Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH ILMU KALAM PADA MASA NABI MUHAMMAD

SAW
Di Susun Oleh :

KELOMPOK 2

Ayu Wulandari (201926006)

Cut Ayu Lita Azmi (201926007)

Dara Arisni (201926008)

Dhea Salsabila (201926010)

Halimatussaddiyah (201926011)

Hasma Novi (201926012)

Nurfitri Akhira (201926023)

Parida Hanum Siregar (201926025)

Rosiyana Nadia (201926031)

Dosen Pengampu :

Suriyana, S.Pd.i, M.A.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE

SEMESTER 2

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


TAHUN 2019 / 2020

Sejarah Ilmu Kalam Pada Masa Nabi

Ilmu Kalam atau Teologi Islam, seperti halnya ilmu-ilmu keislaman lain pada
umumnya, dapat dipastikan secara historis baru muncul pada beberapa dekade sepeninggal
Rasulullah saw. Akan tetapi berlainan dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya, Ilmu Kalam atau
Teologi Islam sangat erat dan kental kaitannya dengan fenomena “skisme” (perpecahan
sosial-keagamaan) dalam tubuh umat Islam. Skisme yang dimaksud, adalah diawali dengan
peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan, Khalifah ketiga dari Khulafa’ur Rasyidin, yang
dalam sejarah umat Islam populer dengan istilah al-fitnah al-kubra (fitnah besar).

Menurut pandangan Nurcholish Madjid, fitnah besar itu adalah benar-benar


merupakan pangkal pertumbuhan dan polariasai masyarakat (dan agama) Islam ke dalam
berbagai bidang, terutama bidang-bidang politik, sosial dan paham keagamaan. Dan bahkan
lebih jauh lagi ditegaskan oleh Nurcholish Madjid bahwa Ilmu Kalam atau Teologi Islam,
sebagai suatu bentuk pengungkapan dan penalaran keagamaan, juga hampir dipastikan secara
langsung tumbuh dengan bertitik tolak dari peristiwa fitnah besar (al-fitnah al-kubra)
tersebut. Dan oleh karena demikian itu maka sungguh sangat relevan kalau kemudian
peristiwa al-fitnah al-kubra (fitnah besar) umat Islam pada masa Khalifah Utsman bin Affan
tersebut dijadikan sebagai sebuah acuan atau pijakan dasar dalam upaya melakukan
pelacakan akar-akar historis pembentukan sekaligus perkembangan lebih lanjut keberadaan
Ilmu Kalam atau Teologi Islam. (Madjid Nurcholis,1992: 203)

Pada awal-awal sejarah pemikiran dalam islam, ilmu kalam tidak seperti ilmu fiqih,
kurang mendapat perhatian bahkan tidak disetujui di kalangan umat muslimin. Sikap umat
tersebut tidak lepas dari pengaruh pola pembinaan keimanan di masa-masa awal islam itu
sendiri, yaitu pada masa Rasulullah dan para sahabat. Pada masa Rasulullah SAW.
penamaan, pembinaan, dan cara penerimaan keimanan cukup melalui hati, al-tashdiq bi al-
qalb. Sementara itu, suatu keimanan sudah dipandang cukup dengan mengimani apa yang
harus diimani secara global, tanpa membicarakannya lebih jauh dan mempertanyakannya
secara detail dan mendalam. (Jamrah Suryan, 199: 14)

Karena Rasulullah tidak pernah membicarakan masalah keimanan secara perinci,


melainkan menganjurkan umat cukup mengimaninya tanpa banyak bertanya, menyebabkan
para sahabat dan tabi’in tidak berkenan bahkan melarang membicarakan masalah-masalah
keimanan secara kalami, dalam arti memperbincangkannya secara detail berdasarkan
argument dan analisis rasional. Dengan demikian, kalam sama sekali tidak mendapat tempat
di masa-masa awal islam. (Jamrah Suryan,2015: 15)

Umat pada masa awal-awal Islam belum merasakan arti penting dan perlunya
mengetahui lebih jauh dan memperbincangkan masalah-masalah yang bersifat teoritis, seperti
yang dibicarakan di dalam ilmu kalam, karena dianggap tidak ada manfaatnya bagi umat.
Dan masalah-masalah yang dirasa sangat perlu untuk diketahui adalah hal-hal yang
dibicarakan dalam ilmu fiqih, karena yang diperlukan di dalam keberagamaan sehari-hari
mereka adalah masalah yang bersifat amaliyah. (Jamran Suryan,2015: 16)

Dan dalam perkembangannya, ilmu kalam merupakan respons terhadap diaspora


Filsafat Yunani dan ajaran-ajaran diluar islam. Dengan kata lain, Ilmu Kalam menjadi fakta
yang menunjukkan adanya sense of social dari pemikir Islam. ( Rethinking Kalam : Sejarah
sosial pengetahuan islam, mencermati dinamika dan arah perkembangan kalam islam
kontemporer. Esha Muhammad In’am,2006, hal.15.)

Pertanyaan :

1. Kenapa pemikiran dalam islam, ilmu kalam tidak seperti ilmu fiqih, kurang mendapat
perhatian bahkan tidak disetujui di kalangan umat muslimin. Sikap umat tersebut tidak lepas
dari pengaruh pola pembinaan keimanan di masa-masa awal islam itu sendiri, yaitu pada
masa Rasulullah dan para sahabat. Tolong jelaskan kenapa? (Irma Suryani, kelompok 3)

Jawab :

Waktu itu orang islam masih terdiri dari orang-orang Arab Jahili yg baru masuk islam, yang
tidak mengenal pengajaran, karang-mengarang dan ilmu. Mereka masih awam dan asing
akan adanya ilmu kalam. Ditambah lagi dengan ilmu kalam yang bersifat abstrak yang sulit
dicerna oleh akal pikiran kaum muslimin pada masa itu. Jadi nabi mengimani mereka cukup
dengn hati saja. mereka cuma difokuskan sama fiqih, karena dalam beragama dan di
kehidupan sehari harinya, mereka membutuhkan kan gimana cara melakukan ibadah atau
perbuatan semacam nya.

Juga pernah imam malik, salah satu tokoh tabi'in memberi kan fatwa kepada murid nya "
hati hati lah kalian thd para pelaku bid'ah." murid nya bertanya"siapa kah mereka wahai
syeck?" beliau menjawab "mereka adalah orang2 yg memperbincangkan perihal
nama,sifat,kalam,ilmu, dan kekuasaan Allah. Dan mereka sengaja membicarakan apa yg
sengaja tdk dibicarakan oleh para sahabat dan tabi'in."

2. Apa saja persoalan yang menyebabkan ilmu Kalam ada pada masa nabi dan mengapa kita
harusmempelajari sejarah ilmu kalam pada masa nabi muhammad? (Nulqia Salsabila,
kelompok 1)

Jawab :

Pada masa Rasulullah ilmu kalam masih belum di anjurkan karena mengingat kondisi umat
muslim pada masa itu yang baru memeluk islam yang dimana pengetahuan nya yang sangat
minim. Dan mereka hanya difokuskan dengan fiqih, karena dalam beragama dan di
kehidupan sehari hari, mereka membutuhkan kan bagaimana cara melakukan ibadah atau
perbuatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai