DosenPengampu:
Kelompok 2
Disusun Oleh:
Penanggap:
PEMATANG SIANTAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Keberadaan manusia?
2. Apa itu Hakikat manusia?
3. Bagaimana Martabat manusia?
4. Apa Fungsi dan peran manusia?
5. Apa Tanggung jawab manusia?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan manusia
2. Untuk mengetahui apa itu hakikat manusia
3. Untuk mengetahui bagaimana martabat manusia
4. Untuk mengetahui apa fungsi dan peran manusia
5. Untuk mengetahui apa tanggung jawab manusia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keberadaan Manusia
1
Muhamad Ali Sibran Malisi, "Konsep Manusia Dalam Al-Qur'an". Jurnal Tasamuh, vol.4 ,no 2 ,
(2012).
3
ِ ض َخلِيفَةً ۖ قَالُوا َأت َْج َع ُل فِي َها َمنْ يُ ْف
س ُد فِي َها ِ وَِإ ْذ قَا َل َربُّ َك لِ ْل َماَل ِئ َك ِة ِإنِّي َجا ِع ٌل فِي اَأْل ْر
َِّس لَ َك ۖ قَا َل ِإنِّي َأ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُمون
ُ سبِّ ُح بِ َح ْم ِدكَ َونُقَد
َ ُسفِ ُك ال ِّد َما َء َونَ ْحنُ ن ْ ََوي
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-Baqarah: 30)
2
Anton Bakker, Antropologi Metafisik, (Yogyakarta: Kanisius, 2000) hlm 91
4
kehendak manusia dalam memahami alam semesta di sekitarnya. Sejak
awal pada masa nenek moyang manusia ketika primitif, manusia
disibukkan dengan urusan bagaimana menaklukkan hewan, berburu,
bertani, berternak, dan lain sebagainya berkaitan dengan kebutuhan
manusia dalam hidup. Begitupun, ketika dunia sudah maju, Renaisans
hadir di Barat, perhatian manusia tetap lebih fokus pada sesuatu di luar
dirinya. Para pemikir dan ahli teknologi sibuk menjinakkan alam semesta
guna menemukan temuan mutakhir, supaya kehidupan manusia lebih
mudah dan menyenangkan. Sehingga mereka lupa untuk memikirkan
manusia atau dirinya sendiri, sebagai makhluk unik, penuh misteri, dan tak
selesai dibahas sampai kapan pun.
5
termasuk kehidupan itu sendiri. Artinya, ketika manusia mengembalikan
kehidupan sebagai sesuatu yang given (pemberian), maka keberadaan
manusia hanyalah gerak yang telah ditentukan.3
B. Hakikat Manusia
6
Manusia dalam Al-Qur'an juga disebut dengan an-nas. Konsep an-
nas ini cenderung mengacu pada status manusia dalam kaitannya
dengan lingkungan masyarakat disekitarnya. Berdasarkan fitrahnya
manusia memang makhluk sosial. Dalam hidupnya manusia
membutuhkan pasangan dan memang diciptakan berpasang-pasangan
dalam surah al- Hujurat ayat 13 Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman:
ُ اس اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْ‡م ِّمنْ َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْ‡م
َّش ُع ْوبًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َعا َرفُ ْوا ۚ اِن ُ َّٰيٓا َ ُّي َها الن
اَ ْك َر َم ُك ْ‡م ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِنَّ هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم َخبِ ْي ٌر
Artinya : "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13).
Dari dalil diatas bisa dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial
yang dalam hidupnya membutuhkan manusia lain diluar dirinya untuk
mengembangkan yang ada dalam dirinya agar dapat menjadi bagian
dari lingkungan sosial dan masyarakat.
3. Manusia sebagai Khalifah Allah
Tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia
diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai khalifah atau
pemimpin di muka bumi. Dalam surah Shad ayat 26 Allah Subhanahu
Wa Ta'ala berfirman:
ق َواَل تَتَّبِ ِع ۡال َه ٰوىِّ س بِ ۡال َح ۡ َض ف
ِ اح ُكمۡ بَ ۡينَ النَّا ِ ٰيد َٗاو ُد اِنَّا َج َع ۡل ٰن َك َخلِ ۡيفَةً فِى ااۡل َ ۡر
ش ِد ۡي ۢ ٌد بِ َما هّٰللا هّٰللا
ٌ سبِ ۡي ِل ِ لَ ُهمۡ َع َذ
َ اب َ ضلُّ ۡونَ ع َۡن ِ َسبِ ۡي ِل ِ ؕ اِنَّ الَّ ِذ ۡينَ ي َ ضلَّكَ ع َۡن ِ ُفَي
ب َ س ۡوا يَ ۡو َم ۡال ِح
ِ سا ُ َن
Artinya: "Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan
khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di
antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa
7
nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh,
orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS.Shad:26).
Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai
pertanggung jawabannya kelak di hari akhir.
4. Manusia sebagai Bani Adam
Sebutan manusia sebagai Bani Adam merujuk kepada berbagai
keterangan dalam Al-Qur'an yang menjelaskan bahwa manusia adalah
keturunan Adam bukan berasal dari hasil evolusi dan makhluk lain
seperti yang dikemukakan Charles Darwin. Konsep Bani Adam
mengacu pada penghormatan kepada nilai-nilai kemanusiaan. Konsep
ini menjelaskan pembinaan hubungan persaudaraan antar sesama
manusia dan menyatakan bahwa semua manusia berasal dari
keturunan yang sama. Dengan demikian manusia dengan latar
belakang sosial kultural, agama, bangsa, dan bahasa yang berbeda
tetaplah bernilai sama dan harus diperlakukan sama. Dalam surah Al-
A'raf ayat 26-27 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َاس التَّ ْق ٰوى ٰذلِك
ُ َس ْو ٰاتِ ُك ْ‡م َو ِر ْيش ًۗا َولِب
َ ي
ْ سا يُّ َوا ِر ً يَا بَنِ ْٓي ٰا َد َم قَ ْد اَ ْنزَ ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِبَا
َت هّٰللا ِ لَ َعلَّ ُه ْم يَ َّذ َّك ُر ْون
ِ َخ ْي ۗ ٌر ٰذلِ َك ِمنْ ٰا ٰي-
Artinya : "Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah
menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan
bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah
sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka
ingat.” (QS. Al-A'raf :26).
َ ع َع ْن ُه َما لِبَا
س ُه َما ُ ش ْي ٰطنُ َك َمٓا اَ ْخ َر َج اَبَ َو ْي ُك ْم ِّمنَ ا ْل َجنَّ ِة يَ ْن ِز
َّ ٰيبَنِ ْٓي ٰا َد َم اَل يَ ْفتِنَنَّ ُك ُم ال
َش ٰي ِطيْن ُ س ْو ٰاتِ ِه َما ۗاِنَّ ٗه يَ ٰرى ُك ْم ُه َو َوقَبِ ْيلُ ٗه ِمنْ َح ْي
َّ ث اَل ت ََر ْونَ ُه ۗ ْم اِنَّا َج َع ْلنَا ال َ لِيُ ِريَ ُه َما
َاَ ْولِيَ ۤا َء لِلَّ ِذيْنَ اَل يُْؤ ِمنُ ْون
Artinya: "Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu
oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu
bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk
8
memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya
dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat
mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu
pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-A'raf : 27)
5. Manusia sebagai Al-Insan
Tidak hanya disebut sebagai alnas, dalam Alqur’an manusia juga
disebut sebagai Al-insan merujuk pada kemampuannya dalam
menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya untuk
berbicara dan melakukan hal lainnya, Sebagaimana disebutkan dalam
surat Hud ayat 9:
س َكفُ ْو ٌر ْ سانَ ِمنَّا َر ْح َمةً ثُ َّم نَزَ ع ْٰن َها ِم ْن ۚهُ اِنَّ ٗه لَيَـ
ٌ ُٔو َ َولَ ِٕىنْ اَ َذ ْقنَا ااْل ِ ْن
Artinya: “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat
(nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya,
pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS.
Hud:9)
6. Manusia sebagai makhluk biologis (Al-Basyar)
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al-basyar karena
manusia memiliki raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik,
tumbuh, memerlukan makanan, berkembang biak dan lain sebagainya
sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya. Sama seperti
makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat
manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami
kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta
perbuatannya harus dapat dipertanggung jawabkan kelak di akhirat.
Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah Subhanahu
wa Ta'ala, agar manusia dapat menjalankan peran dan fungsinya
dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat memenuhi tugas dan
perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat utama dari
penciptaannya.4
4
| Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013
9
Manusia juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
2. Kemampuan Bereksistensi
Melalui kemampuan ini manusia menyadari bahwa dirinya memang ada
dan eksis dengan sebenarnya. Dalam hal ini manusia punya kebebasan
dalam ke ‘beradaan’ nya. Berbeda dengan hewan di kandang atau
tumbuhan di kebun yang ‘ada’ tapi tidak menyadari ‘keberadaan’ nya,
Sementara itu manusia mampu menjadi manajer bagi lingkungannya.
Kemampuan ini juga perlu dibina melalui pendidikan. Manusia perlu
diajarkan belajar dari pengalaman hidupnya, agar mampu mengatasi
masalah dalam hidupnya dan siap menyambut masa depannya.
10
pendidikan sehingga hati yang tumpul menjadi tajam. Hal ini penting
karena kata hati merupakan petunjuk bagi moral dan perbuatan.
5
F.J. Monk, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1984, hal. 2
11
dan menyadari hak ini haru dilate melalui proses pendidikan disiplin.
Sebagaimana dikutip oleh Umar dan La Sulo, Selo Soemarjan
menyatakan bahwa perlu ditanamkan empat macam pendidikan disiplin
untuk membentuk karakter yang memahami kewajiban dan memahami
hak-haknya yaitu: 1) disiplin rasional yang bila dilanggar akan
melahirkan rasa bersalah, 2) disiplin sosial, yang bila dilanggar akam
menyebabkan rasa malu, 3) disiplin afektif, yang bila dilanggar akan
melahirkan rasa gelisah dan 4) disiplin agama, yang bila dilanggar akan
menimbulkan rasa bersalah dan berdosa.6
C. Martabat Manusia
Menurut kamus bahasa Indonesia, martabat adalah harga diri atau
tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat. Martabat ini
merupakan bagian dari sifat manusia, Allah Subhanahu Wa Ta'ala
menempatkan manusia sebagai khalifah dimuka bumi dan memberikan
kedudukan kemuliaan dan martabat kepada manusia sehingga memiliki
derajat tinggi.
6
Hasan Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka, Al-Husna, 2008, hal.102
12
3. Merasakan kehilangan diri dari segalanya
4. Meningkatkan kesabaran terhadap takdirnya
5. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakal
6. Memiliki rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah saja
7. Melazimkan muroqobah (mengintropeksi diri).7
Dalam rangka memberdayakan rohani, Allah Subhanahu wa Ta'ala
berkenan memberi petunjuk wahyu. Ketika manusia menyatakan beriman
kepada Allah Subhhanahu Wa Ta'ala ruh ciptaan Allah Subhanahu wa
Ta'ala yang terpatri dalam dirinya akan tampil sigap menyerap informasi
Al-Quran dengan "khudhu" Wahyu Allah SubhanahuWaTa'ala menjadi
hidayah dan pedoman yang menuntun manusia dalam menghadapi
tantangan hidup. Wahyu Allah Subhanahu Wa Ta'ala memiliki energi
yang luar biasa yang dapat menopang keterbatasan rasio untuk
memecahkan persoalan yang dihadapinya. Selaku orang yang beriman, dia
memiliki keyakinan teguh bahwa selama ia berjalan dalam bingkai ajaran
Islam, pasti mendapat pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dengan
demikian manusia menjadi makhluk yang suci yang dapat menjaga
eksistensinya dalam hidup secara bermartabat clan dapat menggapai tujuan
hidup dengan sebaik-baiknya.
7
H. Ismet Junus, Manusia Menurut Hidayah Al-Qur'an, Pusat Islam UMA.2013, hlm 85
13
Allah dan konsekuensinya adalah manusia tidak boleh menghamba pada
diri sendiri, berupa mempertaruhkan hawa nafsu atau menghamba kepada
selain Allah SubhanahuWaTa'ala.
Begitupula posisinya sebagai khalifah, wakil tuhan dimuka bumi,
manusia harus mampu memikul amanah kekhalifahan dan berperan untuk
menciptakan kemakmuran dan kedamaian dimuka bumi. Sebagai penguasa
bumi manusia berkewajiban mengelola alam ini guna menyiarkan
kehidupan yang bahagia. Tugas kewajiban itu adalah ujian Allah kepada
manusia siapa yang paling baik menjalankan ibadahnya.
Kedua fungsi dan peran yang dipikul manusia merupakan suatu
paduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang
syarat dengan kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilai-
nilai kebenaran. Oleh karena itu seorang muslim akan dipenuhi dengan
amaliyah dankerjakeras yang tiada henti, sebab bekerja bagi manusia
adalah bentuk amal shaleh yang berguna bagi dunia dan akhirat. Artinya
manusia yang berfungsi sebagai Abdun memiliki peran dalam hidup untuk
menjalankan tugas khalifah yaitu memakmurkan dunia dengan cara yang
sesuai dengan fungsinya selaku hamba yang shaleh dan taat beribadah.8
8
H. Ismet Junus, Manusia Menurut Hidayah Al-Qur'an, Pusat Islam UMA. 2013, hlm 81-83
14
tubuh/biologis yang bersifat material yang bernilai rendah dan
temporer, dan tuntutan kebutuhan rohani yang bersifat transendental
yang bernilai luhur, abadi (dunia dan akhirat).
Tugas dan tanggung jawab manusia selaku abdun yang patuh, taat
kepada rambu-rambu ketentuan ilahi ialah haru siap menjalankan
amanah yang dipikulkan kepada nya yaitu beribadah kepada Allah dan
melaksanakan misinya, manusia bertanggung jawab mengendalikan
jiwa dan mengelola nya melalui potensi akal dan hati yang dimilikinya
agar dapat mengarahkan kehidupan mental spiritual untuk
mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala melalui ibadah
mahdhah dan ibadah ghairumahdhah, supaya dirinya menjadi
manusia paripurna yang dapat mengantar pribadinya mencapai puncak
kemanusiaan (Insan Kamil) yaitu puncak ketenangan batin yang selalu
merasa dirinya bersama Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Selalu berusaha
mencegah dirinya agar tidak terperosok kedalam cengkraman hawa
nafsu selaku makhluk rendah yang memiliki dorongan biologis.9
15
Artinya: “Mengajarnya pandai berbicara.”(QS.Ar-Rahman:3-4).
16
untuk menentukan pilihan dalam beragama, terbuka kesempatan secara
bebas tidak ada paksaan dalam beragama.10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
Abbas Mahmud al-‘Aqqad, Al-Insan fi al-Qur’an, Manusia diungkap al-Qur’an, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1993, hlm. 15
17
Islam adalah jalan (shari'ah) universal, yang di dalamnya berbicara
berbagai aspek kehidupan.Tak terkecuali tentang manusia, sebagai satu-
satunya ciptaan Allah yang dalam firman-Nya diciptakan dalam sebaik-
baiknya bentuk (Ahsani Taq'win) Artinya, manusia merupakan satu-
satunya makhluk Allah yang sempurna, ia memiliki akal sebagai alat
berpikir dan memiliki hati sebagai alat merasa. Lalu di dalam dirinya, ada
dimensi fisik (jasadiyah) dan psikis (ruhiyah). Kehidupan manusia
merupakan misteri yang tak terbatas. Seperti pemahaman manusia sendiri
tentang manusia, dari dulu hingga zaman digital ini, pandangan, pencarian,
dan refleksi manusia tentang dirinya sendiri tak pernah selesai. Ada saja
celah-celah pikiran yang menerobos jalan panjang kehidupan manusia
yang belum disentuh sebelumnya. Ada beberapa dimensi tentang hakikat
manusia dalam pandangan Islam, yaitu: Manusia sebagai hamba Allah,
Manusia sebagai an-Nas, Manusia sebagai Khalifah Allah, Manusia
sebagai Bani Adam, Manusia sebagai Al-Insan, Manusia sebagai makhluk
biologis (Al-Basyar). Manusia memiliki fungsi dan peran dalam
kehidupan, yaitu sebagai 'Abdun dan Khalifah di muka bumi. Kedua
fungsi dan peran ini harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Sebagai makhluk
yang diberi akal pikiran manusia harus mampu memberdayakan diri
menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan amanah penciptanya.
Tanggung jawab manusia menurut Islam: Tanggung jawab sebagai hamba
Allah, Tanggung Jawab sebagai Khalifah Allah.
B. Saran
Sekian dari makalah saya, saya sebagai pemakalah menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Untuk itu, kritik dan saran yang konstruktif dan membangun sangat saya
harapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya. Besar harapan saya
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan untuk saya
sendiri.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Malisi, Muhamad Ali Sibran. (2012). Konsep Manusia Dalam Al-Qur'an. Jurnal
Tasamuh
Junus, H. Ismet. (2013). Manusia Menurut Hidayah Al-Qur'an. Pusat Islam UMA.
20