58
Didirikannya Universitas Nazhimiyah menjadi pelopor peningkatan ilmu
pengetahuan, dengan didirikannya cabang Universitas Nizhamiyah di setiap kota di
Irak dan Khurasan. Menurut Philip K. Hitti, Universitas Nizhamiyah inilah yang
menjadi model bagi segala perguruan tinggi di kemudian hari. 59
Perhatian pemerintah pada perkembangan ilmu pengetahuan, melahirkan
banyak ilmuwan Muslim muncul. Di antara mereka adalah Al-Zamakhsyari, ilmuwan
dalam bidang tafsir, bahasa dan teologi. Al-Qusyairy, ilmuwan dalam bidang tafsir.
Abu Hamid Al-Ghazali ilmuwan dalam bidang teologi, Farid Al-Din Al-‘Aththar dan
Umar Khayam dalam bidang sastra. 60
Selain pembangungan mental spiritual, dalam pembangunan fisik pun dinasti
Saljuk banyak menginggalkan jasa. Maliksyah terkenal dengan usaha pembangunan
seperti masjid, jembatan, irigasi, dan jalan raya. 61
Demikian juga dalam bidang ilmu eksak, muncul pula sejumlah ulama
(ilmuan), diantaranya Umar Bin Khayyam (ahli astronomi dan ilmu pasti), Ahli
Yahya Al-Haslah (kedokteran), Abu Hasan Al-Mukhtar (kedokteran), dan
Muhammad Ali al-Samarghandi (kedokteran).
Dinasti Saljuk merupakan salah satu dinasti yang sukses dalam membangun
masyarakat ketika itu. Diantara kegiatan yang dilakukan adalah memperluas Masjidil
Haram, dan Masjid Nabawi, pembangunan rumah sakit di Naisabur, pembangunan
gedung peneropong bintang dan pembangunan sarana pendidikan. 62
57
Rianawati, 189.
58
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 75.
59
Badri Yatim,75.
60
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 76.
61
Badri Yatim, 76.
62
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, 222.

17
H. Kemunduran Kekuasaan Dinasti Saljuk
Kemunduran kekuasaan atas dinasti Saljuk bisa dikategorikan dalam dua faktor
penyebab, yakni faktor internal dan faktor eksternal :
1. Faktor Internal :
a. Sepeninggal Sultan Maliksyah dan perdana menteri Nizham Al-Mulk, Saljuk
Besar mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan
kekuasaan di antara anggota keluarga timbul yang merusak citra mereka
terhadap daerah-daerah sehingga masing-masing daerah pun berusaha
melepaskan diri dari pemerintahan pusat. 63
b. Tidak adanya tokoh yang kuat seperti Alp Arselan, Malik Syah dan Nizam al-
Mulk. Sultan dan penguasa yang lemah untuk mempersatukan kelompok yang
bertikai. Saljuk terdiri dari suku-suku yang liar dan sulit takluk pada penguasa.
Hanya pemimpin yang ulung dan kuat dapat mengendalikan mereka.
Barkiyaruq dan Sanjay belum cukup menangani mereka. 64
c. Dinasti ini dilanda konflik internal dan akhirnya wilayah kekuasaan dibagi-
bagi menjadi kesultanan yang dikendalikan oleh para Atabeg (para budak yang
menjadi pembesar Negara, sebutan gelar gubernur suatu provinsi di Turki). 65
2. Faktor Eksternal :
a. Setiap provinsi berusaha melepaskan diri dari pusat. Konflik-konflik dan
peperangan antar anggota keluarga melemahkan mereka sendiri. Sementara
itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan diri seperti, Syahat Khawarizm,
Ghuz, dan Al-Ghuriyah. Di sisi lain, sedikit demi sedikit kekuasaan politik
khalifah Abbasiyah kembali, terutama untuk negeri Irak. Sehingga kekuasaan
dinasti Saljuk di Irak berakhir di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/
1199 M.66
b. Eropa yang merasa ditindas oleh Saljuk melakukan perlawanan, karena
serangan-serangan dari Bizantium dan Saljuk menjadi melemah. Kelemahan
Saljuk diperparah lagi dengan adanya gerakan dinasti Khawarizm yang

63
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II.
64
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam, 190-191.
65
Rianawati, 190-191.
66
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 76.

18
berusaha merebut daulat Abbasiyah dari tangan Saljuk. Dinasti Saljuk di
Baghdad berakhir dan dilanjutkan oleh Atabeg.67
c. Timbulnya gerakan teroris yang ditunggangi oleh orang-orang Syiah
Bathiniyah. Gerakan ini bernama Assasin yang diketuai oleh Hasan al-Shabah.
Gerakan inilah yang membunuh Nizam al-Mulk. 68
Keruntuhan pemerintahan dinasti Saljuk atas khilafah Abbasiyah inilah yang
menyebabkan khilafah Abbasiyah sendiri menjadi lemah. Walaupun para khalifah
sudah merdeka dan memerintah sendiri tanpa dikendalikan oleh dinasti tertentu,
kekhalifahan Abbasiyah yang hanya berkuasa di daerah baghdad dan sekitarnya
menunjukkan kelemahan politiknya. Kelemahan inilah yang menjadi keuntungan
besar bagi tentara Mongol dan Tatar untuk menghancurkan Baghdad 69. Sehingga
dapat dikatakan bahwa, dengan berakhirnya pemerintahan dinasti Saljuk ini
mengawali runtuhnya khilafah Abbasiyah dan mengawali sejarah Islam di masa
pertengahan. Hal ini juga dilatar belakangi oleh kebencian umat Kristen terhadap
umat Islam yang pada saat pemerintahan Saljuk, umat Islam menguasai Bait Al-
Maqdis dan Yerussalem, sehingga orang kristen tidak leluasa untuk berziarah dan
akhirnya mengobarkan Perang Salib. 70

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
67
Asmal May, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, 359.
68
Rianawati, Sejarah & Peradaban Islam.
69
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 79-80.
70
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 76-77.

19
Dinasti Buwaihi dan Dinasti Saljuk merupakan dinasti yang memegang
kekuasaan secara politik dan pemerintahan pada periode pemerintahan ketiga dan
keempat dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Dalam hal ini, khalifah tidak
memegang kekuasaan apapun melainkan hanyalah sebagai simbol pemimpin
keagamaan sementara yang menjalankan pemerintahan disebut dengan amir al-
umara pada dinasti Buwaihi,dan pada dinasti Saljuk disebut dengan Sultan.
Dalam menjalankan pemerintahan, kedua dinasti ini mengalami pasang
surut baik itu dalam bidang politik, kegaamaan atau aqidah, sampai bidang
ekonomi. Pergantian kekuasaan dua dinasti ini pada umumnya dilatar belakangi
oleh perebutan kekuasaan secara internal dalam pihak keluarga dalam kedua
dinasti ini. Selain itu, upaya pemisahan diri dinasti-dinasti kecil, serta serangan-
serangan dari pihak luar menyebabkan lemahnya pertahanan pemerintahan
sehingga kekuasaan kedua dinasti ini runtuh di Khilafah Abbasiyah.
Pada periode keempat, yakni saat Dinasti Saljuk mengalami keruntuhan.
Kekhalifahan Abbasiyah kembali dikuasai oleh Bani Abbas, namun karena daerah
yang dikuasai hanya sedikit yakni di sekitar kota Baghdad saja membuat
pemerintahan pada periode kelima menjadi lemah. Sehingga tidak lama kemudian
tentara Mongol dan Tatar melakukan serangan ke Abbasiyah yang dengan cepat
menyebabkan keruntuhan masa pemerintahan dinasti Abbasiyah. Sehingga
memulai babak baru sejarah Islam yang disebut masa Pertengahan71.

B. Saran
Informasi yang didapatkan dari berbagai buku tentunya berbeda. Mulai
dari kronologi peristiwa hingga gelar dan tahun yang disebutkan. Kendati
demikian mencari titik hubung dari berbagai sumber buku akan membantu
memahami alur sejarah yang sedang dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah.

Fu’adi, Imam. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : Teras.

71
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, 80.

20
Khoiriyah. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam. Yogyakarta : Teras.

May, Asmal. 2016. Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Jakarta : Citra Harta Prima.

Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Riau: Yayasan Pusaka Riau.

Nata, Abuddin. 2012. Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya. Jakarta :

PT. RajaGrafindo Persada.

Rianawati. 2010. Sejarah & Peradaban Islam. Pontianak : STAIN Pontianak Press.

Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II. Jakarta : PT.

RajaGrafindo Persada.

21

Anda mungkin juga menyukai