“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu :
Dr. Andewi Suhartini, M.Ag
Kelompok 9 :
Puji Syukur senantiasa kami lantunkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya. Akhirnya kepada Allah SWT. juga semuanya kita
kembalikan.
Penulis
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Pengertian Kurikulum............................................................................................2
B. Prinsip-Prinsip Kurikulum......................................................................................3
BAB III...........................................................................................................................13
PENUTUP......................................................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana dalam Islam kita diajarkan bahwa iman merupakan dasar. Begitupun
dalam kurikulum dimana ada beberapa hal yang cukup mendasar, dan beberapa hal
tersebut akan kami bahas beserta kurikulum pendidikan Islam, khususnya di Indonesia
pada makalah kami kali ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kurikulum?
2. Bagaimana Prinsip-Prinsip Kurikulum?
3. Apa Saja Ciri-Ciri Khusus Kurikulum Pendidikan Islam?
4. Seperti Apakah Kurikulum Pendidikan Islam di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Supaya Mengetahui Pengertian Kurikulum
2. Supaya Mengetahui Prinsip-Prinsip Kurikulum
1
3. Supaya Mengetahui Ciri-Ciri Khusus Kurikulum Pendidikan Islam
4. Supaya Mengetahui Kurikulum Pendidikan Islam di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang berarti
pelari, atau curere yang berarti tempat berpacu atau jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga yang disebut juga “a
little race course” (suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olahraga,
biasanya berbentuk melingkar). jika pengertian ini kita kaitkan dengan dunia
pendidikan, maka dinamakan “circle of instruction”, yaitu lingkaran pengajaran dimana
guru dan murid terlibat didalamnya.1
Dalam bahasa Arab, kurikulum dikenal dengan kata “manhaj” yang berarti jalan
yang terang, atau jalan terang yang dilalui manusia dalam berbagai bidang
kehidupannya. Sedangkan dalam pendidikan, manhaj atau kurikulum adalah jalan
terang yang dilalui pendidik (guru) dan orang yang di didik (murid), demi
berkembangnya pengetahuan, keterampilan, serta sikap murid tersebut. Jadi, manhaj
dalam pendidikan Islam bisa dikatakan sebagai seperangkat media dan perencanaan
yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan, dalam mewujudkan tujuan-tujuan
pendidikan.
Traditionally, the curriculum has mean the subject taught in school, or the course
of study (kurikulum adalah mata pelajaran yang diajarkan di sekolah atau bidang
studi. Jadi, berdasarkan pada pengertian ini, yang dimaksud dengan kurikulum
adalah semua bidang studi yang diberikan dalam lembaga pendidikan).
1
Arifuddin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kultura, 2008). Hlm.79
2
Novan Ardy Wiyana & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep
Pendidikan Monokomotik-Holistik (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012). Hlm.167-168
3
2. Pengertian Kurikulum Secara Modern
The curriculum is looked as being composed of all the actual experience pupils
have under school direction, writing a course of study become but small part of
curriculum (kurikulum adalah semua pengalaman actual yang dimiliki peserta didik
di bawah pengaruh sekolah, sementara bidang studi adalah bagian kecil dari
program kurikulum secara keseluruhan). Dalam hal ini kurikulum diartikan sebagai
semua pengalaman peserta didik di bawah tanggung jawab sekolah.
1. Saylor dan Alexander merumuskan kurikulum sebagai the total effort of the
school situations, artinya bahwa kurikulum merupakan keseluruhan usaha yang
dilakukan oleh lembaga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2. Smith mengartikan kurikulum sebagai a sequence of potential experiences of
disciplining children and youth in group ways of thinking and acting. Dengan
definisi ini, kurikulum dipakai sebagai seperangkat usaha atau upaya pendidikan
yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan hidup bermasyarakat.
3. Harold Rugg mengartikan kuriklum sebagai the entire program of the shool, it is
the essential means of education. It is everything the students and their teacher
do. Artinya kurikulum adalah program sekolah yang di dalamnya terdapat semua
anak didik dan pekerjaan guru-guru mereka.
B. Prinsip-Prinsip Kurikulum
4
pekan yang lalu. Disebutkan bahwa dalam kurikulum terdapat dua prinsip yakni prinsip
umum dan prinsip khusus. Namun, pada kali ini kami hanya akan memfokuskan pada
prinsip umum kurikulum.
Kurikulum harus relevan, dalam hal ini terdapat dua relevansi. Relevansi
keluar (eksternal) dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri (internal).
Relevansi keluar artinya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam
kurikulum hendaknya relevan atau sesuai dengan tuntutan, kebutuhan, dan
perkembangan masyarakat. Relevansi ke dalam artinya ada kesesuaian atau
konsistensi antara komponen-komponen kurikulum (yakni antara tujuan, isi,
proses dan evaluasi). Relevansi ke dalam ini menunjukkan suatu keterpaduan
kurikulum.
Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Artinya dalam hal
ini kurikulum hendaknya berisi hal-hal yang solid, tapi dalam pelaksanaanya
memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah,
waktu maupun kemampuan dan latar belakang anak.
5
kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat khusus
dan mahal harganya, kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan.
Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan,
baik keterbatasan waktu, biaya, alat maupun personalia. Kurikulum bukan hanya
harus ideal, tetapi juga praktis.
Jika pada penjelasan di atas merupakan prinsip kurikulum secara umum, maka
dalam kurikulum pendidikan Islam setidaknya ada tujuh prinsip yang harus dianut :
4
Ibid,Hlm. 178-179
6
berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan, kemahiran, pengalaman yang
merubah sikapnya. Mengingat, dengan memelihara prinsip ini, kurikulum
akan lebih sesuai dengan semua anak didik. Juga lebih memenuhi
kebutuhannya serta lebih sejalan dengan suasana alam sekitar dan kebutuhan
masyarakat.
5. Prinsip perkembangan dan perubahan Islam yang menjadi sumber
pengambilan falsafah, prinsip, dan dasar kurikulum. Dimana metode
mengejar pendidkan islam mencela sifat membeo (taqlid) secara membabi
buta ataupun bertahan serta mengikuti ajaran yang diwariskan tampa
melakukan reserve. Islam mengalahkan perkembangan dan perubahan yang
berlaku dalam kehidupan.
6. Pertautan antara mata pelajaran dan aktiva (pengalaman aktivitas) yang
terkandung dalam kurikulum. Begitu juga dengan pertautan antara
kandungan kurikulum dan kebutuhan murid, kebutuhan masyarakat, tuntutan
zaman tempat pelajar berada, serta perkembangan yang logis yang sesuai
dengan kebutuhan, bakat, dan minat murid.
7. Pada dasarnya prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam diarahkan
sepenuhnya terhadap tujuan ajaran islam. Oleh karena itu, semua komponen
kurikulum harus berbasis kepada sumber ajaran islam, yakni al-Quran dan
as-Sunnah, baik secara lansung maupun tidak langsung.
Dari refrensi yang kami dapat, setidaknya ada enam ciri-ciri khusus dalam
kurikulum pendidikan Islam:
7
4. Mengarahkan minat dan bakat serta meningkatkan kemampuan ‘aqliyah anak
didik serta keterampilan yang akan diterapkan dalam kehidupan konkrit.
5. Pembinaan akhlak anak didik, sehingga pergaulannya tidak keluar dari tuntunan
islam.
6. Tidak ada kedaluarsa dalam kurikulum karena ciri has kurikulum pendidikan
islam senantiasa relevan dengan pengembangan zaman bahkan menjadi filter
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya didalam
kehidupan masyarakat.5
1. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan
kandungan, kaedah, alat dan tekniknya.
2. Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian,
pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek peribadi pelajar dari segi
intelektual, psikologi, social, dan spiritual. Begitu juga cakupan kandungannya
termasuk bidang ilmu, tugas dan kegiatan yang bermacam-macam.
3. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada teoritis, baik yang
bersifat aqli maupun naqli, tetapi juga meliputi seni, aktifitas pendidkan jasmani,
teknik, keterampilan, kemampuan, keperluan dan perbedaan individu antara
siswa. Disamping itu, juga keterkaitannya dengan alam sekitar budaya dan social
dimana kurikulum itu dilaksanakan.
Jika kita membahas tentang kurikulum pendidikan Islam di Indonesia, maka hal
pertama yang harus kita tahu bahwa ada bebarapa macam pendidikan Islam di
Indonesia, salah satunya yang akan kami bahas berikut ini :
1. Pondok Pesantren
5
Ibid,Hlm.182
8
Songo sampai permulaan abad 20. Banyak para wali dan ulama yang menjadi cikal-
bakal munculnya desa baru, termasuk pesantren.6
a. Komponen-Komponen Pesantren
1) Kiai
Adanya kiai dalam pesantren merupakan hal yang mutlak bagi sebuah
pesantren, sebab dia adalah tokoh sentral yang memberikan pengajaran, karena
kiai menjadi salah satu unsur yang paling dominan dalam kehidupan suatu
pesantren. Kemasyhuran, perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu
6
Marwan Saridjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia (Jakarta: Dharma Bhakti,
1982). Hlm.7
7
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan
KIS, 1999). Hlm.138
8
K.H. Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia (Bandung: al-
Ma’arif Bandung, 1979). Hlm.263.
9
Amin Haedari, dkk. Masa Depan Pesantren : Dalam Tantangan Modernitas Dan
Tantangan Kompleksitas Global. (Jakarta: IRD Press, 2004). Hlm.6-7
9
pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, kharismatik,
wibawa dan ketrampilan kiai yang bersangkutan dalam mengelola pesantrennya.
Gelar kiai biasanya diberikan oleh masyarakat kepada orang yang mempunyai
ilmu pengetahuan mendalam tentang agama Islam dan memiliki serta memimpin
pondok pesantren, serta mengajarkan kitab-kitab klasik kepada para santri.
2) Santri
Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren, tentang santri ini
biasanya terdiri dari dua kelompok :
a) Santri mukim; ialah santri yang berasal dari daerah jauh atau daerah
yang dekat dan menetap dalam pondok pesantren.
b) Santri kalong; ialah santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar
pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka
pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran
di pesantren.
3) Masjid atau surau
Dalam konteks ini, masjid atau surau adalah sebagai pusat kegiatan ibadah
dan belajar mengajar. Masjid atau surau yang merupakan unsur pokok kedua
dari pesantren, disamping berfungsi sebagai tempat melakukan shalat berjamaah
setiap waktu shalat, juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Biasanya
waktu belajar mengajar berkaitan dengan waktu shalat berjamaah, baik sebelum
maupun sesudahnya.
10
4) Pondok
11
Hasbullah,Op.Cit, Hlm.142-145
11
Seiring dengan laju perkembangan masyarakat, maka pendidikan pesantren
baik tempat, bentuk hingga substansi telah jauh mengalami perubahan. Pesantren
tidak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang. Akan tetapi
pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan zaman. Menurut Mas’ud dkk,12 ada beberapa tipologi atau model
pondok pesantren yaitu:
12
Rahmat, Pondok Pesantren Sebagai lembaga Pendidikan Islam, (online:
blog.re.or.id).Hlm. 27
12
agama di pesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah, sehingga
bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah
yang terbanyak jumlahnya.13
c. Sistem Pendidikan dan Pengajaran (Kurikulum) Pesantren
1) Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan,
sebab setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan Kiai atau pembantunya
asisten Kiai. Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana
seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling
mengenal di antara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif
sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang
alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan
membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai
bahasa Arab.
2) Weton/bandongan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bhs. Jawa) yang
berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu,
yaitu sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardlu. Metode weton ini
merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan
duduk di sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri
menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya. Istilah weton
ini, di Jawa Barat disebut dengan bandungan, merupakan adalah cara
penyampaian kitab kuning di mana seorang guru, kiai, atau ustadz
membacakan dan menjelaskan isi kitab kuning, sementara santri, murid, atau
siswa mendengarkan, memberi makna, dan menerima. Dalam metode ini, guru
berperan aktif sementara murid bersifat pasif. Metode bandongan atau wetonan
dapat bermanfaat ketika jumlah murid cukup besar dan waktu yang tersedia
relatif sedikit, sementara materi yang harus disampaikan cukup banyak.
13
Ibid,Hlm.28
13
3) Halaqah, sistem ini merupakan kelompok kelas dari sistem bandongan.
Halaqah yang arti bahasanya lingkaran murid, atau sekelompok siswa yang
belajar di bawah bimbingan seorang guru atau belajar bersama dalam satu
tempat. Halaqah ini juga merupakan diskusi untuk memahami isi kitab, bukan
untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa-apa yang diajarkan
oleh kitab, tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan oleh kitab. Bila
dipandang dari sudut pengembangan intelektual, menurut Mahmud Yunus
sistem ini hanya bermanfaat bagi santri yang cerdas, rajin dan mampu serta
bersedia mengorbankan waktu yang besar untuk studi ini, sistem ini juga
hanya dapat menghasilkan 1 persen murid yang pandai dan yang lainnya hanya
sebatas partisipan.
4) Metode Hafalan (Tahfidz). Sebagai sebuah metodologi pengajaran, maka
hafalan pada umumnya diterapkan pada mata pelajaran yang bersifat nadham
(syair), dan itupun pada umumnya terbatas pada ilmu kaidah bahasa arab,
seperti Nadhmal Al-Imrithi, Afiyyah Ibn Malik, Nadhm Al-Maqsud, Nadhm
Jawahir Al-Maknun, dan lain sebagainya. Dalam metodologi ini, biasanya
santri diberi tugas untuk menghafal beberapa bait atau baris kalimat dari
sebuah kitab, untuk kemudian membacakannya di depan sang Kiai/ Ustadz.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Kurikulum secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang berarti pelari, atau curere yang berarti tempat berpacu atau jarak yang
harus ditempuh oleh pelari. Sedangkan dalam bahasa Arab, kurikulum dikenal
dengan kata “manhaj” yang berarti jalan yang terang.
2. Prinsip-prinsip kurikulum. Di dalam kurikulum dikenal yang namanya prinsip
kurikulum secara umum, diantaranya: (1) Prinsip Relevansi atau kesesuaian.
(2) Prinsip Fleksibelitas (lentur). (3) Prinsip Kontinuitas (berkesinambungan).
(4) Prinsip Praktis atau Efisien. (5) Prinsip Efektifitas (pencapaian tujuan).
3. Ciri-ciri khusus kurikulum pendidikan islam kurang lebih ada enam: (1) tujuan
utamanya adalah pembinaan anak didik untuk bertauhid. (2) Kurikulum harus
disesuaikan dengan fitrah manusia, beriman. (3) Kurikulum yang disajikan
merupakan hasil pengujian materi yang berlandaskan kepada al-Quran dan as-
Sunnah. (4) Mengarahkan minat dan bakat peserta didik. (5) Pembinaan akhlak
secara intensif kepada anak didik. (6) Tidak ada kedaluarsa dalam kurikulum
karena ciri has kurikulum pendidikan islam senantiasa relevan
4. System pendidikan (kurikulum) pesantren diantaranya; sorogan, watonan,
halaqah dan metode hafalan.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari
segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila ada
kritik dan saran membangun untuk perbaikan dan kemaslahatan makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Beni.Hasan Basri, Ahmad Saebani, ilmu Pendidikan Islam., (Jilid II), 2010
(Bandung: CV Pustaka Setia)
https://www.binaaku.web.id/2013/12/makalah-hakikat-kurikulum-dalam-
pendidikan-islam.html. Diakses pada tanggal 05 Mei 2021
https://www.academia.edu/search?makalah/Hakikat/kurikulum/pendidikan/Islam
Diakses pada tanggal 05 Mei 2021
16