Anda di halaman 1dari 17

HAKIKAT MANUSIA DAN DAYA-DAYA RUHANI

NAFS,AQL,QOLB,DAN ROH

Dosen Pembimbing :
Prof.Dr.Sitti Jamilah Amin,M.Ag

DI Susun oleh:
Kelompok 2
SYAFIKA RAMADHANI (2220203870233009)
ADELIA NUR (2220203870233008)

KOMUNIKASI PENYIARAN IASLAM


FAKULTAS USHLUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
…………………………..........i
DAFTAR ISI………………..………………….…………………………………………………………..…ii
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………1
A.LatarBelakang………………………………………………………….….……..…….....1
B.Rumus Masalah…………………………………………….…………….…………..…..2
1.Apa penegrtian manusia menurut islam?.........................................................2
2.hakikat manusia menurut islam ?........................................................................2
3. potensi-potensi dasar manusia?.........................................................................3
C.Tujuan…………………………….……………………………………………………………….3

PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………..….3
A.PengertianManusia………………………………………………….……………………...........3
B.Hakikat Manusia……………………………………………………………………………………….4
C.Potensi Manusia Menurut Al-Ghazāli………………………………………………….....…4

PENUTUP………………………………………………………………….…………………………...…… 5
A.Kesimpulan………………………...………………………….…………………..….......5
DAFTAR PUTAKA……………………………………………………………...………………….….….6
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT,karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masi diberih kesempatan utnuk menyelesaikan makalah dengan judul
hakikat manusia dan daya-daya ruhani,nafs,aql,dan roh .Tidaak lupa kami mengucapkan
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masi banyak kekurangan,oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga
dengan selasainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin .

Parepare,27,Maret,2023
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama islam adalah membicarakan sesuatu
yang sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut
sama saja dengan berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai
makhluk Tuhan.

Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena


itu, manusia dan berbagi hal dalam dirinya sering menjadi pembincangan diberbagai
kalangan.Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia .

Tujuan hidup manusi adalah menyucikan jiwa dan membiarkannya bergabung


lagi dengan “Dunia Cahaya”,Namun sebelum memahami tujuan hidup dari manusia itu
sendiri.maka terlebih dahulu hendaknya kita memahami hakikat dari manusia itu
sendiri.

B.Rumus Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang manusia dalam pandangan
islam, maka diperlukan subpokok bahasa yang saling
berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1.Apa penegrtian manusia menurut islam?
2.hakikat manusia menurut islam ?
3.Apa daya-daya ruhani (al-nafs,al-aql,qolb,dan roh)?
C.Tujuan
1.Mengetahui tentang hakikat manusia
2. Mengetahui tentang hakikat manusia
3. Mengetahui daya-daya ruhani(al-nafs, al-aql, dan roh)
PEMBAHASAN

A.Pengertian Manusia
Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagi segi.secara bahasa manusia berasal
dari kata “menu”sangsakerta (latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang
mampu menguasai makhluk lain. Secara biologi,manusia diartikan sebagia sebua spesies
primate dari golongan mamlia yang dilengkapi otak yang berkemampuan tinggi. Dalam Al-
Qur’an manusia dipanggil dengan beberapa istilah,diantaranya al-insan,yang artinya
suka,senang,jinak,ramah, atau makhluk yang sering lupa.ke dua al-naas,berarti manusia
(jama).ke tiga al-abd yang berarti sebagai hambah Allah. Berulang kali disinyalir dalam al-
Qur’ā n, manusia diangkat derajatnya, namun berulangkali pula manusia direndahkan.
Mereka dinobatkan jauh mengungguli alam surga, bumi dan bahkan para malaikat;
tetapi pada saat yang sama, mereka bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan syetan
yang terkutuk dan binatang jahannam sekalipun.1 Itu terjadi karena manusia disamping
diberikan fisik yang sempurna dan indah, ia-pun diberi akal untuk perpikir, fitrah
untuk menyembah dan nafsu untuk mencapai keinginan. Melalui potensi yang dimiliki
itu pulalah ia dihargai sebagai makhluk yang mampu menaklukkan alam.

Beberapa ahli filsafat berbeda pemikiran dalam mendefinisikan manusia.


Manusia adalah makhluk yang concerned (menaruh minat yang besar) terhadap hal-
hal yang berhubungan dengannya, sehingga tidak ada henti-hentinya selalu bertanya
dan berpikir.

Aristoteles (384-322 SM), seorang filosof besar Yunani mengemukakan bahwa


manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang
berbicara berdasarkan akal pikirannya.manusia  adalah hewan  yang berpolitik
( zoonpoliticon, political animal ), hewan yang membangun masyarakat di atas
famili-famili menjadi pengelompokkan yang impersonal dari pada kampung dan
negara.Manusia berpolitik karena ia mempunyai bahasa yang memungkinkan ia
berkomunikasidengan yang lain. Dan didalam masyarakat manusia mengenal adanya
keadilan dan tatatertib yang harus dipatuhi. Ini berbeda dengan binatang yang tidak
pernah berusaha memikirkan suatu cita keadilan.Sedangkan Plato mengatakan jiwa
manusia adalah entitas non-material yang dapat terpisah dari tubuh. Menurutnya, jiwa
itu ada sejak sebelum kelahiran, jiwa itu tidak dapat hancur, alias abadi. Lebih jauh lagi
Plato mengatakan bahwa hakikat manusia itu ada dua yaitu rasio dan kesenangan
(nafsu). Menurutnya, bila ada konflik batin pada seseorang, akan terdapat
pertentangan dua elemen kepribadian pada orang itu, dua elemen yang saling
bertentangan tujuannya.2

1
2. Ahmad Tafsir Filsafat Pendidikan Islam (A. Heris Hermawan, M.Ag., Ilmu Pendidikan Islam,)h:18
2
Adapun dalam sudut pandang Islam, manusia merupakan makhluk yang
unik,keunikannya terletak pada wujudnya yang multi dimensi. Bahkan untuk
menciptakanmanusia Allah SWT berdialog dengan para malaikat. Allah SWT berfirman:

          
         
         

Artinya

ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya “


akuhendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkauhendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanyadan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkaudan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yangtidak kamu ketahui."(Q.S Al-Baqarah: 30)

Ayat di atas menjelaskan tentang penciptaan manusia sebagai khalifah di muka


bumi untuk mengelola bumi dan berusaha dalam menjalankan fungsi dengan sebaik
baiknya. Manusia dituntut untuk menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya termasuk mengkaji dirinya sendiri dari berbagai aspek.

Berdasarkan uraian di atas, penggunaan an-Nas  dalam  Al-Qur’an menunjukan


bahwa  manusia  adalah  makhluk  yan memiliki kelengkapan fisik dan  psikis. Dengan
kelengkapan fisik, ia dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan dukungan fisik dan
dengan kelengkapan psikis ia dapat melaksanakan tugas-tugasnya yang memerlukan
dukungan mental. Agar kedua unsur tersebut berfungsi dengan baik dan produktif,
maka perlu dibina dan diberikan pendidikan yang seimbang, harmonis dan integral.

Sedangkan penggunaan Bani Adam karena manusia meupakan turunan Nabi


Adam as. Manusia dan nabi pertama yang diciptakan Allah SWT adalah Adam as
dijuluki sebagai abu basyar(nenek moyang manusia).
Menurut Ibnu Khaldun berpendapat bahwa Allah menciptakan manusia dan
menyusunnya menurut satu bentuk yang dapat tumbuh dan mempertahankan
hidupnya dengan bantuan makanan. Tuhan memberi petunjuk kepada manusia atas
keperluan makanan menrut watak dan memberi padanya kodrat kesanggupan untuk
memperoleh makanan. Untuk mendapatkan makanan dibutuhkan alat untuk dapat
membuat dan memproses makanan 3

B.Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang memiliki dimensi fisik,
mental, emosional, dan spiritual. Sebagai makhluk yang memiliki dimensi spiritual, manusia
memiliki daya-daya ruhani yang penting untuk dikembangkan, di antaranya adalah nafs, aql,
dan roh.Hal ini yang menjadi hakikat manusia adalah mereka berkecenderung
beragama.Sebagai makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi pokok paling
banyak,manusia menjadi menarik untuk diteliti.

Dalam buku Dalam bukunya Man the Unknown, Dr. A. Carrel menjelaskan tentang
kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia. Beliau menulis :

Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar
untuk mengetahui dirinya, Kendatipun kita memiliki pembendaharaan yang cukup banyak
dari hasil penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan, dan para ahli di bidang keruhanian
sepanjang masa ini. Tapi kita (manusia) hanya mampu mengetahui dari segi tertentu dari
diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh. Yang kita ketahui hanyalah bahwa
manusia terdiri dari bagian bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi lagi menurut
tata cara kita sendiri. Pada hakikatnya, kebanyakan pertanyaan pertanyaan yang diajukan
oleh mereka yang mempelajari manusia kepada diri mereka hingga kini masih tetap tanpa
jawaban.

Manusia diberi Allah potensi yang sangat tinggi nilainya seperti pemikiran, nafsu,
kalbu, jiwa, raga, panca indera. Namun potensi dasar yang membedakan manusia dengan
makhluk ciptaan Allah lainnya terutama hewan adalah nafsu dan akal/pemikiran. Manusia
memiliki nafsu dan akal, sedangkan binatang hanya memiliki nafsu. Manusia yang
cenderung menggunakan nafsu saja atau tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi
pemberian Allah lainnya secara baik dan benar, maka manusia akan menurunkan derajatnya
sendiri menjadi binatang, walaupun Al-Quran tidak menggolongkan manusia ke dalam
kelompok binatang seperti yang dinyatakan Allah dalam Al-Quran (Q.S. Al A'raf: 179):

3
 A. Heris Hermawan, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia,1999) hal.24

           
           
         

Artinya

Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka jahannam)kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati,tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat
Allah )dan mereka mempunyai mata (tetapi)tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah),dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar ayat-ayat Allah.mereka itu sebagai binatang ternak,bahkan mereka lebih sesat
.lagi.Mereka itu orang-orang yang lalai

C.Daya-Daya Rohani Manusia

1.Aql (akal)
Kata al-‘aql  didalam Kamus Kontemporer Arab-Indonesia merupakan sinonim
bagi kata hija yang berarti pikiran, otak, dan,alasan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata akal diartikan dengan :daya pikir, pikiran, ingatan,jalan atau cara
melakukan sesuatu, daya upaya, ikhtiyar,tipu daya, muslihat, kecerdikan, dan
kelicikan.
Menurut Imam al-Ghazali kata al-aql  memiliki empat hakikat, yaitu :
a)sesuatu yang siap menerima pengetahuan teoretis dan mengatur kepandaian
berpikir yang tersembunyi.
b)pengetahuan yang ada pada diri manusia sejak usia anak dapatmenentukan yang
mungkin bagi yang perkara yang mungkin dan mustahil bagi yang perkara yang
mustahil. Pengertian ini, hematnya, sama dengan hati, yaitu perasaan halus
c)pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman/empirk
d)kekuatan gharizah (insting) untuk mengetahui konsekuensi berbagaimasalah dan
menahan keinginan untuk mendapatkan kelezatan sesaat

Al-‘aql  juga bisa dipahami dalam dua makna yaitu pertama, otak yang berada
didalam kepala bagian belakang dan yang kedua adalah potensi lathifah
robbaniyyah yang mempunyai potensi akademik, mengetahui hakekat segala sesuatu.
Dari beberapa uraian terminologi keempat term tersebut, tampaknya ada
kesimpangsiuran. Namun, kesemuanya dapat digeneralisasikan untuk mendapatkan
terminologi jiwa, yaitu substansi immateri atau latifah rabbaniyyah (sesuatu yang halus
yang bersifat ketuhanan) yang berasal dari alam al-amr (alam al-malakut) 4 yang
berkemampuan mengetahui sesuatu, bersifat kekal dan merupakan esensi manusia.

2.Nafs (jiwa)
Kata Nafs, menurut al-Ghazā li mengandung banyak arti, seperti
sesuatu yang dapat menghimpun kekuatan, amarah, dan syahwat yang
ada pada diri manusia.

Al-Ghazā li megambil pendapat para ahli tasawwuf yang mengatakan bahwa:


a)nafs adalah pokok yang menghimpun sifat-sifat yang tercela dari
manusia. Lalu mereka mengatakan harus melawan nafsu dan
memecahkannya seperti diisyaratkan sabda nabi”Paling berat
musuhnya adalah nafsumu yang berada di antara kedua lambungmu”.
b)nafs yang halus pada hakekatnya adalah diri manusia dan zatnya. Tetapi
nafsu itu disifati dengan sifat-sifat yang bermacam- macam menurut
keadaannya.Apabila nafsu itu tenang di bawah perintah dan kegoncangan
berpisah darinya disebabkan menentang nafsu-syahwat, maka disebutnaf
dengan nafs muthmainnah (jiwa yang tentram)nafs inilah yang merupakan
hakikat manusia yang dapat mengetahui Allah dan seluruh yang diketahuinya.

Apabila nafs tidak sempurna ketenangannya, tetapi dia menjadi pendorong bagi

nafsu-syahwat dan penentang atasnya, maka disebut nafsu Lawwā mah karena dia
mencaci pemiliknya.Ketika ia lalai dalam beribadah kepada Tuhannya, maka dia
akan menyesali perbuatannya. Jika nafsu itu meninggalkan tantangan dan tidak
kuat menahan cobaan, tunduk dan taat kepada tuntutan nafsu-syahwat dan
dorongan- dorongan syaitan, maka ia dinamakan nafsu ammā rah (yang
mendorong) kepada kejahatan.Jadi, nafsu dalam arti yang pertama adalah nafsu
sangat tercela. Sementara nafsu dengan arti yang kedua adalah terpuji karena
dia adalah diri manusia sebagai zat dan hakikat yang telah menganal Allah dengan
segala sifat-Nya.

4
Lihat al Gazali, al-Maznun al-Sagir, dikumpulkan bersama buku-bukunya yang lain oleh al-Syaikh Mustafa Abu
al-'Ala di dalam al-Qusur al-'Awwali juzi (Kairo: Maktabat al-Jundi, 1970), h. 179.
Perumusan al-Ghazali mengenai macam-macam nafs ini bersumberkan pada
ayat-ayat al-Qur’an, yaitu :

1.Nafs mutmainnah  (QS.AL-Fajr:27-28)

       


 

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya.

Nafs merasa tenang karena menjalankan perintah Allah SWT


dan  mampumengalahkan syahwatnya, maka ini dinamakan nafs
muthmainnah  (jiwa yangtentram/tenang).

2.Nafs al-lawwamah (QS. Al-Qiyamah : 2)

    

Dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri)

Jika nafs  tidak  bisa  secara sempurna tetapi terus berusaha untukmemerangi


syahwatnya, maka itu dinamakan dengannafs al-lawwamah, karena selalumencela

pemiliknya ketika kendor semangat ibadahnya kepada Allah SWT. Atau


bisadipahami bahwanafs al-lawwamah ini adalah nafs yang masih labil, gelisah,
terkadangmelakukan kebaikan dan terkadang masih melakukan kejahatan, akan
tetapi ia selalusesal diri.

3.Nafs al-ammarah ( QS. Yusuf : 53 )

           
 

    

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),karena sesungguhnya nafsu itu
.selalu menyuruh kepada kejahatan , kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh tuhan
.Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Jika nafs tidak lagi melakukan perlawanan bahkan selalu mengikuti


syahwatnya dan bujukan setan, maka itu dinamakan dengannafs al-amarah bi al-
 su’ .Allah SWT berfirman menceritakan tentang istri pembesar Mesir dalam kisah
Yusuf as5

Kecenderungan nafs adalah memaksakan hasrat-hasratnya dalam upaya


untukmemuaskan diri. Sedangkan akal berperan sebagai kekuatan pembatas
sekaligus  penasihat  bagi nafs, memberikan pertimbangan
kepada nafs  tentang  tindakan-tindakan  positif yang seharusnya dilakukan dan
tindakan-tindakan negative yang harus dihindari.

4.Ruh

Di dalam kitab Ihya ‘Ulum al-Din,al-Ghazali menjelaskan dua makna untuk ruh
yaitu: pertama, sejenis sesuatu yang halus yanag bersumber pada lubang hati
jasmani, lalu menyebar melalui pembuluh darah yang masuk ke seluruh anggota
tubuh. Perbedaan roh pada tubuh dan limpahan cahaya kehidupan, perasaan,
penglihatan, pendengaran, dan penciumanya.Pada seluruh anggota tubuh seperti
limpahan cahaya lampu yang diedarkan di setiap sudut rumah.Sesungguhnya lampu
itu tidak sampai pada suatu bagian rumah, melainkan ia menerangi dengan cahaya
itu.Kehidupan ini seperti cahaya yang tampak pada dinding ruangan,sedangkan roh
adalah seperti lampunya.

Pergerakan roh di dalam tubuh itu seperti gerakan lampu di sekeliling rumah
yang digerakkan oleh penggerak lampu itu.Al-ruh dalam makna ini tidak dipakai dalam
tasawuf.Makna kedua,(sesuatu) yang halus,yang mengetahui, yang menyerap dari
manusia. Ia yang telah kami uraikan dalam salah satu dari makna hati dan itulah yang
dikehendaki oleh Allah Ta’ala dengan firman-Nya: Qul al-ruh min amri rabbi (QS.al-isra
[17]: 85). Roh adalaha persoalan yang mengagumkan,bersifat ketuhanan (rabbani) di
mana mayoritas akal tidak mampu memahami hakikatnya.

Tabel 1 Makna Roh6

5
Sa’ad Hawwa, Pendidikan Spiritual , (Yogyakarta : Mitra Pustaka : 2006 h. 30-31

6
Diformulasikan dari al-Ghazali,ihya Ulumul al-Din, Juz 3, h.3-4
Makna Lahiriah Makna Hakiki

A. Sesuatu yang halus yang bersumber pada a. Secara hakiki al-ruh semakna makna
lubang hati jasmani,lalu tersebar melalui hakiki al-qalb yaitu:(sesuatu)yang
pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh. halus,yang mengetahui,yang
B.Peredaran roh dalam tubuh,seperti menyerap dari manusia.
limpahan cahaya lampu yang diedarkan di b.Roh adalah persoalan yang
setiap sudut rumah.Sesungguhnya lampu,itu mengagumkan,bersifat ketuhanan.
tidak sampai pada suatu sudut rumah, c.Mayoritas akal tidak mampu
melainkan cahaya yang menerangi setiap memahami hakikat.
sudut ruangan itu. d.Roh yang dikehendaki Allah aadalah
C.Al-ruh dalam makna ini tidak dipakai dalam QS. Al-isra (17) ayat 85.

tasawuf.

Ketika mengomentari QS. al-isra (17) ayat 85,

           
   

al-Ghazali mengatakan bahwa amr al-bariy ta’ala bukanlah jasmani dan bukan
pula aksiden (arad),akan tetapi ia adalah daya ketuhanan (quwwah ilahiyah),substansi
(jauhar)yang kekal yang fenomenanya seperti akal pertama, al-Lauh al-Mafudz, dan al-
Qalam.7Sesungguhnya roh merupakan bagian dari keseluruhan qudrah ilahi-yah. 8

Untuk menjawab persoalan ini, al-Suhaili yang dikenal dengan Ibnu Katsir
menjelaskan bahwa dalam ayat ini yang dimaksud dengan ruh adalah sekelompok
malaikat yang berwujud manusia dan yang melihat malaikat, sedangkan malaikat tidak
melihat mereka. Dia juga mendefinisikan roh sebagai zat halus. karena angin yang
beredar di dalam tubuh seperti air yang beredar di dalam air. Pada pohon kehidupan,
malaikat meniupnya, sedangkan nafkh al-ruh adalah nafs dimana tubuh berhubungan
dengan keberadaannya. Sifat naf ini bisa baik, bisa buruk, bisa mutma'innah, dan bisa
kebencian bi al-su. Dari kedua definisi Al-Suhail diketahui bahwa definisi pertama
adalah definisi tentang hakikat ruh, sedangkan definisi kedua adalah definisi ruh dalam
pengertian nafs relatif.

7
Baca al-Gazali,Al-Risalah al-Ladunniyah,h.61, dan al-Ghazali,Raudat al-Talibin.h.65
8
Al-Ghazali,Kimiya al-sa-‘adah,h.111.
3.Al-Qalb (hati)

Al-Qalb berasal dari kata qalabu yang bermakna berubah, berpindah, atau
berbalik.Qalabu mengalami beberapa perubahan bentuk seperti inqalaba dan
qallaba,namun artinya masih sama. Menurut Ibn Sayyidah,al-qalb jamaknya qulb yang
berarti hati.9

Al-Qalb/Hati mempunyai dua makna yaitu pertama, hati adalah salah satu
anggota tubuh manusia yang terletak di bagian kiri atas rongga perut, yang merupakan
suatu anugerah Allah SWT. yang diberikan kepada manusia. Yang mana mempunyai
kedudukan dan fungsi yang sangat penting dan utama, sebab hati berfungsi sebagai
penggerak dan pengontrol anggota tubuh lainnya. Apabila hatinya baik, maka anggota
badan yang lainnya pun akan ikut baik, sedangkan apabila hatinya jelek, maka anggota
tubuh yang lainnya pun akan ikut jelek. Dan hati ini adalah hati yang berbentuk jasmani.

Hali ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslimyang artinya:Ingatlah bahwa di dalam tubuh terdapat sepotong daging. Apabila
ia baik, maka baiklah badan itu seluruhnya dan apabila ia rusak, maka rusaklah badan
itu seluruhnya. Ingatlah sepotong daging itu adalah hati”10

makna al-Qalb yang kedua adalah lathifah Rabbaniyah Ruhaniyyah yang


memancarkan hangat dan mempunyai hubungan dengan daging ini. Dan mampu
melakukan peng-idrak -an. Idrak adalah memahami, mempersepsikan, dan
mencerapi.Misalnya perasaan sedih dan gembira. Yang berfikir dan merenungkan itu
adalah kekuatan batin yang disebutal-qalb. Dan ini dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebut dengan hati. Sehingga kalau ada sebutan “Hatinya hancur” maka yang
disebut bukan jantungnya. Tetapi, ada bagian jiwa seseorang yang hancur.

Pada kenyataannya,nafs yang damai adalah kalbu yang paling dalam, yang oleh
para filosof disebut sebaga inafs rasional (nafs al-natiqa). Namun kebanyakan,manusia
masih berada pada tataran kualitas material (tab’ ), nafs, dan tidak punya hati.

9
Musa Asy’arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Islam, (Yogyakarta : Lembaga StudiFilsafat Islam :
1992) h. 108-109
10
11. Zumroh,Tombo Ati Upaya Membersihkan Qalbu dari Kuman-kuman Penyakit , (Surabaya :Bintang Usaha
Jaya : 2011), h.11
Hati adalah sebuah tempat antara wilayah kesatuan (ruh) dan daerah
keanekaragaman (nafs). Jika hati mampu melepaskan selubung nafs yang melekat
padanya dia akan berada di bawah pengaruh ruh; itulah yang dikatakan telah menjadi
hati dalam makna yang sebenarnya, telah bersih dari segala kotoran.Sebaliknya jika hati
dikuasai oleh nafs,dia menjadi keruh oleh kotoran keanekaragaman nafs.

Tabel Makna al-qolb

Makna Lahiriah Makna Hakiki


a.Daging berbentuk buah sanaubar a.Al-qolb adalah sesuatu yang halus,
b.Terletak di dada sebla kiri bersifat ketuhanan, bersifat rohani.
c.Ia merupakan daging khusus yang didalamnya b.Merupakan hakikat manusia
ada lubang,daari lubang itu mengalir darah c.Dialah yang menyerap,mengetahui,
hitam yang merupakan sumber roh. mengenal,yang diajak bicara (oleh
d.Ada pada binatang dan mayat Allah).yang disiksa,yang dicela dan yang
e.Al-qalb dalam makna ini tidak dipakai dalam di tuntut.
tasawuf

PENUTUP
A.KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan
moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan
kemaslahatannya. Dalam ajaran islam, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang
paling dimuliakan oleh-Nya melebihi makhluk-makhluk lainnya.

Manusia terdiri dari tubuh dan roh. Di sisi lain, itu juga terdiri dari pikiran,
hasrat, dan hati. Tuhan memberi manusia nilai potensi yang sangat tinggi seperti
pikiran, keinginan, hati, jiwa, tubuh, panca indera. Akan tetapi, potensi dasar yang
membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, khususnya hewan,
adalah hasrat dan akal/berpikir. Manusia yang cenderung hanya menggunakan nafsu
atau tidak menggunakan akal dan berbagai kemampuan lain yang diberikan oleh Tuhan
dengan baik dan benar, maka manusia akan merendahkan dirinya kepada binatang.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan Langgulung,Pendididkan dan peradaban Islam, (Jakarta : pustaka al-


Husna,h.215.Mahmud Yunus ,Kamus
Asy’arie, Musa . Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Islam, (Yogyakarta
: Lembaga StudiFilsafat Islam : 1992
Hawwa.Sa’ad , Pendidikan Spiritual , (Yogyakarta : Mitra Pustaka : 2006 )
Tafsir. Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam (A. Heris Hermawan, M.Ag., Ilmu
Pendidikan Islam,)
Hermawan, A. Heris Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
1999)
Mahmud Al-Aqal, Abbas,Manusia Diungkap Qur’an,(Jakarta: pustaka
firdaus, 1993 )
Nurbakhsy,Psikologi Sufi, penerjemah Arief Rakhmat (Yogyakarta : Fajar
Pustaka Baru : 2001)

Anda mungkin juga menyukai