Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKHLAQ TASAWUF
PEMBAGIAN TASAWUF, ATAS
TASAWUF SUNNI (AMALI) DAN FALSAFI DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MELATAR
BELAKANGINYA
DOSEN PENGAMPU : Ahmad Amrullah Lubis S.Pd.I, M.Pd.I

Kelompok 4 :
Muhammad Haikal Fadhilah Sinaga ( 21.02.0021 )
Fadli Dwi Ananda ( 21.02.0002 )
Filzah Adlina Awanis ( 21.02.0088 )
Dea Puspita ( 21.02.0004 )
Iin Fitriani Sihotang ( 21.02.0005 )

SEMESTER I – 1 PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )


STAI UISU PEMATANG SIANTAR

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh`

Segala Puji bagi Allah ‫ ﷻ‬yang telah memberikan kita kesehatan,


kenikmatan, kesempatan sehingga tugas makalah Kelompok 4 Akhlaq Tasawuf
dengan tema “Pembagian Tasawuf, atas Tasawuf Sunni (Amali) dan Falsafi dan
Faktor-faktor yang Melatar Belakanginya” dapat terselesaikan dengan tepat
waktu. Makalah ini dibuat sebagai kewajiban untuk memenuhi Tugas Kelompok
Akhlaq Tasawuf.

Makalah ini kami susun dengan mendapatkan bantuan dari berbagai


pihak sehingga memperlancar proses pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari teman – teman dan
Dosen Mata Kuliah.

Akhir kata kami berharap semoga isi dari makalah ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi bagi siapa saja yang membacanya, terutama kami dan teman
– teman.

Siantar, 04 Oktober 2021

Kelompok 4

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 2
PEMBAGIAN TASAWUF DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MELATAR BELAKANGINYA ......................................................... 2
A. Tasawuf Akhlaqi ........................................................................ 2
B. Tasawuf Falsafi .......................................................................... 4
C. Tasawuf Syi’i ............................................................................. 5
D. Tasawuf Sunni ............................................................................ 6
BAB III PENUTUP .............................................................................. 8
A. Kesimpulan ................................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawwuf adalah merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim
yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan, secara historis dengan
teologis akhlak tasawwuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup umar
agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan
Muhammad ‫ ﷺ‬adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah
mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain
karena dukungan akhlaknya yang prima.

Bersamaan dengan itu perkembangan teknologi di bidang alat-alat anti


hamil, makanan minuman, dan obat-obatan telah membuka peluang terciptanya
kesempatan untuk membuat produk alat-alat, makanan, minuman dan obat-obatan
terlarang yang menghancurkan masa depan generasi muda. Tempat-tempat
beredarnya obat terlarang semakin canggih. Demikian juga sarana yang membawa
orang lupa pada tuhan, dan cenderung maksiat terbuka lebar di mana-mana.
Semua in semakin menambah beban tugas tasawuf.

Melihat demikian pentingnya tasawwuf dalam kehidupan ini tidaklah


mengherankan jika akhlak tasawwuf ditentukan sebagai mata kuliah yang wajib
diikuti oleh kita semua dikarenakan pentingnya tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Pembagian dari Ilmu Tasawuf?
2. Apa saja Faktor-faktor yang melatar belakanginya?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa-apa saja Pembagian dari Ilmu Tasawuf
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakanginya

1
BAB II
PEMBAHASAN

PEMBAGIAN TASAWUF DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MELATAR


BELAKANGINYA

A. Tasawuf Akhlaqi
Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang berkonstrasi pada teori-teori
perilaku, akhlaq atau budi pekerti atau perbaikan akhlaq. Dengan metode-metode
tertentu yang telah dirumuskan, tasawuf seperti ini berupaya untuk menghindari
akhlaq mazmunah dan mewujudkan akhlaq mahmudah. Tasawuf seperi ini
dikembangkan oleh ulama’ lama sufi.
Ajaran tasawuf akhlaki membahas tentang kesempurnaan dan kesucian
jiwa yang di formulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan
tingkah laku yang ketat, guna mencapai kebahagiaan yang optimal. Dengan
metode-metode tertentu yang telah dirumuskan,tasawuf bentuk ini berkonsentrasi
pada upaya-upaya menghindarkan diri dari akhlak yang tercela (Mazmumah)
sekaligus mewujudkan akhlak yang terpuji (Mahmudah) didalam diri para sufi.
Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadi baik dan potensi untuk
menjadi buruk. Potensi untuk menjadi baik adalah al-‘Aql dan al-Qalb. Sementara
potensi untuk menjadi buruk adalah an-Nafs. (nafsu) yang dibantu oleh syaithan.
Sebagaimana digambarkan dalam QS. As-Syams : 7-8 sebagai berikut :

‫س َو َما َس َّو ٰىهَا فََأ ْلهَ َمهَا فُجُو َرهَا َوتَ ْق َو ٰىهَا‬
ٍ ‫َونَ ْف‬
"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah Swt
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya."

Dalam pandangan para sufi berpendapat bahwa untuk merehabilitasi


sikap mental yang tidak baik diperlukan terapi yang tidak hanya dari aspek
lahiriyah. Oleh karena itu pada tahap-tahap awal memasuki kehidupan tasawuf,
seseorang diharuskan melakukan amalan dan latihan kerohanian yang cukup berat
tujuannya adalah mengusai hawa nafsu, menekan hawa nafsu, sampai ke titik
terendah dan -bila mungkin- mematikan hawa nafsu sama sekali oleh karena itu
dalam tasawuf akhlaqi mempunyai tahap sistem pembinaan akhlak disusun
sebagai berikut: 

1. Takhalli

Takhalli merupakan langkah pertama yang harus di lakukan oleh seorang sufi.
Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela. Salah

2
satu dari akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain
adalah kecintaan yang berlebihan kepada urusan duniawi. Juga termasuk di
dalamnya su’udzhon, ujub, hasad, riya, ghadab, dan sejenisnya. Oleh karna itu
sifat-sifat nafsu dalam diri harus dimusnahkan agar manusia tidak terjerumus ke
dalam dosa.

Namun imam Al-Ghazali mempunyai pendapat lain. Menurutnya, selama


hidup di dunia setiap manusia pasti membutuhkan nafsu. Bukan untuk melakukan
hal-hal buruk, tapi nafsu diperlukan demi menjaga keharmonisan keluarga,
membela harga diri, dan hal-hal positif lainnya.

2. Tahalli

Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan
diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum
sufi setelah mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan
ketentuan agama baik yang bersifat eksternal (luar) maupun internal (dalam).
Yang disebut aspek luar adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat formal seperti
sholat, puasa, haji dan lain-lain. Dan adapun yang bersifat dalam adalah seperti
keimanan, ketaatan dan kecintaan kepada Tuhan.

Setelah membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela, tahapan


berikutnya yang perlu dilakukan adalah pengisian jiwa atau disebut Tahalli. Pada
tahap ini, seorang sufi diharuskan membiasakan diri dengan akhlak-akhlak terpuji
sabar, ikhlas, ridha, taubat, dan sebagainya.

Selain itu, juga menjalankan ketentuan syariat agama, seperti sholat, puasa,
zakat, membaca Al-Quran, dan berhaji bila mampu. Dengan demikian, apabila
seseorang telah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan mulia, taat dan beriman
kepada Allah ‫ ﷻ‬maka lama-kelamaan hati pun akan menjadi bersih.

3. Tajalli
Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase
tahalli, maka rangkaian pendidikan akhlak selanjutnya adalah fase tajalli. Kata
tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh jiwa dan
organ-organ tubuh –yang telah terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan sudah
terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur- tidak berkurang, maka, maka
rasa ketuhanan perlu dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan
kesadaran optimum dan rasa kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan
menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya.

3
Ritual Tajalli biasanya dilakukan dengan cara bermunajat kepada Allah ‫ﷻ‬, yaitu
memuja dan memuji keagungan Allah ‫ﷻ‬. Kemudian bermuhasabah (merenungi
dosa-dosa yang telah diperbuat), muraqabah (merasa jiwa selalu diawasi oleh
Allah ‫)ﷻ‬, Tafakkur (merenungi kekuasaan Allah dalam menciptakan alam
semesta), serta memperbanyak amalan dizikir.

Itulah sedikit ulasan mengenai ajaran tasawuf akhlaki. Yang perlu kita pahami,
bahwa memang penting  bagi seorang hamba mendekatkan diri kedapa Allah ‫ﷻ‬.
Namun bukan berarti kita melalaikan urusan di dunia. Islam memerintahkan
umatnya untuk bekerja sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup, sebagai firman
Allah dalam surat At-Taubah ayat 105:

۟ ُ‫َوقُ ِل ٱ ْعمل‬
ِ ‫وا فَ َسيَ َرى ٱهَّلل ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُهۥُ َو ْٱل ُمْؤ ِمنُونَ ۖ َو َستُ َر ُّدونَ ِإلَ ٰى ٰ َعلِ ِم ْٱل َغ ْي‬
‫ب‬ َ
‫۝‬١٠٥َ‫َوٱل َّش ٰهَ َد ِة فَيُنَبِّ كم بِ َما كنت ْم تَ ْع َملون‬
ُ ُ ُ ُ ‫ُئ‬
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105)

B. Tasawuf Falsafi

Tasawuf Falsafi secara bahasa bisa kita bagi menjadi dua, yaitu antara
Tasawuf  dan Filsafat. Tasawuf artinya kecintaan terhadap tuhan, sedangkan ilmu
Filsafat Islam adalah yang berkenaan dengan akal atau fikiran. Falsafi disini
adalah cara yang digunakan dalam bertasawuf.

Secara istilah dapat kita simpulkan bahwa pengertian dari Tasawuf Falsafi
adalah, kajian terhadap tuhan, manusia dan sebagainya yang menggunakan
motode rasio atau akal. Aliran dalam Tasawuf Falsafi terkesan tidak jelas, karena
banyaknya istilah-istilah yang diungkapkan oleh tokoh-tokkohnya dalam aliran ini
yang tidak bisa dimengerti, lantaran menggunakan istilah Filsafat.

Tasawuf Falsafi adalah sebuah aliran dalam bertasawuf yang


menggabungkan antara visi mistik dan visi yang rasional. Tasawuf ini merupakan
hasil dari pemikiran-peminkiran para tokoh-tokoh yang diungkapkan dengan
bahasa filosofis. Tasawuf ini tidak bisa dikatakan sebagai Tasawuf yang murni
karena telah menggunakan pendekatan fikiran dan rasio, namun juga tidak bisa
dikatakan filsafat seutuhnya karena didasarkan pada rasa. Dengan kata lain
Tasawuf Falsafi merupakan penggabungan antara rasa dan rasio.

4
Karakter umum dari tasawuf ini sebagaimana yang telah dikemukakan
oleh Al-Taftazani bahwa tasawuf seperti ini: tidak dapat dikategorikan sebagai
tasawuf dalam arti sesungguhnya, karena teori-teorinya selalu dikemukakan dalam
bahasa filsafat, juga tidak dapat dikatakan sebagai filsafat dalam artian yang
sebenarnya karena teori-teorinya juga didasarkan pada rasa. Hamka menegaskan
juga bahwa tasawuf jenis ini tidak sepenuhnya dapat dikatakan tasawuf dan begitu
juga sebaliknya. Tasawuf seperti ini dikembangkan oleh ahli-ahli sufi sekaligus
filosof. Oleh karena itu, mereka gemar terhadap ide-ide spekulatif. Dari
kegemaran berfilsafat itu, mereka mampu menampilkan argumen-argumen yang
kaya dan luas tentang ide-ide ketuhanan.

Tokoh-tokoh dalam Tasawuf Falsafi pada umumnya mengerti dan akrab


dengan ilmu Filsafat. Mereka mempelajari Filsafat Barat, Yunani Kuno,dan
Filsafat Islam, serta mengenal para filosof  barat seperti, Socrates, Aristoteles
serta pemikiran-pemikiran filosof Islam seperti Al Farabi dan Ibnu Sina.

Menurut Ibnu Khaldun dikutip dalam karyanya Al Ma’rifat, objek dari kajian
Tasawuf Falsafi ini ada 4 :

1. Latihan yang bersifat kebatinan atau rohaniyah dengan menggunakan rasa,


intuisi dengan dan introspsesi diri dengan tingkatan maqam, hal dan rasa.
2. Kajian tentang hakekat dari sifat-sifat tuhan, malaikat,arsy, kursy, wahyu,
kenabian, roh, hakekat dari alam ghaib dan yang nyata serta susunan
kosmos dan penciptaannya. Biasanya para filosoh dalam kajiannya dan
latihan rohaniahnya melakukan zikir-zikir dengan meninggalkan
keduniaan dan membuka kekhusukan terhadap Allah.
3. Peristiwa yang luar. Kejadian yang terdapat di alam ini atau kosmos, yang
mempengaruhi kekeramatan.
4. Pengungkapan teory dengan istilah yang filosofis. Istilah tersebut  tidak
bisa dipahami seutuhnya oleh masyarakat awam. Istilah Tasawuf Falsafi
hanya bisa dimengerti oleh para tokoh Tasawuf Falsafi itu sendiri.

Pada intinya, cir-ciri dari Tasawuf Falsafi adalah mengabungan antara pemikiran
atau rasionalitas dengan  perasaan (dzuq). Aliran ini mendasarkan pada dalil naqli
dan diungkapkan dalam istilah filosofis.

C. Tasawuf Syi’i

Kalau berbicara tasawuf syi’i, maka akan diikuti oleh tasawuf sunni.
Dimana dua macam tasawuf yang dibedakan berdasarkan “kedekatan” atau
“jarak” ini memiliki perbedaan. Paham tasawuf syi’i beranggapan, bahwa manusia

5
dapat meninggal dengan tuhannya karena kesamaan esensi dengan Tuhannya
karena ada kesamaan esensi antara keduanya. Menurut ibnu Khaldun yang dikutip
oleh Taftazani melihat kedekatan antara tasawuf falsafi dan tasawuf syi’i. Syi’i
memilki pandangan hulul atau ketuhanan iman-iman mereka. Menurutnya dua
kelompok itu mempunyai dua kesamaan.

D. Tasawuf Sunni

Tasawuf sunni adalah bentuk tasawuf yang para penganutnya memagari


atau mendasari tasawuf mereka dengan al-qur’an dan al-sunnah, serta mengaitkan
keadaan (ahwaal) dan tingkatan (maqoomaah) rohaniah mereka kepada kedua
sumber tersebut.

Pengertian Tasawuf sunni adalah suatu aliran tasawuf yang tidak dicampuri oleh
filsafat atau para pelakunya hanya berusaha mengikuti Alqur’an dan hadits
dengan sebaik-baiknya serta membersihkan hati dan pikiran, dan juga
memperbaiki akhlak dan ibadah mereka disisi Allah ‫ﷻ‬.

Dengan kata lain para penganut tasawuf sunni cenderung menjauhi hal-hal yang
bersiafat keduniaan seperti jabatan, kekayaan dan hal lain yang bisa menggangu
ibadahnya kepada Allah ‫ﷻ‬.

Tidak seperti aliran tasawuf lainya yang berlandaskan pemikiran islam dan
budaya serta faklsafah bangsa barat, tasawuf sunni bersumber dari Alqur’an dan
hadits yang merupakan pedoman hidup bagi manusia didunia. Dasar ilmu tasawuf
atau ilmu kebatinan juga disebutkan juga dalam surat Almaidah ayat 54 secara
eksplisit yakni mengenai orang beriman dan kecintaan kepada Allah SWT berikut
ini

ُ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َم ْن يَرْ تَ َّد ِم ْن ُك ْم ع َْن ِدينِ ِه فَ َسوْ فَ يَْأتِي هَّللا ُ بِقَوْ ٍم يُ ِحبُّهُ ْم َوي ُِحبُّونَه‬
َ‫َأ ِذلَّ ٍة َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِينَ َأ ِع َّز ٍة َعلَى ْال َكافِ ِرينَ ي َُجا ِه ُدونَ ِفي َسبِي ِل هَّللا ِ َواَل يَخَافُونَ لَوْ َمة‬
‫۝‬٥٤‫اس ٌع َعلِي ٌم‬ ِ ‫اَل ِئ ٍم ۚ ٰ َذلِكَ فَضْ ُل هَّللا ِ يُْؤ تِي ِه َم ْن يَ َشا ُء ۚ َوهَّللا ُ َو‬
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (Qs Al
Maidah : 54)

6
Seseorang yang mengamalkan ilmu tasawuf terutama tasawuf sunni tentu akan
memiliki jiwa atau batin yang lebih tenang, hati yang dermawan serta tidak mudah
terpikat oleh gemerlap dunia yang bisa mendatangkan kemudharatan. Tasawuf
yang diamalkan akan membuat orang lain merasa nyaman dan pelakunya akan
lebih ikhlas dalam beribadah kepada Allah ‫ﷻ‬. Dengan kata lain, mempelajari
ilmu tasawuf dapat melengkapi ilmu-ilmu lainnya dan membuat seseorang
senantiasa rendah hati meskipun ia memiliki banyak ilmu maupun materi.
Tasawuf dapat dilakukan dengan mempelajari ilmu agama dengan benar dan
memahami maknanya serta dengan berzikir dan beribadah kepada Allah ‫ﷻ‬

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manfaat dari mempelajari Ilmu Tasawuf adalah sebagai berikut:
♦ Memiliki tujuannya Ma’rifatullah (mengenal Allah ‫ ﷻ‬secara mutlak
dan lebih jelas). Dan Tasawwuf memiliki tujuan yang baik yaitu kebersihan
diri dan taqarrub kepada Allah.
♦ Memiliki Faedah tasawwuf ialah membersihkan hati agar sampai
kepada ma’rifat akan terhadap Allah Ta’ala sebagai ma’rifat yang sempurna
untuk keselamatan di akhirat dan mendapat keridhaan Allah Ta’ala dan
mendapatkan kebahagiaan

B. Saran
→ Agar mempunyai tujuannya Ma’rifatullah (mengenal ALLAH secara
mutlak dan lebih jelas).
→ Agar Memiliki Faedah tasawwuf untuk membersihkan hati agar
sampai kepada ma’rifat akan terhadap Allah Ta’ala sebagai ma’rifat yang
sempurna untuk keselamatan di akhirat dan mendapat keridhaan Allah Ta’ala
dan mendapatkan kebahagiaan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. (2004). Ilmu Tasawuf. Jakarta: TERAJU Mizan Publika.

Dialog Tentang ajaran Torekat Qodiriyah-Naqsyabandiyah.

Hussein, N. (1994). Tasawuf Dulu dan Sekarang. Jakarta: Pustaka


Firdaus.

Suwirta, A. (2002). Tasawuf dan Proses Islamisasi di Indonesia.


Bandung: Historia Utama Press.

Dharwanto. (2009). Perkembangan Tarekat di Dunia Islam. [Online].


Tersedia: http://dharwanto.blogspot.com/2009/10/perkembangan-tarekat.html

Hamka. 1939. Tasawuf Modern. Medan : Yayasan Nurul Islam.

Anda mungkin juga menyukai